Anda di halaman 1dari 10

KESULITAN BELAJAR

MAKALAH
Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Salah Satu Tugas Mata Kuliah:
Psikologi Pendidikan
Dengan Dosen Pengampu:

JURUSAN : PENDIDIKAN GURU MI


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI ( IAIN )
 TULUNGAGUNG
MARET 2015

KATA PENGaANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kita
kesehatan dan kesempatan dalam rangka menyelesaikan kewajiban kami sebagai mahasiswa,
yakni dalam bentuk tugas yang diberikan oleh ibu dosen dalam rangka menambah ilmu
pengetahuan dan wawasan kami.
Yang kedua shalawat serta dan salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi besar
Muhammad saw, sahabat beserta keluarganya karena dengan perjuangan beliau kita bisa
berkumpul di tempat yang mulia ini.
Dan kami ucapkan terima kasih kepada :
1.      Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung, Dr. Maftukhin, M.Ag, yang telah
membina lembaga (tempat) kami menimba ilmu pengetahuan selama ini.
2.      Dosen pengampu, Mirna Wahyu Agustina, M.Psi. , yang telah memberikan pengarahan
kepada kami dalam pembuatan makalah ini sampai selesai.
3.      Teman-teman sekelompok dan sekelas yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini jauh dari sempurna, baik dari
penyusunan, bahasan, maupun penulisannya. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan
saran yang sifatnya membangun, khususnya dari dosen mata kuliah guna menjadi acuan
dalam bekal pengalaman bagi kami untuk lebih baik di masa yang akan datang.

Tulungagung, 05 Maret 2015

Penulis,

DAFTAR ISI

COVER................................................................................................................... i
KATA PENGANTAR........................................................................................... ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
BAB   I  PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah...................................................................... 1
B. Rumusan Masalah............................................................................... 2
C. Tujuan Pembahasan Masalah............................................................... 2
D. Batasan Masalah................................................................................. 2
BAB  II  LANDASAN TEORI
A. Definisi Kesulitan Belajar................................................................... 3
B. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar..................................................... 3
C. Diaknosa Kesulitan Belajar................................................................. 5
D. Intervensi (Pemecahan Masalah) Kesulitan Belajar............................. 6
BAB III PEMBAHASAN……………………………………………..…….…..10
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan....................................................................................... 12
B. Saran.................................................................................................. 12
DAFTAR RUJUKAN........................................................................................... 14

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat penting dalam
setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya
pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa,
baik ketika ia berada dalam sekolah maupun dilingkungan rumah (keluarga).
Pada sekarang ini banyak sekali anak-anak mengalami kesulitan dalam belajar. Hal
tersebut tidak hanya dia;ami oleh siswa-siswa yang berkemampuan kurang saja. Hal tersebut
juga dialami oleh siswa-siswa yang berkemampuan tinggi. Selain itu, siswa yang
berkemampuan rata-rata juga mengalami kesulita dalam belajar. Sedang yang namanya
kesulitan belajar itu merupakan kondisi proses belajar yang ditandai oleh hambatan-hambatan
tertentu untuk mencapai kesuksesan.  Kesulitan belajar ini tidak selalu disebabkan oleh
intelegensi yang rendah akan tetapi juga disebabkan oleh factor-faktor non-integensi.
Maka dari itu kami tertarik membahas masalah kesulitan belajar ini karena disaat
sekarang ini banyak anak atau siswa yang banyak mengalami  masalah kesulitan belajar.
Kami berharap dengan adanya makalah ini kami semua bisa mengetahui mengenai faktor dan
hal yang dapat dilakukan untuk menghilangkan rasa kesulitan belajar.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana definisi kesulitan belajar ?
2.      Apa faktor penyebab kesulitan belajar ?
3.      Bagaimana diagnosa kesulitan belajar ?
4.      Bagaimana intervensi (pemecahan masalah) kesulitan belajar ?

