Anda di halaman 1dari 60

PERAN ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK DI ERA

TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI SDN 1 MAMPANG


DEPOK

PROPOSAL SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Tarbiyah


untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Disusun Oleh

SUMARSONO

NIM : T. 21823221

NIRM : 2021010118010

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH INSTITUT PEMBINA ROHANI ISLAM JAKARTA

1441 H/2021 M

1
2

Nomor : 01
Lampiran : 1 (satu) berkas
Hal : Pengajuan Judul Skripsi

Kepada Yth.
Dekan Fakultas Tarbiyah
Institut Pembina Rohani Islam Jakarta (IPRIJA)

Assalamu’alaikum wr . wb.

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : SUMARSONO
NIM/NIRM : T. 21823221
Semester : VII (Tujuh)
Fakultas : Tarbiyah

Bermaksud mengajukan judul skripsi :

“PERAN ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK DI ERA


TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI SDN 1 MAMPANG
DEPOK ”
Sebagai bahan pertimbangan saya lampirkan :

1. Outline
2. Isi BAB I (pendahuluan)
3. Daftar Pustaka

Demikian surat ini disampaikan, atas persetujuannya saya ucapkan terima kasih.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Jakarta, 23 April 2022

Homat Saya,

SUMARSONO
3

OUTLINE

Halaman Sampul........................................................................................................

Halaman Judul...........................................................................................................

Halaman Persetujuan Pembimbing............................................................................

Halaman Pengesahan.................................................................................................

Halaman Pernyataan..................................................................................................

ABSTRAK.................................................................................................................

KATA PENGANTAR...............................................................................................i

DAFTAR ISI..............................................................................................................ii

DAFTAR TABEL......................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah..............................................................

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah..........................................

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian....................................................

D. Sistematika Penulisan..................................................................

BAB II KAJIAN TEORI

1. peran orang tua dalam mendukung kegiatan pembelajaran di rumah pada masa pandemi

Covid 19…………………………………………………………………………………..
4

2. Apa saja solusi dan hambatan yang akan di hadapi oleh orang tua dalam mendukung

kegiatan pembelajaran di rumah pada saat covid 19 dan

globalisasi………………………………………………….

3. cara pengawasan kepada anak dalam menghadapi globalisasi dan pandemic covid 19 dalam

belajar………………………………………………………………………………

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian...................................................................

B. Kehadiran Peneliti........................................................................

C. Lokasi Penelitian..........................................................................

D. Sumber Data.................................................................................

E. Teknik Pengumpulan Data...........................................................

F. Teknik Analisa Data....................................................................

G. Pengecekan Keabsahan Temuan..................................................

H. Tahap – tahap Penelitian..............................................................

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Paparan Data................................................................................

1. Gambaran Umum...................................................................

2. Peran aktif orang tua terkair globalisasi dan pembelajaran

system daring pada saat covid 19...........................................

B. Karakter anak dalam mengikuti perkembangan zaman globalisasi

di bidang pendidikan dan system pembelajaran daring...............


5

1. Strategi Perencanaan Meningkatkan dan pemahaman terhadap

globalisasi dan system pembelajaran daring terhadap...........

a. Peserta Didik....................................................................

b. Guru.................................................................................

c. Orang tua..........................................................................

2. Hambatan globalisasi di bidang pendidikan dan pembelajaran

system daring.........................................................................

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................

B. Saran............................................................................................

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Anket / Kuesioner

2. Surat Bimbingan Skripsi

3. Surat Tugas Penelitian

4. Surat Keterangan Penelitian

5. Daftar Riwayat Hidup


6

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ditengah pesatnya kemajuan pengetahuan dan teknologi serta informasi

dalam dunia globalisasi di bidang pendidikan peran orang tua harus di tingkatkan

terhadap anak karena banyak informasi yang akan di salahgunakan di kalangan

anak – anak dan remaja di Indonesia serta berkurangnya tingkat belajar dan

prestasi terhadap anak – anak.

Berdasarkan UU No 20 Th 2003 pasal 1 ayat 1 tentang Pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara1

Sejalan dengan tujuan pendidikan nasional tersebut, maka untuk

mewujudkannya diperlukan peran dari berbagai pihak yaitu guru, pemerintah,

sarana prasarana, dan orang tua. Salah satu yang sangat penting adalah terkait

peran orang tua. Didalam sebuah keluarga peran orang tua sangat penting bagi

anak, terlebih lagi ketika anak memasuki usia sekolah dan usia menempuh

pendidikan.

1
Undang-Undang Republik Indonesia No 20 Th 2003, Tentang Sistem Pendidikan, Pasal 1 Ayat 1.
7

Pada dasarnya semua orang tua menghendaki putra-putri mereka tumbuh

menjadi anak yang baik, cerdas, patuh, dan terampil. Selain itu banyak lagi

harapan lainnya tentang anak, yang kesemuanya berbentuk sesuatu yang positif.

Pada sisi lain, setiap orang tua berkeinginan untuk mendidik anaknya secara baik

dan berhasil. Mereka berharap mampu membentuk anak yang beriman dan

bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia berbakti kepada orang

tua, berguna bagi dirinya, keluarga, masyarakat, nusa, bangsa, negara, juga bagi

agamanya, serta anak yang cerdas memiliki kepribadian yang utuh.2

Maka di sini akan terlihat bagaimana pola asuh orang tua saat belajar di

rumah. Berkaitan dengan hal tersebut, pada awalnya banyak orang tua yang

menolak pembelajaran daring untuk anaknya, karena mereka masing- masing

dengan teknologi, seperti kurangnya jaringan didesa sehingga menjadi

penghambat pembelajaran daring serta media pembelajaran daring seperti

handphone bisa menjadi dampak negatif bagi anak jika disalah gunakan. Namun

seiringnya waktu, orang tua mulai menerima pembelajaran daring.

Peran orang tua dalam menentukan prestasi belajar siswa sangatlah besar.

Pendidikan anaknya dapat menyebabkan anak kurang atau bahkan tidak berhasil

dalam belajarnya. Sebaliknya, orang tua yang selalu memberi perhatian pada

anaknya, terutama perhatian pada kegiatan belajar mereka dirumah, akan

membuat anak lebih giat dan lebih bersemangat dalam belajar karena ia tahu

bahwa bukan dirinya sendiri saja yang berkeinginan untuk maju, akan tetapi

2
M. Sahlan Syafei, Bagaimana Anda Mendidik Anak, 2th ed. (Bogor; Penerbit Ghalia Indonesia,
2006), h. 1.
8

orang tuanya juga memiliki keinginan yang sama. Sehingga hasil belajar atau

prestasi belajar yang diraih oleh siswa menjadi lebih baik.

Orang tua juga harus memantau perkembangan anak dalam belajar mereka

dan memantau hobi mereka untuk masa depan anak, makanya dari orang tua

harus berfikir terhadap anaknya bila mereka mengalami masalah dalam belajar

maupun tugas mereka di sekolah jangan sampai anak kehilangan konsentrasi

belajar dan minat mereka dalam belajar yang akan mengakibatkan anak mereka

ketinggalan dalam hal prestasi di sekolah dan akan menganggu masa depan anak.

Seorang Ayah dan Ibu berkewajiban mendidik, mengajarkan, dan

menanamkan nilai-nilai kebaikan kepada anak-anaknya. Anak adalah amanat

Tuhan yang dibebankan kepada orang tuanya. Oleh karena itu, orang tua harus

menjaga, memelihara, dan menyampaikan amanah tersebut. Orang tua harus

mengantarkan anaknya melalui bimbingan, pengarahan, dan pendidikan untuk

mengabdi kepada Allah SWT, keluarga, masyarakat dan bangsa. Sistem

pendidikan yang baik harus menunjukan proses pendidikan dalam keluarga

sebagai realisasi tanggung jawab orang tua terhadap pendidikan anaknya.3

Peran orang tua merupakan peran yang memiliki andil dalam mendukung

keberhasilan anaknya terutama dalam hal meningkatkan motivasi belajar anak. 4

Orang tua berperan untuk mengupayakan perkembangan potensi anak, baik

potensi afektif, kognitif, maupun psikomotorik. Motivasi yang diberikan orang


3
Lilia Kusuma Ningrum, Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Di
Kelurahan Margorejo 25 Polos Kecamatan Metro Selatan, (Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu
Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (Iain) Metro, 2019), h.1.
4
Hening Hangesty Anurraga, Peran Orangtua Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta
Didik Usia 6-12 Tahun (Studi Pada Program Home Visit Di Homeschooling Sekolah Dolan
Malang), Jurnal Visi Ilmu Pendidikan 7, No. 3 (2019): h. 4.
9

tua tidak hanya sebatas ucapan, tetapi juga bentuk lain sehingga mampu

membangkitkan semangat dan motivasi belajar anak.

Beberapa peran orang tua dalam belajar anak yaitu:

a. Terlibat dalam kegiatan belajar anak.

b. Memperhatikan kondisi anak baik fisik maupun psikis.

c. Memahami dan mengatasi kesulitan belajar anak.

d. Memberikan fasilitas belajar yang memadai.

Orang tua juga harus mengikuti arus globalisasi supaya tidak tertipu oleh

anaknya dalam hal internet serta bisa memantau mereka dalam melakukan

pencarian tugas dalam hal internet supaya anak tidak melihat hal – hal yang

belum pantas untuk di lihat. Orang tua juga harus memantau anak mereka dalam

hal game online supaya anak tidak melakukan tindakan criminal yang akan

merugikan orang tua dan anaknya

Peran orang tua dalam pendidikan anak sangatlah kurang. Kita bisa lihat

dalam kahidupan sehari – hari, tetangga kita misalnya Orang tua cenderung

melepas anaknya pada dunia pendidikan sekolahnya saja tanpa memperhatikan

pendidikan dari lingkungan keluarganya itu sendiri. Dengan kurangnya perhatian

dari orang tua terhadap anak, anak akan cenderung bebas untuk bergaul. Biasanya

pergaulan yang semacam itu akan menjurus ke hal – hal yang negatif. Dari itu,

maka kita sebagai generasi muda harus mampu untuk merubah paradigma berfikir

seperti ini. Karena juga merupakan calon orang tua masa depan yang diharapkan
10

mampu lebih baik daripada orang tua saat ini. Baik dalam hal keimanan, moral,

bahkan finansial sekali pun untuk membentuk anak sebagai pribadi yang mampu

bersaing di era globalisasi saat ini dan masa yang lebih maju akan datang.5

Proses pendidikan bagi anak tidak serta merta hanya orang tua yang

menjadi faktor utama, akan tetapi anakpun menjadi hal-hal yang perlu

diperhatikan, dalam konteks ini misalnya sebagai orang tua dalam menjalankan

perannya sudah baik akan tetapi kondisi anak tidak mengalami perubahan, itu

artinya kondisi anaklah yang perlu dievaluasi. Didalam proses belajar ada

beberapa faktor yang menjadi hambatan bagi anak diantaranya intelegensi, bakat,

minat, motivasi dan kesehatan mental.6

Oleh karena itu, orang tua harus menyiapkan anak mereka sebagai

generasi masa depan, orang tua harus mempersiapkan anak mereka untuk

memiliki karakter yang mampu bertahan dan bersaing serta mumpuni dalam

bidang tertentu. Pendidikan merupakan salah satu faktor pembentukan karakter

anak.

