Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

IDENTIFIKASI KESULITAN BELAJAR SISWA

Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Inovasi Pembelajaran Matematika SD

Dosen Pengampu : Dr. Mulyono, M.Si.

Disusun oleh:

1. Atik Yuliani 2399010003


2. Novita Puspa Dewi 2399010041
3. Farin Hanifatun Nuha 2399010059

ROMBEL 4
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DASAR
PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2023
PRAKATA

Puji syukur kehadirat Allah Swt, atas segala limpahan dan Rahmat-Nya sehingga tim
penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Identifikasi Kesulitan
Belajar Siswa”. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad Saw, yang selalu senantiasa kitanantikan syafa’atnya di yaumul qiamah nanti,
Amin.

Dengan selesainya makalah ini, tim penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada
dosen pengampu mata kuliah Inovasi Pembelajaran Matematika SD, Dr. Mulyono, M.Si. yang telah
memberikan kesempatan untuk menyusun makalah tentang “Identifikasi Kesulitan Belajar
Siswa”. Harapan dari tim penulis semoga makalah ini dapat membantu menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga untuk kedepannya tim penulis
dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini agar menjadi lebih baik.

Makalah ini masih banyak kekurangan karena pengalaman yang tim penulis miliki
masih sangat kurang. Oleh kerena itu, tim penulis berharap para pembaca dapat memberikan
kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Semarang, 27 Oktober 2023

Tim Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................................................ i


PRAKATA ........................................................................................................................................... ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................................... 1
1. Latar Belakang ........................................................................................................................ 1
2. Rumusan Masalah .................................................................................................................. 2
3. Tujuan ...................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................................................... 3
1. Identifikasi Kesulitan Belajar Siswa ...................................................................................... 3
2. Kesulitan Siswa dalam Pengoperasian Bilangan Matematika ............................................. 4
3. Kesulitan yang dialami Siswa dalam Memahami Bahasa Soal Matematika ...................... 4
4. Kesulitan yang dialami Siswa dalam Mengerjakan Rumus-Rumus Matematika .............. 4
5. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika ............... 5
6. Cara Mengatasi Masalah Kesulitan Belajar Mata Pelajaran Matematika ...................... 10
BAB III PENUTUP ........................................................................................................................... 11
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................................................ 12

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah kegiatan belajar merupakan
kegiatan yang paling pokok dan berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak
bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami siswa sebagai peserta didik.
Dalam proses pembelajaran, baik guru maupun siswa bersama-sama menjadi pelaku
terlaksananya tujuan pembelajaran. Tujuan pembelajaran akan mencapai hasil maksimal
apabila pembelajaran berjalan secara efektif. Pembelajaran yang efektif adalah
pembelajaran yang mampu melibatkan seluruh siswa secara aktif. Kualitas pembelajaran
dapat dilihat dari segi proses dan segi hasil (Ahmad Susanto, 2013).

Mata pelajaran matematika merupakan ilmu universal yang mendasari


perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam berbagai disiplin
ilmu dan memajukan daya pikir manusia. Dalam proses kegiatan pembelajaran tidak
semua siswa mengalami keberhasilan dalam belajarnya melainkan ada hambatan atau
kesulitan yang dialaminya. Salah satunya adalah kesulitan belajar (Jhon W.Santrock,
2012). Siswa yang mengalami kesulitan belajar adalah yang memiliki gangguan satu atau
lebih dari proses dasar yang mencakup pemahaman penggunaan bahasa lisan atau tulisan,
gangguan tersebut mungkin menampakkan diri dalam bentuk kemampuan yang tidak
sempurna dalam mendengarkan, berpikir, berbicara, membaca, menulis dan menghitung
(Nini Subini,2016).
Dalam pembelajaran matematika bahwa jika anak mengalami kesulitan belajar
dianggap sebagai sebuah hal yang biasa dan sudah realita umumnya sepertii itu. Hal ini
disebabkan karena matematika merupakan pelajaran yang menjadi momok menakutkan
bagi anak-anak. Matematika dianggap sebagai ilmu yang sulit untuk dipahami karena
abstrak, tidak saja oleh siswa tingkat sekolah dasar bahkan hingga mahasiswa di perguruan
tinggi. Namun, jika diteliti lebih lanjut, kesulitan belajar anak merupakan masalah yang
harus ditanggulangi sejak dini karena akan mempengaruhi anak dalam karir akademi
selanjutnya.