C.     Tujuan Pembahasan
1.      Menjelaskan definisi kesulitan belajar
2.      Menjelaskan faktor penyebab kesulitan belajar
3.      Menjelaskan diagnosa kesulitan belajar
4.      Menjelaskan intervensi (pemecahan masalah) kesulitan belajar

D.    Batasan Masalah
Makalah ini hanya membahas tentang “definisi kesulitan belajar, faktor penyebab
kesulitan belajar, diagnosa kesulitan belajar, intervensi (pemecahan masalah) kesulitan
belajar”.

BAB II
LANDASAN TEORI
A.    Definisi Kesulitan Belajar
Kesulitan belajar pada intinya merupakan sebuah permasalahan yang menyebabkan
seorang siswa tidak dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik seperti siswa lain pada
umumnya yang disebabkan faktor-faktor tertentusehingga ia terlambat atau bahkan tidak
dapatmencapai tujuan belajar dengan baik sesuai dengan yang diharapkan. Pada dasarnya,
kesulitan belajar yang dialami siswa tidak selalu disebabkan oleh rendahnya tingkat
intelegensia atau kecerdasan siswa. Namun demikian, kesulitan belajar dapat disebabkan juga
oleh banyak factor seperti faktor-faktor fisiologis, psikologis, sarana dan prasarana dalam
belajar dan pembelajaran serta faktor ligkungan belajarnya.[1]

B.     Faktor Penyebab Kesulitan Belajar


Faktor-faktor yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa dapat dikelompokkan
menjadi factor internal dan factor eksternal.
1.      Faktor internal
Faktor internal yang dapat menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa antara lain, kemampuan
intelektual, perasaan dan kepercayaan diri, motivasi, kematangan untuk belajar, usia, jenis
kelamin, kebiasaan belajar, kemampuan mengingat , serta kemampuan mengindra seperti
melihat, mendengarkan, membau dan merasakan. Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan
Widodo Supriyono faktor internalyang menjadi penyebab kesulitan belajar pada siswa yaitu :
a.       Faktor Fisiologis
Faktor fisiologis yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa seperti kondisi siswa
yang sedang sakit, kurang sehat, adanya kelemahan atau cacat tubuh.
b.      Faktor Psikologis
Faktor psikologis siswa yang dapat menyebabkan kesulitan belajar meliputi tingkat
inteligensia pada umumnya yang rendah, bakat terhadap mata pelajaran yang rendah, minat
belajar dan motivasi yang kurang.
2.      Faktor eksternal, yang dapat menyebabkan kesulitan belajar bagi siswa dapat berupa guru,
kualitas pembelajaran, instrument dan fasilitas pembelajaran, serta lingkungan sosial dan
alam.Sedangkan menurut Abu Ahmadi dan Widodo Supriyono faktor eksternal yang menjadi
penyebab kesulitan belajar pada siswa yaitu :
a.       Faktor Nonsosial
Faktor nonsosial yang dapat menyebabkan kesulitan belajar pada siswa dapat berupa
peralatan belajar atau media belajar yang kurang baik atau bahkan kurang lengkap, kondisi
ruang belajar yang kurang layak dan waktu pelaksanaan proses pembelajaran yang kurang
disiplin.[2]
Kelompok faktor nonsosial lainnya dapat berupa keadaan udara, suhu, cuaca, waktu
(pagi,siang, atapun malam). Semua faktor-faktor yang telah disebutkan di atas harus kita atur
sedemikian rupa sehingga dapat membantu (menggunakan) prose belajar secara maksimal.
Letak sekolah atau tempat belajar misalnya harus meenuhi syarat-syarat seperti di temoat
yang tidak terlalu dekat dengan kebisingan, demikian juga dengan alat-alat pelajaran serta
bangunannya.
b.      Faktor Sosial
Yang dimaksud dengan faktor-faktor sosial di sini adalah faktor manusia (sesama manusia).
[3]
Faktor sosial yang juga dapat menyebabkan munculnya permasalahan belajar pada siswa
seperti faktor keluarga, sekolah ,teman bermain, dan lingkungan masyarakat.[4]