Berdasarkan peraturan pemerintah Republik Indonesia nomer 32 tahun

2013 menyebutkan bahawa Standar Nasional Pendidikan adalah kriteria minimal

tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik

Indonesia. Pendidikan ini dilakukan baik secara formal maupun non formal

dengan suatu standard kompetensi tertentu. kompetensi sendiri diartikan

berdasarkan undang – undang ini sebagai seperangkat sikap, pengetahuan, dan

5
https://Peran-Orangtua-Dalam-Pendidikan-Anak-Di-Era-Globalisasi
6
Ningrum, Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Di Kelurahan Margorejo
25 Polos Kecamatan Metro Selatan, h. 3.
11

keterampilan yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh Peserta Didik

setelah mempelajari suatu muatan pembelajaran, menamatkan suatu program,

atau menyelesaikan satuan pendidikan tertentu.7

Kurikulum baru tahun 2013 yang sudah disosialisasikan dan sudah

diimplementasikan memiliki spirit dasar penguatan pendidikan karakter bagi para

peserta didik. Untuk membangun manusia yang memiliki nilai – nilai karakter

Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, bekerja keras, mandiri, Kreatif, Demokratis, Rasa

Ingin Tahu, Semangat Kebangsaan, Menghargai Prestasi, Bersahabat / Komunikatif,

Cinta Damai, Gemar Membaca, Peduli Lingkungan, Peduli Sosial, cinta tanah air,

dan tanggung jawab dalam belajar untuk masa depan mereka yang akan

memajukan dalam bidang pendidikan di Indonesia yang misi utamanya

memajukan generasi penerus di Indonesia yang akan memajukan Indonesia

kedepannya.

Pendidikan karakter di Indonesia telah digalakkan melalui pelajaran

Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan. Pendidikan karakter ini sesuai

dengan dasar negara Indonesia, yaitu pancasila. Namun, jika dilihat kondisi

masyarakat yang sekarang yang notabene dari “pendidikan karakter

berbasis pancasila”, maka outcome yang ada ternyata belum sesuai makna

karakter. Pendidikan di sekolah terutama pendidikan agama mempunyai

strategi yang sangat besar dalam membentuk karakter religius seseorang. Hal

ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam Undang – Undang No

7
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 32 Tahun 2013 Tentang Standard Nasional
Pendidikan. Pasal 1
12

12 Tahun 2012 tentang pendidikan tinggi menyatakan pendidikan adalah

usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,

kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa, dan Negara.8

Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak

mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan

demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam keluarga.9 Pendidik atau

Pembina pertama adalah orang tua, kemudian guru. Semua pengalaman yang

dilalui oleh anak waktu kecilnya, akan merupakan unsur penting dalam

pribadinya. Orang tua hendaknya bertingkah laku dan bersikap adil terhadap anak

– anaknya. Mereka juga dituntut untuk memberikan contoh kepribadian yang baik

kepada anak – anaknya melalui sikap.

Berikut ini beberapa peran Orang Tua yang dapat dijadikan sebagai

petunjuk sebagai mana terkandung dalam poin-poin penting berikut ini:10

1. Peranan cinta kasih sayang dalam pembinaan kepribadian


2. Tidak menghina dan tidak mengurangi hak anak
3. Perhatian pada perkembangan pribadian
4. Menghindari penggunaan kata kotor.

8
Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi
9
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama,(Jakarta, PT Bulan Bintang, 2003), h. 35 32
Zakiah
Daradjat, Ibid, h. 74
10
Husain Mazhahari, Opcit, h. 201-207
13

Dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional tersebut, karakter

penting yang semestinya dibangun adalah agar anak didik menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sungguh, inilah hal penting

yang semestinya mendapatkan perhatian dalam pendidikan kita. Dengan

demikian, kesadaran beriman dan bertakwa kepada Tuhan itu akan menjadi

kekuatan yang bisa melawan apabila anak didik terpengaruh untuk melakukan

perbuatan yang tidak terpuji. Apalagi, hal ini semakin dikuatkan dengan

mengembangkan karakter yang selanjutnya, yakni berakhlak mulia. Maka,

semakin kukuhlah kepribadian dari anak didik berkarakter sebagaimana

yang diharapkan.11

Berdasarkan observasi awal DI SDN 1 MAMPANG DEPOK bahwa

beberapa dari peserta didik masih kurang minat dan bakat dalam proses

pembelajaran. Proses pembelajaran di sekolah ini yang dijalankan oleh tenaga

pendidik sebagai pengganti orang tua mereka di sekolah sudah menjalankan

tugasnya dengan sebaik mungkin dengan cara mengajarkan kepada para siswa

nya dengan sabar dan membimbing mereka untuk meningkatkan proses belajar

yang sangat menyenangkan dan bisa dimengerti oleh mereka di sekolah dan untuk

mengulang pembelajaran para guru ini memberikan suatu tugas yang akan di

berikan dan mereka kerjakan di rumah sekaligus untuk mengulang materi yang

tadi di ajarkan di sekolah. Sungguh, sebagus apa pun cara pengajaran guru di

sekolah akan tetapi para siswa maupun siswinya tidak mempelajari materi yang

11
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia. (Cet. I;Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011) h. 12.
14

sudah disampaikan oleh gurunya di sekolah akan terasa sia- sia karena siswa atau

anak akan lupa di hari berikutnya pada saat pelajaran yang sama untuk melangkah

ke masa depan mereka akan sulit tercapai apa yang telah diharapkan. Atas dasar

inilah peneliti bermaksud untuk meneliti permasalahan tentang “PERAN

ORANG TUA TERHADAP PENDIDIKAN ANAK DI ERA TEKNOLOGI

INFORMASI DAN KOMUNIKASI DI SDN 1 MAMPANG DEPOK”.

B. Indenfikasi Masalah

Permasalahan penelitian yang penulis ajukan ini dapat diindenfikasi

permasalahannya sebagai berikut:

1. Orang tua sibuk bekerja

2. Kurangnya perhatian orang tua terhadap anak

3. Masih ada orang tua yang tidak menghiraukan kasih dan sayang terhadap anak

4. Anak yang putus sekolah

5. Menurunnya rasa sopan santun anak-anak terhadap kedua orang tua

6. Terdapat anak-anak yang melakukan pelanggaran norma-norma agama di

dalam masyarakat

7. Terdapat anak-anak yang mencuri ayam, warung hasil kebun dan sebagainya

8. Beberapa anak sudah merokok

9. Terdapat anak yang suka minum-ninuman

C. Rumusan masalah
15

Berdasarkan Konteks Penelitian di atas, maka masalah utama dalam

peneliti sebagai berikut:

1. Bagaimana peran orang tua dalam membentuk kecerdasan emosional

di era Teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan?

2. Apa saja solusi dan hambatan yang akan di hadapi oleh orang tua

dalam membentuk kecerdasan emosional di era Teknologi informasi

dan komunikasi dalam dunia pendidikan?

3. Bagaimana cara pengawasan kepada anak dalam menghadapi

membentuk kecerdasan emosional di era Teknologi informasi dan

komunikasi dalam dunia pendidikan?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

a. Untul mengetahui peran orang tua dalam membentuk kecerdasan

emosional di era Teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia

pendidikan

b. Untuk mendeskripsikan solusi dan hambatan yang akan di hadapi oleh

orang tua dalam membentuk kecerdasan emosional di era Teknologi

informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan

c. Untuk mengetahui cara pengawasan kepada anak dalam menghadapi

membentuk kecerdasan emosional di era Teknologi informasi dan

komunikasi dalam dunia pendidikan

2. Manfaat Penelitian
16

Adapun kegunaan dalam penelitian ini adalah :

1. Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan

wawasan baru dalam bidang pendidikan terutama orang tua dalam

memberikan pembelajaran kepada anak – anak mereka dalam menghadapi

masalah kedepannya yang akan terjadi kepada mereka pada saat dewasa.

2. Secara Praktis

a. Bagi Guru

Guru adalah pengganti orang tua yang di rumah yang akan

mengajarkan kepada anak – anak serta memantau perkembangan anak

di sekolah dan mendidik mereka disekolah supaya menjadi anak yang

berprestasi juga mereka memberitahukan perkembangan anak anak di

sekolah kepada orang atau wali murid nanti supaya orang tua juga

memantau anak mereka di rumah dalam belajar.

b. Bagi Sekolah

Sebagai masukan ilmiah bagi sekolah, dalam mengembangkan

pendidikan karakter terhadap peserta didik.

c. Bagi Peserta Didik

Meningkatkan kesadaran bagi siswa siswi dalam melaksanakan belajar

di sekolah serta mengembangkan minat dan bakat mereka dalam dunia

akademik maupun non akademik untuk mendapatkan prestasi yang

akan mereka raih


17

E. Sistematika Pembahasan

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam bab ini berisi tentang latar belakang masalah, fokus

penelitian, tujuan dan manfaat penelitian, penegasan istilah dan

sistematika pembahasan.

BAB II : KAJIAN TEORI

Pada bab ini akan membahas tentang pembahasan deskripsi teori,

pengertian strategi, pengertian guru, peran guru sebagai orang tua di

sekolah, peran orang tua kepada anak dalam meningkatkan minat

belajar untuk mencapai sebuah prestasi, hambatan yang akan di

alami bagi orang tua dalam dunia globalisasi di dunia pendidikan

dan mencari solusi dalam menghadapi hambatan atau permasalahan

yang akan di hadapi oleh orang tua dan anak kedepannya.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini berisi pembahasan rancangan penelitian, kehadiran

peneliti, lokasi penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data,

analisa data, pengecekan keabsahan temuan, dan tahap – tahap

penelitian.

BAB IV : HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan tentang situasi dan kondisi objek

penelitian, deskripsi data, analisis data dan interpretasi data.


18

BAB V : PENUTUP

Pada bab penutup ini terdiri dari kesimpulan dan saran

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Deskripsi Teori

2.1.1 Pengertian Kecerdasan Emosional


Kecerdasan emosional (Emotional Quotient) terdiri dari dua kata, yaitu
emosional (emotional) dan kecerdasan (quetiont) dengan demikian penulis akan
menjelaskan satu persatu.

