Anda di halaman 1dari 19

MODEL PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR

MAKALAH

Dosen Pengampu:
Dr. Septinaningrum, M.Pd.

Disusun oleh Kelompok 06 PGMI 3A:


1. Erdiani Putri Soufi (1860205221020)
2. Anggun Afwina Khuriyatus Sofa (1860205221021)
3. Mita Asyiaturrochmah (1860205221022)
4. Muhaimin Tamami (1860205221031)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SAYYID ALI RAHMATULLAH
TULUNGAGUNG
OKTOBER 2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga tugas makalah mata kuliah Teknologi Pembelajaran yang berjudul
"Model Pembelajaran Di Sekolah Dasar" ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam
semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang membawa umatnya
menuju Dinul Islam yang penuh dengan cahaya kebahagiaan. Sehubungan dengan selesainya
penulisan makalah ini, maka penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Maftukhin, M. Ag. selaku Rektor UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
2. Prof. Dr. Hj. Binti Maunah, M. Pd. I. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
3. Dr. Adi Wijayanto, M. Pd. selaku Kaprodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah UIN
Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung.
4. Dr. Septinaningrum, M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah Teknologi Pembelajaran
yang telah memberikan tugas dan pengarahan dalam penulisan makalah ini.
5. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian penulisan makalah ini.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan, oleh sebab itu penulis berharap adanya saran dan kritik yang bersifat konstruktif
untuk perbaikan dalam pembuatan makalah ke depannya. Semoga karya ini bermanfaat dan
mendapat ridha Allah SWT.

Tulungagung, 01 Oktober 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL...........................................................................................i
KATA PENGANTAR.......................................................................................ii
DAFTAR ISI.....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
A.) Latar Belakang...............................................................................................1
B.) Rumusan Masalah.........................................................................................2
C.) Tujuan Penulisan...........................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................3
A.) Orientasi Model Pembelajaran......................................................................3
1.) Syntak......................................................................................................3
2.) Sistem Sosial...........................................................................................3
3.) Prinsip Reaksi..........................................................................................4
4.) Hasil Belajar............................................................................................5
B.) Model-Model Pembelajaran Kooperatif........................................................6
1.) Two Stay Two Stray.................................................................................6
2.) Snowbal Trowing.....................................................................................8
3.) Jigsaw......................................................................................................9
4.) Team Games Tournament......................................................................10
5.) Numbered head Together......................................................................12
BAB III PENUTUP.........................................................................................14
A.) Kesimpulan..................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................15

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana guna mewujudkan proses
pembelajaran agar peserta didik dapat secara aktif mengembangkan potensi dalam
dirinya untuk memiliki spiritual, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
serta keterampilan yang diperlukan dirinya. Pendidikan akan selalu berkembang
seiring perubahan zaman. Sebagaimana, pendidikan sangat penting bagi
keberlangsungan kehidupan di masa mendatang. Oleh karena itu, pemerintah harus
terus mengembangkan dan melakukan pembaruan dalam pendidikan yang ada,
sebagai upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Proses pembelajaran di sekolah merupakan salah satu faktor yang dapat
meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Proses pembelajaran dapat dikatakan
sebagai kegiatan yang dilakukan untuk mendukung terjadinya proses belajar dalam
diri siswa yang berkaitan erat dengan proses belajar dan hasil belajar. Pembelajaran
sendiri merupakan suatu interaksi yang terjadi antara guru dengan siswa dan sumber
belajar pada lingkungan belajar. Sehingga guru berperan aktif dalam ketercapaian
tujuan pembelajaran. Namun saat ini, tidak hanya guru yang berperan aktif dalam
proses pembelajaran tetapi siswa juga dituntut untuk dapat berperan aktif dan terlibat
dalam proses pembelajaran.
Proses pembelajaran di sekolah hendaknya memilih dan menggunakan
pendekatan, metode, strategi dan teknik yang dapat melibatkan siswa aktif dalam
belajar baik secara mental, fisik maupun sosial.1 Guru secara langsung bertanggung
jawab terhadap hasil belajar siswa. Hal tersebut dikarenakan proses pembelajaran
dilaksanakan bersama dengan guru. Pada kenyataannya, proses pembelajaran yang
berlangsung masih menerapkan model pembelajaran konvensional. Di mana pada
model pembelajaran ini, siswa cenderung mendengarkan penjelasan dari guru tanpa
terlibat aktif dan tidak ada interaksi yang terjadi antara siswa dengan guru.
Model pembelajaran konvensional menuntut guru untuk memberikan materi
dengan ceramah sedangkan siswa mendengar dan menuliskan apa yang dikatakan
oleh guru.2 Hal ini menjadikan siswa untuk mengingat materi tanpa memahami apa
1
Zulfana, F., Mudzanatun, M., & Purwadi, P. (2020). Pengaruh Model Nht Berbantu Ular Tangga
Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas Iv Di Sdn 02 Ujung Pandan Jepara. Elementary School, 7(1), 13–17.
2
Sari, Y., Luvita, R. D., Cahyaningtyas, A. P., Iasha, V., & Setiawan, B. (2020). Pengaruh Metode

