OLEH :
ILHAN ERDEANNDA
(20045012)
DEPARTEMEN GEOGRAFI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT berkat Rahmat, Hidayah, dan Karunia-Nya
kepada kita semua sehingga sayadapat menyelesaikan proposal penelitian dengan judul
“ANALISIS KONTEN PENDIDIKAN GEOGRAFI PADA KURIKULUM
MERDEKA UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN SISWA TENTANG
FENOMENA LINGKUNGAN GLOBAL DI KELAS XI IPS SMAN 1 RANGSANG
BARAT”. Laporan proposal penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk tugas
akhir geografi.
Saya menyadari proposal penelitian ini tidak luput dari berbagai kekurangan.
Penulis mengharapkan saran dan kritik demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga
akhirnya laporan proposal skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi bidang
pendidikan dan penerapan di lapangan serta bisa dikembangkan lagi lebih lanjut.
Ilhan Erdeannda
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................................... i
Daftar isi ...................................................................................................................................... ii
I. PENDAHULUAN................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang............................................................................................................. 1
1.2 Fokus Penelitian .......................................................................................................... 12
1.3 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 12
1.4 Tujuan Penelitian ......................................................................................................... 13
1.5 Kegunaan Penelitian ................................................................................................... 13
II. LANDASAN TEORI............................................................................................................ 15
2.1 Tinjauan Pustaka ......................................................................................................... 15
2.2 Penelitian Relevan ....................................................................................................... 31
2.3 Kerangka Berpikir ....................................................................................................... 39
III. METODE PENELITIAN .................................................................................................. 41
3.1 Jenis Penelitian ............................................................................................................ 41
3.2 Wilayah dan Lokasi ..................................................................................................... 41
3.3 Tempat dan Waktu Penelitian ..................................................................................... 42
3.4 Subjek Penelitian ......................................................................................................... 43
3.5 Teknik Pengumpulan Data .......................................................................................... 43
3.6 Teknik Analisis Data ................................................................................................... 45
3.7 Pengecekan Keabsahan Data ....................................................................................... 46
3.8 Tahapan Penelitian ...................................................................................................... 47
III. PENUTUP
Daftar Pustaka
Daftar Tabel
a) Tabel 1 ........................................................................................................................ 29
b) Tabel 1 ........................................................................................................................ 38
c) Tabel 2 ........................................................................................................................ 42
Daftar Gambar
a) Gambar 1 ..................................................................................................................... 40
b) Gambar 2 ..................................................................................................................... 42
Lampiran
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam menghadapi perkembangan belajar siswa yang bertolak ukur pada
pemahaman dan kemampuan memecahkan masalah serta dapat memotivasikan siswa
dalam setiap mata pelajaran yang diajarkan, hendaknya pembelajaran yang diajarkan
haruslah sesuai dengan kurikulum yang berlaku. Sejalan dengan perubahan sistem
pendidikan, guru diharapkan mampu mengambil keputusan, baik ketika merencanakan
pembelajaran maupun ketika melaksanakan pembelajaran, termasuk memecahkan
masalah-masalah yang ditemukan di dalam kegiatan pembelajaran di kelas maupun di
sekolah. Selain itu guru juga hendaknya memberikan pembelajaran sesuai dengan
tuntunan Kurikulum Merdeaka dengan penekanan pada kebebasan pengembangan
kemampuan dan potensi peserta didik, hal ini sangat berpengaruh pada perkembangan
belajar siswa. Pada dasarnya ketika berbicara tentang pendidikan sebenarnya bukan hal
yang tabu dan hampir semua orang mengetahuinya. Namun, hakikat dari pendidikan dan
pembelajaran itu sendiri masih simpang siur, bahkan tak jarang terdapat kesalahan baik
dalam memahami bahkan sesuatu yang menjadi landasan serta ketentuan di dalamnya
kerap menjadi tanda tanya. Hakikatnya, pendidikan menurut UU No.20 Tahun 2003
merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk
memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Dalam arti lebih lanjut pendidikan dapat diartikan sebagai suatu pembelajaran
pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu
generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan
sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak.
Belajar merupakan salah satu bagian ataupun komponen dalam pendidikan. Belajar
menurut Gagne adalah sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilakunya
sebagai akibat pengalaman. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan
melalaui pengalaman. Sehingga dapat dikatakan belajar bukan sekedar mengingat, lebih
dari itu tetapi juga berproses, bertindak dan juga mengalami. Belajar pada dasarnya
adalah proses kognitif yang di dukung dari fungsi aspek psikomotor yang meliputi
aktivitas mendengar, melihat, dan mengucap. Berdasarkan pendapat yang dikemukakan
1
2
Bloom, hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang meliputi tiga ranah yaitu ranah
kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Salah satu tujuan utama dari pendidikan adalah mengembangkan potensi dan
mencerdaskan individu dengan lebih baik. Dengan tujuan ini, diharapkan mereka yang
memiliki pendidikan dengan baik dapat memiliki kreativitas, pengetahuan, kepribadian,
mandiri dan menjadi pribadi yang lebih bertanggung jawab. Dalam UU No. 2 Tahun 1985
adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang
seutuhnya, yaitu bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, memiliki pengetahuan, sehat
jasmani dan rohani, memiliki budi pekerti luhur, mandiri, kepribadian yang mantap, dan
bertanggung jawab terhadap bangsa. Menurut UU No. 20 Tahun 2003 pasal 3 Tentang
Sistem Pendidikan Nasional, tujuan pendidikan nasional adalah untuk mengembangkan
potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi
warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Di sisi lain, dalam MPRS No. 2
Tahun 1960, tujuan pendidikan adalah untuk membentuk manusia yang memiliki jiwa
Pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan yang dikehendaki oleh pembukaan
UUD 1945 dan isi UUD 1945.
Sebelum lebih lanjut membahas dunia pendidikan, terlebih pada proses belajar
mengajar, pertama kita harus memahami dasar dari itu semua yaitu hakikat dari belajar.
Belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku
sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat
adanya interaksi antara stimulus dan respons. Seseorang dianggap telah belajar sesuatu
jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut UU No. 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional (Dikmenjur, 2003), pembelajaran diartikan sebagai
proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan
belajar. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2006): Belajar merupakan suatu proses internal
yang kompleks, yang terlibat dalam proses internal tersebut adalah yang meliputi unsur
afektif, dalam matra afektif berkaitan dengan sikap, nilai-nilai, interes, apresiasi, dan
penyesuaian perasaan sosial. Sedangkan, Hilgard (Sanjaya, 2007) : learning is the process
by which an activity originates or changed through training procedures (wether in the
laboratory or in the natural environment) as distinguished from changes by factors not
attributable to training (belajar adalah proses perubahan melalui kegiatan atau prosedur
latihan baik latihan di dalam laboratorium maupun dalam lingkungan alamiah). Di sisi
lain, Skinner (Mudjiono dan Dimyati, 2006) : Belajar didefenisikan sebagai suatu
3
perilaku. Pada saat orang belajar, maka responnya menjadi lebih baik, sebaliknya, bila ia
tidak belajar maka responnya menurun.