1
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam makalah ini adalah
sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan identifikasi kesulitan belajar siswa ?
2. Bagaimana kesulitan siswa dalam pengoperasian bilangan matematika ?
3. Apa saja kesulitan yang dialami siswa dalam memahami bahasa soal matematika ?
4. Apa saja kesulitan yang dialami siswa dalam mengerjakan rumus-rumus matematika ?
5. Apa saja faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa mata pelajaran matematika ?
6. Bagaimana cara mengatasi masalah kesulitan belajar mata pelajaran matematika ?

3. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut, tujuan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui yang dimaksud dengan identifikasi kesulitan belajar siswa.
2. Mengetahui kesulitan siswa dalam pengoperasian bilangan matematika.
3. Mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam memahami bahasa soal matematika.
4. Mengetahui kesulitan yang dialami siswa dalam mengerjakan rumus-rumus
matematika.
5. Mengetahui faktor-faktor penyebab kesulitan belajar siswa pada mata pelajaran
matematika.
6. Mengetahui cara mengatasi masalah kesulitan belajar pada mata pelajaran
matematika.

2
BAB II
PEMBAHASAN

1. Identifikasi Kesulitan Belajar Siswa

H.W Burton (Mulyadi, 2010: 8) mengidentifikasi bahwa seorang murid dapat


diduga mengalami kesulitan belajar, jika siswa menunjukkan kegagalan tertentu dalam
mencapai tujuan belajarnya. Mulyadi (2010:9) menyimpulkan bahwa seseorang dapat
diduga mengalami kesulitan belajar jika yang bersangkutan tidak berhasil mencapai
taraf kualifikasi hasil belajar tertentu (berdasarkan kriteria dalam tujuan instruksional
atau ukuran kapasitas belajarnya) dalam batas waktu tertentu.

Kesulitan belajar yang terjadi pada seorang siswa pada umumnya disebabkan
oleh faktor – faktor tertentu. Slameto (2003: 54) mengatakan terdapat dua faktor yang
dapat menjadi penyebab kesulitan belajar bagi siswa yaitu faktor internal berasal dari
dalam diri siswa meliputi kesehatan, intelegensi, dan minat. Sedangkan faktor eksternal
berasal dari lingkungan siswa meliputi lingkungan keluarga, masyarakat, dan sekolah.
Dengan demikian, kesulitan belajar tidak hanya dialami oleh peserta didik dengan
intelegensi rendah tapi juga dipengaruhi oleh lingkungan yang kurang mendukung.

Guru sangat dianjurkan melakukan identifikasi (upaya mengenali dengan


cermat) terhadap fenomena yang menunjukkan kemungkinan adanya kesulitan belajar
yang melanda siswa tersebut agar kesulitan belajar yang dialami oleh siswa tidak
bersifat menetap dan terjadi dalam jangka waktu yang lama (Muhibbin Syah, 2006:
186). Dengan melakukan identifikasi guru dapat melihat ciri – ciri maupun gejala yang
nampak, faktor penyebab, serta mempermudah proses pemberian bantuan selanjutnya
(Tidjan, dkk.,1993: 80).

Abin Syamsudin (Mulyadi 2010: 19) menyatakan bahwa identifikasi siswa yang
mengalami kesulitan belajar dapat dilakukan dengan menghimpun, menganalisis, dan
menafsirkan data hasil belajar. Nilai rendah yang diperoleh siswa dalam ujian
menandakan siswa belum berhasil menguasai materi atau mengalami kesulitan dalam
belajarnya (Muhamad Irham, 2014: 259).