1
yang diajarkan. Sehingga menjadikan siswa mudah merasa bosan dan jenuh dengan
kegiatan belajar mengajar yang kemudian berdampak pada minat dan hasil belajar
siswa.
Melihat hasil belajar dan proses pembelajaran yang berlangsung, terdapat
permasalahan yang terjadi dalam proses belajar mengajar yang harus diperbaiki. Salah
satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasinya yaitu dengan pemilihan model
pembelajaran yang tepat. Mengingat model pembelajaran merupakan salah satu
komponen penting dalam menentukan keberhasilan pencapaian tujuan pembelajaran.
Model pembelajaran yang digunakan harus mampu menunjang keaktifan dan
keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran, agar dapat meningkatkan minat, hasil
belajar siswa dan menjadikan pembelajaran lebih bermakna.

B. Rumusan Masalah
1.Bagaimana orientasi model pembelajaran di sekolah dasar?
2. Apa saja model-model pembelajaran kooperatif ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengidentifikasikan model pembelajaran di sekolah dasar.
2. Mengidentifikasi model-model pembelajaran kooperatif

BAB II

Pembelajaran Struktural Analitik Sitentik Terhadap Kemampuan Menulis Permulaan Di Sekolah Dasar. Jurnal
Basicedu, 4(4), 1125–1133.

2
PEMBAHASAN
A. Orientasi Model Pembelajaran
Istilah model merujuk pada arti kata yang menunjukkan bahwa model
adalah sebuah tiruan atau konsepsi dari benda atau keadaan, situasi yang
sesungguhnya, sebagai gambaran atau contoh yang bermanfaat dalam pemecahan
masalah. Dengan demikian model merupakan sebuah situasi tiruan yang berupa
konsep tertulis dari sebuah situasi. Konsep model pembelajaran menurut beberapa
pendapat menyatakan bahwa model pembelajaran merupakan kerangka
konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan
pengalaman belajar peserta didik untuk mencapai tujuan belajar tertentu, dan
berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam
merencanakan dan melaksanakan aktivitas belajar mengajar, model pembelajaran
dimaksudkan sebagai gambaran atau konsepsi bagaimana sebuah pembelajaran
dilakukan. Setiap model pembelajaran memiliki karakteristik yang menjadi ciri
khas dari sebuah model.
Menurut Joyce and Weill model pengajaran memiliki karakteristik
sebagai berikut:3
1. Syntak
Syntak merupakan langkah-langkah pembelajaran yang menunjukkan
bagaimana sebuah model itu dilaksanakan. Syntak sifatnya khas untuk setiap
model pembelajaran, artinya syntak antara satu model dengan model yang
lainnya memiliki perbedaan. Ciri dari sebuah model pembelajaran itu dapat
dilihat dari syntak atau langkah pembelajarannya. Syntak sebuah model
pembelajaran menunjukkan urutan dan tahapan-tahapan pembelajaran
langkah demi langkah, menurut urutan langkah dalam syntak sebuah model
tidak dapat di bolak balik dan diubah. Dengan demikian bahwa urutan
langkah pembelajaran dalam syntak sebuah model sifatnya tetap sesuai teori
yang melandasi model tersebut.
2. Sistem sosial
Sistem sosial merupakan aturan / norma yang mengatur interaksi antara siswa
dengan guru, interaksi antara siswa dengan siswa. Bentuk interaksi dalam
kegiatan pembelajaran perlu diatus karena setiap kegiatan pembelajaran tidak
akan pernah lepas dari interaksi antar manusia yang ada di dalam kelas itu.
3
Joyce, B., Weill, M. 2009. Models Of Teaching. New Delhi : Prentice Hall of India.

