Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

ALTERNATIF PEMECAHAN KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA


SISWA

OLEH

KELOMPOK VI

 MUHAMMAD LUTFIL HAKIM (180109005)


 ISMAWATI HARIS (180109019)
 HARTATI (180109006)

PROGRAM STUDI TADRIS MATEMATIKA

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAH SINJAI

TAHUN AKADEMIK 2020/2021

i
KATA PENGANTAR

Assalaamu‟alaikum warohmatullahi wabarokaatuh...

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan baik dan tepat waktu yang berkaitan dengan hal “Diagnostik kesulitan
belajar matematika”. Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih
memiliki banyak kekurangan. Maka dari itu, kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang sifatnya membangun guna penyempurnaan penulisan makalah ini.
Tidak lupa kami juga mohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini banyak
kesalahan dan kekhilafan.Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi kami
dan para pembaca sehingga dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari.

Sinjai, 5 April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

A. Latar Belakang.............................................................................................1
B. Rumusan Masalah.......................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3
A. Alternatif penyelesaian kesulitan belajar matematika..................................3
BAB III PENUTUP................................................................................................14
A. Kesimpulan.................................................................................................14
B. Saran...........................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................15

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Matematika merupakan ilmu yang diperlukan oleh semua ilmu
pengetahuan dan tanpa bantuan matematika semua ilmu dan teknologi tidak
mendapat kemajuan yang berarti. Hal ini didasari bahwa pentingnya peranan
matematika dalam kehidupan sehari-hari. Besarnya peran matematika tersebut
menuntut siswa harus mampu menguasai pelajaran matematika.
Melihat pentingnya peranan matematika dalam kehidupan sehari-hari
maka seharusnya mata pelajaran matematika hendaknya diminati oleh para siswa.
Namun kenyataannya, matematika merupakan mata pelajaran yang tidak disukai
oleh siswa. Karena selama ini siswa menganggap bahwa matematika itu adalah
pelajaran yang sulit. Karena merasa kesulitan, sehingga dalam evaluasi belajar
siswa berusaha mencontek. Sehingga perlu adanya peningkatan mutu pendidikan
khususnya mata pelajaran matematika, para pendidik dituntut untuk selalu
meningkatkan diri baik dalam pengetahuan matematika maupun pengelolaan
proses belajar mengajar. Hal ini dimaksudkan agar para siswa dapat mempelajari
matematika dengan baik dan benar sehingga mereka mampu mengikuti
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta dapat menerapkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Oleh karena itu, tujuan penulisan makalah ini : Mencari alternatif
pemecahan kesulitan belajar matematika pada siswa.

1
B. Rumusan masalah
1. Bagaimanakah alternatif penyelesaian kesulitan belajar siswa?
C. Tujuan masalah
1. Mengetahui alternatif penyelesaian kesulitan belajar siswa

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Alternatif Penyelesaian Kesulitan Belajar Siswa


1. Pengertian Kesulitan Belajar Siswa
Kesulitan belajar siswa adalah suatu gejala atau kondisi dalam proses
belajar mengajar yang ditandai oleh adanya hambatan-hambatan tertentu
untuk mencapai hasil belajar. Banyak siswa tidak menyadari hambatan-
hambatan dalam proses belajar. Pada umumnya proses belajar mengajar
tidak terlepas dari upaya untuk membantu siswa dalam mengatasi
kesulitankesulitan yang dihadapi siswa, walaupun kesulitan-kesulitan itu
tidak selalu merupakan hal yang negatif bagi siswa. Guru dalam proses
pembelajaran dapat mengambil manfaat dari kesulitan-kesulitan yang
dialami siswa untuk perbaikan dalam pembelajaran yang sedang
berlangsung atau untuk pembelajaran yang akan datang. Selain itu
kesulitan-kesulitan siswa dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan
dalam menyusun sajian materi pelajaran, sehingga dapat untuk motivasi
dalam belajar serta memilih metode yang tepat dalam pembelajaran.
Dalam usaha memperbaiki mutu hasil belajar matematika, para ahli
pendidikan matematika selalu berusaha mendeteksi letak kesulitan belajar
yang dialami siswa dari berbagai padangan.
2. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kesulitan Belajar
Oemar Hamalik (1982 : 139) berpendapat bahwa faktor-faktor yang
mempengaruhi kesulitan belajar matematika adalah sebagai berikut:
a. Faktor-faktor yang bersumber dari diri sendiri yaitu faktor yang
timbul dari diri siswa itu sendiri atau disebut juga dengan faktor
intern. Sebab-sebab yang tergolong dalam faktor ini adalah sebagai
berikut:
1) Tidak mempunyai tujuan belajar yang jelas,
2) Kurangnya minat terhadap bahan pelajaran,
3) Kesehatan yang sering terganggu,