Pendidikan bukan hanya tanggung jawab siswa dan tenaga pendidikan saja tetapi
juga orang tua siswa, masyarakat, pemerintah sehingga diperlukan partisipasi aktif dari
pihak-pihak tersebut. Masalah yang paling penting dalam pendidikan dan paling
mendapat sorotan tajam dari masyarakat adalah masalah prestasi belajar siswa, terutama
yang berkaitan dengan rendahnya kualitas lulusan. Prestasi belajar dari satu siswa dengan
siswa yang lain tampak berbeda, karena dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor itu
antara lain adalah faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang
berasal dari diri sendiri, yang meliputi faktor intelegensi atau kemampuan, minat, dan
motivasi. Sedang faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar, yaitu faktor
lingkungan pendidikan, yang meliputi faktor lingkungan keluarga, faktor lingkungan
sekolah, dan faktor lingkungan masyarakat.
Pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting karena pendidikan
mempunyai tugas untuk menyiapkan SDM bagi pembangunan bangsa dan negara.
Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) mengakibatkan perubahan dan
pertumbuhan kearah yang lebih kompleks. Hal ini menimbulkan masalah-masalah sosial
dan tuntutan-tuntutan baru yang tidak dapat diramalkan sebelumnya, sehingga pendidikan
selalu menghadapi masalah karena adanya kesenjangan antara yang diharapkan dengan
hasil yang dapat dicapai dari proses pendidikan Untuk mengatasi masalah tersebut,
peranan pendidikan sangat dibutuhkan. Pendidikan menuntut adanya perhatian dan
partisipasi dari semua pihak. Dengan adanya pendidikan akan dapat mencerdaskan siswa
serta membentuk manusia seutuhnya yaitu manusia yang bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa. Pembangunan pendidikan seharusnya diutamakan karena suatu kemajuan
bangsa dapat dilihat dari kemajuan pendidikan. Oleh karena itu komponen-konmponen
yang ada dalam proses pendidikan seperti siswa, guru, proses belajar- mengajar,
manajemen, layanan pendidikan serta sarana penunjang lainnya harus terkoordinasi dan
bekerjasama dengan baik.
Berbicara lebih lanjut tentang geografi dituturkan oleh Preston E.James bahwasanya
merupakan studi ilmu yang menjadi induk dari seluruh ilmu pengetahuan atau mother of
all science. Ungkapan selaras, juga diungkapkan oleh Karl Ritter, geografi adalah studi
mengenai bumi sebagai tempat hidup manusia. Lingkup studi dari ilmu pengetahuan
geografi ini mencakup bermacam-macam fenomena yang ada dan terjadi di permukaan
bumi. Ilmu yang satu ini merupakan cabang pengetahuan sosial dan fisik yang mana juga
4
di bahas dan termuat di dalamnya, dalam hal keilmuan merupakan salah satu yang cukup
kompleks dan mencakup berbagai macam hal. Dalam artian singkat, geogarafi adalah
suatu ilmu yang mempelajari tentang hubungan, persamaan, dan perbedaan antarruang di
Bumi. Pusat kajian geografi adalah hubungan manusia dan lingkungannya. Secara umum,
geografi terbagi menjadi tiga cabang keilmuan yaitu geografi fisik, geografi manusia, dan
geografi teknik. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu
makin pesat. Arus globalisasi semakin hebat. Akibat fenomena tersebut muncul
persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, terutama lapangan pekerjaan. Untuk
menghadapi tantangan tersebut dibutuhkan sumber daya berkualitas. Sumber daya yang
berkualitas tidak lepas dari belajar dan pembelajaran (Khoirullah, 2019).
Sehingga, dalam memghadapi tantangan dan pembaharuan, maka perubahan
kurikulum dianggap sebagai solusi dari masalah yang ada dalam menyambut tatanan
dunia global dan industri 4.0. Kurikulum Merdeka belajar adalah bagian dari kebijakan
baru yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
(Kemendikbud RI). Nadiem berpendapat, bahwa kebijakan kurikulum terkait merdeka
belajar harus dilakukan penerobosan awal terlebih dahulu kepada para pendidik sebelum
hal tersebut disampaikan atau diterapkan kepada peserta didik. Selain itu, Nadiem juga
mengatakan terkait kompetensi guru yang levelnya berada dilevel apapun itu, tanpa
adanya proses penerjemahan dari kompetensi dasar yang ada serta erat kaitannya dengan
kurikulum maka pembelajaran tidak akan terjadi. Dikemudian hari sistem pembelajaran
juga akan memiliki nuansa yang berbeda yakni tadinya pembelajaran selalu menggunakan
ruang kelas, maka suasana berbeda seperti belajar diluar ruang kelas akan dicoba untuk
terealisasi pada kurikulum merdeka belajar ini. Selanjutnya, penekanan proses
pembelajaran lebih ditekankan pada pembentukan karakter siswa, hal ini diterapkan
dengan cara pendidik dan peserta didik mampu berkomunikasi dengan baik melalui
kegiatan belajar mengajar dengan metode diskusi tidak akan membuat psikologis peserta
didik merasa takut. Dengan demikian, penerapan pembelajaran yang seperti ini tetap tidak
melupakan bagaimana capaian kompetensi yang harusnya didapat. Oleh karena,
kurikulum merdeka belajar ini berkaitan dengan bagaimana seorang pendidik mampu
menyampaikan materi pelajaran dengan mengaitkan pada pembentukan karakter peserta
didik.
Nadiem menjadikan kebijakan merdeka belajar bukan tanpa sebuah alasan.
Pasalnya, penelitian yang terjadi terkait dengan Programme for International Student
Assesment (PISA) di tahun 2019 bahwa hal tersebut menunjukkan adanya hasil penilaian
5
bagi para peserta didik yang menempati posisi ke-6 dari bawah yaitu 74 dari 79 negara,
terkait bidang matematika dan literasi (Hasim 2020). Kemudian, untuk menyikapi hal itu
Nadiem membuat gebrakan penilaian dalam mengukur kemampuan minimum, meliputi
literasi, numerasi survei karakter. Oleh karena itu, bahwa literasi bukan hanya mengukur
kemampuan membaca, namun juga kemampuan dalam menganalisis bacaan. Kemudian,
dalam kemampuan numerasi yang dinilai bukan pelajaran matematika, tetapi penilaian
terhadap kemampuan siswa untuk mampu menerapkan sebagaimana konsep numerik
dalam kehidupan nyata. Kemudian konsep dalam merdeka belajar yang dicanangkan oeh
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem Makarim, bahwa hal tersebut bukanlah
topik baru yang harus diperdebatkan. Hal ini sudah sekian lama dicanangkan oleh para
penggiat pendidikan.
