Anda di halaman 1dari 5

Nama : EDI ANTONI GINTING

NPM : 5620220045
KELAS : A PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN
MATA KULIAH : HUKUM PIDANA PROFESI
DOSEN : Dr.Armansyah,S.H., M.H.

Resume Pertama Selasa, 21 September 2021


Tema : “Perlindungan Hukum Profesi PPAT Dalam Menjalankan Tugas dan Jabatannya”

Peran Aktif dari PPAT dlm Rangka Pembuktian Fakta Materiil yang terjadi maupun
Fakta Formil yang ada terhadap Produk-produk Hukum yang telah dibuat atau dihasilkan bagi
Penyidik adalah Hal Yang Sangat Penting, karena Produk yang dihasilkan PPAT yang berupa
akta-akta, merupakan salah satu alat bukti yang sah dalam sistem hukum pidana yang termasuk
dalam kategori sebagai alat bukti surat, dan kemudian keterangan- keterangan yang diberikan
dan dijelaskan oleh PPAT itu sendiri dalam kontek proses pembuatan akta dimaksud dapat juga
dijadikan alat bukti berupa keterangan saksi dan bahkan dapat pula dijadikan alat bukti berupa
keterangan ahli manakala PPAT dimaksud dimintakan keterangan terkait dengan keahlian atau
profesinya sebagai seorang PPAT sebagai berikut : Peran sebagai Saksi dalam sidik tindak
pidana, Peran sebagai ahli dalam sidik tindak pidana, sebagai pejabat umum yang menghasilkan
bukti surat.
Dasar hukum :
1. Undang Undang Nomor 1 tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana;
2. Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana (KUHAP);
3. Undang-Undang Nomor 2 tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia;
4. Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 30
tahun 2004 tentang Jabatan Notaris;
5. Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor 7 Tahun
2016 Tentang Majelis Kehormatan Notaris;
6. Peraturan Pemerintah RI Nomor: 37 Th. 1998 tentang Peraturan Jabatan PPAT;
7. Perkap No. 6 tahun 2019 tentang Penyidikan Tindak Pidana;
PPAT diberikan kewenangan melakukan pembuatan akta tanah yg berhubungan erat dgn
proses pemberian hak ataupun proses pendaftaran hak atas tanah yg merupakan salah satu
sumber utama dlm rangka pemeliharaan data pendaftaran tanah yg berimplikasi akan
menimbulkan adanya hak dan kewajiban seseorang ataupun badan hukum thd hak atas
kepemilikan tanah atau ikatan hukum antara tanah dgn seseorang atau badan hukum sbg subyek
hak atas tanah dimaksud, shg tidak menutup kemungkinan adanya berbagai cara dan upaya
oknum-oknum untuk bertindak dlm rangka dpt melegalkan atas perbuatannya yg sebenarnya
tidak benar dan melanggar hukum dgn memanfaatkan dan atau mengunakan atau melibatkan
PPAT yg berakibat PPAT dapat ikut serta dan atau terjerat dlm perbuatan tindak pidana.
Melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai bukti
telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas
Satua Rumah Susun, yang akan dijadikan dasar bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran
tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu. Perbuatan Hukum Kewenangan PPAT antara
lain : Jual beli, Tukar menukar, Hibah, Pemasukan ke dalam perusahaan (inbren), Pembagian
hak Bersama, Pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai atas tanah Hak Milik, Pemberian Hak
Tanggungan, Pemberian kuasa membebankan Hak Tanggungan.
Permufakatan jahat yang menimbulkan sengketa atau konflik, pengertian permufakatan
jahat dalam Pasal 88 Buku I Bab IX yang berjudul “Arti Beberapa Istilah yang dipakai dalam
Kitab Undang-Undang”. Pasal 88 KUHPidana, berbunyi sebagai berikut : Dikatakan ada
permufakatan jahat, apabila dua orang atau lebih telah sepakat akan melakukan kejahatan” Dari
rumusan Pasal 88 KUHPidana tampak bahwa ada permufakatan jahat (samenspanning) apabila
Dua orang atau lebih telah sepakat akan melakukan kejahatan bidang pertanahan.
Permufakatan jahat memerlukan setidak-tidaknya 2 (dua) orang, sebab paling sedikit
permufakatan itu dilakukan 2 (dua) orang tidak perlu harus 3 (tiga), 4 (empat) orang dan
seterusnya. Jika hanya 1 (satu) orang saja, tidak mungkin ada permufakatan, melainkan hanya
berupa janji pada diri sendiri semata-mata. Dengan demikian, sudah ada permufakatan jahat jika
hal melakukan kejahatan telah diperjanjikan (overeengekomen) oleh dua orang atau lebih.
Surat Edaran MA RI No. 4 Tahun 2016 tentang Pemberlakuan Rumusan Hasil Rapat
Pleno Kamar MA Tahun 2016 sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas Bagi Pengadilan. Kriteria
Pembeli Yang Beritikad Baik Melakukan jual beli atas objek tanah tersebut dgn tata cara/
prosedur dan dokumen yg sah sebagaimana telah ditentukan peraturan per-UU-an antara lain :
1. Pembelian tanah melalui pelelangan umum atau;
2. Pembelian tanah dihadapan Pejabat Pembuat Akta Tanah (sesuai dengan ketentuan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Th 1997 atau;
3. Pembelian terhadap tanah milik adat/yang belum terdaftar yang dilaksanakan menurut
ketentuan hukum adat yaitu:
a. dilakukan secara tunai dan terang (di hadapan/diketahui Kepala Desa/ Lurah
setempat).
b. didahului dgn penelitian mengenai status tanah objek jual beli & berdasarkan
penelitian tersebut menunjukkan bhw tanah objek jual beli adalah milik penjual.
c. Pembelian dilakukan dengan harga yang layak
Melakukan kehati-hatian dengan meneliti hal-hal berkaitan dengan objek tanah yang
diperjanjikan antara lain :
1. Penjual adalah orang yang berhak/memiliki hak atas tanah yang menjadi objek jual
beli, sesuai dengan bukti kepemilikannya, atau;
2. Tanah/objek yang diperjualbelikan tersebut tidak dalam status disita, atau;
3. Tanah objek yang diperjualbelikan tidak dalam status jaminan/hak tanggungan, atau;
4. Terhadap tanah yang bersertifikat, telah memperoleh keterangan dari BPN dan
riwayat hubungan hukum antara tanah tersebut dengan pemegang sertifikat.
PP No. 24 Tahun 2016 tentang Perubahan atas PP No.37 Th 1998 tentang Peraturan
Jabatan PPAT Pasal 10 ayat 3(a), yang dimaksud dengan pelanggaran berat antara lain:
1. Membantu melakukan permufakatan jahat yang mengakibatkan sengketa atau konflik
pertanahan;
2. Melakukan pembuatan akta sebagai permufakatan jahat yang mengakibatkan
sengketa atau konflik pertanahan;
3. Melakukan pembuatan akta di luar wilayah kerjanya kecuali karena pemekaran
kabupaten/kota, pemekaran provinsi, atau membuat akta tukar menukar, akta
pemasukan ke dalam perusahaan, atau akta pembagian bersama mengenai beberapa
hak atas tanah/hak milik atas satuan rumah susun yang tidak semuanya terletak dalam
wilayah kerjanya;
4. Memberikan keterangan yang tidak benar di dalam akta yang mengakibatkan
sengketa / konflik pertanahan;
5. Membuka kantor cabang atau perwakilan atau bentuk lainnya di dalam dan/atau di
luar wilayah kerjanya;
6. Melanggar sumpah jabatan sebagai PPAT;
7. Membuat akta PPAT tanpa dihadiri oleh para pihak;
8. Membuat akta mengenai hak atas tanah/hak milik atas satuan rumah susun yang
obyeknya masih sengketa;
9. PPAT tidak membacakan akta yang dibuatnya di hadapan para para pihak,
10. PPAT membuat akta di hadapan para pihak yang berwenang melakukan perbuatan
hukum sesuai akta yang dibuatnya; dan/atau
11. PPAT membuat akta dalam masa dikenakan sanksi pemberhentian dengan hormat,
pemberhentian sementara, atau dalam keadaan cuti.
TP MENYANGKUT NOTARIS / PPAT sebagai berikut :
1. Pemalsuan dokumen atau surat (pasal 263 dan pasal 264 KUHP).
2. Penggelapan (pasal 372 dan pasal 374 KUHP).
3. Memberikan keterangan palsu di bawah sumpah (pasal 242 KUHP)
4. Pencucian uang
5. Peran yang dilakukan oleh Notaris/PPAT, apakah dalam TP tersebut berperan sebagai
pelaku atau sebagai turut serta, menganjurkan atau membantu pemalsuan tersebut.
Sasaran Lidik terdiri dari :
1. Apakah benar adanya penghadap yang datang dihadapan Notaris, karena apabila tidak
ada penghadap yang hadir dihadapan Notaris, maka pembacaan akta tidak dilakukan
kepada penghadap;
2. Apakah ada pembacaan akta yang dibuatnya itu karena pembacaan akta mutlak harus
dilakukan untuk menyamakan pemahaman antara para pihak yang mengadakan suatu
perjanjian. Dengan tidak adanya persamaan pemahaman yang terjadi antara para
pihak, maka hal ini yang memungkinkan akan membuat kasus atau perkara bergulir
dikemudian hari;
3. Apakah Notaris telah menjalankan tugas dan jabatannya secara bertanggungjawab,
artinya :
a. Notaris dituntut melakukan pembuatan akta dengan baik dan benar, yaitu akta
yang dibuat itu memenuhi kehendak hukum dan permintaan pihak berkepentingan
karena jabatannya;
b. Notaris dituntut menghasilkan akta yang bermutu, artinya akta yang dibuatnya itu
harus sesuai dengan aturan hukum dan kehendak para pihak yang berkepentingan
dalam arti sebenarnya, bukan mengada- ada. Notaris menjelaskan kepada pihak
yang berkepentingan kebenaran isi dan prosedur akta yang dibuat itu;
c. Berdampak positif, artinya siapapun akan mengakui akta notaris itu mempunyai
kekuatan bukti yang sempurna.
4. Apakah pernyataan yang dibuat Notaris telah sesuai dengan fakta-fakta hukum yang
ada, dimana penyataan yang menjadi tanggungjawab Notaris bisanya terdapat dalam:
a. Kalimat pembukaan Akta, yaitu: Pada hari ini……..tanggal …….dst..
b. Hadir dihadapan saya, ……, Noatris di ……atau bisa juga berhadapan dengan
saya,……….., Notaris di….., dengan dihadiri oleh para saksi yang saya, Notaris
kenal dan akan disebut selanjutnya pada bagian akhir akta ini…..
c. “…… dan untuk melakukan tindakan hukum dalam akta ini telah diketahui dan
disetujui oleh ……(istri/suami) yang turut hadir berhadapan dengan saya, Notaris
yaitu ”;
d. Kalimat penutup, …….Demikian akta ini dibuat dihadapan para pihak dan saksi-
saksi Dst
e. ….. dan setelah dibacakan serta dijelaskan, maka sebagai bukti kebenaran
pernyataan yang disampaikan oleh para pihak, maka akta ini ditanda-tangani oleh
dst.

Anda mungkin juga menyukai