C.     Diagnosa Kesulitan Belajar


Menurut Sugihartono dkk,diagnosis kesulitan belajar dapat diterjamahkan sebagai sebuah
proses yang dilakukan oleh guru untuk menentukan masalah atau ketidak mampuan siswa
dalambelajar yang dilakukan dengan cara meneliti berbagai latar belakang faktor
penyebabnya dengan cara menganalisis gejala-gejala yang tampak dan dapat dipelajari.
Namun demikian, yang perlu dipahami, kegiatan diagnosis kesulitan belajar bukan hanya
sekedar mengetahui gejala-gejala dan faktor-faktor yang menyebabkan seorang siswa
mengalami kesulitan belajar, namun juga sampai pada penentuan kemungkinan bantuan yang
dapat diberikan baik oleh guru ataupun pihak lain yang dianggap mampu. Oleh sebab itu,
kegiatan diagnosis kesulitan belajar merupakan suatu proses dan upaya untuk memahami
jenis dan karakteristik serta latar belakang kesulitan-kesulitan belajar dengan menghimpun
dan mempergunakan berbagai data /informasi selengkap dan seobyektif mungkin sehingga
memungkinkan untuk mengambil kesimpulan serta mencari alternative kemungkinan
pemecahannya.
Dengan demikian, diagnosis kesulitan belajar dapat dikatakan sebagai sebuah proses
untuk melakukan identifikasi kesulitan belajar pada siswa dalam upaya menentukan sumber
dan factor penyebabnya. Tujuannya adalah membantu siswa mengatasi kesulitan belajarnya
melalui berbagai alternatife pemecahannya atas dasar data/informasi yang lengkap dan akurat
yang telah terkumpul.[5]
Dalam melakukan diagnosis diperlukan adanya prosedur yang terdiri atas langkah-
langkah tertentu yang diorientasikan pada ditemukannya kesulitan belajar jenis tertentu yang
dialamai siswa. Prosedur seperti ini dikenal sebagai “diagnostik” kesulitan belajar. Banyak
langkah diagnostic yang dapat ditempuh guru, antara lain yang cukup terkenal adalah
prosedur Weener and Senf (1982) sebagaimana yang dikutip Wardani (1991) sebagai
berikut :
1.      Melakukan observasi kelas untuk melihat perilaku menyimpang siswa ketika mengikuti
pelajaran.
2.      Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga mengalami kesulitan.
3.      Mewawancari orang tua atau wali siswa untuk mengetahui hal ihwal keluarga yang mungkin
menimbulkan kesulitan belajar.
4.      Memberikan tes diagnostic bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan
belajar yang dialami siswa.
5.      Memberikan tes kemampuan intelegensi (IQ) khususnya kepada siswa yang diduga
mengalami kesulitan belajar.[6]

D.    Intervensi (Pemecahan Masalah) Kesulitan Belajar


Banyak alternatif yang dapat diambil guru dalam mengatasi kesulitan belajar siswanya.
Akan tetapi, akan tetapi sebelum pilihan tertentu diambil, guru sangat diharapkan untuk
terlebih dahulu melakukan beberapa langkah penting sebagai berikut :
1.      Menganalisis hasil diagnosis, yakni menelaah bagian-bagian masalah yang benar mengenai
kesulitan belajar yang dihadapi siswa.
2.      Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan tertentu yang memerlukan perbaikan.
3.      Menyusun program perbaikan, khusunya program remedial teaching (pengajaran perbaikan).
Setelah langkah-langkah di atas selesai, barulah guru melaksanakan langkah selatjutnya,
yakni melaksanakan program perbaikan.
1.      Analisis Hasil Diagnosis
Data dan informasi yang diperoleh guru melalui diagnostik kesulitan belajar tadi perlu
dianalisis sedemikan rupa, sehingga kesulitan khusus yang dialami siswa yang berprestasi
rendah itu dapat diketahui secara pasti. Contoh : Badu mengalami kesulitan khusus dalam
memahami konsep kata “polisemi”. Polisemi ialah sebuah istilah yang menunjuk kata yang
memiliki dua makna atau lebih. Kata “turun” umpamanya, dapat dipakai dalam berbagai frase
seperti turun harga, turun tangan, dan sebagainya. Contoh sebaliknya, kata “naik” yang juga
dapat diapaki dalam banyak frase seperti : naik daun,naik darah, naik banding, dan
seterusnya.