Terkait konsep merdeka belajar telah mengadakan kegiatan diskusi dengan tema
merdeka belajar, kegiatan tersebut mendapatkan apresiasi dari ranah publik terutama
untuk para penggiat pendidikan, karena akan menjadi sebuah inovasi baru dalam dunia
pendidikan. Merdeka belajar merupakan inovasi baru dari program unggulan yang
dicetuskan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada tahun 2019. Makna dari
merdeka belajar ini adalah terkait bagaimana kebijakan yang dibuat strategis dan termuat
untuk kegiatan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN), serta
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) serta Sistem Zonasi terkait dengan penerimaan
peserta didik baru (PPDB). Konsep dari merdeka belajar ini bukan hanya proses
pembelajaran yang dilakukan diruang kelas yang selalu menjadi bagian pertanyaan dari
para pendidik. Akan tetapi, merdeka belajar memiliki cita-cita yang luhur dalam
mewujudkan harapan bangsa tanpa melampaui batas dunia (Putra 2019). Dengan
demikian, konsep awal dari merdeka belajar ini adalah sebuah tindakan dengan
karakteristik kebebasan namun tetap mengekspresikan belajar pada batas dan kritikan
yang ada, tanpa harus melunturkan sebagaimana cita-cita luhur dan juga moral bagi
pelaku pendidikan.
Problematika yang terjadi dewasa ini adalah banyaknya yang terjebak dalam
memaknai cara dan tujuan dari merdeka belajar, sehingga hal ini berpengaruh pada sistem
administrasi berkenaan dengan ketentuan birokrasi, akreditasi yang seluruhnya hanya
bagian dari cara menjadikan tujuan tersebut sebagai prioritas. Konsep dari merdeka
belajar dipahami mudah untuk diucapkan namun sulit untuk diimplementasikan. Konsep
merdeka belajar berkaitan dengan komitmen, kemandirian dan kemampuan untuk
mewujudkannya, sehingga dari ketiganya saling berkaitan dan tidak bisa terlepas.
6
Komitmen dalam belajar merupakan bagian awal dari cita-cita serta tujuan yang telah
dituangkan dalam undang-undang pendidikan nasional. Mandiri dalam merdeka belajar
juga dijadikan sebagai sebuah landasan dalam mencapai tujuan, akan tetapi hal ini juga
sulit untuk diimplementasikan. Oleh karena itu, banyak yang terjebak dalam
memanipulasi ketentuan serta jabatan yang mengakibatkan kesulitan dalam proses belajar
merdeka. Hal ini terhenti diakibatkan banyak masukan serta beberapa tempat konsultasi,
sehingga kemampuan dalam mewujudkannya menjadi bagian dari kendala yang begitu
besar untuk melakukan inovasi baru dalam pendidikan.
Di saat ini, langkah mengaktualisasikan pemahaman geografi di lingkungan sekolah
khususnya dalam penerapan konten Kurikulum Merdeka di Indonesia umumnya
dilakukan dengan menyesuaikan skala internasional, sebab setiap negara tentunya
memberikan stimulasi kuat pada generasi penerus tentang pemahaman geografi
wilayahnya masing-masing secara spesifik dengan tujuan penguatan sumberdaya
manusia. Khususnya di lingkungan sekolah guru merupakan instrumen vital dalam
mensukseskan pendidikan (Sritresna, 2018). Guru dipandang sebagai penanggung jawab
dalam membentuk pribadi peserta didik, membimbingnya menjadi dewasa dan
pengakselerasian kognitif dasar agar generasi yang di didik tentunya bermanfaat bagi
masyarakat (Siswati et al., 2018).
Persoalan terhadap konten pengetahuan geografi saat ini masih terjadi, beberapa
literatur pada dekade terakhir yang peneliti rangkum mendapatkan hasil berupa; 1)
pembelajaran geografi tampak komprehensif yaitu tidak hanya mengulas tentang interaksi
antar individual manusia tetapi bagaimana manusia berinteraksi dengan keruangan spasial
lingkungan manusia itu hidup sehingga konten pengetahuan guru dituntut menyesuaikan
ke-komprehensifitas lingkup geografi saat ini (Harjanti et al., 2022), 2) mata pelajaran
geografi dinilai rumit dan kurang diminati oleh siswa sehingga hal ini menjadi pemicu
lemahnya guru untuk termotivasi memberikan konten pengetahuan geografi yang ajeg
(Pasongli, 2022), 3) gaya mengajar konvensional guru geografi (Sanisah, 2022) serta
ketidakmampuan dalam mengakses sumber konten geografi atau bahkan guru memang
memiliki perilaku instan dalam menyediakan konten geografi sehingga konten geografi
cenderung buram dan tidak memiliki spesifikasi unik untuk di transfer. Problematika ini
di perkeruh dengan masa new normal akibat pandemi Covid-19 dimana pembelajaran
menggunakan dua metode sekaligus (daring-luring) atau metode hybrid, sehingga
terjadinya inkonsistensi media belajar, waktu belajar, dan ktiterium asesmen kelas
(Insani, 2021).
7
Bencana banjir akibat curah hujan yang tinggi memang merupakan peristiwa yang
sering terjadi di beberapa wilayah di Indonesia. Indonesia adalah negara yang beriklim
tropis, dan curah hujan yang tinggi terjadi terutama selama musim hujan, yang biasanya
berlangsung antara November hingga April. Curah hujan yang tinggi dapat menyebabkan
banjir karena tanah yang sudah jenuh tidak dapat menyerap air tambahan, sehingga air
mengalir ke sungai-sungai dan saluran air yang membanjiri daerah sekitarnya. Beberapa
faktor lain yang dapat menyebabkan banjir adalah sistem drainase yang buruk, alih fungsi
lahan, dan pembangunan yang tidak terkendali.
Banjir dapat menyebabkan kerusakan yang serius pada infrastruktur, merusak
rumah, mengganggu perekonomian, dan mengancam keselamatan jiwa. Oleh karena itu,
penting bagi pemerintah dan masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya
banjir, mengembangkan sistem peringatan dini, meningkatkan infrastruktur drainase, dan
melakukan tindakan adaptasi lainnya untuk mengurangi dampak bencana ini, termasuk
memberikan bekal adapatasi dan mitigasi bencana lama kepada siswa sekolah melalui
mata pelajaran geografi.
Pendidikan mitigasi bencana melalui pelajaran geografi adalah suatu pendekatan
dalam proses belajar mengajar dimana geografi digunakan sebagai alat untuk memahami
dan mengatasi bencana alam serta mengurangi dampak negatifnya. Pendidikan mitigasi
bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, pengetahuan, dan keterampilan siswa dalam
menghadapi risiko bencana alam, seperti gempa bumi, banjir, tanah longsor, dan
kebakaran hutan.
Kepulauan Meranti adalah sebuah kabupaten di provinsi Riau, Indonesia.
Sebelumnya, Kepulauan Meranti adalah sebuah pulau terbesar di Indonesia yang terletak
di antara pulau Sumatera dan Kalimantan (Borneo). Namun, sejak tahun 2003, wilayah
ini diubah statusnya menjadi sebuah kabupaten dan menjadi bagian dari provinsi Riau.
