Anda di halaman 1dari 4

ANALISIS YURIDIS PASAL

Dakwaan :
 pasal 263 KUHP
 pasal 264 KUHP
 pasal 266 KUHP
 pasal 3
 pasal 4
 pasal 5
analisi pasalnya :
 Pasal 263 KUHP
Unsur – unsur subyektif : dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain
dalam membuat surat tersebut seolah – olah isi dari surat yang di buat itu benar dan tidak
dipalsukan oleh yang buat atau di salahgunakan oleh pihak yang tidak bertanggung
jawab. sedangkan Pasal 263 ayat (2) KUHP mempunyai unsur – unsur sebagai berikut :

1. Unsur obyektif
a. Pejabat yang membuat atau orang yang memakai surat yang di palsukan yang
dapat menimbulkan kerugian materil maupun in materil bagi seseorang
b. Obyeknya
1) Surat palsu atau akta jual beli, surat tanah yang di palsukan oleh pejabat yang
berwenang
2) Surat yang di palsukan oleh pihak pejabat atau pembuat akta jual beli tanah
maupun sertifikat tanah yang berkaitan dengan yang di palsukan

2. Unsur subyektif yaitu dengan sengaja

Dari unsur – unsur delik pemalsuan surat tersebut, diketahui terdapat unsur
obyektifnya yaitu Pejabat yang membuat atau orang yang memakai surat yang di
palsukan yang dapat menimbulkan kerugian materil maupun in materil bagi
seseorang,

dan antara kedua istilah tersebut terdapat pengertian yang berbeda. Adapun
perbedaannya adalah bahwa membuat surat palsu maksudnya yaitu pejabat yang
berwenang membuat sebuah surat, sertifikat tanah atau akta jual beli baik sebagian
ataupun seluruh isinya dipalsukan, ini berarti bahwa sebelum perbuatan dilakukan
tidak ada surat asli yang dipalsukan. Misalnya mencetak, menerbitkan atau di
salahgunakan oleh pihak yang tidak berwenang dengan membuat surat, sertifikat,
maupun akta dengan cara menjiplak atau mengubah sebagian maupun seluruh isinya
sehingga seolah – olah isinya benar dan tidak palsu. Pengertian “memalsukan surat”
adalah perbuatan mengubah sebagian maupun seluruhnya dengan cara bagaimanapun
oleh pejabat yang berwenang di bagian surat menyurat, sertifikat maupun akta jual
beli yang di salahgunakan demi kepentingan pribadi maupun pihak lain untuk
mendapatkan keuntungan sendiri yang akan mengakibatkan kerugian terhadap orang
lain atau yang berhak atas sebuah surat yang dia miliki secara sah.
Maka pejabat yang menyalah gunakan kekuasaan yang dia dapat demi
keuntungan pribadi dan memihak yang tidak mempunyai hak atas surat, sertifikat,
akta maupun tanah maka bisa mengubah sebagian atau seluruh isinya menjadi lain /
berbeda dengan isi surat yang asli atau semula, hal ini berarti bahwa surat itu
sebelumnya sudah ada kepemilikan orang lain, kemudian surat itu ditambah,
dikurangi, atau dirubah isinya seluruhnya maupun sebagian sehingga surat itu tidak
akan lagi sama seperti aslinya.

 Pasal 264 KUHP

Pasal 264 ayat (2) KUHP, yang unsur-unsurnya adalah sebagai berikut:

1. Barang siapa :

Bahwa yang dimaksud dengan “barang siapa” ialah siapa yang melakukan suatu
tindak pidana berupa pemalsuan dokumen dan mereka harus bisa mempertanggung
jawabkan perbuatan mereka sendiri didalam persidangan atau di muka hukum.

2. Membuat atau memalsukan akta otentik yang dapat menimbulkan sesuatu hak,
perikatan atau pembebasan hutang, atau yang diperuntukkan sebagai bukti dan tidak
ada yang mengakibatkan atau mengalami kerugian

surat yang dibuat menurut bentuk dan syarat – syarat yang ditetapkan undang-
undang, oleh pegawai umum seperti notaris, pejabat PPATK dan sebagainya yang
membuat suatu akta otentik jika jabatan untuk membuat akta tersebut di gunakan
sebagai suatu tindak pidana yang akan mengakibatkan kerugian terhadap orang lain
dan diri sendiri

3. Dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai akta
otentik tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak dipalsu

Orang yang melakukan tindak pidana pemalsuan data mereka akan menyuruh
pejabat yang terkait dalam hal tersebut, melakukan segala macam cara untuk
mendapatkan kepentingan diri sendiri dan memperkaya diri sendiri yang akan
mengakibatkan kerugian terhadap orang lain