3
2. Kesulitan Siswa dalam Pengoperasian Bilangan Matematika
Operasi bilangan merupakan materi dasar yang diajarkan pada anak sekolah
dasar dimana operasi bilangan ini merupakan pondasi pemahaman awal dalam
matematika. Kesulitan operasi merupakan kesulitan dalam menggunakan operasi dalam
matematika seperti mengalami kesulitan dalam menyelasaikan soal matematika
dikarenakan siswa lupa konsep, rumus ataupun operasi yang akan digunakannya untuk
menyelesaikannya soal matematika.
Menurut Lerner, ada beberapa karakteristik siswa yang berkesulitan belajar
matematika yaitu : adanya gangguan dalam hubungan keruangan, abnormalitas persepsi
visual, asosiasi visual-motor, perseverasi, kesulitan mengenal dan memahami simbol,
gangguan penghayatan tubuh, kesulitan bahasa dan membaca dan performance IQ jauh
lebih rendah daripada skor verbal IQ. (Mulyono, 2003).

3. Kesulitan yang dialami Siswa dalam Memahami Bahasa Soal Matematika

Siswa yang mengalami kesulitan dalam soal dapat menyebabkan jawabannya


salah dan kurang maksimal dikarenakan siswa tidak mengerti maksud dari soal untuk
dijawab. Seoarang anak berkesulitan belajar memiliki keterampilan verbal, mendengar
dan dan mungkin sangat terampil dalam membaca. Di lain pihak, ada anak mengalami
kesulitan tersebut mereka bingung jika dihadapkan dengan istilahistilah matematika
seperti tambah kurang, istilah meminjam, dan nilai terlebih dengan soal certia. Dalam
menyelesaikan soal-soal cerita banyak anak yang mengalami kesulitan. Kesulitan
tersebut tampaknya terkait dengan pengajaran yang menuntut anak membuat kalimat
matematika tanpa lebih dahulu memberikan petunjuk tentang langkah-langkah yang
harus ditempuh. Sebagi contoh : Ibu membeli 10 butir telur yang harganya Rp 100. tiap
butir dan 2 kg gula yang harganya Rp 1.000. Ibu membayar barang-barang tersbut
dengan uang Rp 10.000. Kalimaat matematikanya : 10.000 – 10 x 100 + 2 x 1.000 =
7000.

4. Kesulitan yang dialami Siswa dalam Mengerjakan Rumus-Rumus Matematika

Kita ketahui bahwa rumus sangat penting dalam mengerjakan tugas atau
masalah atau langkah menjawab soal dalam matematika. Siswa yang memiliki
kesulitan dalam rumus-rumus matematika dapat berdampak dalam proses pengerjaan
soal dan hasil jawabannya. Rumus adalah suatu metode/cara yang tercepat atau teknik
singkat untuk bisa mencari informasi tertentu dengan menggunakan cara/ patokan,

4
patokan tersebut dilambangkan dengan angka dan tanda serta rumus sendiri dapat
dinyatakan sebagai pernyataan atau kesimpulan atas ketetapan atau pendirian dan
rumus juga dapat diartikan sebagai langkah ilmiah dalam mencari dan mendapatkan
kesimpulan. Siswa yang mengalami kesulitan dalam rumus atau tidak dapat
mengoperasikan rumus maka otomatis akan berdampak pada hasil jawabannya.
5. Faktor-Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika

Fenomena kesulitan belajar seorang siswa biasanya tampak jelas dari


menurunya kinerja akademik atau prestasi belajarnya.Namun, kesulitan belajar juga
dapat dibuktikan dengan munculnya kelainan perilaku (misbehavior) siswa seperti
kesukaan berteriak-teriak di dalam kelas, mengusik teman, berkelahi, sering tidak
masuk sekolah, dan minggat dari sekolah. Kesulitan belajar dipengaruhi karena adanya
faktor-faktor baik dari dalam maupun dari luar yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
a. Faktor Internal
1) Motivasi Belajar
Motivasi intrinsik siswa untuk belajar masih belum terlihat. Hal ini
terlihat dari kurangnya keterlibatan siswa dalam proses belajar di
dalam kelas. Belum terlihatnya motivasi intrinsik siswa ini,
menyebabkan perolehan hasil belajar siswa yang rendah. Hal ini
ditunjukkan dengan nilai mereka yang masih berada di bawah KKM
yang ditentukan. Motivasi belajar ekstrinsik siswa berasal dari rasa
takut mereka akan amarah atau hukuman dari guru dan takut
mendapat nilai yang rendah. Dengan kata lain, mereka belajar dalam
dengan perasaan takut dan tertekan. Sugiyono (2007: 21) menuliskan
bahwa ketika otak menerima ancaman atau tekanan, kapasitas syaraf
untuk berfikir rasional mengecil. Kapasitas otak hanya beroprasi pada
tingkat bertahan sehingga otak tidak dapat mengakses secara
maksimal. Hal itulah yang terjadi pada siswa – siswa tersebut. Jika
siswa belajar dengan kondisi demikian, maka kemampuan belajarnya
kurang maksimal karena adanya hambatan emosi.
2) Kebiasaan belajar
Menurut M. Dalyono (1999 : 237) anak seperti itu termasuk anak yang
memiliki kecenderungan tipe belajar motorik. Mereka mempelajari

5
bahan yang berupa tulisan dan gerakan dan sulit mempelajari bahan
berupa suara dan penglihatan. Hal ini sesuai dengan pendapat Conny
R. Semiawan (1999: 49) bahwa anak – anak usia SD lebih senang
melakukan berbagai aktivitas fisik dari pada berdiam diri. Pada usia
sekolah dasar kemampuan gerak motorik anak jauh lebih halus dan
lebih terkoordinasi dengan baik dari masa sebelumnya (Conny R.
Semiawan, 1999: 49). Perlu kita perhatikan bahwa pada usia ini anak
memiliki kebutuhan untuk selalu bergerak karena energi yang
tertumpuk pada anak memerlukan penyaluran (Rita Eka Izzaty, 2008:
105). Hal ini dapat menyebabkan anak – anak SD merasa lebih
tersiksa kalau harus duduk dan memperhatikan guru dalam jangka
waktu yang cukup lama. Sehingga mereka akan mudah bosan dan
mencari aktivitas lain untuk mengusir kejenuhannya.
3) Sikap dalam Belajar
Siswa sering tidak dapat mengerjakan tugas atau menjawab
pertanyaan dengan tepat. Siswa mudah merasa bosan dengan
pelajaran. Saat merasa bosan mereka akan melakukan kegiatan
ngobrol, bermain, bahkan mengganggu teman yang lain. Saat
mengalami kesulitan belajar, mereka jarang bertanya pada guru atau
teman yang dianggap lebih memahami. mereka lebih suka menyalin
jawaban teman daripada bertanya mengenai hal – hal yang belum
mereka ketahui. Mereka tidak peduli apabila tidak memahami
pelajaran. Noehi Nasution ( 1992: 18) mengatakan bahwa sikap terdiri
dari tiga aspek, yaitu aspek kognitif, afektif, dan konasi. Aspek
kognitif berkenaan dengan informasi, pengetahuan yang dimiliki
seseorang dan sistematisasi proses belajar dalam diri sendiri. Aspek
afektif berkenaan dengan perasaan dan emosi yang dirasakan
seseorang. Sedangkan aspek konatif berkaitan dengan kemauan
seseorang yang menentukan perbuatan yang akan dia lakukan.
Berdasarkan paparan data di atas, dapat kita lihat bahwa aspek
kognitif siswa dalam belajar belum baik. Hal tesebut ditunjukkan oleh
siswa sering tidak dapat mengerjakan tugas dengan tepat dan
menjawab pertanyaan dengan benar. Aspek afektif dalam sikap
ditunjukkan saat pembelajaran. Mereka mudah merasa bosan dan