3
4) Kecakapan mengikuti pelajaran,
5) Kebiasaan belajar,
6) Kurangnya pengasaan bahasa.
b. Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan sekolah, Hambatan
terhadap kemajuan studi tidak saja bersumber dari diri siswa akan
tetapi juga bersumber dari sekolah atau lembaga.
c. Faktor-faktor yang bersumber dari lingkungan masyarakat, Kita
ketahui bahwa sebagian besar waktu belajar siswa dilaksanakan di
rumah. Karena aspek-aspek kehidupan dalam keluarga turut
mempengaruhi kemajuan studi, bahkan mungkin juga dapat dikatakan
menjadi faktor dominan untuk sukses di sekolah.
d. Faktor yang bersumber dari masyarakat, Masyarakat pada umumnya
tidak akan menghalangi kemajuan belajar pada anakanaknya, bahkan
sebaliknya mereka membutuhkan anak-anak yang berpendidikan
untuk kemajuan lingkungan masyarakat. Semakin tinggi tingkat
pendidikan setiap warga akan semakin tinggi tingkat kemajuan dan
kesejahteraan masyarakatnya.
Sudjono dalam Askury (1999:137) mengklasifikasi kesulitan belajar
matematika yang difokuskan pada penyebabnya, dibedakan atas faktor
dasar umum dan faktor dasar khusus. Faktor dasar khusus adalah faktor
yang secara spesifik menjadi penyebab siswa mengalami kesulitan
melakukan aktivitas belajar. Faktor-faktor yang dimaksud meliputi:
a. Kesulitan Menggunakan Konsep, dalam hal ini diasumsikan bahwa
siswa telah memperoleh pembelajaran mengenai konsep, tetapi belum
menguasai dengan baik karena mungkin lupa sebagian atau
seluruhnya. Mungkin juga penguasaan siswa atas suatu konsep masih
kurang jelas atau kurang cermat sehingga ia kesulitan dalam
menggunakannya. Menurut Sujono (1984) kesulitan menggunakan
konsep disebabkan antara lain:

4
1) Siswa tidak mampu mengingat nama singkat suatu situasi,
misalnya nama garis yang memotong lingkaran di dua titik,
lambang ruas garis, sinar dan garis.
2) Ketidakmampuan siswa menyatakan arti istilah dalam suatu
konsep, misalnya siswa tidak mampu menyatakan istilah, hukum
komutatif, asosiatif, distributif, dan identitas.
3) Ketidakmampuan siswa mengingat satu atau lebih kondisi yang
diharuskan (syarat perlu) untuk berlakunya suatu sifat tertentu,
misalnya dalam mempelajari pengertian fungsi, bahwa fungsi
adalah suatu relasi khusus bila dua anggota komponen pertama
sama (anggota daerah asal) maka komponen kedua sama (anggota
daerah hasil) merupakan syarat cukup untuk suatu fungsi atau
siswa tidak mampu membedakan antara yang contoh dan bukan
contoh. Disini siswa gagal mengklasifikasikan mana contoh dan
mana yang bukan contoh.
4) Ketidakmampuan mengingat syarat perlu suatu objek yang
dinyatakan oleh istilah yang ditunjukkan dalam konsep. Akibatnya
siswa tidak dapat membedakan yang contoh dan yang bukan
contoh. Misalnya siswa lupa bahwa suatu relasi yang mempunyai
dua anggota sama pada komponen pertama (anggota daerah asal)
sedangkan anggota komponen kedua berbeda (anggota daerah
hasil) bukan merupakan suatu fungsi.
5) Ketidakmampuan siswa membuat generalisasi berdasarkan suatu
situasi tertentu, misalnya siswa tidak dapat menyimpulkan bahwa
diagonal suatu belah ketupat berpotongan tegak lurus dan belah
ketupat terdiri dari dua segitiga samakaki. Mungkin siswa juga
mengalami kesulitan menerima generalisasi bahwa ‘luas daerah
suatu belah ketupat sama dengan setengah dari hasil kali panjang
diagonalnya’.
b. Kurangnya Keterampilan Operasi Aritmetika, kesulitan siswa yang
disebabkan oleh kurangnya keterampilan operasional aritmetika

