Anda di halaman 1dari 13

TEKNIK PEMBUATAN AKTA MACAM PERJANJIAN

Oleh Dr. RILAWADI SAHPUTRA, S.H., M.Kn.


Notaris/PPAT Kab.Aceh Tamiang
Ketua DKW INI Prov.Aceh
Ketua Pengda IPPAT Kabupaten Aceh Timur
Wakil Ketua Majelis Pengawas dan Pembina PPAT Kab.AcehTimur
Anggota Majelis Pengawas Daerah Notaris Kab. Aceh Timur

MUKADIMAH
Teknik Pembuatan Akta Macam-macam Perjanjian difokuskan kepada Teknik
Pembuatan Akta Notariil khusus perjanjian-perjanjian sederhana yang
sering dikerjakan seorang Notaris dalam praktik kesehariannya, karena itu bisa
kita sebut dengan Teknik Pembuatan Akta Perjanjian.
Definisi TPA MACAM PERJANJIAN adalah :
“Metode atau acara untuk menyusun dan membuat macam-macam akta Notariil
yang berkaitan dengan hubungan hukum atau perbuatan hukum perjanjian
antara subjek hukum yang satu dengan subjek hukum yang lain, yang meliputi
Judul Akta, Pembukaan Akta, Substansi Akta, Syarat-syarat yang diperjanjikan,
Penutup Akta dan tanda tangan para pihak, saksi-saksi dan Notaris”
Jadi unsur-unsur definisi TPA MACAM PERJANJIAN yakni:
1. Adanya metode (suatu kerja yang sistematis dan logis secara hukum)
2. Ada Objek yang dibuat (akta autentik itu sendiri)
3. Ada Strukturnya (susunan dari akta yang akan dibuat atau dirancang oleh
Notaris)
Contoh Akta TPA MACAM PERJANJIAN antara lain :
1. Akta Perjanjian Jual Beli (Khusus benda bergerak)
2. Akta Pelepasan Hak atas Tanah Dengan Ganti Rugi (PHGR)
3. Akta Sewa Menyewa
4. Akta Hibah (khusus benda bergerak)
5. Akta Pemberian Kuasa
6. Akta Perjanjian Pengikatan Jual Beli atau Perikatan Jual Beli
7. Akta Perjanjian Kerja Sama
8. Akta Perjanjian Kawin
9. Akta Perjanjian Kredit dan turunannya (akta fidusia, gadai, Cessie dan
lainnya)
10.Dan lain sebagainya.
Pasal-pasal terpenting dalam KUH Perdata (BW) berkaitan
dengan membuat Akta Perjanjian (TPA 2), yakni :
1. Pasal 1320 KUH Perdata yang memuat syarat-syarat yang harus dipenuhi
dalam suatu perjanjian, yaitu :

a. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;


b. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan;
c. Suatu hal tertentu;
d. Suatu sebab yang halal.

2. Pasal 1321 Jo. Pasal 1323 dan 1328 KUH Perdata, yang menetapkan
bahwa dalam mencapai kata sepakat itu tidak boleh ada (1) Kekhilafan, (2)
Paksaan, dan (3) Penipuan. Apabila ketentuan itu dilanggar, akan
menyebabkan perjanjian itu menjadi tidak sempurna, batal demi hukum atau
dapat dibatalkan.

3. Pasal 1337 KUH Perdata yang menetapkan bahwa suatu perjanjian tidak
boleh berlawanan dengan undang-undang, kesusilaan yang baik dan
ketertiban umum.

4. Pasal 1338 KUH Perdata, yang menetapkan :


a) Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya;
b) Perjanjian itu tidak dapat ditarik kembali, tanpa setuju kedua belah pihak;
c) Perjanjian itu harus dilaksanakan dengan itikad baik.

5. Pasal 1339 KUH Perdata yang menetapkan bahwa suatu perjanjian tidak
hanya mengikat hal-hal yang tegas dinyatakan dalam perjanjian, tetapi juga
mengikat hal-hal yang menurut sifat perjanjian diharuskan oleh kepatutan,
kebiasaan atau undang-undang.