6
kurang menghargai proses pembelajaran yang berlangsung. Maka
mereka memilih untuk ngobrol, bermain, dan mengganggu teman
yang lain. Noehi (1992: 84) mengatakan bahwa sikap merupakan
suatu kecenderungan dalam diri individu untuk memberi respond dan
berbuat, menuntut cara belajar yang berbeda. Siswa tidak mengerti
materi yang diajarkan, dan tidak dapat mengerjakan tugas. Mereka
juga tidak suka mendengarkan guru menerangkan pelajaran. Siswa
lebih suka bermain dan ngobrol dengan temannya. Sehingga mereka
memilih untuk menyontek jawaban teman yang lain. dengan
demikian, mereka tidak dapat mengerjakan tugas tanpa harus berfikir
dan memperhatikan penjelasan dari guru. Selain itu, mereka dapat
mengerjakan tugas dengan cepat dan tetap bisa bermain bersama
teman.
4) Minat Belajar
Siswa tidak menunjukkan adanya perhatian pada pelajaran di kelas.
Siswa lebih suka dan sering ngobrol dengan temannya dari pada
memperhatikan pelajaran. Bahkan tugas yang diberikan kepada
mereka juga tidak diperhatikan dengan baik. Noehi Nasution (1992:
8) menyatakan bahwa minat anak dalam kegiatan belajar dapat
mempengaruhi berhasil tidaknya anak mempelajari hal tersebut.
Minat belajar keempat siswa tersebut yang masih rendah
menyebabkan prestasi belajar mereka rendah juga. Hal ini didukung
oleh pendapat M. Dalyono (2009: 57) bahwa minat belajar yang
kurang akan menghasilkan prestasi yang rendah, begitu juga
sebaliknya.
5) Bakat
Sumadi Suryabrata (2006: 159) juga menegaskan bahwa seseorang
akan lebih berhasil kalau dia belajar dalam lapangan yang sesuai
dengan bakatnya dan mendapakan pendidikan yang sesuai dengan
bakatnya. Selain bakat yang dimiliki siswa juga mendapat pelatihan
sepak bola dari club yang diikutinya. hal inilah yang membuat prestasi
siswa dibidang olah raga bagus.

7
b. Faktor Eksternal
1) Lingkungan Keluarga
Lingkungan keluarga yang paling mempengaruhi proses belajar
bahwa keluarga baik itu ayah, ibu, dan saudara dapat mempengaruhi
keberhasilan anak dalam belajar. Penciptaan suasana belajar yang
kondusif dalam keluarga penting untuk mendukung keberhasilan
belajar anak. Suasana yang kondusif dapat membuat siswa lebih
tenang dan nyaman saat belajar. Pendampingan belajar membuat
siswa lebih terbimbing dalam mengatasi materi yang sulit mereka
pahami. Pola asuh orang tua yang diterapkan dan kualitas hubungan
antara orang tua dan anak juga memberikan dampak pada bentuk
perilaku siswa dalam belajar. Pola asuh yang permisif membuat siswa
tidak dapat mengendalikan diri dan membagi waktu untuk belajar.
Siswa tidak peduli dengan hasil belajarnya karena orang tua mereka
juga tidak memperdulikannya. Kualitas hubungan siswa dengan orang
tua dapat dilihat dari besar kecilnya perhatian yang diberikan orang
tua yang juga dipengaruhi oleh pekerjaan orang tua siswa. Hal lain
yang turut mempengaruhi proses belajar adalah permasalahan dalam
keluarga yang memberi dampak pada motivasi belajar dan beban
pikiran yang ditangung oleh siswa.
2) Lingkungan Masyarakat
lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa terdapat banyak anak –
anak yang sebaya dengan siswa, sehingga ia menghabiskan lebih
banyak waktu untuk berinteraksi bersama teman sebayanya dari pada
dengan keluarganya di rumah. Pada tahap ini, keberadaan teman
sebaya bukan hanya dapat menjadi sumber kesenangan bagi anak
tetapi juga dapat mengembangkan aspek perkembangan anak.
besarnya peran teman sebaya pada fase ini juga dapat memberi
pengaruh negatif, seperti merokok, mencuri, membolos, menipu, serta
perbuatan antisocial lainnya (Rita Eka Izzaty, 2007: 115). Hal ini
terjadi karena minat anak terhadap teman sebaya sangat tinggi dan
keinginan untuk diterima kelompok sangat besar. Jika kelompok
teman sebayanya kurang baik, maka kemungkinan besar anak akan
mengikuti teman sebayanya. Teman sebaya salah satu siswa memiliki