3
Secara garis besar sistem sosial sebuah model dapat dibedakan menjadi tiga
kategori yaitu:
1) Interaksi Berpusat pada guru : dalam hal ini guru lebih dominan sebagai
pusat pembelajaran
2) Interaksi Berpusat pada siswa : dalam interaksi ini siswa lebih banyak
berperan dalam kegiatan pembelajaran, sedangkan guru hanya berperan
sebagai fasilitator
3) Interaksi seimbang antara guru dengan siswa : terjadi keseimbangan
interaksi, guru dan siswa masing-masing tidak mendominasi
3. Prinsip Reaksi
Perilaku guru dalam memperlakukan siswa pada kegiatan pembelajaran.
prinsip reaksi merupakan pola kegiatan guru dalam memberikan respon
terhadap perilaku siswa dalam pembelajaran. Setiap model pembelajaran
memberikan aturan bagaimana cara memberikan respon terhadap perilaku
perilaku siswa. Dengan kata lain setiap model pembelajaran memiliki
penekanan atau fokus pada kegiatan tertentu yang memerlukan respon yang
lebih dari guru atau hal apa saja yang berkaitan dengan perilaku siswa dalam
pembelajaran yang harus diberikan dorongan dan bimbingan agar dapat
berjalan secara maksimal. Misalnya dalam Model Pencapaian Konsep,
berikan dukungan dengan menitikberatkan pada sifat hipotesis dari diskusi-
diskusi yang berlangsung, berikan bantuan kepada para pembelajar dalam
mempertimbangkan hipotesis yang satu dari yang lainnya, pusatkan perhatian
para pembelajar terhadap contoh-contoh yang spesifik, dan berikan bantuan
kepada para pembelajar dalam mendiskusikan dan menilai strategi berpikir
yang mereka gunakan.
4. Sistem Pendukung
Sistem pendukung merupakan segala sumber daya yang diperlukan untuk
mendukung terlaksananya kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
model yang dipilih. Dalam hal ini sistem pendukung tidak hanya mencakup
material material fisik yang dibutuhkan tetapi termasuk juga non fisik. Sistem
pendukung non fisik berupa kemampuan yang dimiliki oleh guru untuk
menunjang kegiatan pembelajaran, misalnya kemampuan melakukan
penyelidikan (eksperimen), kemampuan menggunakan metode ilmiah atau
kemampuan menggunakan alat. Sedangkan material fisik berupa media

4
pembelajaran, lembar kerja siswa, buku, jurnal dan lain sebagainya. Melalui
sistem pendukung ini kegiatan pembelajaran akan dapat dilaksanakan dengan
benar sesuai dengan tujuan yang telah di tetapkan.
5. Hasil Belajar
Hasil belajar siswa merupakan prestasi yang dicapai siswa secara akademis
melalui ujian dan tugas, keaktifan bertanya dan menjawab pertanyaan yang
mendukung perolehan hasil belajar tersebut. Di kalangan akademis
memang sering muncul pemikiran bahwa keberhasilan pendidikan tidak
ditentukan oleh nilai siswa yang tertera di rapot atau di ijasah, akan
tetapi untuk ukuran keberhasilan bidang kognitif dapat diketahui melalui
hasil belajar seorang siswa. Hasil belajar adalah hasil pembelajaran dari
suatu individu tersebut berinteraksi secara aktif dan positif dengan
lingkungannya.4 Hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi
perubahan tingkah laku pada orang tersebut.5 Hasil belajar adalah hasil yang
diberikan kepada siswa berupa penilaian setelah mengikuti proses
pembelajaran dengan menilai pengetahuan, sikap, ketrampilan pada diri siswa
dengan adanya perubahan tingkah laku.
B. Model-Model Pembelajaran Kooperatif
Cooperative mengandung pengertian bekerja bersama dalam mencapai tujuan
bersama dalam pembelajaran kooperatif, siswa secara individual mencari hasil yang
menguntungkan bagi seluruh anggota kelompoknya. Jadi, pembelajaran kooperatif
adalah pemanfaatan kelompok kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa
bekerja untuk memaksimalkan belajar mereka dan belajar anggota lainnya dalam
kelompok tersebut. 6
Di dalam kelas kooperatif siswa belajar bersama dalam kelompok kecil yang
terdiri dari 4-6 orang siswa yang tidak membedakan, kemampuan, jenis kelamin,
suku/ras, dan satu sama lain saling membantu. Tujuan pembuatan kelompok tersebut
adalah untuk memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk dapat terlibat
secara aktif dalam proses berpikir dan kegiatan belajar. Tugas dalam kelompok
adalah mencapai ketuntasan materi yang disajikan oleh guru, dan saling membantu

4
Nasution, S, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar-Mengajar (Jakarta: Bina Aksara 1990), 21.
5
Hamalik Oemar, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Bumi Aksara,2006), 30.
6
Etin Solihatin, Cooperatif Learning Analisis Model Pembelajaran IPS, (Jakarta : Bumi
Aksara,2007),4.