5 (lima) Asas Pokok yang sangat terkenal dalam hukum perjanjian


(kontrak) :
1. Asas Konsensualitas
2. Asas Kebebasan Berkontrak
3. Asas Pacta Sunt Servanda
4. Asas Itikad Baik
5. Asas Keseimbangan
DASAR HUKUM TPA MACAM PERJANJIAN :
1. KUH Perdata khususnya Buku III tentang Perikatan

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 30 tahun 2004 Tentang


Jabatan Notaris (disingkat dengan UUJN) dan Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 2 Tahun 2014 Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris (disingkat
dengan UUJN-Perubahan)

3. Undang-Undang lainnya, contoh: Undang-Undang Nomor 42 Tahun 1999


tentang Jaminan Fidusia.
BENTUK DAN SIFAT AKTA NOTARIS

Setiap Akta Notaris terdiri atas (Pasal 38 ayat (1) UUJN


Perubahan) :

1. Awal akta atau kepala akta

2. Badan akta

3. Akhir akta atau penutup akta


AWAL AKTA atau KEPALA AKTA berisi (Pasal 38 ayat (2) UUJN
Perubahan) :
1. Judul Akta
2. Nomor akta
3. Jam, hari, tanggal, bulan dan tahun akta dibuat
4. Nama lengkap dan tempat kedudukan Notaris

Judul Akta seperti Akta Jual Beli Mobil, Akta Sewa Menyewa, Akta
Pelepasan Hak dengan Ganti Rugi, Akta Penitipan Barang, Akta Perjanjian
Kerja Sama. Usahakan agar isi akta sesuai dengan judulnya, misalnya Akta
Perjanjian Kerja Sama, maka muatan isi aktanya sebaiknya mengandung adanya
unsur-unsur kerja sama seperti pengaturan pemasukan (inbreng), hak dan
kewajiban para pihak, objek pembagian kerja sama, pembagian keuntungan dan
kerugian dan sebagainya.
Nomor Akta, merupakan bagian yang harus dimuat pada bagian awal/kepala
akta dan sudah merupakan kebiasaan didunia kenotariatan. Fungsi nomor akta
adalah lebih kepada tertib urutan pembuatan akta serta memberi kemudahan
mencari akta di dalam buku Repertorium. Nomor akta juga dicantumkan di
dalam klapper bersamaan dengan judul akta.
Jam, hari, tanggal, bulan dan tahun, harus dimuat di bagian awal/kepala akta
dan merupakan salah satu syarat agar suatu akta untuk menjadi akta autentik.
Perhatikan bunyi Pasal 15 ayat (1) UUJN : “.... menjamin kepastian tanggal
pembuatan akta ...” . Notaris wajib menjamin kebenaran dan kepastian kapan
dibuatnya suatu akta notaris untuk menjamin kepastian hukum suatu alat bukti,
contoh Akta Wasiat.
Nama lengkap dan tempat kedudukan Notaris, baik untuk akta pihak (partij)
maupun akta berita acara rapat (relaas).
BADAN AKTA memuat (Pasal 38 ayat (3) :
1. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarnegaraan, pekerjaan,
jabatan, kedudukan, tempat tinggal para penghadap dan/atau orang
yang mereka wakili.
Para penghadap adalah mereka yang datang dan hadir pada pembacaan dan
penandatanganan akta notaris dan bukan mereka yang diwakili dalam akta,
baik diwakili secara lisan ataupun secara tertulis. Merupakan tugas dari
Notaris untuk menjamin bahwa data dari para penghadap, seperti nama
lengkap, tempat dan tanggal lahir, kewarnegaraan, pekerjaan, jabatan,
kedudukan, tempat tinggalnya adalah BENAR sesuai keterangan dan
identitas penghadap. Identitas para penghadap dapat diperoleh dengan
bermacam-macam cara, baik dengan menggunakan bukti (asli) surat-surat
seperti KTP, SIM, Paspor atau surat lainnya. Dalam hal Notaris masih tidak
yakin mengenai identitas para penghadap, dapat digunakan saksi pengenal.