1. Emosional
Kata pertama adalah emotional. Asal kata emotional adalah emotion
(emosional) yang dalam kamus lengkap psikologi berarti “suatu keadaan yang
terangsang dan organisme, mencakup perubahan perubahan yang disadari,
yang mendalam sifatnya dan perubahan perilaku”. Emosional diartikan
sebagai : pertama, berkaitan dengan ekspresi emosional atau dengan
perubahan-perubahan mendalam yang menyertai emosional, kedua
mencirikan individu yang mudah terangsang untuk menampilkan tingkah laku
emosional. 12
Semua emosional pada dasarnya adalah dorongan untuk bertindak,
rencana seketika untuk mengatasi masalah yang telah ditanamkan secara
berangsur-angsur oleh evolusi. Akar kata emosional berasal dari bahasa latin
yakni movere, yang berarti menggerakkan, bergerak, ditambah awalan “e”
untuk memberi arti “bergerak, menjauh”. Ini menyiratkan bahwa
kecenderungan bertindak merupakan hal mutlak dalam emosional.
13
Emosional mempunyai arti yang agak berbeda dengan perasaan, didalam
pengertian emosional sudah terkandung unsur perasaan yang
mendalam(intense), sedangkan perasaan bagian dari emosional. Menurut

12
6James P, Dictionary of Psychology, Terj. Kartini kartono, Kamus Lengkap Psikologi, (Jakarta: Raja
Grafindo Persada, 2011), h. 165.
13
James P, Dictionary of Psychology, terj. Kartini Kartono, Kamus Lengkap Psikologi, h. 7.
19

kamus lengkap bahasa Indonesia “emosional adalah keadaan perasaan yang


meluap dan berkembang lalu surut dalam waktu singkat.14
Menurut Daniel Goleman emosional merujuk pada “suatu perasaan
dan pikiran-pikiran khasnya, suatu keadaan biologis, serangkaian
kecenderungan untuk bertindak”.15 Sedangkan menurut Crow yang telah
dikutip oleh E. Usman Efendi dan Juhaya S. Praja menyatakan bahwa
emosional merupakan suatu keadaan yang bergejolak pada diri individu yang
berfungsi/berperan sebagai inner adjustment (penyesuaian dari dalam)
terhadap lingkungan untuk mencapai kesejahteraan dan keselamatan
individu.16
Dari beberapa defenisi di atas, dapat disimpulkan bahwa emosional
adalah suatu keadaan atau luapan perasaan yang mendalam dan bergejolak
yang terjadi dalam diri manusia.
a. Quotient (kecerdasan)

Kata kedua adalah quotient (kecerdasan). Kecerdasan atau


intelligence dalam kamus lengkappsikologi adalah kemampuan
menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan
efektif.17

Menurut William Stem yang dikutip oleh Usman Efendi dan


Juhaya S. Praja menyatakan bahwa “intelligence merupakan kapasitas atau
kecakapan umum pada individu yang secara sadar untuk menyesuaikan
fikirannya pada situasi yang dihadapinya”.18 Sedangkan kecerdasan dalam
istilah umum digunakan untuk menjelaskan sifat pikiran yang mencakup
sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan,
memecahkan masalah, berpikir abstrak, memhami gagasan, menggunakan
bahasa dan belajar, sehingga dapat diartikan sebagai sikap manusia yang
mampu mengambil pelajaran dan hikmah dari setiap persoalan sekaligus
upaya mereka untuk menjadi lebih baik lagi dimasa depan.19
Dari beberapa pengertian kecerdasan di atas menunjukkan
bagaimana cara individu bertingkah laku dan bertindak, yaitu cepat atau
lambatnya individu di dalam menyelesaikan dan memecahkan suatu
14
8EM Zul Fajr & Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, (Jakarta: Difa Publiser), h. 280.
15
Daniel Gileman, Kecerdasan Emosional, terj. T. Hermaya (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 1998),
h. 411.
16
E. Usman Effendi, Juhaya S. Praja S, Pengantar Psikologi, (Bandung: Angkasa 1989), h. 81.
17
EM Zul Fajri dan Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, h. 253.
18
E. Usman Effendi, Juhaya S. Praja S. Praja, Pengantar Psikologi, h. 88.
19
Tim Penyusun Kamus, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Terbaru (Jakarta : Balai Pustaka, 2003), h.
108.
20

masalah yang di hadapinya. Intelegensi berkenaan dengan fungsi mental


kompleks yang dimanifestasikan atau direalisasikan dalam tingkah laku.

2. Kecerdasan Emosional

Pengertian kecerdasan emosional diartikan oleh beberapa pakar

diantaranya Goleman yang mengaitkan kecerdasan emosional atau emotional

quotient merujuk kepada kemampuan mengenali perasaan kita sendiri dan

perasaan orang lain, kemampuan memotivasi diri sendiri dan kemampuan

mengelolah emosional diri sendiri dan dalam hubungan dengan orang lain.

Kemampuan yang berbeda namun saling melengkapi, dengan kecerdasan

akademik (academic intelligence) yaitu kemampuan-kemampuan kognitif

murni yang diukur dengan IQ. Banyak orang yang cerdas, dalam arti

terpelajar akan tetapi lemah dalam kecerdasan emosional, ternyata bekerja

dengan orang yang ber-IQ lebih rendah tetapi unggul dalam kecerdasan

emosional.20

Dalam Islam kecerdasan emosional dikenal dengan istilah kecerdasan

qalbiah. Sebagaimana dalam struktur kepribadian, struktur nafsani manusia

terbagi atas 3 komponen yaitu kalbu, akal dan nafsu. Kecerdasan qalbiah

meliputi kecerdasan intelektual, emosional, moral, spiritual dan agama.25

Namun peneliti hanya berfokus pada kecerdasan emosional, dimana

kecerdasan emosional disini yaitu kecerdasan kalbu yang berkaitan dengan

20
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosinal, terj. T. Hermaya ( Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2003),
h. 512.
21

pengendalian nafsu-nafsu implusif dan agresif. Kecerdasan ini mengarahkan

seseorang untuk bertindak secara hatihati, waspada, tenang, sabar dan tabah

ketika mendapat musibah, dan berterimah kasih ketika mendapatkan

kenikmatan.21

Hal lain yang menekankan pentingnya menjaga hati adalah

bahwasanya hati merupakan kendaraan yang digunakan seseorang untuk

menempuh perjalanan menuju akhirat, karena sesungguhnya perjalanan

menuju Allah SWT adalah perjalanan hati, bukan perjalanan jasad.

“Menempuhjarak perjalanan menuju-Nya itu dengan hati, bukan dengan

berjalan mengendarai kendaraan”.22

Menurut Daniel Goleman yang dikutif oleh Jeane Siagel menuliskan

bahwa empati sebagai keterampilan dasar manusia, sehingga orang yang

memiliki empati adalah pemimpin alamiah yang dapat mengekspresikan dan

mengartikulasi sentiment kolektif yang tidak diucapkan untuk membimbing

suatu kelompok menuju cita-citanya.23 Dari beberapa pengertian diatas, dapat

disimpulkan bahwa kecerdasan emosional merupakan kemampuan dan

keterampilan yang berkaitan dengan kemampuan individu dalam membina

hubungan dengan lingkungan sosial yang menggambarkan kepekaan individu

21
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam( Jakarta : PT. Raja Grafindo
Persada, 2002), h. 325.
22
Khalid bin Abdullah Al Mushlih, Hati Yang Bersih, Official Website of Khalid Bin Abdullah Al Mushlih,
(1 juli 2014), (diakses 1 September 2020).
23
Jeane Seagel, Melejikan Kepekaan Emosional :Cara Baru Praktis Untuk Menggunakan Potensi
Insting dan Kekuatan Emosi Anda, terjemahan dari Raising your Emotinal Intelligence, terj. Ari
Nilandari (cet. II, Bandung: 2001), h. 139.
22

terhadap etika sosial, dimana seseorang dapatmengenali perasaan dirinya

maupun orang lai, kemampuannya memotivasi diri, mengelolah emosional

dengan baik dan mampu membina hubungan dengan orang lain yang

menunjukkan seseorang mempunyai kepedulian terkait etika dan moral,

kejujuran, perasaan, amanah kesopanan dan toleransi.

3. Aspek-aspek Kecerdasan Emosional

Lima dasar kemampuan dalam teori kecerdasan emosional menurut Daniel

Goleman, diantaranya yaitu :

a) Mengenali Emosi Diri

Mengenali emosi diri merupakan suatu kemampuan untuk mengenali

perasaan sewaktu perasaan itu terjadi. Kemampuan ini merupakan dasar dari

kecerdasan emosional, yakni kesadaran seseorang akan emosionalnya sendiri.

Kesadaran diri membuat kita lebih waspada terhadap suasana hati maupun

pikiran tentang suasana hati, bila kurang waspada maka individu yang

menjadi mudah larut dalam aliran emosional dan dikuasai oleh emosional.

Kesadaran diri memang belum menjamin penguasaan emosional, namun

merupakan salah satu syarat penting untuk mengendalikan emosional

sehingga individu mudah menguasai emosional.24

b) Mengelola Emosional

24
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional Terjemahan, T. Hermaya, h. 513
23

Mengelola emosional merupkan kecakapan atau keterampilan

seseorang dalam menghadapi perasaan agar dapat terungkap dengan tepat,

sehingga tercapai keselarasan dalam diri individu. Menjaga agar emosional

yang merisaukan tetap terkendali merupakan kunci menuju kematangan

emosional. Emosional berlebihan yang meningkat dalam waktu yang relatif

lama akan mengganggu kestabilan individu. Kemampuan ini mencakup

kemampuan menenangkan diri sendiri, melepaskan kecemasan, kemarahan

ketersinggungan, dan kemampuan untuk bangkit dari keterpurukan.25

Suharsono mengutip sebuah hadist Nabi riwayat Hakim dan Ibnu

Hibban yang artinya “ada tiga hal yang apabila dilakukan akan dilindungi oleh

Allah dalam pemeliharaan-Nya yang dimasukkan ke dalam surga-Nya, yaitu

apabila diberi, ia berterimah kasih, apabila berkuasa ia selalu memaafkan, dan

apabila marah ia menahan diri (mampu menguasai diri)”.26

c) Memotivasi diri sendiri

Meraih prestasi harus dilalui dengan dimilikinya motivasi dalam diri

individu, yang berarti memiliki ketekunan untuk menahan diri terhadap

kepuasan dan mengendalikan dorongan hati, serta mempunyai perasaan

memotivasi diri yang positif, yaitu antusiasme, gairah, optimis, dan keyakinan

diri.

25
1Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional Terjemahan, T. Hermaya, h.516
26
Suharsono, Melejitkan IQ, EQ, SQ. (cet, I, Jakarta: Ummah Publishing, 2009), h.203.
24

d) Mengenali emosi orang lain

Kemampuan untuk mengenali emosi orang lain disebut dengan empati.

Menurut Goleman kemampuan seseorang untuk mengenali orang lain atau

peduli, menunjukkan kemampuan empati sesorang. Individu yang memiliki

kemampuan empati lebih mampu menerima sudut pandang orang lain, peka

terhadap perasaan orang lain dan lebih mampu untuk mendengarkan orang

lain.

e) Membina hubungan sosial kepada orang lain

Kemampuan membina hubungan merupakan suatu keterampilan yang

menunjang popularitas, kepemimpinan dan keberhasilan antar sesama.