Kabupaten Kepulauan Meranti terdiri dari beberapa pulau besar dan kecil yang
tersebar di sekitar Selat Malaka. Beberapa pulau yang termasuk di dalam wilayah ini
antara lain Pulau Tebing Tinggi, Pulau Padang, Pulau Merbau, Pulau Tebingtinggi, dan
Pulau Rangsang. Kepulauan Meranti memiliki keindahan alam yang memikat, dengan
pantai-pantai yang menarik, hutan tropis yang lebat, serta kekayaan hayati laut yang
melimpah. Selain itu, wilayah ini juga dikenal karena sektor pertanian dan
perkebunannya, termasuk produksi kelapa sawit, karet, dan hasil hutan lainnya. Selain
potensi pariwisata dan pertanian, Kepulauan Meranti juga memiliki potensi sumber daya
alam lainnya seperti minyak bumi dan gas alam yang dapat berkontribusi pada
9
perekonomian daerah dan negara. Berikut ini merupakan peta administrasi Kabupaten
Kepulauan Meranti.
Penelitian mengenai kesadaran siswa sekolah terhadap fenomena lingkungan global
khususnya mitigasi bencana sudah pernah dilakukan sebelumnya oleh Hayudityas (2020)
mengenai pentingnya penerapan pendidikan mitigasi bencana di sekolah untuk
mengetahui kesiapsiagaan peserta didik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
menganalisis perlunya penerapan pendidikan tentang upaya pencegahan sebelum bencana
disekolah guna mengetahui kesiapsiagaan peserta didik. Metode penelitan yang
digunakan adalah metaanalisis. Metode yang digunakan adalah deskriptif dan kuantitatif
dari pengumpulan beberapa jurnal yang relevan dan beberapa jurnal dari google scholar.
Dari hasil analisis penelitian yang ada tentang pentingnya penerapan pendidikan mitigasi
bencana di sekolah ternyata sudah menunjukkan hasil yang cukup siap dengan hasil pada
siklus pertama 69% mengalami peningkatan menjadi 74% dengan presentase gain yaitu
8%.
Penelitian delanjutnya dilakukan oleh Johan, dkk (2021) mengenai Integrasi
Pendidikan Mitigasi Dalam Konten Pembelajaran Sains Sebagai Upaya Membangun
Kesadaran Mitigasi Dari Jenjang Sekolah. Berdasarkan hasil kegiatan diketahui bahwa
guru berpendapat pendidikan mitigasi penting untuk dilakukan dalam rangka membangun
kesadaran mitigasi siswa, konsep sains berkaitan erat dengan berbagai fenomena alam
termasuk fenomena bencana kebumian. Konsep sains sangat potensial untuk
diintegrasikan dengan pendidikan mitigasi Berdasarkan uraian diatas maka dapat
disimpulkan bahwa integrasi pendidikan mitigasi sangat penting terutama untuk daerah
rawan bencana alam seperti provinsi Riau. Integrasi pendidikan mitigasi sangat potensial
untuk dilakukan melalui pembelajaran sains mengingat karakter konsep sains yang
berkaitan erat dengan berbagai fenomena alam.
Kendala dan fakta yang dirasakan secara nyata mengenai konten fenomena
lingkungan global dan mitigasi bencana alam khususnya di Kabupaten Kepulauan
Meranti begitu terasa karena minimnya tenaga pendidik yang linear dengan mata
pelajaran yang diampu. Guru yang notabene menjadi sumber pencerahan dan mewadahi
kegiatan belajar mengajar malah menjadi faktor eksternal yang menyebabkan mengapa
minimnya kesadaran akan pentingnya konten fenomena global dan mitigasi bencana pada
siswa. Di sisi lain, faktor internal yang muncul dari rasa malas, jenuh, bosan, dan
kenakalan lain akan hadir di saat mata pelajaran bersangkutan gagal melaksanakan
pembelajaran yang atraktif, komunikatif, interaktif dan menyenangkan.
10
Pada tabel di atas dapat dilihat bahwa hasil belajar siswa dalam
pembelajaran geografi di kelas XI IPS¹ dan IPS² SMA Negeri 1 Rangsang Barat
memiliki tingkat aktivitas belajar yang Sedang dalam pembelajaran Geografi
dengan rata-rata tingkat aktivitas dari tiga indikator hasil belajar 58,23%.
Dimana siswa memiliki hasil belajar rendah yaitu ranah psikomotorik dalam hasil
pembelajaran geografi, sedangkan dua lainnya memiliki persentase sedang untuk kognitif
dan afektif.
Merujuk pada data diatas, berdasarkan kemungkinan persoalan dalam hasil belajar
ranah psikomotorik melalui pelaksanaan kegiatan belajar mengajar yang masih
konvensional dan menoton dari pendidik yang tak jarang sekedar ceramah atau melewati
materi tersebut saat dan menyebabkan persentase hasil belajar ranah kognitif pada mata
pelajaran Geografi Kelas XI IPS SMA Negeri 1 Rangsang Barat hanya pada tingkatan
sedang. Hasil ini dapat memperkuat fakta di lapangan dimana minimnya tenaga
pendidikan yang menguasai konten yang diajarkan, sebatas berdiskusi kelompok memang
dapat meningkatkan kemampuan bertindak individu, dengan adanya bimbingan antar
teman maka membuat siswa lebih berani untuk bertanya dibandingan bertanya langsung
kepada guru sehingga siswa lebih berani bertindak dalam proses pembelajaran
berlangsung namun tidak semua murid bisa diberlakukan hal serupa. Kedepannya,
diharapkan melalui kurikulum merdeka yang menekankan diferensiasi pembelajaran
secara audiotri, kinestetik dan visual berdampak pada kemampuan siswa untuk
mengaplikasikan materi yang telah di dapat dan pahami yang kemudian keterampilannya
dalam berhitung dapat berkembang dengan cara membantu menjelaskan kepada anggota
kelompoknya yang bertanya atau kurang memahami materi. Hal ini berbanding terbalik
dengan model pembelajaran konvensional dimana hanya guru yang menjelaskan tanpa
memperhatikan pemahaman setiap individu sehingga kurangnya partisipasi siswa dalam
bertindak. Hal ini berdampak pada kurangnya kemampuan siswa dalam meningkatkan
dan mengembangkan kemampuannya dalam berhitung.
Namun demikian, sampai detik ini masih belum ditemukan penelitian yang secara
detail mengkaji tentang konten geografi pada kurikulum merdeka dengan kesadaran siswa
sekolah menengah berkaitan dengan fenomena lingkungan global dalam hal ini adalah
mitigasi bencana alam. Oleh karena itu, berdasarkan teori, konsep, fakta, serta
12
permasalahan yang telah dipaparkan di atas maka dalam penelitian ini akan mengkaji
tentang konten pendidikan geografi pada kurikulum merdeka untuk meningkatkan
kesadaran siswa tentang fenomena lingkungan global di kelas XI IPS SMAN 1 Rangsang
Barat.
15
16
2. Pembelajaran Geografi
Pembelajaran geografi adalah geografi yang diajarkan di tingkat sekolah dasar dan
sekolah menengah. Oleh karena itu, penjabaran konsep-konsep, pokok bahasan, dan
subpokok bahasannya harus disesuaikan dan diserasikan dengan tingkat pengalaman dan
perkembangan psikologi peserta didik pada jenjang-jenjang pendidikan (Nursid
Sumaatmadja, 2001: 9). Mengingat luasnya pengertian geografi, pakar-pakar geografi
pada Seminar dan Lokakarya di Semarang tahun 1998 mendefinisikan pengertian geografi
adalah ilmu yang mempelajari persamaan dan perbedaan fenomena geosfer dengan sudut
pandang kelingkungan atau kewilyahan dalam konteks keruangan (Nursid Sumaatmadja,
2001: 11).