2.      Menentukan Kecakapan Bidang Bermasalah


Berdasarkan hasil analisis tadi, guru diharapkan dapat menentukan bidang kecakapan
tertentu yang dianggap bermasalah dan memerlukan perbaikan. Bidang-bidang kecakapan ini
dapat dikategorikan menjadi tiga macam :
a.       Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru sendiri.
b.      Bidang kecakapan bermasalah yang dapat ditangani oleh guru dengan bantuan orang tua.
c.       Bidang kecakapan bermasalah yang tidak dapat ditangani baik oleh guru maupun orangtua.
Kembali ke soal Badu, ternyata dari hasil diagnosis diketahi bahwa ia belum memiliki
kecakapan memahami konteks kalimat, khususnya kalimat-kalimat yang mengandung elemen
polisemi. Akibatnya sebuah kata yang arti aslinya “X” dalam sebuah konteks kalimat dia
pahami sebagai “X” juga dalam konteks kalimat lain.
3.      Menyusun Program Perbaikan
Dalam hal menyusun program pengajaran perbaikan (remedial teaching), sebelumnya
guru perlu menetapkan hal-hal sebagai berikut :
a.       Tujuan pengajaran remedial.
b.      Materi pengajaran remedial.
c.       Metode pengajaran remedial.
d.      Alokasi waktu pengajaran remedial.
e.       Evaluasi kemajuan siswa setelah mengikuti program pengajaran remedial.
4.      Melaksanakan Program Perbaikan
Pada prinsipnya, program pengajaran remedial itu lebih cepat dilaksanakan tentu saja
akan lebih baik. Tempat penyelenggaraannya bisa dimana saja, asal tempat itu
memungkinkan siswa klien (siswa yang memerlukan bantuan) memusatkn perhatiannya
terhadap proses pengajaran perbaikan tersebut. Namun patut dipertimbangkan oleh guru
pembimbing kemungkinan digunakannya ruang Bimbingan dan Penyuluhan yang tersedia di
sekolah dalam rangka mendayagunakan ruang BP tersebut.
Selanjutnya untuk memperluas wawasan pengetahuan mengenai alternatif-alternatif kiat
pemecahan masalah kesulitan belajar siswa, guru sangat dianjurkan mempelajari buku-buku
khusus mengenai bimbingan dan penyuluhan. Selain itu, guru juga dianjurkan untuk
mempertimbangkan penggunaan model-model mengajar tertentu yang dianggap sesuai
sebagai alternatif lain atau pendukung cara memecahkan masalah kesulitan belajar siswa.[7]
5.      Cara Belajar Yang Baik
a.       Andaikankamu sudah mempunyai cara belajar yang baik, artinya dengan caramu itu kamu
dapat belajar dengan mudah. Misalnya “Pak, saya belajar dengan membaca sekali saja sudah
jelas, mudah mengerti”, “Pak, dengan baca sekali, dengan dengar uraian, dan buat skema-
skema, mudah sekali masuk”, dan sebagainya maka cara itu boleh kamu pakai terus.
b.      Bagi yang sulit belajar, manakah cara belajar yang baik? Selain sudah dijelaskan
sebelumnya, coba dengarkan cara yang biasa beberapa orang lakukan ini!
1)      Dengan membaca keseluruhan dala satu bab atau mencoret yang penting.
2)      Jika belum jelas, baca lagi dengan menulis pokok-pokoknya pada catatan.
3)      Kamu pelajari pokok-pokok singkatan tersebut.
4)      Apabila masih lupa, lihat bagian mana yang kelupaan.
5)      Bila harus menghafal syair, kamu dapat melakukan :
a)      Baca seluruhnya pelan-pelan dan tenang. Baca lagi dengan menuliskan kata-kata / kalimat-
kalimat yang sukar. Baca lagi, dan ditekankan yang masih lupa/sukar. Hafalkan di luar
kepala.
b)      Gunakan kalimat/jembatan (slogan), simbol-simbol, atau singkatan-singkatan. Misalnya,
TEKAD, AKABRI, dan lain-lain.
c)      Apabila menghafal sejarah, buatlah pita singkatan silsilah.
d)     Apabila mempelajari ilmu hayat, buktikanlah dengan melihat kenyataan. Misalnnya,
benarkah jagung berakar serabut? Atau seperti apa wujudnya?
e)      Apabila mempelajari ilmu pasti (aljabar-ukur), banyak-banyaklah berlatih mengerjakan soal
dan membuktikan dail-dalilnya.
f)       Segera tanyakan ke guru apabila menghadapi kesukaran-kesukaran.
Uraian di atas akan mempunyai arti jika kita mau membuktikannya dengan kehendak
kita, memiliki kemauan kuat untuk melaksanakannya, berdisipin/menaati dan menepati
rencana yang sudah ditentukan untuk belajar, gemar membaca buku, jangan suka
menganggur kerjakan apapun yang berguna.[8]