Keterampilan dalam berkomunikasi merupakan kemampuan dasar dalam

keberhasilan membina hubungan. Terkadang manusia sulit untuk

mendapatkan apa yang diingankannya dan sulit memahami keinginan serta

kemauan orang lain.27

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional

Terbentuknya kecerdasan emosional dipengaruhi oleh bebrapa faktor,

secara garis besar terdiri dari dua faktor yaitu faktor internal dan faktor

eksternal.

27
Daniel Goleman, Kecerdasan Emosional Terjemahan, T. Hermaya, h.520.
25

a. Faktor Internal

Faktor internal ialah apa yang ada dalam diri individu yang dapat

mempengaruhi kecerdasan emosionalnya. Faktor internal ini memiliki

dua sumber yaitu segi jasmani dan psikologis. Segi jasmani adalah faktor

fisik dan kesehatan individu, apabila fisik dan kesehatan seseorang

terganggu ada kemungkinan akan mempengaruhi proses kecerdasan

emosionalnya. Dalam segi psikologis mencakup didalamnya pengalaman,

perasaan, kemampuan berpikir dan motivasi

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal adalah stimulus dan lingkungan dimana

kecerdasan emosional berlangsung. Faktor eksternal meliputi : stimulus

itu sendiri, kejenuhan stimulus merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi keberhasilan seseorang dalam memperlakukan kecerdasan

emosional. Objek lingkungan yang melatarbelakangi merupakan kesatuan

yang sulit untuk dipisahkan

Menurut Agustian faktor-faktor yang berpengaruh dalam

peningkatan kecerdasan emosional yaitu :

1) Faktor Psikologi
26

Faktor psikologi merupakan faktor yang berasal dari dalam diri

individu. Faktor ini membantu individu mengelolah, mengontrol,

mengendalikan dan mengkordinasikan keadaan emosional agar

termanifestasi dalam perilaku secara efektif. Menurut Goleman kecerdasan

sangat erat kaitannya dengan keadaan otak emosional. Bagian otak yang

mengurusi emosional dalam system limbic. Sistem limbic terletak jauh

dalam himsper otak besar terutama bertanggungjawab atas pengaturan

emosional dan implus. Peningkatan kecerdasan emosional dapat dilakukan

dengan cara berpuasa. Berpuasa tidak hanya mengendalikan dorongan

fisiologis manusia, tetapi juga mampu mengendalikan kekuasaan implus

emosional. Puasa yang dimaksud disini adalah salah satunya puasa Sunnah

seninkamis.

2) Faktor Pelatihan Emosional

Kegiatan yang dilakukan secara berulang-ulang akan menciptakan

kebiasaan, dan rutin tersebut akan menghasilkan pengalaman yang

berujung pada pembentukan nilai (value). Reaksi emosional apabila

diulang-ulang pun akan berkembang menjadi kebiasaan. Pengendalian diri

tidak muncul begitu saja tanpa dilatih. Melalui puasa senin-kamis

dorongan, keinginan, maupun reaksi emosional yang negatif agar tidak

dilampiaskan begitu saja sehingga mampu menjaga tujuan dari puasa itu

sendiri. Kejernihan hati yang terbentuk mellui puasa senin-kamis akan


27

menghadirkan suara hati yang jernih sebagai landasan penting bagi

pembangunan kecerdasan emosional.

3) Faktor Pendidikan

Pendidikan dapat menjadi salah satu sarana belajar individu untuk

mengembangkan kecerdasan emosional. Individu mulai dikenalkan dengan

berbagai bentuk emosional dan bagaimana mengelolahnya melalui

pendidikan. Pendidikan todak hanya berlangsung di sekolah, tapi di

lingkungan keluarga dan masyarakat. Sistem pendidikan di sekolah tidak

boleh hanya menekankan pada kecerdasan akademik saja, memisahkan

antara kehidupan dunia dan akhirat, serta menjadikan agama sebagai ritual

saja. Puasa Senin-Kamis yang dilaksanakan secara berulang-ulang dapat

membantu pengalaman keagamaan yang memunculkan kecerdasan

emosional. Puasa sunnah Senin-Kamis mmpu mendidik individu untuk

kejujuran, komitmen, visi, kreativitas, letahanan mental, kebijaksanaan,

keadilan, kepercayaan, penguasaan diri atau sinergi, sebagai bagian dari

pondasi kecerdasan emosional.28

Menurut Quraish Shihab yang dikutip oleh Suyadi untuk mendidik

kecerdasan emosional anak caranya dengan menggunakan metode yang

digunakan oleh Allah dalam mendidik para hamba-Nya. Dalam konteks


28
Ary GinanjarnAgustian, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan spiritual ESQ
Emotional spitirual quotient bersasarkan 6 rukun imam dan 5 rukun islam,(cet. I, Jakarta: Arga
Publishing, 2001), h. 87.
28

yang lebih spesifik, yakni pendidikan anak usia dini, kisah atau cerita

ternyata mampu menyentuh emosional spiritual anak didik dengan cara

yang memukau. Seluk beluk sebuah cerita atau kisah menghanyutkan

emosional anak sehingga mereka seolah-olah merasa hidup dan terlibat

langsung dalam kisah tersebut. Tidak heran jika anak bias menitikan air

mata ketika menyimak kisah-kisah yang megharukan atau terlalu

membahagiakan.29

Suyadi juga berpendapat bahwa cara mendidik kecerdasan

emosional adalah berdzikir, karena dzikir dan kecerdasan mempunyai

koneksi yang kuat. Bukan hanya IQ semata, tetapi mencakup EQ, bahkan

kolaborasi ketiga kecerdasan tersebut akan membentuk kecerdasan baru

yang disebut oleh Abdul Munir Mulkan sebagai kecerdasan makrifat

(MaQ).330

Sedangkan menurut Ishak W. Talibo cara mendidik kecerdasan

emosional adalah ditandai dengan adanya pendidikan akhlak, karena

menurut Ishak pendidikan Islam disamping berupaya membina kecerdasan

emosional intelektual, juga membina kecerdasan emosional dan kecerdasan

spiritual. Pendidikan Islam membina dan meluruskan hati terlebih dahulu

dari penyakit-penyakit hati dan mengisi dengan akhlak yang terpuji, seperti

ikhlas, jujur, kasih saying, tolongmenolong, bersahabat, serta silaturrahmi.


29
Suyadi, Ternyata Anakku Bisa Kubuat Genius, Inilah Panduannya Untuk Para Orangtua dan Guru
(Yogyakarta: Power Books, 2009), h. 145.
30
6Suyadi, Quantum Dzikir, ( Interaksi Dzikir dan Optimasi Kecerdasan Manajemen Dzikir Berorientasi
Sempurnanya SQ, EQ, dan IQ, (Jogjakarta : Diva Press, 2008), h. 5.
29

Ajaran akhlak yang demikian inilah yang menjadi titik berat dalam proses

pendidikan Islam.31 Kecerdasan emosional bukan semata-mata warisan dari

genetic orangtua, melainkan sesuatu yang diajarkan, dibiasakan dan selalu

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.2 Pengertian Orang tua

Dalam kamus besar bahasa Indonesia orang tua adalah ayah kandung.

Keluarga terdiri dari ayah, ibu dan anak – anak (termasuk keluarga kecil) jika

terdapat nenek dan kakek maka termasuk kedalam keluarga besar yang terbentuk dari

ikatan perkawinan yang sah secara agama dan negara.

Sedikit perbedaan dengan hal tersebut jika secara umum dalam masyarakat

orang tua merupakan orang yang telah melahirkan kita yakni ibu dan ayah saja. 32 Hal

tersebut menjadi pengendali penting dalam memengaruhi pendidikan anak sejak dini.

Jadi, orangtua merupakan orang – orang pertama yang dikenal anak dan darinya pula

sang anak mengetahui berbagai macam tentang dunia dari mereka meskipun kelak

nantinya sang anak juga akan terjun langsung di lingkungan setidaknya beberapa

pengetahuan dasar itu telah diajarkan kepada mereka.33

Dari beberapa pengertian tersebut maka orangtua juga merupakan orang yang

bertanggung jawab dalam perkembangan anaknya. Orang tua harus mendidik

31
Ishak w. Thalibo, Membangun Kecerdasan Emosional Dalam Perspektif Islam, jurnal Iqra’.word
press.com, 2008.
32
Abdul Wahib, “Konsep Orang Tua dalam Membangun Keprbadian Anak”, Magetan, Vol 2, No 1,
Tahun 2015, h 2.
33
Mardiyah, “Peran Orang Tua dalam Pendidikan Agama Terhadap Pembentukan Kepribadian
Anak”, Vol 3, No 2, thn 2015, h 112.
30

anaknya dengan hal – hal yang baik. Orang tua berkewajiban memberikan yang

dimiliki kepada anak – anaknya.

Peran sebagai orangtua bukan lah suatu hal yang mudah. Orangtua juga

memiliki peran sentral pada nasib anak-anaknya dalam bencana hidup di dunia. Peran

tersebut bermacam-macam biasanya perlakuan orang tua itu disebut dengan pola

asuh.

Sifat manusia itu berbeda-beda mereka juga berprilaku berbeda pula,

sedangkan orangtua juga merupakan manusia mereka memiliki pola prilaku yang

berbeda hal tersebut juga akan berdampak pada bagaimana pola asuh yang diterapkan

oleh masing-masing orangtua terhadap anaknya dalam mendidik. 34 Pola asuh

orangtua ini nantinya akan membentuk kepribadian anak, sehingga penting bagi

orangtua untuk menerapkan pola asuh yang baik agar anaknya memiliki kepribadian

yang baik pula.

Tugas sebagai orangtua merupakan suatu tugas yang luhur dan berat. Sebab ia

tidak hanya menyelamatkan anaknya di kehidupan dunia saja tetapi juga memiliki

amanat yang berat yakni menyelamatkan mereka dari siksa neraka di akhirat kelak

dimana anak merupakan amanat Tuhan bagi kedua orangtuanya.

Orang tua memiliki beberapa peran atau tugas sebagai berikut :35

34
Abdul Wahib, “Konsep Orang Tua dalam Membangun Kepribadian Anak”, Vol 2, No 1, thn 2015, h
4.
35
Mardiyah, “Peran Orang Tua dalam Pendidikan Agama Terhadap Pembentukan Kepribadian
Anak”, Vol 3, No 2, thn 2015, h 113.
31

a. Orang tua memiliki peran atau tugas untuk mengenalkan, memberi

pemahaman, memberikan contoh pengamalan (menjadi suri

tauladan) dari ilmu pengetahuan tentang keagamaan.

b. Menanamkan kebiasaan untuk beriman kepada Allah di dalam jiwa

sang anak.

c. Mendidik agar anak taat dan patuh dalam menjalankan ketentuan

agama.

d. Mengarahkan anak bila melakukan kesalahan agar anak memiliki

akhlak mulia.