Objek studi geografi tidak lain adalah geosfer yaitu permukaan bumi yang terdiri
atmosfer (lapisan udara), litosfer (lapisan batuan/ kulit bumi), hidrosfer (lapisan air), dan
biosfer (lapisan kehidupan). Bintarto dan Surastopo Hadisumarno (1979: 12-24)
menjelaskan bahwa pendekatan yang digunakan dalam kajian geografi adalah sebagai
berikut :
a. Pendekatan keruangan yaitu perbedaan yang memepelajari perbedaan lokasi
mengenai sifat-sifat penting atau seri sifat-sifat penting.
b. Pendekatan kelingkungan yaitu pendekatan yang menekankan pada interaksi antara
organisme hidup dengan lingkungan.
c. Pendekatan kompleks wilayah yaitu pendekatan geografi yang menekankan
kombinasi antara pendekatan keruangan dan pendekatan kelingkungan.
Nursid Sumaatmadja (2001: 12) menyatakan bahwa pembelajaran geografi
hakikatnya adalah pembelajaran tentang aspek-aspek keruangan permukaan bumi yang
merupakan keseluruhan gejala alam dan kehidupan umat manusia dengan variansi
kewilayahan. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa pembelajaran geografi disekolah
merupakan pembelajaran tentang hakikat geografi yang meliputi aspek-aspek keruangan,
kelingkungan, dan kewilyahan dengan objek studi geografi adalah geosfer yang terdiri atas
atmosfer, litosfer, hidrosfer dan biosfer yang disesuaikan dengan tingkat perkembangan
psikologi peserta didik pada jenjang-jenjang pendidikan.
Berdasarkan Permendiknas nomor 22 tahun 2006 tentang standar isi, adanya
pembelajaran geografi disekolah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut.
a. Memahami pola spasial, lingkungan dan kewilayahan serta proses yang berkaitan.
17
pendidikan formal maupun non-formal. Seperti pernyataan dari Putri Sayekti & Al
Hamidiyah Jakarta, (2022) bahwa setiap peserta didik memiliki keahliannya pada
bidangnya masing-masing, dengan begitu peserta didik dibebaskan dalam mencari
ataupun memilih bidang apa saja yang disukai.
Pada Kurikulum Merdeka Belajar, peserta didik diberikan kesempatan guna
mengembangkan potensi yang ada pada dirinyanya. Kurikulum Merdeka Belajar
menekankan pada pembentukan karakter peserta didik yang sesuai dengan profil
pelajar Pancasila. Dalam rangka mendukung tercapainya profil pelajar Pancasila,
pemerintah merancang projek supaya peserta didik tidak hanya mengetahui
pengetahuan hanya dengan membaca, akan tetapi mengalaminya sendiri.
Kurikulum Merdeka Belajar diadakan guna mendorong peserta didik dalam
pengembangan dirinya, dimana dengan membentuk sikap peduli terhadap
lingkungan yang ada disekitarnya, serta mendorong kepercayaan dirinya supaya
mudah beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya (Daga, 2021). Kurikulum Merdeka
Belajar dikembangkan guna mencetak generasi milineal untuk memahami materi
yang diajarkan dengan cepat, serta bukan hanya pandai mengingat materi yang sudah
dipelajari. Sejalan dengan beberapa pendapat ahli diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa Kurikulum Merdeka Belajar dibuat untuk mendukung peserta didik dalam
memahami dan mengetahui minat dan bakat yang ada pada dirinya. Pada Kurikulum
Merdeka peserta didik dapat lebih fokus terhadap materi yang dipelajari sesuai
dengan fasenya masing-masing, dengan begitu proses pembelajaran akan lebih
mendalam, bermakna, tidak terburu-buru, dan menyenangkan.
Merdeka Belajar merupakan permulaan dari gagasan untuk memperbaiki
sistem pendidikan nasional yang terkesan monoton. Merdeka Belajar menjadi salah
satu program untuk menciptakan suasana belajar di sekolah yang bahagia suasana
yang happy, bahagia bagi peserta didik maupun para guru (Sekretariat GTK, 2020).
Setelah diterapkannya kebijakan Merdeka Belajar, nantinya akan terjadi banyak
perubahan terutama dari sistem pembelajaran. Sistem pembelajaran yang sekarang
hanya dilaksanakan di dalam kelas akan berubah dan dibuat senyaman mungkin agar
mempermudah interaksi antara murid dan guru. Salah satunya yaitu belajar dengan
outing class, dimana outing class ini adalah salah satu program pembelajaran yang
bertujuan untuk menumbuhkan kreativitas agar siswa memiliki keterampilan dan
keahlian tertentu. Outing class juga merupakan metode belajar yang menyenangkan,
mengajarkan para siswa untuk lebih dekat dengan alam dan lingkungan sekitar.
20
Selama pembelajaran dengan menggunakan metode ini, guru dan siswa akan lebih
dapat membangun keakraban, lebih santai, dan tentunya lebih menyenangkan. Sistem
pembelajaran akan didesain sedemikian rupa agar karakter siswa terbentuk, dan tidak
terfokus pada sistem perangkingan yang menurut beberapa penelitian hanya
meresahkan, tidak hanya bagi guru tetapi juga anak dan orang tuanya (Baro’ah,
2020: 1062-1065).
Dengan begitu merdeka belajar memiliki konsep untuk menciptakan suasana
belajar yang bahagia dan menyenangkan tanpa dibebani dengan nilai dan target
pencapaian tertentu. Berdasarkan kajian teori diatas maka konsep Merdeka Belajar
menurut penulis dapat dipersepsikan sebagai upaya untuk menciptakan lingkungan
belajar yang memerdekakan pelakunya untuk berfikir sehingga lebih aktif, kreatif,
dan inovatif, membuat suasana pembelajaran yang menyenangkan baik untuk siswa
maupun guru, dan juga mendidik karakter peserta didik untuk lebih berani bertanya,
berani tampil di depan umum, dan juga berani menyampaikan apa yang didapat
selama pembelajaran, tidak hanya mendengarkan apa yang disampaikan oleh guru.
Kebijakan Merdeka Belajar memiliki empat pokok kebijakan, yaitu Ujian Sekolah
Berstandar Nasional (USBN), Ujian Nasional (UN), Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP), dan Peraturan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) zonasi.
Isi Pokok kebijakan Kemdikbud RI tertuang dalam paparan Mendikbud RI di
hadapan para kepala dinas Provinsi, Kabupaten/Kota se-Indonesia, di Jakarta pada 11
Desember 2019.