8
kebiasaan yang kurang baik. Mereka suka bermain hingga larut
malam. Hal itu juga akhirnya dilakukan oleh siswa tersebut, terlebih
pengawasan orang tuanya sangat kurang. Untuk mencegah pengaruh
buruk dari teman sebaya, memang diperlukan pengawasan dari orang
tua dan orang dewasa untuk mengarahkan mereka pada kegiatan yang
lebih baik. Selain pergaulan dengan teman sebaya, media informasi
juga menjadi salah satu hal yang dapat mempengaruhi perilaku anak
khususnya televisi (Conny R. Semiawan, 1999: 237). Media
informasi yang ada saat ini sangat menarik dan begitu dekat dengan
kegiatan sehari – hari anak karena terdapat banyak unsur hiburan.
Televisi juga memberi pengaruh negatif apabila tidak mendapat
kontrol yang baik dari orang tua. Program – program hiburan yang
disukai siswa dapat menimbulkan sikap kekaguman pada tokoh –
tokoh dalam program tersebut. Hal itu akan membuat semangat dan
minat belajar anak akan menurun (Slameto, 2013: 70). Anak akan
lebih tertarik untuk menonton dan mencari tahu hal baru mengenai
program tersebut. Sehingga, jumlah jam belajar anak di rumah lebih
sedikit dibanding jumlah jam untuk menonton televisi.
3) Lingkungan Sekolah
Beberapa hal di sekolah yang dapat menimbulkan kesulitan belajar
adalah kondisi lingkungan sekolah yang meliputi tingkat kebisingan,
kebersihan, dan kondisi fisik sekolah. Penentuan KKM juga harus
memperhatikan kemampuan siswa karena kemampuan siswa di satu
sekolah tentu berbeda dengan sekolah lainnya. Nilai KKM yang
ditetapkan sekolah adalah 70. M. Dalyono (2007:243) mengatakan
apabila guru menuntut standar pembelajaran di atas kemampuan
siswa tanpa mengukur rata - rata kemampuan siswanya, menyebabkan
hanya sebagian kecil siswa saja yang dapat berhasil dengan baik.
Penetapan KKM sepeti ini tidak sesuai dengan panduan penyusunan
kurikulum tingkat satuan pendidikan jenjang pendidikan dasar. Selain
itu, proses pembelajaran di dalam kelas juga sangat mempengaruhi
timbulnya kesulitan belajar.

9
6. Cara Mengatasi Masalah Kesulitan Belajar Mata Pelajaran Matematika

Bimbingan untuk anak dengan kesulitan belajar menurut Paridjo (dalam Yeni,
2015:7) diantaranya; 1) Kemampuan guru dalam mengaitkan konsep dalam kehidupan
sehari-hari yang ditambah dengan penggunaan alat peraga, 2) Guru menuntun siswa
untuk membuat kesimpulan berdasarkan sifat masin-masin, 3) Guru dapat menjelaskan
konsep denan baasa yan sederana, 4) Mencoba kembali soa-soal sesuai dengan konsep,
fakta, serta prinsip pada materi yan telah dipelajari. Hasil penelitian dari Sari dan
Windari (2019) dalam mengatasi kesulitan belajar KPK dan FPB memiliki langkah-
langkah; Pengumpulan data, dimana guru megidentifikasi siswa yang mengalami
kesulitan; Pengolaan data, siswa yang mengalami kesulitan belajar karena asil
belajarnya renda dan sulit memahami penjelasan guru; Diagnosis, kesulitan belajar
siswa dikelompokkan dalam kategori ringan, Melalui kerjasama orang tua dan guru
kesulitan akan teratasi; Prognosis, menyusun rencana untuk mengatasi kesulitan
tersebut, Diperlukan metode, model, serta media untuk menyampaikan materi yang
abstrak; Treatment, dengan cara memberikan perlakukan berupa latihan-latihan soal
/remedial; Evaluasi, dengan evaluasi guru dapat mengetahui berhasil tidaknya upaya
yang dilakukan. Evaluasi juga dilakukan secara kelompok pada sat pembelajaran dan
individu pada saat jam istirahat.