Dari beberapa peran orangtua, mereka juga memiliki kewajiban-kewajiban

terhadap anak – anaknya demi kebaikan keluarganya dihadapan Allah dan

masyarakat seperti dibawah ini:3637

a. Untuk memulai kehidupan keluarga maka laki-laki memiliki kewajiban

untuk memilih wanita yang sholehah sebagai ibu dari anak-anaknya begitu

pula seorang wanita memiliki kewajiban untuk memilih laki – laki yang

sholeh untuk dijadikan imam dan ayah dari anak-anaknya.

b. Ketika telah berkeluarga dan memiliki keturunan maka harus memilihkan

sebuah nama yang baik bagi anaknya sebab sebuah nama adalah

perwujudan dari harapan dan doa dari orang tuanya.


36
Hasan Langgunglung, Manusia dan Pendidikan, (Pustaka Al Husna Baru: Jakarta) cet 5
, h 326
37
32

c. Bersifat adil terhadap anak – anaknya. Orang tua bekerja sama dengan

lembaga / intansi pendidikan dan atau kemasyarakatan untuk menjaga,

menyadarkan, dan membimbing anak-anak dari segi kesehatan, akhlak

dan sosial.

2.1.3 Tujuan orang tua mendidik anak di rumah belajar

Tujuannya untuk si anak mengulang kembali pembelajaran mereka yang

sudah di sampaikan oleh guru mereka serta melatih otak mereka supaya bisa lebih

cepat nangkap yang sudah di ajarkan kepada mereka.

2.1.4 Peran orang tua dalam proses pendidikan

Keterlibatan orang tua menjadi aspek utama dalam perkembangan anak,

khususnya dalam belajar anak. Efek dari adanya campur tangan orangtua dalam dunia

pendidikan pada saat belajar anak secara umum anak menjadi sukses dalam

pembelajaran di sekolah (lembaga pendidikan formal), karena orangtua mendukung

dan terlibat dalam pendidikan anak. Kegiatan belajar anak di sekolah cukup terbatas,

sedangkan anak waktu terbanyaknya merupakan tanggung jawab orangtua di rumah.

Keterlibatan orangtua dalam membimbing anak belajar saat anak berada di rumah

menjadi penentu pencapaian prestasinya di sekolah. Keterlibatan orangtua dalam

belajar sang anak menjadi kebutuhan terlebih lagi bagi anak dalam masa sekolah.

Peran orangtua yang utama dalam ruang lingkup keluarga merupakan

mengurus buah hati dengan penuh cinta dan perhatian. Agar anak tumbuh dengan

penuh rasa bahagia. Orangtua berkewajiban untuk memberikan nafkah untuk


33

memenuhi semua kebutuhan anak-anaknya. Terutama memberikan anak pendidikan

yang layak dalam menuntut ilmu.

Peran orangtua dalam proses pendidikan akan menentukan keberhasilan bagi

pendidikan anak-anaknya, diantaranya sebagai berikut:

a. Pendidik (Edukator)

Pendidik (Edukator) dalam islam adalah orangtua, orangtua memiliki hak dan

tanggung jawab terhadap anak-anaknya.

Kewajiban mereka untuk melakukan usaha dan pengupayaan untuk

memberikan yang terbaik bagi anaknya agar potensi dalam diri sang anak dapat

berkembang secara seimbang.

b. Pendorong (Motivator)

Pendorong (motivator) merupakan sebuah daya untuk menggerakkan sesuatu

dalam melakukan sebuah pekerjaan. Motivasi terdapat dua jenis yakni motivasi yang

berasal dari dalam diri sendiri atau sering disebut dengan interinsi hal tersebut sangat

berkaitan dengan kesadaran diri sendiri terhadap sesuatu dan motivasi yang berasal

dari luar atau sering disebut dengan eksterinsik yakni sebuah dorongan yang berasal

dari orang-orang terdekat seperti orangtua, guru, teman atau kelompoknya.

c. Fasilitator

Segala sesuatu yang dikerjakan membutuhkan fasilitas untuk menunjang

kegiatan yang dilakukannya. Jika dalam


34

pembelajaran fasilitas tersebut yang dibutuhkan seperti meja, kursi,

penerangan, alat tulis, buku tulis dan lainnya yang berkaitan dengan kegiatan belajar.

d. Pembimbing

Peran orangtua juga menjadi pembimbing dan pengawasan saat di rumah

dalam proses belajar yang dilakukan Ketika berada di rumah.

Pengawasan dan bimbingan tersebut mutlak dilakukan saat anak berada

dirumah agar mereka mengetahui kesulitan dalam proses belajar sang anak hal

tersebut juga agar anak memiliki kedisiplinan dalam mengerjakan tugas sekolah.

Terlebih pada masa pandemi ini anak sepenuhnya belajaran dirumah. Maka dalam hal

tersebut orangtua menjadi guru selama masa belajar anak. Orangtua menjadi

pembimbing dengan menjelaskan materi – materi yang belum anak ketahui serta

memberikan fasilitas sebagai bahan belajar anak selama belajar dirumah.

Pada zaman globalisasi dan terdapatnya covid 19 di dunia maupun di

Indonesia banyak tenaga pendidikan serta sekolah di liburkan oleh karena itu

pemerintah Indonesia memberikan kebijakan bahwa sekolah di seluruh Indonesia

akan melaksanakan proses daring ( pembelajaran tatap muka melalui media online

seperti zoom maupun google meeting yang akan di gunakan di seluruh sekolah yang

ada di Indonesia.

Pemanfaatan pembelajaran menggunakan teknologi canggih berbasis internet

disebut dengan pembelajaran daring. Penggunaan sosmed dan berbagai aplikasi untuk

mempermudah pembelajaran. Pembelajaran daring merupakan suatu program yang


35

diselenggarakan untuk kelas belajar online secara massif dalam jangkauan jaringan

internet. Internet tersebut bisa secara gratis (data dari pihak lembaga yang merupakan

fasilitas) ataupun yang secara prabayar (data dari pihak mandiri atau pribadi masing

masing).38

Model pembelajaran daring adalah pola pembelajaran yang mengandalkan

kekuatan jaringan internet untuk online dalam mengikuti proses pembelajaran yang

sedang berlangsung atau diikutinya. Jika pendidik mampu merancang model

pendidikan tersebut dengan menarik maka akan menjadi proses pembelajaran yang

menarik bagi peserta didik dan tujuan pembelajaran akan mudah dicapai. 39 Meskipun

menggunakan model pembelajaran daring tetapi seorang pendidik juga harus tetap

memperhatikan kompetensi pembelajaran yang akan jadikan bahan pokok

pembahasan.

Pembelajaran daring memiliki dasar yang dilakukan secara virtual melalui

aplikasi yang tersedia. Walaupun seperti itu, pembelajaran juga memiliki aspek yang

kompleks sehingga perlu adanya perencanaan serius seperti pembelajaran yang

dilakukan secara tetap muka. Sehingga pembelajaran daring bukan hanya

memindahkan materi dan pemberian soal melalui aplikasi menggunakan internet

tetapi juga harus memiliki tujuan pembelajaran yang sesuai dengan kompetensi dasar

yang ditetapkan.40

38
Minanti Tirta Yanti, Eko Kuntarto, Agung Rimba Kurniawan, “Pemanfaatan Rumah Portal Belajar
Kemendikbud Sebagai Model Pembelajaran Daring di Sekolah Dasar”, Vol 5, No 1, tahun 2000, h 62.
39
Ibid.
40
Albitar Septian Syarifudin, “Implementasi Pembelajaran Daring Untuk Meningkatkan Mutu
Pendidikan Sebagai Dampak Diterapkannya Social Distancing”, tahun 2020, vol 5, No 2, h 32.
36

Pembelajaran daring merupakan pembelajaran Online. Pembelajaran daring

bertujuan untuk lebih memanfaatan teknologi dan internet. Pembelajaran daring

dianggap efektif dilakukan pada masa pandemi ini karena siswa dan guru tetap dapat

melakukan pembelajaran meski tetap di rumah.

Akan tetapi ada sebuah kekurangan dan kelebihan yang di akibatkan dalam

system pembelajaran online sebagai berikut

Kelebihan dari pembelajran daring adalah sebagai berikut:41

1. Pembelajaran terpusan dan melatih kemandirian waktu dan lokasi

yang fleksibel.

2. Biaya yang terjangkau untuk para peserta akses yang tidak terbatas

dalam perkembangan pengetahuan.

Dari kelebihan yang telah dijelaskan tersebut, adapula kekurang dari

pembelajaran daring yang digunakan oleh pendidikan sebagai berikut:42

1) Kurang cepatnya umpan balik yang dibutuhkan dalam proses

belajar mengajar.

2) Pengajar perlu menyiapkan waktu lebih lama untuk

mempersiapkan diri.

41
Roman Andrianto, Pangondian, Paulus Insap Santoso, Eko Nugroho, Faktor-faktor Yang
MempengaruhiKesuksesan Pembelajaran Daring dalam Revolusi Industri 4.0, tahun 2019, h 57
42
Ibid.
37

3) Terkadang membuat beberapa orang merasa tidak nyaman.

Adanya kemungkinan perilaku frustasi, kecemasan dan

kebingungan.

Pembelajaran daring merupakan solusi yang digunakan pemerintah,

dengan belajar dirumah diharapkan dapat menekan angka penularan penyebaran

Covid-19. Pembelajaran daring yang dilakukan di rumah menjadikan orang tua harus

selalu aktif.

Dalam melaksanakannya seorang guru atau pendidik melakukan upaya untuk

memanfaatkan perkembangan kemajuan tekhnologi untuk mensiasati persoalan

pembelajaran yang terpisahkan oleh jarak antara pendidik dengan siswa dengan cara

memberikan materi dan tugas materi pembelajaran melalui online.

Namun hal itu tidak pasti berjalan sesuai dengan harapan. Segala usaha dan

kegiatan yang dilakukan pasti memiliki kendala dalam pelaksanaannya seperti sinyal

dan kuota yang seringkali bermasalah karena letak rumah dengan pemancar. Kondisi

hanphone juga kurang menunjang akan berdampak pada penyampaian materi yang

kurang baik, sehingga ada siswa yang kurang mengerti dan merasa tidak terbimbing

dengan baik dalam memahami pelajaran di sekolah.43

Oleh karena itu, dibutuhkan peran orang tua sebagai pengganti guru di rumah

dalam membimbing anaknya selama proses pembelajaran jarak jauh. Menurut

43
Haerudin, Adinda Cahyani, Nur Siti hanifah, Rizky Nurul Setiani, Siti Nurhayati, Veronika
Oktaviana, Yuliani Indiani Sitorus, “Peran Orang Tua dalam Membimbing Anak Selama Pembelajaran
di Rumah Sebagai Upaya Memutus Covid-19”, h 4
38

Winingsih terdapat empat peran orang tua selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ)

yaitu:44

1. Orang tua memiliki peran sebagai guru di rumah, yang di mana

orang tua dapat membimbing anaknya dalam belajar secara jarak

jauh dari rumah.