Penjelasan mengenai empat isi pokok kebijakan Merdeka Belajar dar
Kemdikbud RI (Pengelola Web Kemdikbud, 2019), sebagai berikut:
1) Ujian Nasional (UN) akan diubah menjadi Asesmen Kompetensi Minimum dan
Survei Karakter, yang terdiri dari kemampuan bernalar menggunakan bahasa
(literasi), kemampuan bernalar menggunakan matematika (numerasi), dan
penguatan pendidikan karakter. Pelaksanaan ujian tersebut akan dilakukan oleh
siswa yang berada di tengah jenjang sekolah, kelas 4, 8, dan 11. Sehingga dapat
mendorong guru dan sekolah untuk memperbaiki mutu pembelajaran. Hasil ujian
tidak digunakan untuk basis seleksi siswa ke jenjang selanjutnya.
2) Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN) akan diterapkan dengan ujian yang
diselenggarakan oleh sekolah. Ujian tersebut digunakan untuk menilai
kompetensi siswa yang dapat dilakukan dalam bentuk tes tulis atau bentuk
penilaian lainnya yang lebih komprehensif, seperti portofolio dan penugasan
21
(tugas kelompok, karya tulis dan sebagainya). Dengan begitu guru dan sekolah
lebih merdeka dalam penilaian hasil belajar siswa.
3) Penyederhanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). RPP akan
disederhanakan dengan memangkas beberapa komponen. Dalam kebijakan baru
tersebut, guru secara bebas dapat memilih, membuat, menggunakan dan
mengembangkan format RPP. Tiga komponen inti RPP terdiri dari tujuan
pembelajaran, kegiatan pembelajaran dan asesmen. Penulisan RPP ditulis dengan
efisien dan efektif sehingga guru memiliki banyak waktu untuk mempersiapkan
dan mengevaluasi pembelajaran itu sendiri.
4) Dalam penerimaan peserta didik baru (PPDB), akan menggunakan sistem zonasi
dengan kebijakan yang lebih fleksibel untuk mengakomodasi ketimpangan akses
dan kualitas di berbagai daerah. Komposisi PPDB jalur zonasi dapat menerima
siswa minimal 50%, jalur afirmasi minimal 15%, dan jalur perpindahan
maksimal 5%. Sedangkan untuk jalur prestasi atau sisa 030% lainnya disesuaikan
dengan kondisi daerah. Daerah berwenang menentukan proporsi final dan
menetapkan wilayah zonasi.
Konsep umum dari pelajaran pendidikan jasmani adalah mendidik siswa
melalui aktivitas gerak, agar memperoleh kesehatan dan kebugaran sehingga tujuan
pendidikan secara umum serta keterampilan seperti: berpikir kritis, kreatif, inovatif,
kerja sama, dan mampu beradaptasi dengan teknologi dapat dicapai (Mustafa &
Dwiyogo, 2020).
Esensi pendidikan jasmani pada dasarnya adalah fisik dan gerak yang lebih
dominan dalam proses pembelajaran. Jadi sebenarnya siswa tidak menghabiskan
waktu dengan mendengarkan penjelasan berupa teori dari guru walaupun dalam tren
merdeka belajar yang dikenal dengan gerakan literasi. Banyak yang memaknai
literasi dalam pendidikan jasmani itu adalah membaca-menulis yang intinya lebih
dominan pada pengetahuan. Padahal ada juga istilah tentang literasi fisik, yaitu
sebagai motivasi dan kepercayaan diri, kemampuan fisik, pengetahuan dan
pemahaman untuk menghargai dan bertanggung jawab atas partisipasi seumur hidup
dalam aktivitas fisik (IPLA dalam Mustafa, 2021: 156).
Konsep merdeka belajar sebenarnya sejalan dengan literasi fisik dalam
pendidikan jasmani, yaitu membuat siswa sadar tentang kondisi fisik mereka untuk
memelihara kesehatan tubuhnya masing-masing yang dilakukan dengan aman sesuai
ilmu pengetahuan yang dipelajari dalam pendidikan jasmani di sekolah. Oleh karena
22
itu pembelajaran pendidikan jasmani perlu dirancang agar siswa dengan sendirinya
termotivasi dan bergembira untuk aktif dalam berolahraga dengan dibekali
pemahaman teori benar (Mustafa, 2021: 156).
Berdasarkan kajian teori di atas, Merdeka Belajar adalah upaya untuk
menciptakan suatu lingkungan belajar yang bebas untuk berekspresi, bebas untuk
berinovasi, bebas dari berbagai hambatan terutama tekanan psikologis. Dalam
penerapannya, bagi guru dengan memiliki kebebasan tersebut lebih fokus untuk
memaksimalkan pada pembelajaran guna mencapai tujuan (goal oriented) pendidikan
nasional, namun tetap dalam rambu kaidah kurikulum. Bagi siswa bebas untuk
berekspresi selama menempuh proses pembelajaran di sekolah, namun tetap
mengikuti kaidah aturan di sekolah. Siswa bisa lebih mandiri, bisa lebih banyak
belajar untuk mendapatkan suatu kepandaian, dan hasil dari proses pembelajaran
tersebut siswa berubah secara pengetahuan, pemahaman, sikap/karakter, tingkah
laku, keterampilan, dan daya reaksinya, sejalan dengan apa yang diamanatkan dalam
tujuan UU Sisdiknas Tahun 2003, yakni; untuk mengembangkan potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab (Sekretariat GTK, 2020).
Praktik ini ciri pendidikan SMA. Keempat, personalized learning. Pada tahap ini,
pembelajaran disesuaikan dengan kemampuan peserta didik, aktivitas pembelajar
tidak dibuat sama rata. Kelima, interpretasi data. untuk mendukung proses
pendidikan dan digunakan sebagai sentral memecahkan masalah serta disesuaikan
dengan kebutuhan. (Chahyanti, 2021). Cara pandang penerapan merdeka belajar,
guru menjadi fasilitator yang memotivasi peserta didik untuk “merdeka belajar”.
dan menyediakan aktivitas bagi peserta didik untuk mengeksplorasi diri agar setiap
peserta didik memiliki pengalaman dalam pembelajaran yang merdeka.
Pembelajaran
Geografi
Kurikulum Merdeka
Belajar
Indikator Kurikulum
Merdeka Belajar
41
42
B. Lokasi
Penelitian ini dilakukan dan diadakan di lokasi di Desa Bantar, Kecamatan
Rangsang Barat.
B. Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran daring sebagai penentu faktor
hasil belajar geografi, dilangsungkan selama tiga bulan, dimulai pada Juli 2023
sampai dengan September 2023. Berikut ini waktu dan jenis kegiatan penelitian.
Bulan
NO KEGIATAN Juli Agustus September
1 Persiapan awal sampai
penyusunan proposal
43
2 Pengumpulan sumber
data
3 Analisis Data
4 Penyusunan Laporan
Subjek penelitian adalah orang yang dijadikan sumber data atau sumber
informasi oleh peneliti untuk melakukan penelitian. Pada bagian ini dilaporkan jenis
data dan sumber data. Uraian tersebut meliputi data apa saja yang ingin diperoleh,
siapa saja yang hendak dijadikan informan atau subyek penelitian, bagaimana data
akan dicari dan dijaring sehingga keabsahannya dapat dijamin.