BAB III
PEMBAHASAN

Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya.
Hal tersebut sangat wajar mengingat mereka juga berasal dari keluarga dan lingkungan yang
berbeda pula.Dalam hal belajar misalnya, setiap siswa juga mempunyai tingkatan dan
kemampuan belajar yang berbeda pula. Bisa jadi cara belajar mereka pun tidak sama satu
dengan yang lain. Adanya perbedaan kemampuan belajar tersebut mengakibat antara satu
siswa dengan siswa yang lain kadang terjadi kesenjangan yang cukup besar. Maksudnya
disatu sisi ada siswa yang sangat cerdas dan di sisi lain ada siswa yang kurang pandai. Bagi
siswa yang cerdas tentu membuat bangga gurunya, akan tetapi siswa yang rendah prestasi
belajarnya menjadi permasalahan tersendiri bagi guru dan juga siswa itu sendiri. Nah, dalam
proses Bimbingan Konseling bisa diambil sebuah permasalahan mengenai siswa yang rendah
prestasi belajarnya atau siswa yang mengalami kesulitan belajar.
Sebut saja Doni (bukan nama sebenarnya), adalah seorang siswa kelas 5 yang
memiliki nilai hasil belajar terendah di kelasnya. Nilai rendah tersebut tidak hanya untuk satu
atau dua mata pelajaran saja, tetapi hampir semua mata pelajaran. Dalam proses kegiatan
belajar mengajar Doni terlihat sulit sekali menerima materi pelajaran. Selain itu Doni juga
tidak bisa fokus terhadap pelajaran. Ia lebih suka bermain dan mengganggu teman
sebangkunya. Tidak jarang guru seringkali menegurnya lantaran mengganggu konsentrasi
siswa lain. Sayangnya Doni tidak lantas diam dan fokus pada pelajaran hingga jam pelajaran
selesai. Beberapa menit kemudian ia kembali mengganggu temannya dan tidak fokus pada
pelajaran. Pekerjaan Rumah (PR) yang diberikan guru pun sering tidak ia kerjakan.
Permasalahan Doni di atas tentu menjadi kekhawatiran guru dan juga orang tua. Oleh
karena itu guru sebagai orang tua kedua dan juga dianggap lebih kompeten dalam mengenal
dan memahami karakteristik siswa, mengambil langkah-langkah tertentu sebagai upaya untuk
memberi solusi atas permasalahan yang menimpa Doni tersebut.