2. Keterangan mengenai kedudukan bertindak penghadap.


Hal ini dikenal dengan istilah Komparisi. Di dalam komparisi, Notaris
menuliskan apakah para penghadap cakap berwenang untuk melakukan
perbuatan hukum di dalam akta yang dibuat oleh Notaris. Notaris
menjelaskan siapa penghadap dan dalam kedudukan apa ia bertindak. Salah
menjabarkan dengan kata-kata/kalimat di dalam komparisi dapat berakibat
pihak yang bersangkutan tidak terikat di dalam akta yang bersangkutan.
Komparisi harus disusun dengan mendasarkan pada peraturan perundang-
undangan beserta bukti-buktinya, dengan menggunakan kalimat dan bahasa
akta yang logis. Dengan demikian, yang utama dari para penghadap adalah
kecakapan dan kewenangan bertindak dari para penghadap.

3. Isi akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari pihak yang
berkepentingan.
Bagi Notaris adalah penting untuk memahami latar belakang perjanjian
yang diinginkan oleh para pihak. Menentukan terlebih dahulu konstruksi
hukumnya sehingga dapat dengan cermat dan akurat merumuskan dan
menentukan ketentuan dan syarat-syarat lain serta hak dan kewajiban
masing-masing pihak. Jika perjanjian yang dimaksudkan oleh para pihak
adalah suatu perjanjian bernama, Notaris dapat menentukan unsur-unsur
perjanjian tersebut. Mana yang merupakan ketentuan dari perjanjian
bernama tersebut yang bersifat memaksa sehingga tidak dapat diubah oleh
para pihak dan mana yang bersifat mengatur. Jika yang dimaksudkan oleh
para pihak merupakan suatu perjanjian tidak bernama atau perjanjian
campuran, Notaris harus dapat menentukan bagian-bagian dari perjanjian
tersebut serta selanjutnya mengatur secara cermat hak dan kewajiban para
pihak.
4. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, serta pekerjaan, jabatan,
kedudukan dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi pengenal.
Para saksi-saksi di akta Notaris juga harus lengkap ditulis namanya, tempat
dan tanggal lahir, pekerjaan, kedudukan dan tempat tinggalnya.

Saksi Pengenal :
Pasal 39 ayat (2) UUJN-Perubahan: “Penghadap harus dikenal oleh Notaris
atau diperkenalkan kepadanya oleh 2 (dua) orang saksi pengenal yang
berumur paling rendah 18 (delapan belas) tahun atau telah menikah dan
cakap melakukan perbuatan hukum atau diperkenalkan oleh 2 (dua)
penghadap lainnya”.

Selain pengenalan sebagaimana tersebut, harus dinyatakan pula dengan


tegas di dalam akta nya :
“Penghadap Tuan A tersebut telah diperkenalkan kepada saya, Notaris,
oleh dua orang saksi pengenal yang saya, Notaris, kenal dan turut pula
menghadap dihadapan saya, Notaris, yaitu berturut-turut :
-Tuan B, ......................
-Tuan C, .......................
Saksi pengenal dikenal Notaris, sedangkan lainnya diperkenalkan oleh
para penghadap lain :
“Para penghadap Tuan A dan Tuan B telah saya, Notaris, kenal,
sedangkan penghadap Nyonya C, ................ telah diperkenalkan kepada
saya, Notaris oleh para penghadap Tuan A dan Tuan B tersebut”
Para saksi pengenal tidak dikenal oleh Notaris :
“Penghadap Tuan A telah diperkenalkan kepada saya, Notaris, oleh dua
orang saksi pengenal yang turut pula menghadap dihadapan saya,
Notaris dan yang atas pertanyaan saya, Notaris, mengaku berturut-turut
bernama:
-Tuan B ........... dan
-Tuan C, ............”
Sebagian penghadap dikenal Notaris, sedangkan (para) penghadap
lainnya diperkenalkan oleh salah seorang penghadap yang lain serta
seorang saksi pengenal di samping penghadap yang memperkenalkan :
“Pengadap Tuan A telah saya, Notaris, kenal, sedangkan para
penghadap Tuan B dan Nyonya C telah diperkenalkan kepada saya,
Notaris, masing-masing oleh penghadap Tuan A tersebut dan seorang
saksi pengenal lain yang turut pula menghadap kepada saya, Notaris,
mengaku bernama Tuan Y .............”
Penghadap diperkenalkan oleh 2 (dua) penghadap lainnya :
“Penghadap Tuan C telah diperkenalkan kepada saya oleh para
penghadap Tuan A dan Tuan B yang telah dikenal oleh saya, Notaris”
AKHIR atau PENUTUP AKTA, memuat (Pasal 38 ayat (4)) :
a. Uraian tentang pembacaan akta
b. Uraian tentang penandatanganan dan tempat penandatanganan atau
penerjemahan Akta jika ada
c. Nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan, jabatan, kedudukan
dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi Akta
d. Uraian tentang tidak adanya perubahan yang terjadi dalam pembuatan
akta atau uraian tentang adanya perubahan yang dapat berupa
penambahan, pencoretan, atau penggantian serta jumlah perubahannya.