Pengambilan subyek dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive
dimana informan yang dipilih berdasarkan karakteristik, tujuan dan pertimbangan
tertentu, yaitu sebagai berikut:
1. Kepala Sekolah SMAN 1 Rangsang Barat
2. Waka Kurikulum yang mengembagkan Kurikulum merdeka belajar di SMAN
Rangsang Barat
3. Guru Pengajar Geografi Kelas XI di SMAN 1 Rangsang Barat
4. Siswa-siswi Kelas XI IPS di SMAN 1 Rangsang
Teknik pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan oleh peneliti untuk
mengumpulkan data-data penelitian. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Observasi
Observasi adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur tingkah laku individu,
atau proses terjadunya suatu kegiatan yang diamati baik dalam situasi sebenarnya
maupun dalam situasi buatan (Nasution et al., 2021). Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan jenis observasi nonpaerisipan, yang mana peneliti tiba ke kawasan
kegiatan pembelajaran, namun peneliti tidak ikut dan terlibat dalam kegiatan
pembelajaran melainkan hanya sebagai pengamat. Adapun data yang ingin diperoleh
peneliti dari kegiatan observasi ini adalah:
44
valid. Dokumen yang dapat dijadikan sumber antara lain foto, laporan penelitian,
buku-buku yang sesuai dengan penelitian, dan data tertulis lainnya.
Adapun data yang ingin diperoleh menggunakan teknik dokumentasi adalah sebagai
berikut:
a. Profil SMAN 1 Rangsang Barat
b. Visi dan Misi Rangsang Barat
c. Foto kegiatan Rangsang Barat
d. Dokumen lain atau foto-foto yang relavan yang diperoleh dari beberapa sumber
dan dapat memperkuat analisis fokus penelitian
Menurut Bogdan yang dikutip oleh Sugiono dalam buku metode penelitian
kualitatif mengemukakan pengertian analisis data adalah proses mencari dan menyusun
secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan bahan-
bahan lain, sehingga dapat mudah difahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada
orang lain. Analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak memasuki lapangan,
selama di lapangan dan setelah di lapangan. Dalam hal ini menurut Nasution yang
dikutip oleh Sugiono, analisis telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah,
sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian.
Namun dalam penelitian kualitatif, analisis data lebih difokuskan selama proses di
lapangan bersamaan dengan pengumpulan data daripada setelah selesai pengumpulan
data (Gainau, 2016)
Analisis data dalam penelitian kualitatif disebut juga aktifitas yang dilakukan
secara terus menerus selama penelitian berlangsung. Dilakukan mulai dari pengumpulan
data, sampai pada tahap pelaporan. Menurut Miles and Huberman yang dikutip dalam
buku metode penelitian kualitafif oleh Sugiono, mengemukakan bahwa aktivitas dalam
analisis kualitatif dilakunak secara interaktif dan dilakukan secara terus-menerus sampai
tuntas, hingga datanya sudah jenuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu Data Collection,
Data Reduction, Data Display, dan Conclution Drawing/verification.
46
Dalam tahap penelitian ini menguraikan rencana pelaksanaan peneliti yang akan
dilakukan oleh peneliti, mulai dari penelitian pendahuluan, pengembangan desain,
penelitian sebenarnya, dan sampai pada penulisan laporan. Adapun tahap-tahap dalam
penelitian sebagai berikut:
A. Tahap Pra Lapangan
Tahap pra lapangan merupakan tahapan yang dilakukan peneliti sebelum terjun
kelapangan. Kegiatan dalam tahap pra lapangan yaitu:
a. Menyusun rencana penelitian
Rancangan penelitian ini berisi latar belakang masalah dan lasan pelaksanaan
penelitian, pemilihan lokasi, penentuan jadwal penelitian, rancangan pengumpulan
data, rancangan prosedur analisis data, dan rancangan pengecekan keabsahan data.
b. Studi eksplorasi
Studi eksplorasi merupakan kunjungan ke lokasi penelitian sebelum penelitian,
dengan tujuan untuk mengetahui lokasi penelitian dan segala keadaan yang akan
diteliti.
c. Perizinan
Sehubungan dengan penelitian yang berada diluar kampus dan merupakan
lembaga perintah, maka penelitian ini memerlukan izin dan prosedur sebagai
48
Ainia, D.K. 2020. Merdeka Belajar Dalam Pandangan Ki Hadjar Dewantara Dan
Relevansinya Bagi Pengembangan Pendidikan Karakter. Jurnal Filsafat Indonesia,
Ali, Lukman. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Cetakan Ke III, Jakarta : Balai Pustaka, 2011.
Alhamuddin. 2019. Politik Kebijakan Pengembangan Kurikulum di Indonesia Sejak Zaman
Kemerdekaan Hingga Reformasi (1947-2013). Jakarta: Prenadamedia Grup.
Ali Sudin. 2014. Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Upi Press.
Anggito, A., & Setiawan, J. (2018). Metodologi Penelitian Kualitatif. Sukabumi: CV Jejak
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan PraktekEdisi Revisi ke
VI. Rineka Cipta: Jakarta.
Azizah, S. (2014). Kurikulum Berkarakter. Cet. I: Alauddin University Press Badudu J.S dan
Zain, Sutan Mohammad, Kamus Umum Bahasa Indonesia. (Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan, 1996
Baro’ah, S. (2020). Kebijakan Merdeka Belajar Sebagai Strategi PeningkatanMutu Pendidikan.
Jurnal Tawadhu. Cilacap: Institut Agama IslamImam Ghozali.
Bilfaqih, Yusuf dan M. Nur Qomarudin. (2015: 1). Pembelajaran Daring Panduan Berstandar
Pengembangan Pembelajaran Daring untuk Pendidikan dan Pelatihan. Yogyakarta:
Deepublish.
Brooks, C. (2006). Geographical knowledge and teaching geography. International Research
in Geographical & Environmental Education, 15(4), 353-369.
Chaniago, S., Yeni, F. D. & Setiawati, M. (2022). Analisis Penerapan Kurikulum Merdeka
Belajar Terhadap Hasil Belajar Siswa Kelas X pada Mata Pelajaran Geografi di MAN I
Koto Baru. Sultra Educational Journal, 2 (3), 184-191
Chang, C. H. (2014). Is Singapore’s school geography becoming too responsive to the changing
needs of society? International Research in Geographical and Environmental Education,
23(1), 25-39.
Djamarah, Syaiful Bahari dan Aswan Zain. 2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT
Rieneka Cipta
Dwi Efyanto (2021) “Analisis Penerapan Kebijakan Merdeka Belajar Pada Kurikulum SMK”
Habibah & M., Irawan, F. A (2023). Evaluasi Pelaksanaan Kurikulum Merdeka Dalam
Pengembangan Modul Ajar Geografi Kelas X Menggunakan Model
Evaluasi Countenance (Studi Kasus Di SMA Hangtuah 2 Sidoarjo). Jurnal
Pendidikan Geosfer. 8(1) : 17-28
Hamalik, O. (2017). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. Jahja, Yudrik.
Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana, 2011.