2. Orang tua sebagai fasilitator yakni orang yang memberikan sarana

dan pra-sarana bagi anaknya dalam melaksannakan pembelajaran

yang dilakukan secara daring.

3. Orang tua memiliki peran sebagai motivator, memberikan motivasi

atau dorongan dan dukungan kepada anak-anaknya dalam

melaksanakan proses pembelaajran yang dilakukan secara daring.

4. Orang tua berlaku sebagai pengaruh dan pengaruh atau director.

Dari pendapat tersebut dapat diambil kesimpulan mengenai peran orang tua

dalam melakukan proses pembelajaran daring ada empat, yaitu: Pertama, orangtua

sebagai pembimbing yang selalu membimbing anak dalam belajar. Kedua, orangtua

sebagai fasilitator atau penyedia kebutuhan belajar anak. Ketiga, orangtua sebagai

Pendorong atau motivator yang mana selama belajar dirumah orangtua harus

memberi dorongan semangat belajar anak. Keempat, orang tua sebagai pengaruh

yang dapat membuat anak selalu ingin belajar.

44
Ibid.
39

I. Kendala yang akan di hadapi oleh orang tua terkait system daring serta

kelebihannya akan saya jabarkan melalui tabel

Kelebihan Pembelajaran Daring Kekurangan Pembelajaran Daring

1. M engura ngi biaya. dengan 1. Interaksi secara tatap muka yang terjadi

menggunakan pembelajaran, antara peserta didik dengan pengajar atau

dapat menghemat waktu dan uang antara peserta didik dengan peserta didik

untuk menc apai suatu tempat menjadi minim.

pembelajaran. Dengan
2. Pembelajaran yang dilakukan lebih
pembelajaran daring dapat
cenderung ke pelatihan bukan
diakses dari berbagai lokasi dan

tempat. pendidikan.

2. Fleksibilitas waktu, tempat dan


3. Aspek bisnis atau komersial menjadi lebih
kecepatan pembelajaran. dengan
berkembang dibandingkan
menggunakan pembelajaran

daring , guru dapat menentukan aspek sosial dan akademik.

waktu untuk belajar dimanapun.


4. Guru dituntut lebih menguasai teknik
dan peserta didik dapat belajar
pembelajaran dengan
sesuai dengan kemampuan

masing -masing. menggunakan teknologi, informasi dan

3. Pembelajaran daring dapat komunikasi (TIK)

meningkatkan attacment atau


40

kelekatan orang tua dan anak, 5. Belum meratanya fasilitas internet yang

tersedia di tempat yang bermasalah dengan

listrik, telepon dan komputer.

2.1.5 Kendala kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan

yang akan di alami oleh orang tua

Dampak Positif kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia

Pendidikan

Berikut ini adalah beberapa poin positif yang ditimbulkan dari adanya

kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dalam dunia pendidikan:

1. Sistem Belajar Mengajar yang Tidak Selalu Tatap Muka

a. Dampak positif pertama di bidang pendidikan yang disebabkan oleh

arus globalisasi adalah sistem pembelajaran secara online atau biasa

disebut e-learning. Sistem pembelajaran ini tidak mengharuskan

pendidik dan peserta didik untuk saling bertatap muka secara

langsung. Tentu hal ini bisa menjadi opsi bagi peserta didik yang

mempunyai kesibukan yang tinggi, karena sistem e-learning biasanya

dapat diakses kapan saja dan bersifat fleksibel.


41

b. Selain itu, sistem pembelajaran ini bisa menghemat biaya transportasi

baik bagi pendidik dan peserta didik, berbeda dengan sistem

pembelajaran konvensional yang membutuhkan biaya transportasi

sebagai penunjang pendidikan. Komputer atau laptop dan jaringan

internet merupakan elemen penting yang dibutuhkan untuk mengakses

sistem pembelajaran online ini, oleh karena itu sistem pembelajaran ini

masih terbatas penggunaannya.

2. Kemudahan dalam Mengakses Informasi Pendidikan

Dampak positif globalisasi selanjutnya dalam bidang pendidikan

adalah mudahnya mengakses informasi pendidikan. Internet memberi

kemudahan bagi pendidik dan peserta didik untuk mengakses materi belajar,

katakanlah hadirnya situs-situs yang menyediakan buku dalam bentuk digital

yang dapat diunduh dan dijadikan referensi dalam proses belajar mengajar.

Buku-buku elektronik atau e-book ini bisa diunduh dan langsung dibaca tanpa

harus mencetaknya terlebih dahulu, sehingga bisa menghemat pemakaian

kertas.

3. Meningkatnya Kualitas Pendidik

Kemudahan dalam mengakses informasi pendidikan secara langsung

bisa meningkatkan kualitas dari tenaga pendidik. Kemudahan di era

globalisasi ini seyogyanya harus dimanfaatkan secara maksimal oleh guru,


42

karena saat ini guru bisa leluasa melihat trend pembelajaran di dunia, serta

mencari referensi-referensi dari negara termaju di dunia yang berguna dalam

proses belajar mengajar. Dengan memaksimalkan teknologi dan informasi di

era globalisasi, kualitas pengajar akan terus meningkat.

4. Meningkatnya Kualitas Pendidikan

Akibat dari pesatnya arus globalisasi, metode pembelajaran yang

awalnya bersifat sederhana kini berubah menjadi metode pendidikan berbasis

teknologi. Kemajuan teknologi yang semakin canggih ternyata memberi

dampak positif bagi peningkatan kualitas pendidikan. Sebagai contoh, pada

zaman dahulu seorang guru harus menulis di papan tulis dengan

menggunakan kapur. Kini dengan adanya teknologi, guru bisa memanfaatkan

komputer dan internet untuk menggabungkan tulisan, gambar, suara, video

bahkan film untuk mempermudah dalam penyampaian ilmu, termasuk dalam

pengajaran ilmu klimatologi.

5. Pertukaran Pelajar

Pertukaran pelajar di dunia pendidikan sering terjadi di era globalisasi.

Pelajar dalam sebuah negara bisa memiliki kesempatan untuk menempuh

pendidikan di luar negeri atau sebaliknya. Siswa yang berkesempatan belajar

ke negara dengan pendidikan terbaik dituntut untuk bisa beradaptasi dengan

lingkungan baru dan bisa mengetahui serta mengerti budaya di luar negeri,
43

sehingga siswa diharapkan bisa memiliki pengetahuan dan wawasan yang

luas.

6. Mendorong Siswa untuk Menciptakan Karya Inovatif

Perkembangan IPTEK pada era globalisasi bagi sebuah instansi

pendidikan seyogyanya bisa dimanfaatkan untuk mendorong siswa-siswanya

agar bisa menciptakan suatu karya yang inovatif. Sistem pembelajaran

tradisional yang hanya bersifat satu arah agaknya dapat menghambat

perkembangan siswa, oleh karena itu diperlukan metode pembelajaran baru

seperti metode student oriented yang nantinya bisa merangsang daya pikir

siswa dan juga meningkatkan keaktifan siswa dalam belajar.

A. Dampak Negatif Teknologi Informasi dan Komunikasi bagi dunia

Pendidikan

Berikut ini adalah beberapa dampak negatif yang ditimbulkan oleh globalisasi

bagi dunia pendidikan:

1. Menurunnya Kualitas Moral Siswa


44

Dampak buruk dari adanya globalisasi bagi dunia pendidikan adalah

menurunnya kualitas moral para siswa. Informasi di internet yang dapat

diakses secara leluasa sangat rawan dalam mempengaruhi moral siswa,

sebagai contoh situs-situs yang berbau pornografi, serta adanya foto dan video

yang tidak pantas sangat mudah diakses dan merajalela di media sosial tanpa

adanya filterisasi. Adanya konten-konten yang tidak baik tersebut bisa

mempengaruhi perilaku siswa baik secara langsung maupun tidak langsung.

Maka dari itu, agar moral siswa tidak semakin rusak diperlukan kontrol dan

perhatian dari orang tua siswa, guru dan negara.

2. Meningkatnya Kesenjangan Sosial

Dampak buruk selanjutnya adalah meningkatnya kesenjangan sosial di

masyarakat. Metode pendidikan berbasis teknologi bisa menjadi kesempatan

bagi sebuah negara untuk meningkatkan pendidikannya, namun nyatanya

kemajuan teknologi dan informasi di dunia pendidikan perlu dibarengi dengan

kesiapan mental dan modal yang tentunya tidak sedikit. Di beberapa negara di

dunia khususnya negara berkembang, perkembangan teknologi hanya bisa

dinikmati sekolah-sekolah di wilayah perkotaan, sementara sekolah yang

berada di wilayah pedalaman terus tertinggal karena sulitnya akses dan

kurangnya modal. Akibatnya kesenjangan sosial di bidang pendidikan tidak

dapat dibendung lagi.


45

3. Tergerusnya Kebudayaan Lokal

Arus globalisasi yang sangat pesat juga bisa menggerus kebudayaan

lokal di sebuah negara. Perkembangan teknologi memungkinkan kontak

budaya terjadi melalui media massa, akibatnya pengaruh luar negeri dapat

masuk dengan leluasa ke sebuah negara. Pengaruh globalisasi dalam bidang

pendidikan yang dikuasai dan digerakkan oleh negara-negara maju bisa

menjadi masalah bagi negara-negara berkembang, tidak terkecuali bagi

Indonesia yang memiliki beberapa pulau yang masuk dalam kategori pulau

terbesar di dunia.

Akibat dari arus globalisasi ini, budaya di Indonesia dikhawatirkan

akan hilang karena pudarnya rasa nasionalisme, berkurangnya sifat

kekeluargaan, serta gaya hidup masyarakat yang kebarat-baratan. Sebagai

contoh dapat kita lihat dari gejala-gejala yang muncul dalam kehidupan

sehari-hari, remaja-remaja di Indonesia banyak yang berdandan meniru

selebritis Korea maupun Amerika. Remaja ini mengenakan pakaian yang

tidak pantas dan tidak sesuai dengan kebudayaan yang ada di Indonesia.

4. Munculnya Tradisi Serba Cepat dan Instan

Dampak buruk globalisasi selanjutnya dalam dunia pendidikan adalah

munculnya tradisi serba cepat dan instan. Penyikapan arus globalisasi yang

tidak tepat bisa menjadikan pendidikan kehilangan orientasi idealnya yaitu


46

proses pembelajaran. Orientasi pendidikan yang awalnya menekankan pada

proses telah berubah ke ranah pencapain hasil. Akibatnya banyak orang yang

hanya menekankan pada hasil akhir ketika menempuh sebuah pendidikan,

bahkan kini makin marak adanya jual beli ijazah palsu karena banyak orang

yang ingin cepat mendapatkan keuntungan secara cepat dan instan. Tentu hal

ini bisa menjadi masalah yang besar dan merugikan negara jika tidak segera

ditangani dengan cepat. Globalisasi di dunia pendidikan perlu disikapi dengan

bijak agar nantinya tidak salah arah.