CONTOH PENUTUP AKTA YANG DIBACAKAN KEPADA


PENGHADAP DAN SAKSI :

--------------------- DEMIKIANLAH AKTA INI ----------------------


Dibuat sebagai minuta dan dilangsungkan di Karang Baru Kabupaten Aceh
Tamiang, pada hari dan tanggal tersebut dalam awal akta ini, dengan dihadiri
oleh :---------------------------------------------------------------------------------------
1. Tuan...., lahir di...., pada tanggal..... (....), bertempat tinggal di....,
Jalan...., Desa/Kelurahan...., Kecamatan...., Kabupaten Aceh Tamiang,
pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor : ....... ;----------------
2. Nona...., lahir di...., pada tanggal..... (....), bertempat tinggal di....,
Jalan...., Desa/Kelurahan...., Kecamatan...., Kabupaten Aceh Tamiang,
pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor : ....... ------------------
-keduanya pegawai kantor Notaris, yang saya, Notaris kenal, sebagai saksi-
saksi.---------------------------------------------------------------------------------------
-Setelah akta ini saya, Notaris bacakan kepada para penghadap dan saksi-saksi,
maka akta ini ditandatangani oleh para penghadap, saksi-saksi dan saya,
Notaris.-------------------------------------------------------------------------------------
-Dilangsungkan dengan...........
CONTOH PENUTUP AKTA YANG TIDAK DIBACAKAN

KEPADA PENGHADAP DAN SAKSI :

--------------------- DEMIKIANLAH AKTA INI ----------------------


Dibuat sebagai minuta dan dilangsungkan di Karang Baru Kabupaten Aceh
Tamiang, pada hari dan tanggal tersebut dalam awal akta ini, dengan dihadiri
oleh :---------------------------------------------------------------------------------------
1. Tuan...., lahir di...., pada tanggal..... (....), bertempat tinggal di....,
Jalan...., Desa/Kelurahan...., Kecamatan...., Kabupaten Aceh Tamiang,
pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor : ....... ;----------------
2. Nona...., lahir di...., pada tanggal..... (....), bertempat tinggal di....,
Jalan...., Desa/Kelurahan...., Kecamatan...., Kabupaten Aceh Tamiang,
pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor : ....... ------------------
-Keduanya pegawai kantor Notaris, yang saya, Notaris kenal, sebagai saksi-
saksi.------------------------------------------------------------------------------------------
-Setelah akta ini dibaca sendiri, diketahui dan dipahami isinya oleh
penghadap dan saksi-saksi, maka akta ini segera dibubuhi paraf pada
setiap halaman dan ditandatangani oleh penghadap, saksi-saksi dan saya,
Notaris. -------------------------------------------------------------------------------------
-Dilangsungkan dengan......
CONTOH PENUTUP AKTA YANG DIBACAKAN KEPADA
PENGHADAP YANG MENURUT KETERANGANNYA KURANG
PAHAM BAHASA INDONESIA