Ikhsan, M & Haris. (2022). Ekowisata Rammang-Rammang Sebagai Laboratorium
Pembelajaran Konstekstual Geografi di Kabupaten Maros. Jambura Geo Education
Journal. 3(3) : 45-51
Khabiburrahman, Kurniaaji, B., Sudargono, & Rohsulina, P. (2022). Analysis of the Use of
Learning Media Applications in Online Geography Subjects During the Covid-19
Pandemic for Senior High School Students. Jurnal Komunikasi Pendidikan, 6(2) : 58-66
Kirsop-Taylor, N., Appiah, D., Steadman, A., & Huggett, M. (2020). Reflections on integrating
the political into environmental education through problem-based learning and political
ecology. The Journal of Environmental Education, DOI:
10.1080/00958964.2020.1825919
Komarudin. (2015). Peran Guru Pendidikan Jasmani Dalam Sistem Pembangunan Dan
Pembinaan Olahraga Di Indonesia. Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia. Vol. 11. No. 1.
Yogyakarta: FIK UNY.
Lam, C. C. & Lai, E. (2003). ‘What is Geography?’ In the eyes of junior secondary students in
Hong Kong. International Research in Geographical and Environmental Education,
12(3), 199-218.
Maude, A. M. (2014). Developing a national geography curriculum for Australia. International
Research in Geographical and Environmental Education, 23(1), 40-52.
Majid, A. (2014). Implementasi Kurikulum 2013. Bandung: Interes Media. Margono, S.
(2014). Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.Mendikbud nomor 14
tahun 2019 tertanggal 13 Desember 2019
Mulyasa, E. (2002). Kurikulum berbasis kompetensi. Bandung: Rosda Karya.
. (2014).
Mustafa, P.S. & Dwiyogo, W.D. (2020). Kurikulum Pendidikan Jasmani, Olahraga, dan
Kesehatan di Indonesia Abad 21. JARTIKA: Jurnal Riset Teknologi dan Inovasi
Pendidikan.
Mustafa, P. S. (2021). Merdeka Belajar dalam Rancangan Pembelajaran Pendidikan Jasmani
di Indonesia. JARTIKA Jurnal Riset Teknologi dan Inovasi Pendidikan.
Muslimin Yoga Perdana (2021) “Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Olahraga Dan Kesehatan
Terhadap Merdeka Belajar Di Sekolah Dasar Se Kabupaten Panewon Tepus”
Nasution, S., Nurbaiti, dan Affannudin. 2021. Teks Laporan Hasil Observasi Untuk Tingkat
SMP Kela VII. Jakarta : Guepedia
Nugroho, Riant. 2014. Public Policy. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah
Pambudi, A. F. (2014). Analisis Spektrum Gaya Mengajar Divergendalam Implementasi
Kurikulum 2013.
Prastawa. F. R & Sismadiyanto. (2013). Persepsi Guru Pendidikan Jasmani Sekolah Menengah
Atas Negeri Se-Kota Yogyakarta Tentang Penilaian Domain Afektif. Yogyakarta:
Jurusan Pendidikan Olahraga FIK UNY.
Rahayu. Ega Trisna. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung : Alfabeta
Sagala, S. (2010). Kemampuan Professional Guru dan Tenaga Kependidikan.
Bandung: Alfabet.
Salim dan Syahrum. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Ciptapustaka Media,
hal. 165
Saryono & Rithaudin, A. (2011). Meta Analisis Pengaruh Pembelajaran Pendekatan Taktik
(TGFU) Terhadap Pengembangan Aspek Kognitif Siswa dalam Pendidikan Jasmani.
Jurnal Pendidikan Jasmani Indonesia.
Sekretariat GTK. (2019). Mengenal Konsep Merdeka Belajar dan Guru Penggerak. dari
https://gtk.kemdikbud.go.id/readnews/mengenal- konsep-merdeka-belajar-dan-guru-
penggerak
Sekretariat GTK. (2020). Merdeka Belajar https://gtk.kemdikbud.go.id/read-news/merdeka-
belajar
Sugiyono. 2022. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta
Utami, N.S., & Nopembri, S. (2011). Pandangan Guru Pendidikan Jasmani SMA Terhadap
Penerapan Model Pembelajaran Teaching Games For Understanding. Jurnal Pendidikan
Jasmani Indonesia Volume 8. Yogyakarta: FIK UNY.
Utama, A. B. (2011). Pembentukan Karakter Anak Melalui Aktivitas BermainDalam
Pendidikan Jasmani. Jurnal pendidikan jasmani indonesia, 8(1).
Wijayanto, B., & Adhetya, D. (2021). Content Analysis of Geography Subject based on
Olimpiade Sains NasionaL (OSN) Insenior High School of Padang City. Journal of
Learning Improvement and Lesson Study, 1(1), 25-30.
https://doi.org/10.24036/jlils.v1i1.6
Gainau, M. B. 2016. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: PT Kanisius.
Harjanti, D. T., Ulfah, M., & Rezeki, S. (2022). Efektivitas Media Kuis Adobe Flash CS6
Terhadap Hasil Belajar Geografi Kelas XI SMAN 8 Pontianak. Geodika: Jurnal Kajian
Ilmu dan Pendidikan Geografi, 6(2), 244–253.
Hasim, E. (2020). Penerapan Kurikulum Merdeka Belajar Perguruan Tinggi di Masa Pandemi
Covid-19. E-Prosiding Pascasarjana Universitas Negeri Gorontalo
Hidayat, R., Abdillah. (2019). Ilmu Pendidikan, Konsep, Teori dan Aplikasinya. LPPI: Medan.
Insani, M. K. (2021). Analisis Kemampuan Literasi Informasi Siswa pada Sistem Pembelajaran
Daring Mata Pelajaran Geografi. Geodika: Jurnal Kajian Ilmu Dan Pendidikan Geografi,
5(1), 23–32.
Jumirah, Poppy., Kusnadi, E., Oktaviani, A. D. (2021). Analisis Kesadaran Lingkungan Siswa
Sekolah Pada Kegiatan Green-Chemistry Dalam Kondisi New Normalpandemi Covid-
19
Khoirullah, E.M. Kurnia, S.U. (2018). Perbedaan Hasil Belajar Antara Penggunaan Model
Pembelajaran Conceptsentence Dengan Model Pembelajaran Konvensional pada Mata
Pelajaran Geografi Kelas X SMA Al-Huda Tahun Pelajaran 2014/2015. Prosiding
Seminar Nasional. ISBN: 978-623-7207-00-9.
Lane, R., Carter, J., & Bourke, T. (2019). Concepts, Conceptualization, and Conceptions in
Geography.Journal of Geography, 118(1), 11–2.
Pasongli, H. (2022). Hasil Belajar Geografi dan Persepsi Siswa dalam Pembelajaran Outdoor
di Pantai Tobololo. Geodika: Jurnal Kajian Ilmu Dan Pendidikan Geografi, 6(1), 67–78.
Putra, P. H. (2019). Tantangan Pendidikan Islam dalam Menghadapi Society 5.0. Islamika:
Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman, 19 (02), 99–110. doi: 10.32939/islamika.v19i02.458
Yamin, M., & Syahrir. (2020). Pembangunan Pendidikan Merdeka Belajar (Telaah Metode
Pembelajaran). Jurnal Ilmiah Mandala Education Volume 6. Universitas Pendidikan
Mandalika.