5
merupakan kesulitan yang disebabkan oleh kekurangmampuan dalam
mengoperasikan secara tepat kuantitas-kuantitas yang terdapat dalam
soal. Operasi yang dimaksud meliputi penjumlahan, pengurangan,
perkalian, dan pembagian bilangan bulat, pecahan maupun desimal.
Seperti yang dikemukakan oleh Sa’dijah (1989) bahwa salah satu
cabang matematika yang sangat berperan dalam melatih ketelitian,
kecermatan dan ketepatan kerja adalah aritmetika. Kesulitan
Menyelesaikan Soal Cerita Soal cerita adalah soal yang disusun
sedemikian rupa sehingga membentuk suatu cerita yang dapat
dimengerti dan ditangkap secara matematis. Dapat juga dikatakan
bahwa soal cerita merupakan pengungkapan masalah dalam
kehidupan sehari-hari secara matematis.
c. Kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita, soal cerita adalah
kesulitan siswa memahami cerita itu, menetapkan besaran-besaran
yang ada serta hubungannya sehingga diperoleh model matematika
dan meyelesaikan model matematika tersebut secara matematika.
Kadangkala siswa juga kesulitan dalam menentukan apakah bilangan
yang merupakan selesaian model matematika itu merupakan jawab
dari masalah semula. Kesulitan ini dialami tidak hanya oleh siswa
sekolah menengah, tetapi juga siswa di jenjang pendidikan yang lebih
tinggi.
Soegiono (1984; 214) menyatakan bahwa kesulitan-kesulitan siswa
dalam menyelesaikan soal-soal matematika adalah sebagai berikut:
a. Ketidakmampuan siswa dalam penguasaan konsep secara benar,
ketidakmampuan siswa dalam penguasaan konsep secara benar ini
banyak dialami siswa yang belum sampai proses berpikir abstrak
yaitu masih dalam taraf berpikir konkret. Sedangkan konsep-konsep
dalam matematika diajarkan secara abstrak yang tersusun secara
deduktif aksiomatis, ini tentunya menyebabkan siswa kurang
menguasai dalam memahami konsep-konsep tersebut. Indikator dari
kesulitan ini meliputi kesalahan dalam menentukan teorema atau

6
rumus-rumus untuk menjawab masalah, penggunaan teorema atau
rumus yang tidak sesuai dengan kondisi prasyarat berlakunya rumus
tersebut.
b. Ketidakmampuan menggunakan data, bahwa dalam suatu soal
tentunya diberikan data-data dari suatu permasalahan. Namun banyak
siswa yang tidak mampu menggunakan data mana yang seharusnya
dipakai. Kesulitan ini sangat dipengaruhi oleh pengetahuan siswa
tentang konsep ataupun istilah-istilah dalam soal. Jadi dari kesulitan
ini antara lain siswa tidak menggunakan data yang seharusnya
dipakai, kesalahan memasukkan data ke dalam variabel tertentu,
menambah data yang tidak diperlukan dalam menjawab suatu
masalah.
c. Ketidakmampuan mengartikan bahasa matematika, bahasa
matematika merupakan bahasa simbol yang padat, akurat, abstrak dan
penuh arti. Kebanyakan siswa hanya mampu menuliskan dan atau
mengucapkan tetapi tidak dapat menggunakannya. Indikator kesulitan
ini adalah kesalahan menginterpretasikan simbol-simbol, grafik, tabel
dalam matematika.
d. Ketidakcermatan dalam melakukan operasi hitung, bahwa
mengerjakan soal -soal matematika diperlukan konsentrasi yang
tinggi, karena banyak manipulasi rumus-rumus dan banyaknya
operasi hitung dalam melakukan operasi terhadap rumus-rumus.
siswa dituntut untuk cermat terhadap kesalahan-kesalahan yang dapat
terjadi, baik disengaja dilakukan ataupun tanpa disadari telah
dilakukan oleh siswa. Hal ini menunjukkan bahwa siswa dapat
mengalami kesulitan karena ketidakcermatan terhadap operasi hitung
yang telah dilakukan. Indikator dari penyebab kesulitan ini adalah
siswa melakukan kesalahan dalam operasi hitung dan tidak
melakukan operasi hitung yang seharusnya dilakukan dalam operasi
tersebut.