5
teman sekelompoknya untuk mencapai ketuntasan belajar.7 Untuk mencapai hasil
yang maksimal, ada lima unsur dalam model pembelajaran kooperatif harus
diterapkan. Unsur tersebut adalah:
1) Saling Ketergantungan Positif
Unsur ini menunjukkan bahwa dalam pembelajaran kooperatif ada dua
pertanggung jawaban kelompok. Pertama, mempelajari bahan yang ditugaskan
kepada kelompok. Kedua, menjamin semua anggota kelompok secara individu
mempelajari bahan yang ditugaskan tersebut.
2) Tanggung Jawab Perseorangan
Pertanggungjawaban ini muncul jika di lakukan pengukuran terhadap
keberhasilan kelompok.
3) Interaksi Promotif
Ciri-ciri interaksi promotif adalah :
a) Saling membantu secara efektif dan efisien
b) Saling memberi informasi dan sarana yang di perlukan
c) Memproses informasi bersama secara lebih efektif dan efisien
d) Saling mengingatkan
e) Saling membantu dalam merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta
meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi
f) Saling percaya
g) Saling memotivasi untuk memperoleh keberhasilan bersama
4) Komunikasi Antar Anggota
Untuk mengoordinasikan kegiatan peserta didik dalam pencapaian tujuan.
5) Pemrosesan Kelompok
Melalui pemrosesan kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan
kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok.

Terdapat beberapa model pembelajaran kooperatif :

1. Two Stay Two Stray


Model Pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray yaitu salah satu
model pembelajaran yang memberikan kesempatan untuk setiap kelompok
membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Adapun kelebihan

7
Trianto, Model-Model Pembelajaran.., 41

6
dan kelemahan dari model pembelajaran Kooperatif Two Stay Two Stray,
kelebihannya adalah:
a) model ini dapat digunakan untuk semua tingkat/kelas
b) siswa lebih semangat belajar dan lebih bermakna
c) model ini lebih berpengaruh pada keaktifan siswa
d) siswa lebih berani mengungkapkan pendapat
e) membantu siswa lebih kompak dan menambah tingkat kepercayaan diri
siswa
f) dapat meningkatkan kemampuan berbicara siswa
g) membantu memperkuat minat dan prestasi belajar siswa.

Kelemahan model pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray adalah:

a) model ini membutuhkan waktu yang lama


b) siswa sering tidak suka belajar dalam kelompok
c) guru membutuhkan banyak persiapan baik dalam materi, dana dan tenaga
d) guru sering kesulitan dalam pengolahan kelas.

Langkah-langkah pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray adalah


sebagai berikut:

1) Siswa dikelompokkan menjadi beberapa kelompok yang setiap kelompok


beranggotakan 4 siswa.
2) Guru memberikan masalah yang berbeda beda kepada masing-masing
kelompok dan siswa berdiskusi dengan anggota-anggota kelompok
membahas materi yang telah diberikan.
3) Setelah semua kelompok menyelesaikan tugasnya, dua orang dari setiap
kelompok bertamu ke kelompok lain untuk mendengarkan hasil kerja
kelompok lain untuk di bagikan kepada kelompoknya.
4) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan hasil kerja
dan informasi kelompok lain yang datang berkunjung ke kelompok
mereka.
5) Tamu kembali ke kelompok asalnya untuk melaporkan hasil yang mereka
dapat dari kelompok lain.
6) Kelompok mendiskusikan dan membahas hasil kerja mereka

7
2. Snowball Trowing
Snowball throwing berasal dari dua kata yaitu “snowball” dan
“throwing”. Kata snowball berarti bola salju, sedangkan throwing berarti
melempar, jadi snowball throwing adalah melempar bola salju. Pembelajaran
snowball throwing merupakan salah satu model dari pembelajaran
kooperatif. Pembelajaran snowball throwing merupakan model
pembelajaran yang membagi siswa di dalam beberapa kelompok, yang di
mana masing-masing anggota kelompok membuat bola pertanyaan.
“Snowball throwing adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran di
mana siswa dibentuk dalam beberapa kelompok yang heterogen kemudian
masing-masing kelompok dipilih ketua kelompoknya untuk mendapat tugas
dari guru lalu masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk
seperti bola (kertas pertanyaan) kemudian dilempar ke siswa lain yang
masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh”. 8
Pembelajaran snowball throwing adalah suatu model pembelajaran yang
membagi siswa dalam beberapa kelompok, yang nantinya masing-masing
anggota kelompok membuat sebuah pertanyaan pada selembar kertas dan
membentuknya seperti bola, kemudian bola tersebut dilempar ke siswa
yang lain selama durasi waktu yang ditentukan, yang selanjutnya
masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperolehnya.
Tujuan pembelajaran snowball throwing yaitu melatih siswa untuk
mendengarkan pendapat orang lain, melatih kreativitas dan imajinasi siswa
dalam membuat pertanyaan, serta memacu siswa untuk bekerja sama,
saling membantu, serta aktif dalam pembelajaran. Selain itu, perlu
dipahami bahwa membuat pertanyaan (menulis kata-kata dalam kertas)
akan memproses pikiran dalam otak, sehingga peserta didik mampu
menggunakan imajinasinya secara aktif.9 Selanjutnya, adapun manfaat
pembelajaran snowball throwing, yaitu:

8
Suprijono, Agus. (2009). Pembelajaran Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
9
Mirnawati, M., & Firman, F. (2019). Penerapan Teknik Clustering Dalam
Mengembangkan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas IV MI Pesanten Datuk
Sulaiman Palopo. Jurnal Studi Guru dan Pembelajaran, 2(2), 165-177.

8
1) Dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa.
2) Dapat menumbuh kembangkan potensi intelektual sosial, dan
emosional yang ada di dalam diri siswa
3) Dapat melatih siswa mengemukakan gagasan dan perasaan secara
cerdas dan kreatif.
Kelebihan yang ditemukan dalam pelaksanaan pembelajaran model
snowball throwing yaitu melatih kedisiplinan siswa dan saling memberi
pengetahuan. Selain itu, model ini juga memiliki kelemahan, di antaranya
pengetahuan tidak luas hanya terkuat pada pengetahuan sekitar siswa,
kurang efektif digunakan untuk semua materi pelajaran.10
3. Jigsaw
Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan sebuah varian
diskusi kelompok dengan ciri khasnya adalah guru hanya menunjuk seorang
siswa yang mewakili kelompoknya, tanpa memberi tahu terlebih dahulu siapa
yang akan mewakili kelompoknya itu. Cara ini akan menjamin keterlibatan
total semua siswa sehingga sangat baik untuk meningkatkan tanggung jawab
individual dalam diskusi kelompok.11
Metode pembelajaran model jigsaw merupakan model pembelajaran
kooperatif yang dikembangkan oleh Elliot Aronson’s. Model pembelajaran
ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab peserta didik terhadap
pembelajarannya sendiri dan pembelajaran orang lain. Metode jigsaw ini
mengarahkan peserta didik tidak hanya mempelajari bagian materi yang
diberikan, tetapi peserta didik dapat memberikan dan mengajarkan bagian
materi tersebut pada kelompoknya. Jigsaw dalam bahasa Inggris berarti
gergaji, karena teknis penerapan model pembelajaran ini maju mundur seperti
gergaji. Langkah-langkah penerapan metode pembelajaran model jigsaw,
yaitu:

1) Membentuk kelompok heterogen yang beranggotakan 4-6 orang.

10
Suprijono, Agus. (2009). Pembelajaran Cooperatif Learning. Yogyakarta: Pustaka Belajar.
11
Mustamiin, MZ (2016). Pengaruh Penggunaan Model Kooperatif Learning Tipe Jigsaw Terhadap
Hasil Belajar IPS Di Tinjau Dari Motivasi Berpretasi. Jurnal Teknologi Pendidikan: Jurnal Penelitian dan
Pengembangan Pembelajaran, 1 (2), 65-76.

9
2) Masing-masing kelompok membagi bagian materi (topik) pada setiap
anggota kelompok. Kemudian mengirimkan satu orang wakil kelompok
untuk membahas bagian materi pembelajaran (topik), wakil ini disebut
kelompok ahli.
3) Kelompok ahli berdiskusi untuk membahas topik yang diberikan dan
saling membahas untuk menguasai topik tersebut.
4) Setelah memahami materi pembelajaran (topik) kelompok ahli menyebar
dan kembali ke kelompok masing-masing, kemudian menjelaskan materi
pembelajaran (topik) kepada teman di kelompoknya.
5) Guru memberikan tes individual pada akhir pembelajaran tentang materi
telah didiskusikan.12
Cooperative learning adalah model pembela jaran yang mencakupi
suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sama dalam tim untuk
menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau mengerjakan
sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya.13 Model Jigsaw guru perlu
memperhatikan pengetahuan yang telah dimiliki oleh siswa yang
diperolehnya melalui pengalamannya dan membantu siswa untuk mengaitkan
pengetahuan dengan kehidupan nyata agar pembelajaran lebih bermakna.
4. Team Games Tournament
Model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah model
pembelajaran yang menyajikan suatu konsep dengan disertai belajar
secara kelompok dan permainan, serta berhubungan dengan bagaimana
seseorang belajar atau gaya/cara siswa belajar, relevansi dan manfaat
penuh terhadap belajar.14
Model Pembelajaran Kooperatif tipe TGT (Teams Game
Tournament) siswa dalam kelompok-kelompok belajar dengan
pengelompokan heterogen, dengan tahapan belajar dalam kelompok,
permainan, pertandingan, dan penghargaan.15 Pembelajaran TGT (Teams
12
Arends, R. (2008). Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar (7th ed.). Yogyakarta: Pustaka
Pelajar.
13
Suherman, et.al. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: JICA-
Universitas Pendidikan Indonesia.
14
Ismah, Z., & Ernawati, T. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe
Teams
Games Tournament(TGT) terhadap Hasil BelajarIPA Siswa KelasVIII SMP Ditinjau dari Kerjasama Siswa.
Jurnal Pijar Mipa, 13(1), 82–85
15
Amin,T. A., Yahya, M., & Caronge, M. W. (2018). Penerapan Model Pembelajaran
Kooperatif