5. Komersialisasi Pendidikan

Dampak buruk dari globalisasi selanjutnya adalah terancamnya

kemurnian tujuan dalam pendidikan akibat dari komersialisasi pendidikan.

Saat ini banyak instansi pendidikan yang didirikan dengan tujuan utama

sebagai tempat bisnis. Sebuah lembaga pendidikan bisa disebut sebagai

komersialisasi pendidikan jika mementingkan biaya pendaftaran dan uang

gedung, tetapi kewajiban-kewajiban pendidikannya sering diabaikan.

Komersialisasi pada dunia pendidikan terjadi ketika sebuah instansi

pendidikan menetapkan biaya pendidikan yang tidak sebanding dengan

pelayanan pendidikannya, sehingga instansi tersebut hanya mengedepankan

laba yang diperoleh. Bahkan ada pula sebuah lembaga pendidikan yang

melaksanakan praktik pendidikan hanya untuk mendapatkan gelar akademik


47

tanpa melalui proses pendidikan yang ideal, akibatnya biaya pendidikan di

lembaga semacam ini sangatlah tinggi.

Oleh karena itu, komersialisasi di bidang pendidikan merupakan hal

yang sangat berbahaya dan perlu ditindak lanjuti. Seharusnya sebuah lembaga

pendidikan harus memperhatikan mutu pelayanan pendidikan agar dapat

menciptakan peserta didik yang bermutu tinggi, sehingga siswa dan pemegang

modal bisa mendapatkan keuntungan yang sama.45

2.1.6 Cara pengawasan orang tua terhadap anaknya pada kemajuan teknologi

informasi dan komunikasi daalam dunia pendidikan

Orang tua harus lebih selektif kepada anaknya dalam hal pengawasan karena

internet atau zaman globalisasi makin lama semakin modern dan akibatnya akan

terjadi tindak kekerasan kepada anak atau pemerkosaan yang dilakukan anak anak

remaja atau dewasa akibat salah pergaulan maupun tontonan yang ada pada zaman

sekarang

Pengawasannya lebih baik anak di beri kebebasan untuk memainkan hp atau

gedgetnya pada saat pencarian informasi terkait dengan tugasnya yang di kasih oleh

guru atau anak anak yang masih kecil lebih baik tidak di berikan hp takutnya di salah

gunakan.

Pengawasan orang tua dalam globalisasi dan system daring seperti apa

45
https://ilmugeografi.com/ilmu-sosial/dampak-globalisasi-di-bidang-pendidikan
48

1. Orang tua wajib mendampingi anaknya dalam memakai internet

maupun gedgetnya

2. Mereka juga harus berhati hati dalam membuka browsing jangan

sampai anak melihat atau buka hpnya terdapat konten seksual atau

video porno

3. Membatasi anak dalam melihat youtube dan konten konten yang akan

mengakibatkan kondisi mental anak terganggu sebelum dewasa

4. Membatasi anak dalam hal permainan game yang di lakukan melalui

game online karena akan mengakibatkan pertumbuhan anak lebih

cepat daripada umurnya

5. Menanamkan kepada anak dalam hal kebaikan dan beribadah supaya

mental anak kedepannya terjaga

6. Membatasi anak dalam hal pergaulan yang tidak pantas di ajarkan oleh

orang lain

7. Meningkatkan kewaspadaan kepada anak dalam belajar online

takutnya anak bukan mendengarkan melainkan menonton maupun

brosing serta melakukan game online pada saat belajar online


49

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

kualitatif deskriptif ditujukan untuk mendeskripsikan dan mengambarkan fenomena –

fenomena yang ada, baik bersifat alamiah maupun rekayasa manusia, yang lebih

memperhatikan mengenai karakteristik, kualitas, keterkaitan antar kegiatan. selain itu,

penelitian deskriptif tidak memberikan perlakuan, manipulasi atau pengubahan pada

variable – variabel yang diteliti, melainkan mengambarkan suatu kondisi yang apa

adanya. Satu – satunya perlakuan yang diberikan hanyalah penelitian itu sendiri, yang

dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dan dokumentasi.46

Penyusun penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif

deskriptif, hal ini dilakukan untuk menjelaskan berbagai macam persoalpersoalan

46
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011). h. 73.

32
50

yang berkenaan dengan pokok permasalahan yang dikaji. Selain itu penelitian ini juga

dirancang untuk mendapatkan informasi tentang Peran orang tua dalam mendukung

kegiatan pembelajaran di rumah pada masa pandemi Covid-19 dan globalisasi di

bidang pendidikan di SDN 1 MAMPANG DEPOK. Dengan demikian penelitian ini

di rancang untuk mengatahui Peran orang tua dalam mendukung kegiatan

pembelajaran di rumah pada masa pandemi Covid-19 dan globalisasi di bidang

pendidikan di SDN 1 MAMPANG DEPOK

Besar dengan mengkaji data di lapangan dan menganalisisnya dengan

berbagai macam teori yang sesuai dan berhubungan dengan penelitian ini.

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah 10 responden di SDN 1 MAMPANG DEPOK,

mereka merupakan orang tua yang bertanggung jawab dalam mendukung kegiatan

pembelajaran di rumah pada masa pandemi Covid-19. teknik pengambilan sampel

menggunakan teknik Purposive Sampling, yaitu teknik pengambilan sampel sumber

data dengan pertimbangan tertentu. Peneliti mengambil teknik Purposive Sampling

dikarenakan peranan orang tua dalam pembelajaran daring lebih banyak, karena

materi yang diberikan lebih sulit untuk tingkat anak kelas tinggi. Oleh karena itu

peneliti mengambil sampel 10 orang tua dari anak kelas tinggi di SDN 1 MAMPANG

DEPOK.
51

C. Instrumen Pegumpulan Data

Hasil penelitian ini diperoleh dari data-data yang telah dikumpulkan, datadata

yang telah sesuai dengan kebutuhan dalam penelitian dan akan menghasilkan suatu

kesimpulan yang tepat, sehingga dalam menentukan data-data yang diperlukan dalam

penelitian maka peneliti harus bisa memilih alat-alat instrumen yang tepat untuk

mendapatkan data yang valid dan akurat, peneliti menggunakan instrumen berupa

lembar observasi dan wawancara. Dalam penelitian ini menggunakan beberapa

instrumen sebagai berikut:

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di SDN 1 MAMPANG DEPOK. Jl. Pramuka Raya

No.19, Mampang, Kec. Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat 16433

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan selama 1 minggu 24 Januari 2022 – 31 Januari 2022.

3.3 Informan Penelitian

Key Informan adalah mereka tidak hanya bisa memberi keterangan tentang

sesuatu kepada peneliti tetapi juga bisa memberikan sarana tentang sumber bukti

yang mendukung serta menciptakan sesuatu terhadap sumber yang bersangkutan.

(Moleong, 2004:3).

Sedangkan menurut Moleong (2006: 132) Informan adalah orang yang

dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar belakang
52

penelitian, ia berkewajiban secara sukarela menjadi tim anggota penelitian walaupun

hanya bersifat informal.

Yang menjadi sumber informan pada penelitian ini sebanyak

a. Key Informan

1) Kepala sekolah SDN 1 Mampang Depok

2) Guru SDN 1 Mampang Depok

3) Orang tua siswa

b. Informan

1) Siswa – siswi SDN 1 Mampang Depok

2)

3.4 Etika Penelitian

Etika penelitian yang digunakan pada penelitian adalah

a. Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Informed

consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan memberikan

lembar persetujuan untuk menjadi responden. Tujuan Informed consent adalah

agar subyek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui dampaknya.

Jika subyek bersedia, maka mereka harus menadatangani lembar persetujuan.

Jika responden tidak tersedia, maka peneliti harus menghormati hak

responden
53

Peneliti wajib melihat waktu akan dilakukannya penelitian melihat tugas

daripada responden sebagai pekerja/ pegawai, seperti :

1) Menyesuaikan dengan kondisi informan agar wawancara dilaksanakan dengan

baik.

2) Wawancara sebaiknya dilakukan disaat kegiatan belajar sudah selesai di

lakukan

3) Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini tidak mempengaruhi kinerja yang

bersangkutan.

4) Berikan penjelasan kepada informan bahwa wawancara ini akan direkam pada

smartphone untuk membangun ingatan pewawancara.

b. Anonymity (tanpa nama)

Masalah etika penelitian merupakan masalah yang memberikan jaminan

dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan atau

mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya menuliskan

kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

Jadi anonymity berarti nama responden tidak dicantumkan tetapi hanya diberi

nomor/ kode responden saja.

c. Confidentiality (kerahasian)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jeminan

kerahasian hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset Jadi setiap
54

data yang diperoleh dari responden hanya digunakan untuk kepentingan

penelitian dan tidak akan disebarluaskan atau dipublikasikan.

3.5 Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi instrument penelitian adalah peneliti sendiri

dibantu dengan alat-alat pengumpul data berupa :

1. Pedoeman Wawancara/ Kuesioner

Pedoman wawancara mendalam berisi pertanyaan-pertanyaan yang termasuk

dalam variabel penelitian. Pertanyaan di desain agar mudah dimengerti baik

oleh pewawancara maupun informan.

Untuk menjaga objektivitas penelitian, maka peneliti mengembangkan 3 jenis

kuesioner yaitu :

Form I Panduan wawancara untuk Key Informan, yaitu dengan

Form II Panduan wawancara untuk Informan, yaitu dengan Persiapan

proses pembelajaran daring oleh guru kepada siswa – siswi

Form III Panduan wawancara dengan Tape Recorder untuk merekam

informasi pada waktu wawancara.

3.6 Cara dan Prosedur Pengumpulan Data

3.6.1 Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara mendalam yang dilakukan terhadap


55

2. Observasi yaitu pengamatan langsung ke proses pembelajaran di sekolah

maupun di rumah.

3. Studi Dokumentasi yaitu dengan melihat, mempelajari catatan serta dokumen

yang sudah ada. Dokumentasi juga dilakukan dengan alat foto dan rekaman.

3.6.2 Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan melalui wawancara

mendalam dan observasi yang dilakukan oleh peneliti sendiri.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diambil dari sumber lain seperti

melihat atau dokumentasi prestasi anak di sekolah dalam bentuk formal dan

non formal sesuai dengan kebutuhan peneliti.

3.7 Teknik Analisis Data

Analisa data yang digunakan adalah analisa isi (analisys content) yaitu dengan :

1) Menelaah seluruh data hasil wawancara dan telaah dokumen

2) Mereduksi data dengan cara membuat rangkuman inti

3) Mengimpretasikan data yang telah direduksi dan disajikan dalam bentuk

narasi

3.8 Teknik Keabsahan Data


56

Pemeriksaam keabsahan data dilakukan untuk mengurangi data yang bias dan

terlalu subyektif yaitu dengan menggunakan metode Triangulasi, terdiri dari :

1. Triangulasi sumber

Melakukan pemeriksaan data/ informasi dari informan yang berasal dari

minimal tiga informan terdiri dari kelompok yang berbeda seperti kepala

sekolah, guru, komite sekolah dan siswa kemudian dilakukan cross check data

dengan fakta dari sumber lain sehingga hasilnya dapat saling memperkuat

antara satu dengan lainnya.