7
e. Ketidakmampuan dalam menarik kesimpulan, kesimpulan merupakan
hasil akhir dari suatu soal pembuktian, suatu pembuktian haruslah
disusun secara logis dan sistematis berdasarkan teoremateorema,
konsep konsep atau definisi-definisi yang telah dipahami, sehingga
kesimpulan yang dibuat berlaku untuk umum dan juga memperjelas
dari pembuktian tersebut. Siswa yang mengalami kesulitan dalam
menyimpulkan untuk pembuktian pada soal banyak disebabkan oleh
kurangnya penguasaan terhadap konsep. Adapun indikator dari
kesulitan ini antara lain kesalahan dalam menarik kesimpulan
ataupun siswa tidak mampu dalam menarik kesimpulan.
Dari beberapa kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam
menyelesaikan soal-soal matematika tersebut kita dapat meminimalkan
batas kesalahan atau permasalahan dengan cara antara lain:
1) Dalam mengajarkan konsep, prinsip, atau keterampilan matematika
terutama pada tingkat sekolah menengah diperlukan kemampuan guru
untuk mengaitkan konsep, prinsip, serta keterampilan itu dengan
pengalaman sehari-hari siswa yang diperoleh dari alam sekitarnya. Jika
diperlukan guru dapat menggunakan perumpamaan atau alat peraga yang
mudah dijangkau dan murah serta secara tepat dapat menggambarkan
situasi yang ada.
2) Guru melibatkan siswa dalam membuat generalisasi. Guru menuntun
siswa untuk mampu membuat kesimpulan berdasarkan sifat-sifat yang
khas dari suatu situasi yang diberikan. Kekurangan-kekurangan yang
masih terdapat dalam diri siswa dalam membuat generalisasi perlu
ditangapi secara positif sehingga siswa semakin terpacu untuk mampu
memperoleh jawaban yang tepat.
3) Dalam pembelajaran matematika guru hendaknya mampu menjelaskan
konsep konsep matematika kepada siswa dengan bahasa yang sederhana.
Jika memang diperlukan guru dapat menggunakan alat peraga matematika,
karena dengan bantuan alat peraga yang sesuai dengan pokok bahasan
yang diajarkan, konsep matematika akan lebih mudah dipahami oleh

8
siswa. Dengan demikian siswa akan mudah memahami ide dasar suatu
konsep atau membuktikan suatu konsep.
4) Dalam membantu mengatasi kesalahan yang dihadapi siswa, dilakukan
dengan pembelajaran remidial. Kesalahan dibedakan dalam dua hal yaitu
kesalahan konseptual atau kesalahan prosedural. Apabila terjadi kesalahan
konseptual, dapat diatasi dengan cara mengajar kembali teori-teori atau
rumus-rumus yang telah dipelajari. Pembelajaran dilaksanakan dengan
cara yang berbeda dengan cara sebelumnya. Kesalahan prosedural diatasi
dengan mencoba kembali soalsoal atau permasalahan dengan
memperhatikan fakta-fakta, konsep-konsep dan prinsip yang telah
dipelajari sebelumnya. Pembelajaran dilaksanakan dengan cara yang
berbeda dengan cara sebelumnya.
Adapun deskripsi data kesalahan yang dilakukan siswa dalam
menyelesaikan tiap-tiap butir soal pada tes diagnostik seperti dibawah ini :
Tabel. Analisis kesulitan siswa pada setiap aspek

Soal Tes Identifikasi Masalah Persentase


1. Pak Andi memiliki  Siswa 34 orang siswa (99%)
sebuah kebun jagung menggunakan yang tuntas dan 1 orang
berbentuk persegi strategi yang tidak siswa (1%) yang tidak
panjang dengan panjang tepat. tuntas. Persentase tingkat
24 cm dan lebar 12 cm  Siswa salah dalam rata-rata kemampuan
Hitunglah luas kebun menyelesaikan siswa dalam indikator :
pak Andi ! permasalahan  memahami
a. Tuliskan apa yang karena masalah sebesar
kamu ketahui dan menggunakan 100 % dengan
ditanyakan pada soal strategi yang tidak kategori sangat
diatas tepat tinggi.
b. Langkah apa saja  merencanakan
yang kamu lakukan agar pemecahan
dapat menyelesaikan masalah sebesar
permasalahan tersebut? 98,09% dengan
c. Hitunglah luas kebun kategori sangat
pak Andi ! d. Buatlah tinggi
kesimpulan dari soal melaksanakan
tersebut !  pemecahan
d. Buatlah kesimpulan masalah sebesar
dari soal tersebut ! 97,14% dengan
kategori sangat