Langkah-langkah yang diambil yaitu:


1.      Memanggil Doni dan berbicara empat mata perihal segala sesuatu yang terkait dengan
masalahnya.
2.      Memberinya pengertian bahwa perbuatan yang dilakukannya salah.
3.      Memotivasi Doni untuk giat belajar dengan kata-kata persuasif.
4.      Menjelaskan kepada Doni akanpentingnya belajar, baik untuk sekarang maupunmasa depan.
5.      Memberikan perhatian yang lebih dalam kegiatan proses belajar mengajar. Maksudnya jika
Doni belum memahami suatu materi, guru harus dengan sabar menjelaskannya kembali
dengan kata-kata yang mungkin lebih mudah dimengerti.
6.      Memberinya hadiah sebagai penyemangat jika prestasinya meningkat.
7.      Mengajak peran serta orang tua untuk ikut membantu dan mengawasi Doni dalam kegiatan
belajar di rumah.[9]

BAB IV
PENUTUPAN

A.    Kesimpulan
1.      Kesulitan belajar merupakan sebuah permasalahan yang menyebabkan seorang siswa tidak
dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik seperti siswa lain pada umumnya yang
disebabkan faktor-faktor tertentu sehingga ia terlambat atau bahkan tidak dapatmencapai
tujuan belajar dengan baik sesuai dengan yang diharapkan.
2.      Faktor penyebab kesulitan belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
3.      Diagnosa kesulitan belajar dapat diterjamahkan sebagai sebuah proses yang dilakukan oleh
guru untuk menentukan masalah atau ketidak mampuan siswa dalambelajar yang dilakukan
dengan cara meneliti berbagai latar belakang faktor penyebabnya dengan cara menganalisis
gejala-gejala yang tampak dan dapat dipelajari.
4.      Intervensi (Pemecahan Masalah) Kesulitan Belajar dapat dilakukan dengan
cara Menganalisis hasil diagnosis, Mengidentifikasi dan menentukan bidang kecakapan
tertentu yang memerlukan perbaikan, dan Menyusun program perbaikan.

B.     Saran
1.      Hendaknya makalah ini dapat dijadikan sebagai salah satu sumber pembelajaran bagi
pembaca.Dan makalah ini bisa bermanfaat bagi banyak pihak, utamanya bagi penyusun dan
pembaca
2.      Untuk pendidik diharapkan dapat menciptakan suasana belajar yang nyaman bagi anak
didiknya dan dapat menciptakan cara belajar yang mampu membuat peserta didik
bersemangat dalam belajar sehingga dapat memahami pelajaran sesuai dengan tujuan yang
diinginkan. Hendaknya pendidik bekerja sama dengan orang tua atau wali siswa dalam
meningkatkan prestasi belajar dan mengurangi faktor-faktor penyebab kesulitan belajar.
3.      Untuk peserta didik sebaiknya tetap menerapkan sikap disiplin dan tepat waktu dalam
belajar. Pelajari hal-hal yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan, tak perlu sungkan untuk
bertanya pada guru jika memang ada hal yang belum dimengerti.
BAB V
DAFTAR RUJUKAN

Bimo, Walgito, 2010, Bimbingan + Konseling [Studi & Karier], Yogyakarta: Andi.


http://aridlowi.blogspot.com/2012/06/contoh-kasus-cara-menangani-anak.html          diakses
pada jam 21.53, 15 Maret 2015.
Irham, Muhammad, dkk, 2013, Psikologi pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam         Proses
Pembelajaran, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Suryabrata, Sumaedi, 2004,  Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo.
Syah,Mihibbin, 2011,  Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: Rosda.

     [1]Muhammad Irham ,dkk, Psikologi pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran,
Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013, hlm.254.
     [2]Ibid…, hlm.264.
     [3]Sumadi Suryabrata, Psikologi Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo Persada,2004, hlm.233.
     [4]Muhammad Irham, dkk, Psikologi pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran…,
hlm.264.
     [5]Muhammad Irham, dkk, Psikologi pendidikan: Teori dan Aplikasi dalam Proses Pembelajaran…,
hlm.254.
     [6]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan Baru, Bandung: Rosda, 2011, hlm.172.
     [7]Ibid... , hlm.173.
     [8]Walgito Bimo, Bimbingan+Konseling [Studi & Karier], Yogyakarta: Andi, 2010, hlm.152.
     [9]http://aridlowi.blogspot.com/2012/06/contoh-kasus-cara-menangani-anak.html diakses pada jam 21.53, 15
Maret 2015.

Anda mungkin juga menyukai