10
GamesTournament) menyajikan suatu konsep dengan disertai belajar secara
kelompok dan permainan, serta berhubungan dengan bagaimana seseorang
belajar atau gaya/cara siswa belajar, relevansi, dan manfaat penuh
terhadap belajar.16 Dalam TGT (Teams Games Tournament) siswa
mempermainkan permainan-permainan dengan anggota-anggota tim lain
untuk memperoleh skor bagi tim mereka masing-masing.17
Permainan dapat disusun guru dalam bentuk kuis berupa pertanyaan-
pertanyaan yang berkaitan dengan materi pelajaran. 18 Kadang-kadang
dapat juga diselingi dengan pertanyaan yang berkaitan dengan kelompok.
Permainan dalam TGT (Teams Games Tournament) dapat berupa
pertanyaan-pertanyaan yang ditulis pada kartu-kartu yang diberi angka
dan gambar.19
Langkah-langkah atau komponen utama yang dilakukan dalam Model
Pembelajaran Kooperatif Teams Games-Tournamen (TGT) yaitu sebagai
berikut:
1) Presentasi Kelas
2) Belajar Kelompok (Tim)
3) Game
4) Turnamen
5) Rekognisi Tim20
Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games-Tournament (TGT)
merupakan pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta didik
untuk aktif dalam proses pembelajaran sehingga melatih kemandirian

TipeTGT untuk Meningkatkan Hasil Belajar Membiakkan Tanaman Secara Vegetatif pada Siswa KelasX
SMK Negeri 3 Takalar. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 4(2), 73.

16
Karini, N. W., Agung, A. A. G., & Citra Wibawa, I. M. (2020). Pengaruh Model
Pembelajaran
TGT (Teams Games Tournament) dengan Seting Lesson Study terhadap Sikap Ilmiah Siswa. Indonesian
Journal of Educational Research and Review, 3(1), 86.
17
Hamdani, M., Mawardi, S., & Wardani, K. W. (2019). Penerapan Model Pembelajaran Team
Games Tournamen (TGT) pada Pembelajaran Tematik Terpadu Kelas 5 untuk Peningkatan Keterampilan
Kolaborasi. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar, 3(4), 440.
18
Febriana, S. G. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Teams Games Tournament Berbantu
Media Ular Tangga untuk Meningkatkan Keterampilan Collaborative SiswaSD. Jurnal Imiah Pendidikan
dan Pembelajaran, 2(2).
19
Harahap, S. E. (2018). Meningkatkan Hasil BelajarPPKN melalui Model PembelajaranTGT
(Team Games Tournament) Siswa Kelas 5SD NEGEri 164525 Tebing Tinggi. Elementary School Journal
PGSD FIP Unimed,8(2), 101–109
20
Slavin, R.E. (2009). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik. Bandung: Nusa Media.

11
belajarnya. setiap manusia dapat berkembang secara maksimal dalam hal
kemandirian belajar, jika dalam proses pembelajaran memberikan peluang
kepada siswa untuk membuat keputusan mengenai proses pembelajaran itu
sendiri. Dengan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games-
Tournament (TGT), dapat menjadikan peserta didik lebih bersemangat dalam
pembelajaran matematika dan menciptakan suasana kelas yang lebih
menyenangkan. Selain itu dapat mendukung peranan matematika untuk
mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi, jujur, dan disiplin.21
5. Numbered Head Together
Numbered Head Together (NHT) adalah salah satu tipe pembelajaran
kooperatif, model pembelajaran ini bertujuan untuk meningkatkan
penguasaan akademik siswa dan meningkatkan interaksi antar siswa. 22 model
pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) menekankan
struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan
memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT)
dirancang untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling bertukar
ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat dari pertanyaan maupun
pernyataan yang diberikan oleh guru.23 Pembelajaran kooperatif tipe
Numbered Head Together ini merupakan salah satu model pembelajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling berbagi ide-ide dan
mempertimbangkan jawaban yang paling tepat serta dirancang untuk
mempengaruhi pola interaksi siswa dan sebagai alternatif terhadap struktur
kelas tradisional.24
Model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together
merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa
untuk saling bertukar ide antar siswa dalam kelompoknya masing-masing