9
tinggi
 memeriksa
kembali hasil
pemecahan
masalah sebesar
90% dengan
kategori sangat
tinggi
2. Yusman akan  Siswa tidak 2 orang siswa (5,71%)
membuat kerangka 4 menuliskan yang tuntas dan 33 orang
buah persegi panjang informasi secara siswa (94,29%) yang
dari kawat. Panjang tiap lengkap tidak tuntas. persentase
persegi panjang 8 cm  Siswa belum tingkat rata-rata
dan lebar 4 cm. Berapa mampu kemampuan siswa dalam
cm panjang kawat yang menentukan indikator :
dibutuhkan ? langkah yang  memahami
a. Tuliskan apa yang tepat karena masalah sebesar
kamu ketahui dan menggunakan 77,14% dengan
ditanyakan pada soal di rumus yang tidak kategori sedang
atas! sesuai.  merencanakan
b. Langkah apa saja  Siswa tidak pemecahan
yang kamu lakukan agar mampu masalah
dapat menyelesaikan menyelesaikan matematika
permasalahan tersebut? soal karena siswa sebesar 49,52%
c. Hitunglah panjang menggunakan dengan kategori
kawat yang dibutuhkan ! langkah-langkah sangat rendah
d. Buatlah kesimpulan penyelesaian yang  melaksanakan
dari soal tersebut ! tidak tepat. pemecahan
 Siswa tidak masalah
memeriksa matematika
kembali hasil sebesar 33,33%
pekerjaan mereka. dengan kategori
sangat rendah
 memeriksa
kembali hasil
pemecahan
masalah
matematika
28,57% dengan
kategori sangat
rendah.
3. Jika Pak Budi  Siswa tidak Tidak ada yang tuntas.
memiliki tanah menuliskan persentase tingkat rata-
berbentuk persegi seluas informasi yang di rata kemampuan siswa
144 m2 dan ingin ketahui secara dalam indikator :
membagi kepada empat lengkap  memahami

10
anaknya. Berapakah  Siswa masalah sebesar
panjang sisi tanah yang menggunakan 61,42% dengan
diterima oleh setiap langkah yang kategori sangat
anak Pak Budi ? tidak tepat dalam rendah.
a. Tuliskan apa yang menyelesaikan  merencanakan
kamu ketahui dan masalah. pemecahan
ditanyakan pada soal di  Siswa masalah
atas! menggunakan matematika
b. Langkah apa saja langkah-langkah sebesar 40%
yang kamu lakukan agar penyelesaian yang dengan kategori
dapat menyelesaikan tidak tepat karena sangat rendah
permasalahan tersebut? menggunakan  melaksanakan
c. Hitunglah berapa sisi rumus yang tidak pemecahan
petak tanah yang relevan sehingga masalah
diterima oleh setiap penyelesaiannya matematika
anak Pak Budi sesuai salah. sebesar 24,76%
dengan langkahlangkah  Siswa tidak dengan kategori
yang telah kamu melalukan sangat rendah
tuliskan pada bagian pemeriksaan  memeriksa
sebelumnya ! kembali kembali hasil
d. Buatlah kesimpulan pemecahan
dari soal tersebut ! masalah
matematika
sebesar 20%
dengan kategori
sangat rendah.
Berdasarkan hasil tes diagnostik tersebut diketahui bahwa siswa
mengalami kesulitan untuk mengerjakan masalah yang non rutin. Masalah
rutin yaitu masalah dimana seseorang yang akan mengerjakannya dapat
secara langsung mengetahui prosedur pelaksanaannya dan masalah tidak rutin
yaitu dimana seseorang yang akan mengerjakannya tidak dapat secara
langsung mengetahui prosedur pelaksanaannya. Adapun penyebab lain dari
rendahnya kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yaitu siswa
hanya beracuan pada penghapalan rumus saja. Sedangkan untuk
penerapannya pada soal masih kurang. Siswa akan sangat mudah menghitung
menggunakan rumus yang mereka hapal, namun untuk mengarahkan soal
pada tahap-tahap pemecahan masalah matematikanya masih sangat sulit.
Trianto (2011: 6) mengemukakan, “Kenyataan di lapangan siswa hanya
menghapal konsep dan kurang mampu menggunakan konsep tersebut jika