2. Triangulasi metode

Pada penelitian ini menggunakan metode pengumpulan data tidak hanya

melalui wawancara mendalam, tetapi juga melalui observasi dan telaah

dokumen.

3. Triangulasi data

Dengan cara melakukan analisis data, membuat kesimpulan dan meminta

feedback dari informan agar data/ informasi yang didapat lebih absah.
57

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 32 Tahun 2013 Tentang Standard Nasional
Pendidikan. Pasal 1
Undang – Undang Republik Indonesia No 20 Th 2003, Tentang Sistem Pendidikan, Pasal 1 Ayat 1.
Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi
Tb. Aat Syafaat, dkk, Peranan Pendidikan Agama Islam Dalam Mencegah Kenakalan Remaja, Jakarta:
Grafindo Persada, 2008.
Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia. Cet. I; Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011.
M. Sahlan Syafei, Bagaimana Anda Mendidik Anak, 2th ed. (Bogor; Penerbit Ghalia Indonesia, 2006),
h.1.
Lilia Kusuma Ningrum, Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Di Kelurahan
Margorejo 25 Polos Kecamatan Metro Selatan, (Skripsi S1 Fakultas Tarbiyah Dan Ilmu
Keguruan, Institut Agama Islam Negeri (Iain) Metro, 2019), h.1.
Hening Hangesty Anurraga, Peran Orangtua Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Peserta Didik Usia
6-12 Tahun (Studi Pada Program Home Visit Di Homeschooling Sekolah Dolan Malang),
Jurnal Visi Ilmu Pendidikan 7, No. 3 (2019): h. 4.
https://Peran-Orangtua-Dalam-Pendidikan-Anak-Di-Era-Globalisasi
Ningrum, Peran Orang Tua Dalam Meningkatkan Motivasi Belajar Anak Di Kelurahan Margorejo 25
Polos Kecamatan Metro Selatan, h. 3.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomer 32 Tahun 2013 Tentang Standard Nasional
Pendidikan. Pasal 1
Undang – Undang Nomor 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi
Zakiah Daradjat, Ilmu Jiwa Agama,(Jakarta, PT Bulan Bintang, 2003), h. 35 32 Zakiah Daradjat, Ibid, h.
74
58

Akhmad Muhaimin Azzet, Urgensi Pendidikan Karakter di Indonesia. (Cet. I;Jogjakarta: Ar-Ruzz
Media, 2011) h. 12.
Abdul Wahib, “Konsep Orang Tua dalam Membangun Keprbadian Anak”, Magetan, Vol 2, No 1,
Tahun 2015, h 2.
Mardiyah, “Peran Orang Tua dalam Pendidikan Agama Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak”,
Vol 3, No 2, thn 2015, h 112.
Abdul Wahib, “Konsep Orang Tua dalam Membangun Kepribadian Anak”, Vol 2, No 1, thn 2015, h 4.
Mardiyah, “Peran Orang Tua dalam Pendidikan Agama Terhadap Pembentukan Kepribadian Anak”,
Vol 3, No 2, thn 2015, h 113.
Hasan Langgunglung, Manusia dan Pendidikan, (Pustaka Al Husna Baru: Jakarta) cet 5 h 326
Roman Andrianto, Pangondian, Paulus Insap Santoso, Eko Nugroho, Faktor-faktor Yang
MempengaruhiKesuksesan Pembelajaran Daring dalam Revolusi Industri 4.0, tahun 2019, h
57
Veronika Oktaviana, Yuliani Indiani Sitorus, “Peran Orang Tua dalam Membimbing Anak Selama
Pembelajaran di Rumah Sebagai Upaya Memutus Covid 19”, h 4
Minanti Tirta Yanti, Eko Kuntarto, Agung Rimba Kurniawan,
“Pemanfaatan Rumah Portal Belajar Kemendikbud Sebagai Model Pembelajaran Daring di Sekolah
Dasar”, Vol 5, No 1, tahun 2000, h 62.
Albitar Septian Syarifudin, “Implementasi Pembelajaran Daring Untuk Meningkatkan Mutu
Pendidikan Sebagai Dampak Diterapkannya Social Distancing”, tahun 2020, vol 5, No 2, h
32.
https://ilmugeografi.com/ilmu-sosial/dampak-globalisasi-di-bidang-pendidikan
Husain Mazhahari, Opcit, h. 201-207

Achir. Yaumil Agoes, Peranan Keluarga dalam Pembentukan Kepribadian Anak, buku seri keluarga
sejahtera, Jakarta: t.t., 1995.
Afrizal, Metode Penelitian Kualitatifsebuah upaya mendukung penggunaan penelitian kualitatif dalam
berbagai disiplin ilmu, Jakarta: Rajawali Perss, 2015.
Agustian. Ari Ginanjarn, Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan Emosional dan spiritual ESQ
Emotional spitirual quotient bersasarkan 6 rukun imam dan 5 rukun islam, Cet. I, Jakarta
Arga Publishing, 2001. Al Mushlih. Khalid bin Abdullah, Hati Yang Bersih, Official Website of Khalid
Bin Abdullah Al Mushlih, Diakses 1 September 2020.
Ali. Muhammad, Penelitian Kependidikan Prosedur dan Strategi, Cet. III, Bandung: Angkasa, 1985.
Aprelia.Nuri dan Herdina Indrajati, Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan
Perilaku Tawuran pada Remaja Laki-laki di SMK B Jakarta, Diakses 1 September 2020.
Chabib Thoha, Kapita Selekta Pendidikan Islam, Pustaka Pelajar, 1996. Daien. Amir, Pengantar Ilmu
Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1973.
Departemen Agama RI. Al Qur’an dan terjemahan, Cet. VI, Jakarta: Lajnah Pentasih Mushap Al-
Qur’an, 2007.
59

Dinata. Syauodih Sukma, Metode Penelitian Pendidikan, Cet. III, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2007.
Djamarah. Syaiful Bahri, Peran Orangtua dan Komunikasi dalam Keluarga, Jakarta: Rineka Cipta,
2014.
Drajat At. Al Zakiyah, Ilmu Pendidikan Islam, Cet III, Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
Drajat. Zakiyah, Ilmu Jiwa Agama, Cet. XVII, Jakarta: Bulan Bintang, 2010.
Effendi. E.Usman dan Juhaya S. Praja S, Pengantar Psikologi, Bandung: Angkasa 1989.
Fajr. EM Zul & Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta: Difa Publiser, t.th.
Firdaus. Syahraini, Peran Orangtua Dalam Mengembangkan Kecerdasan Emosional Anak, Diakses 13
januari 2021.
Firdaus.Salamatul, Peranan Orangtua Dalam Mendidik Kecerdasan EmosionalAnak Usia 6-12 Tahun
Dalam Perspektif Pendidikan Islam, diakses 1 September 2020.
Gunawan. Imam, Metode Penelitian Kualitatif teori dan praktik, Jakarta: Bumi Aksara, 2015.
Goleman. Daniel, Kecerdasan Emosinal, Terj. T. Hermaya, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2003.
Hafiz. Muhammad Nur Abdul, Mendidik Anak Bersama Rasulullah, Terj. Kuswandani, Sugiri dan
Ahma Son Haji, Cet. I, Bandung: Albayan, 1997.
Kartini Kartono, Psikologi Anak, Bandung: t.p., 1982. Khaeruddin, Ilmu Pendidikan Islam, Cet.II,
Makassar: Yayasan Pendidikan Fatiyah, 2005.
Kriyantono. Rachmat, Teknik Praktis Riset Komunikasidengan kata pengantar oleh Burhan Bungin,
edisi pertama, Cet. IV, Jakarta: Kencana, 2009.
Martin. Anthiny Dio, Membangun Kecerdasan Emosi Martin, Vol. 1, Cet. III, Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama. 2007.
Moleong. Lexi J., Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. XXV, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2008.
Muhajir. Neong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet. VIII, Yogyakarta: Rake Selatan, 1998.
Mujib. Abdul dan Jusuf Mudzakkir, Nuansa-nuansa Psikologi Islam, Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada, 2002.
Mukarromah. Emma, Hubungan Antara Kecerdasan Emosional dengan Perilaku Agresif Pada Polisi
Samapta di Polda Metro Jaya.
P. James, Dictionary of Psychology, Terj. Kartini kartono, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2011.
Ramayulis, Psikologi Agama, Jakarta: Kalam Mulia, 2007.
Rakhmat. Jalaluddin, Metode Penelitian Komunikasi Dilengkapi Contoh Analisis Statistik, Cet. XIII,
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2007.
Roqib. Muh., Ilmu Pendidikan Islam, Yogyakarta: PT. Lkis Printing Cemerlang, 2009.
Seagel. Jeane, Melejikan Kepekaan Emosional “Cara Baru Praktis Untuk Menggunakan Potensi Insting
dan Kekuatan Emosi Anda, terjemahan dari Raising your Emotinal Intelligence”, Terj. Ari
Nilandari, Cet. II, Bandung: 2001.
Shapiro. Lawrance E., Kiat-kiat Mengajarkan Kecerdasan Emosional Anak, Jakarta: Gramedia, 1991.
Shapiro. Lawrence E.,Mengajarkan Emotional Intelegence Pada Anak, Jakarta: PT Gramedia Pustaka
utama, 2001.
60

Suharsono, Melejitkan IQ, EQ, SQ, Cet, I, Jakarta: Ummah Publishing, 2009. Suyadi, Ternyata Anakku
Bisa Kubuat Genius “Inilah Panduannya Untuk Para Orang tua dan Guru”, Yogyakarta:
Power Books, 2009.
Suyadi, Quantum Dzikir “Interaksi Dzikir dan Optimasi Kecerdasan Manajemen Dzikir Berorientasi
Sempurnanya SQ, EQ, dan IQ”, Jogjakarta: Diva Press, 2008.
Thalibo. Ishak w., Membangun Kecerdasan Emosional Dalam Perspektif Islam, jurnal Iqra’. word
press.com, 2008.
Tim Penyusun Kamus, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai Pustaka, 2003.
Ulwan. Abdullah Nashi, Tarbiyah al Aulad al-Islam terjemahan oleh Anwar Rasyid, Penelitian Anak
dalam Al-Qur’an, Cet. III, Semarang: al-Syifa’, 1981.
Uno. Hamzah B., Orientasi Baru dalam Psikologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2008.
UU RI Nomor 20 tahun 2003, tentang Sistem pendidikan Nasional, Jakarta: Sinar Grafika, 2003.
Yusuf. Syamsu, Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Cet. XIV, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2014

Anda mungkin juga menyukai