21
Khosun, N. (2011). Kemandirian Belajar.
22
Santiana, N. L. P. M., Sudana, D. N., & Garminah, N. N. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Sekolah
Dasar di Desa Alasangker. MIMBAR PGSD Undiksha.
23
Huda, M. (2013). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Pelajar.
24
Kristian, A. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Numbered Head Together ( Nht ) Terhadap Hasil
Belajar Matematika Siswa Di Kelas Iv Sdn 4 Banda Aceh. GENTA MULIA: Jurnal Ilmiah Pendidikan, IX(2),
71–82.

12
serta mempertimbangkan jawaban yang paling tepat dan bertujuan untuk
meningkatkan penguasaan akademik dan interaksi siswa.
Langkah-langkah untuk melakukan model pembelajaran kooperatif
tipe Numbered Head Together, yaitu:
1) siswa dibentuk dalam kelompok yang beranggotakan empat sampai enam
orang siswa
2) setiap siswa yang sudah berada dalam kelompok diberi nomor
3) masing-masing kelompok yang sudah dibentuk mendapatkan tugas atau
pertanyaan dari guru
4) setiap kelompok yang sudah diberi tugas atau pertanyaan oleh guru, maka
anggota yang berada dalam kelompok tersebut bisa saling berdiskusi
untuk menemukan jawaban yang paling tepat dan memastikan semua
anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut
5) setelah berdiskusi dan mendapat jawaban yang menurut setiap kelompok
benar, guru memanggil salah satu nomor secara acak dan siswa dengan
nomor yang dipanggil dapat mempresentasikan jawaban dari
kelompoknya.25
Kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together yaitu :
a) mampu memperdalam pemahaman siswa
b) melatih tanggung jawab siswa
c) mengembangkan rasa ingin tahu siswa
d) meningkatkan rasa percaya diri siswa
e) menyenangkan siswa dalam belajar26
Proses pembelajaran yang demikian siswa merasa senang dan tidak
merasa bosan saat pembelajaran berlangsung, dikarenakan setiap siswa dapat
berperan aktif dalam kelompoknya masing-masing, dengan digunakannya
model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together dalam kegiatan
pembelajaran maka dapat mempengaruhi hasil belajar siswa.

25
Huda, M. (2013). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Pelajar.
26
Mahardika, I. P. M., Dantes, N., & Widiana, W. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Numbered
Heads Together Terhadap Hasil Belajar IPS Pada Siswa Kelas V SD Gugus V Kintamani Tahun Pelajaran
2017/2018. MIMBAR PGSD Undiksha, 6(1), 1–32. ejournal.undiksha.ac.id

13
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Model pembelajaran adalah suatu kerangka konseptual yang menggambarkan proses
sistematis pengorganisasian pengalaman belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu, dan berfungsi sebagai pedoman bagi perancang pembelajaran dan guru dalam
merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Model pembelajaran bertujuan
untuk menggambarkan atau merancang bagaimana pembelajaran berlangsung. Setiap model
pembelajaran mempunyai ciri khas suatu model.
Kooperatif melibatkan kerja sama untuk mencapai tujuan bersama dalam
pembelajaran kooperatif, dengan setiap siswa mengejar hasil yang menguntungkan semua
anggota kelompok. Oleh karena itu, pembelajaran kooperatif adalah penggunaan kelompok
kecil dalam pengajaran yang memungkinkan siswa bekerja untuk memaksimalkan
pembelajaran mereka sendiri dan pembelajaran anggota kelompok lainnya.
Model pembelajaran itu meliputi syntak, sistem sosial, prinsip reaksi, sitem
pendukung, hasil belajar. Contoh analisis model pembelajaran kooperatif antara lain two stay
two stray, snowball trowing, jigsaw, team game tournament, numbered head together dll.