11
menemui masalah dalam kehidupan nyata yang berhubungan konsep yang
dimiliki. Lebih jauh lagi bahkan siswa kurang mampu menentukan masalah
dan merumuskannya”.
Melihat kondisi di atas, maka diperlukan suatu model pembelajaran yang
dapat memfasilitasi kebutuhan proses kegiatan belajar mengajar yang melatih
kemampuan pemecahan masalah matematika siswa serta mampu menciptakan
suasana menyenangkan dan membuat siswa menjadi lebih aktif dan lebih
berani mengungkapkan pendapatnya yaitu dengan menggunakan model
pembelajaran berbasis masalah. Herman (2006) mengemukakan bahwa salah
satu alternatif solusi yang dapat mengentaskan permasalahan dalam
pendidikan matematika ini adalah dengan meningkatkan kualitas
pembelajaran melalui Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM). Hal ini
diperkuat dari hasil penelitian Mega Uly Tambun bahwa model pembelajaran
berbasis masalah dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
matematika siswa.
Pada model pembelajaran berbasis masalah siswa sejak awal dihadapkan
pada suatu masalah, kemudian diikuti oleh proses pencarian informasi yang
bersifat student centered. Dengan kata lain tampak jelas di dalam
pembelajaran bahwa masalah dijadikan sebagai fokus pembelajaran.
Sehingga, pelajar tidak saja mempelajari konsep-konsep yang berhubungan
dengan masalah tetapi juga metode ilmiah untuk memecahkan masalah
tersebut. Model pembelajaran berbasis masalah digunakan untuk merancang
kemampuan berpikir tingkat tinggi dengan situasi berorientasi pada masalah.
Dengan pembelajaran berbasis masalah ini siswa dapat berpikir untuk
memecahkan masalah matematika serta dapat memberikan motivasi kepada
siswa untuk mempelajari pelajaran matematika.
Pembelajaran berbasis masalah adalah salah satu model pembelajaran
yang berpusat pada peserta didik dengan cara menghadapkan peserta didik
tersebut 10 dengan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupannya.
Pada model ini pembelajaran dimulai dengan menyajikan permasalahan nyata
yang penyelesaiannya membutuhkan kerja sama di antara siswa. Guru

12
memandu siswa menguraikan rencana pemecahan masalah menjadi tahap-
tahap kegiatan, guru memberi contoh mengenai penggunaan keterampilan dan
strategi yang dibutuhkan. Kemudian guru membantu siswa untuk melakukan
refleksi atau evaluasi.

13
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Dari beberapa kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dalam
menyelesaikan soal-soal matematika tersebut kita dapat meminimalkan
batas kesalahan atau permasalahan dengan cara antara lain: Dalam
mengajarkan konsep, prinsip, atau keterampilan matematika terutama pada
tingkat sekolah menengah diperlukan kemampuan guru untuk mengaitkan
konsep, prinsip, serta keterampilan itu dengan pengalaman sehari-hari
siswa yang diperoleh dari alam sekitarnya, guru melibatkan siswa dalam
membuat generalisasi, dalam pembelajaran matematika guru hendaknya
mampu menjelaskan konsep konsep matematika kepada siswa dengan
bahasa yang sederhana, dalam membantu mengatasi kesalahan yang
dihadapi siswa, dilakukan dengan pembelajaran remidial.

B. Saran

Dari makalah yang singkat ini mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi kita
semua umumya kami pribadi. Dan kami sadar bahwa makalah kami masih jauh
dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi terutama dari
referensi yang kami dapat. Jadi kami berharap saran dan kritik nya yang bersifat
membangun, untuk memperbaiki makalah-makalah selanjutnya.

14
DAFTAR PUSTAKA

Askury. 1999. Kesulitan Belajar Matematika Permasalahan dan Alternatif


Pemecahannya. Jurnal Matematika dan Pembelajaran, Th. V No. 1 Februari
1999. Malang: UMMalang

Hamalik, Oemar. 1980. Metode Belajar dan Kesulitan-kesulitan Belajar.


Bandung: Tarsito Jawa Pos. 27 Februari 2000. Matematika Masih Jadi
Momok.

Herman, T. 2006. Pembelajaran Berbasis Masalah untuk Meningkatkan


Kemampuan Berpikir Matematis Tingkat Tinggi Siswa Sekolah Menengah
Pertama (SMP). Disertai pad PPS Universitas Pendidikan Indonesia,
Bandung: Tidak Diterbitkan

Sujono. 1988. Pengajaran Matematika Untuk Sekolah Menengah. Jakarta, Dirjen


Dikti P2LPTK

Trianto. 2011. Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi dan


Implementasinya Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta : Bumi Aksara.

15

Anda mungkin juga menyukai