4. Pemakaian akta otentik itu dapat menimbulkan kerugian

Pemalsuan atau pemakaian akta otentik dapat menimbulkan kerugian berupa surat –
surat yang dianggap lebih bersifat penting mengenai hal yang berharga dalam akta
tersebut untuk kepentingan yang memiliki akta tersebut yang asli dan tidak di
palsukan oleh orang lain. Jika ada yang memalsukan hal tersebut maka yang akan
mengalami kerugian yang sangat besar adalah orang yang memiliki suata surat atau
akta yang asli yang mereka miliki tanpa ada yang di ubah dalam hal tersebut,

 Pasal 266 KUHP


Pasal 266 ayat (1) KUHP, adapun yang menjadi unsur- unsurnya yaitu:
a. Barang siapa
Barang siapa yang melakukan tindak pidana pemalsuan data akta otentik yang di
lakukan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas dan
wewenang yang telah di berikan itu di salah gunakan dalam hal merugikan
kepentingan orang lain, dan memperkaya diri sendiri

b. Menyuruh menempatkan keterangan palsu ke dalam suatu akta otentik

Orang yang membayar kepada pejabat yang terkait untuk melakukan keterangan
palsu atau memalsukan berupa surat atau akta otentik, sertifikat yang bukan hak milik
dia dan dapat di rugikan bagi yang memilki ke absahan keseluruhan bagi yang sah
dan mempunyai hak atas akta maupun yang lainnya menurut uu

c. dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai akta itu seolah-
olah keterangannya sesuai dengan kebenaran.

Orang yang tidak mempunyai atas akta tersebut membayar pejabat terkait dengan
melakukan pemalsuan data atau akta tersebut demi kepentingan pribadi dan
memperkaya diri sendiri merupakan suatu tindak pidana.

 Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) UU PPTPPU,

harta kekayaan yang disembunyikan asal-usulnya dapat berasal dari hasil kejahatan
korupsi, penyuapan, narkotika, psikotropika, penyelundupan tenaga kerja, penyelundupan
migran, di bidang perbankan, di bidang pasar modal, di bidang perasuransian,
kepabeanan, cukai, perdagangan orang, perdagangan senjata gelap, terorisme, penculikan,
pencurian, penggelapan, penipuan, pemalsuan uang, perjudian, prostitusi, di bidang
perpajakan, di bidang kehutanan, di bidang lingkungan hidup, di bidang kelautan dan
perikanan, atau tindak pidana lainnya yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat)
tahun atau lebih.

 Pasal 3

Setiap orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan,


membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar negeri, mengubah bentuk,
menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas harta
kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana

JADI setiap orang atau pejabat serta aparatur sipil Negara tidak berhak melakukan tindak
pidana pencucian uang mau itu menempatkan, mentransfer, mengalihkan maupun yang
lainnya untuk memindahkan hasil kekayaan pribadi yang di dapatkan dengan cara
korupsi atau tindak pidana pencucian uang demi keuntungan pribadi dan dapat merugikan
orang lain maupun Negara dia harus mempertanggung jawabkan semuanya sesuai dengan
uu yang berlaku di Indonesia dan semua harta yang dia miliki akan di sita oleh Negara
dan di balikan ke Negara.

 Pasal 4

Setiap orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal-usul, sumber, lokasi,


peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas harta
kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana .

Jadi orang lain atau pejabat Negara tidak boleh menyembunyikan, menyamarkan serta
sumber kekayaan yang di dapat nya dari yang tindak pidana maupun tidak itu harus di
daftarkan dan di catat tanpa ada yang di sembunyikan karena akan mengundang kpk
untuk menyelidiki harta yang tidak sesuai dengan yang dia peroleh selama ini itu bentuk
tindak pidana pencucian uang dan hasil yang dia dapat itu atas nama siapapun yang di
peroleh dengan hasil tindak pidana maka hartanya akan di sita oleh negara karena akan
merugikan suatu negara

 Pasal 5

Setiap orang yang menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran,


hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan harta kekayaan yang
diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana .

Jadi yang menerima tf dari pelaku atau terdakwa tindak pidana pencucian uang maka
harta yang di tf tersebut berhak di laporkan kepada pihak lain yang berwenang atau
yang sedang menyelidiki orang yang mekukan tindak pidana tsb untuk sebagai barang
bukti yang akan memberatkan dan di duga uang yang di tf adalah hasil dari tindak
pidana pencuciang uang yang dia lakukan

Dan pada pasal 2,3,4 dan 5 tentang tindak pidana pencucian uang itu adalah sebagai
bahan alat bukti bahwa seseorang telah melakukan tindak pidana pencucian yang
mengakibatkan terhadap Negara maupun orang lain mengalami kerugian maka dalam
persidangan akan di buktikan di pasal 3,4 dan 5 yang akan memberatkan si pelaku
tindak pidana pencucian uang

Anda mungkin juga menyukai