14
DAFTAR PUSTAKA

Amin,T. A., Yahya, M., & Caronge, M. W. (2018). Penerapan Model


Pembelajaran Kooperatif TipeTGT untuk Meningkatkan Hasil Belajar
Membiakkan Tanaman Secara Vegetatif pada Siswa KelasX SMK Negeri 3
Takalar. Jurnal Pendidikan Teknologi Pertanian, 4(2), 73.
Arends, R. (2008). Learning To Teach Belajar Untuk Mengajar (7th ed.).
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Etin Solihatin, Cooperatif Learning Analisis Model Pembelajaran IPS,
(Jakarta : Bumi Aksara,2007),4.
Febriana, S. G. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Teams Games
Tournament Berbantu Media Ular Tangga untuk Meningkatkan Keterampilan
Collaborative SiswaSD. Jurnal Imiah Pendidikan dan Pembelajaran, 2(2).
Hamalik Oemar, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Bumi Aksara,2006), 30.
Hamdani, M., Mawardi, S., & Wardani, K. W. (2019). Penerapan Model
Pembelajaran Team Games Tournamen (TGT) pada Pembelajaran Tematik Terpadu
Kelas 5 untuk Peningkatan Keterampilan Kolaborasi. Jurnal Ilmiah Sekolah Dasar,
3(4), 440.
Ismah, Z., & Ernawati, T. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe Teams Games Tournament(TGT) terhadap Hasil BelajarIPA
Siswa KelasVIII SMP Ditinjau dari Kerjasama Siswa. Jurnal Pijar Mipa, 13(1), 82–
85
Joyce, B., Weill, M. 2009. Models Of Teaching. New Delhi : Prentice Hall of
India.
Karini, N. W., Agung, A. A. G., & Citra Wibawa, I. M. (2020).
Pengaruh Model Pembelajaran TGT (Teams Games Tournament) dengan Seting
Lesson Study terhadap Sikap Ilmiah Siswa. Indonesian Journal of Educational
Research and Review, 3(1), 86.
Mirnawati, M., & Firman, F. (2019). Penerapan Teknik
Clustering Dalam Mengembangkan Kemampuan Menulis Karangan Deskripsi
Siswa Kelas IV MI Pesanten Datuk Sulaiman Palopo. Jurnal Studi Guru dan
Pembelajaran, 2(2), 165-177.
Mustamiin, MZ (2016). Pengaruh Penggunaan Model Kooperatif Learning
Tipe Jigsaw Terhadap Hasil Belajar IPS Di Tinjau Dari Motivasi Berpretasi. Jurnal
Teknologi Pendidikan: Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pembelajaran, 1 (2),
65-76.
Nasution, S, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar-Mengajar (Jakarta:
Bina Aksara 1990), 21.
Sari, Y., Luvita, R. D., Cahyaningtyas, A. P., Iasha, V., & Setiawan, B. (2020).
Pengaruh Metode Pembelajaran Struktural Analitik Sitentik Terhadap Kemampuan
Menulis Permulaan Di Sekolah Dasar. Jurnal Basicedu, 4(4), 1125–1133.
Suherman, et.al. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer.
Bandung: JICA-
Suprijono, Agus. (2009). Pembelajaran Cooperatif Learning.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.
Suprijono, Agus. (2009). Pembelajaran Cooperatif Learning.
Yogyakarta: Pustaka Belajar.

15
Trianto, Model-Model Pembelajaran.., 41
Universitas Pendidikan Indonesia.
Zulfana, F., Mudzanatun, M., & Purwadi, P. (2020). Pengaruh Model Nht
Berbantu Ular Tangga Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas Iv Di Sdn 02 Ujung
Pandan Jepara. Elementary School, 7(1), 13-17.
Harahap, S. E. (2018). Meningkatkan Hasil BelajarPPKN melalui Model
PembelajaranTGT (Team Games Tournament) Siswa Kelas 5SD NEGEri 164525
Tebing Tinggi. Elementary School Journal PGSD FIP Unimed,8(2), 101–109
Slavin, R.E. (2009). Cooperative Learning: Teori, Riset dan Praktik.
Bandung: Nusa Media.
Khosun, N. (2011). Kemandirian Belajar.
Santiana, N. L. P. M., Sudana, D. N., & Garminah, N. N. (2014). Pengaruh
Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together (NHT) Terhadap
Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas V Sekolah Dasar di Desa Alasangker.
MIMBAR PGSD Undiksha.
Huda, M. (2013). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka Pelajar.
Kristian, A. (2018). Pengaruh Model Pembelajaran Numbered Head Together
( Nht ) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Di Kelas Iv Sdn 4 Banda Aceh.
GENTA MULIA: Jurnal Ilmiah Pendidikan, IX(2), 71–82.
Huda, M. (2013). Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Pustaka
Pelajar.
Mahardika, I. P. M., Dantes, N., & Widiana, W. (2018). Pengaruh Model
Pembelajaran Numbered Heads Together Terhadap Hasil Belajar IPS Pada Siswa
Kelas V SD Gugus V Kintamani Tahun Pelajaran 2017/2018. MIMBAR PGSD
Undiksha, 6(1), 1–32. ejournal.undiksha.ac.id

16

Anda mungkin juga menyukai