10
BAB III
PENUTUP

Kesulitan belajar yang terjadi pada seorang siswa pada umumnya disebabkan oleh
faktor – faktor tertentu. Slameto (2003: 54) mengatakan terdapat dua faktor yang dapat menjadi
penyebab kesulitan belajar bagi siswa. Faktor Internal yang mempengaruhi yaitu terdiri dari:
Motivasi Belajar, Kebiasaan Belajar, Sikap dalam Belajar, Minat Belajar dan Bakat. Sedangkan
faktor eksternal yang mempengaruhi yaitu terdiri dari: Lingkungan Keluarga, Lingkungan
Masyarakat, dan Lingkungan Sekolah.

Adapun upaya yang dialakukan guru untuk mengatasi siswa dengan kesulitan belajar
matematika antara lain guru memberikan tugas hafalan perkalian dan pembagian setiap pagi.
Mengajarkan perkalian dan pembagian dengan jarimatika. Memberikan tanggung jawab
kepada teman yang paham untuk menjelaskan minimal kepada teman sebangkunya. Serta
memberikan soal latihan, remedial, melakukan bimbingan secara privat di sekolah.

11
DAFTAR PUSTAKA

Bujuri, D. A. (2018). Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar dan Implikasinya
dalam Kegiatan Belajar Mengajar. LITERASI, 9 (1), 37-50.

Dhiana, A. (2016). Identifikasi Kesulitan Belajar Siswa Kelas V SD Negeri Sosrowijayan Kota
Yogyakarta. Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 3 (5), 169-182.

Ilyas. (2016). Pendidikan Karakter Melalui Homeschooling. Journal of Nonformal Education,


2 (1), 91-98.

Nugroho, W. (2019). Pengaruh Layanan Mediasi Terhadap Perilaku Bullying Pada Siswa Kelas
IX SMP Negeri 2 Gondangrejo. Jurnal Medi Kons, 5 (2), 103-114.

Salamah, N.N., Sujadi, A.A. (2018). Analisis Kesalahan Pengerjaan Soal Matematika Materi
FPB dan KPK Pada Siswa Kelas IV SD Negeri Kyai Mojo. Trihayu: Jurnal
Pendidikan Ke-SD-an, 5 (1), 493-500.

Sari, E.Y., Windari, G. E. (2019). Analisis Upaya Guru Dalam Mengatasi Kesulitan Belajar
Siswa Pada Pelajaran Matematika Kelas IV di SDN Ii Geger Kecamatan Sendang
Kabupaten Tulungagung Tahun Pelajaran 2017/2018. Jurnal Ilmia Pendidikan
Dasar, 4 (1), 111-124.

Suhartini. (2018). Analisis Kesulitan Belajar Matematika Pada Materi Soal Cerita KPK dan
FPB Siswa Kelas 5 SDN Lirboyo 4 Kediri Tahun Ajaran 2016-2017. Artikel Skripsi
Universitas Nusantara PGRI Mandiri, 2 (2), 1-12.

Wantika dan Nasution, S.P. (2019). Analisis Kesulitan Belajar dalam Memahami Kecemasan
Peserta Didik pada Pembelajaran Matematika. Jurnal Matematikai, 2 (1), 49-57.

Waskitonintyas, R.S. (2016). Analisis Kesulitan Belajar Matematika Siswa Kelas V Sekolah
Dasar Kota Balikpapan Pada Materi Satuan Waktu Tahun Ajaran 2015/2016. Jurnal
Ilmiah Pendidikan Matematika, 5 (1), 24-32.

Widyasari, N. D., Meter, I. G., Oka, G. A. (2015). Analisis Kesulitan-Kesulitan Belajar


Matematika Siswa Kelas IV Dalam Implementasi Kurikulum 2013 di SD Piloting
SeKabupaten Gianyar. Jurnal PGSD, 3 (1), 1-11.

Yeni, E.M. (2015). Kesulitan Belajar Matematika Di Sekolah Dasar. JUPENDAS, 2 (2), 1-10.

12

Anda mungkin juga menyukai