--------------------- DEMIKIANLAH AKTA INI ----------------------


Dibuat sebagai minuta dan dilangsungkan di Kabupaten Aceh Tamiang, pada
hari dan tanggal tersebut dalam awal akta ini, dengan dihadiri oleh :---------------
1. Tuan...., lahir di...., pada tanggal..... (....), bertempat tinggal di....,
Jalan...., Desa/Kelurahan...., Kecamatan...., Kabupaten Aceh Tamiang,
pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor : ....... ;----------------
2. Nona...., lahir di...., pada tanggal..... (....), bertempat tinggal di....,
Jalan...., Desa/Kelurahan...., Kecamatan...., Kabupaten Aceh Tamiang,
pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor : ....... ------------------
-Keduanya pegawai kantor Notaris, yang saya, Notaris kenal, sebagai saksi-
saksi.----------------------------------------------------------------------------------------
-Setelah akta ini saya, Notaris bacakan kepada penghadap dan saksi-saksi, dan
seberapa perlu oleh saya, Notaris dijelaskan dalam bahasa Inggris kepada
penghadap Tuan...... tersebut yang menurut keterangannya kurang paham
Bahasan Indonesia, maka akta ini ditandatangani oleh penghadap, saksi-saksi
dan saya, Notaris.---------------------------------------------------------------------------
-Dilangsungkan dengan......
CONTOH PENUTUP AKTA YANG DIBACAKAN KEPADA
PENGHADAP DAN SAKSI DISESUAIKAN DENGAN UUJN
PERUBAHAN Pasal 16 ayat (1) huruf c :

--------------------------- DEMIKIANLAH AKTA INI ---------------------


-Dibuat dan diselesaikan di Karang Baru, Kabupaten Aceh Tamiang, pada hari
dan tanggal seperti tersebut pada bagian awal akta ini, dengan dihadiri oleh :----
-Nyonya HERLIJAWATI, lahir di Sungai Liput, tanggal 06-06-1984
(enam Juni seribu sembilan ratus delapan puluh empat) dan Nona
DEVIRA AYU FARISHA, Sarjana Hukum Islam, lahir di
Lhokseumawe, tanggal 04-12-1991 (empat Desember seribu sembilan
ratus sembilan puluh satu), -----------------------------------------------------
-Keduanya pegawai Kantor Notaris dan bertempat tinggal di Kabupaten Aceh
Tamiang sebagai saksi-saksi. -------------------------------------------------------------
-Kemudian setelah saya, Notaris, bacakan isi akta ini kepada para penghadap
dan saksi-saksi, maka segera akta ini ditandatangani oleh para penghadap, lalu
ditandatangani oleh saksi-saksi dan saya, Notaris. ------------------------------------
-Para penghadap disamping menandatangani akta ini turut juga
membubuhkan cap jempol tangan kirinya dalam lembaran tersendiri yang
menjadi satu kesatuan dalam akta ini. -----------------------------------------------
-Dibuat dengan tanpa memakai perubahan. --------------------------------------------
-Asli akta ini telah ditandatangani sebagaimana mestinya. --------------------------
-Diberikan sebagai SALINAN yang sama bunyinya. ---------------------------------

Notaris di Kabupaten Aceh Tamiang,

-Dr. RILAWADI SAHPUTRA, S.H., M.Kn.-


DAFTAR BUKU BACAAN UNTUK BAHAN MATA KULIAH
TPA MACAM PERJANJIAN :

1. MU Sembiring 1990, Contoh Contoh Akte Notaris Dalam Praktek


Sehari-hari: Jilid Pertama, Medan: Program Pendidikan Notariat Fakultas
Hukum USU.

2. MU Sembiring 1990, Contoh Contoh Akte Notaris Dalam Praktek


Sehari-hari: Jilid Kedua, Medan: Program Pendidikan Notariat Fakultas
Hukum USU.

3. Herlina Suyati Bachtiar, 2002, Contoh Akta Notaris dan Akta Di Bawah
Tangan, Bandung: PT Mandar Maju. (Terdiri dari banyak Buku)

4. Herlien Budiono, 2014, Dasar Teknik Pembuatan Akta Notaris,


Bandung: PT.Citra Aditya Bakti.

5. H. Salim HS, 2017, Teknik Pembuatan Akta Perjanjian (TPA Dua),


Jakarta: PT. RajaGrafindo Persada.

Anda mungkin juga menyukai