Anda di halaman 1dari 92

Dr. UDIN NARSUDIN, SH., M.Hum, SpN.

S-1 Unpas-Bandung
S-2 Spesialis Notariat dan Pertanahan UI
S-2 Hukum Bisnis UGM
S-3 Ilmu Hukum UNPAD
Email : udin_notary@yahoo.com
HP. 0818-497700
Teknik Pembuatan Akta I :
Memberikan pendalaman atas matakuliah Peraturan
Jabatan Notaris yang berhubungan langsung dengan
syarat-syarat dan teknik pembuatan akta;
memberiakan contoh akta otentik yang sederhana,
baik berupa akta relaas maupun akta partij,
dilanjutkan dengan uraian tentang bentuk dan
susunannya (Pasal 38 UU JN);
menguraikan tentang awal akta, termasuk yang dibuat
oleh atau di hadapan pejabat Sementara Notaris, Notaris
Pengganti dan Notaris Pengganti Khusus, dilanjutkan
dengan uraian tentang badan akta, khususnya mengenai:
komparisi, baik yang bertindak untuk diri sendiri
maupun karena perwakilan, dan
premise, yang meliputi maksud dan tujuan, substansi
serta teknik penyusunannya, mengenai akhir atau
penutup akta, terutama mengenai syarat dan teknik
penyusunannya berikut contoh-contohnya;
Menguraikan dan memberikan contoh dalam
melakukan renvoi, sehubungan dengan terjadinya
perubahan, baik berupa penambahan, pencoretan
maupun penggantian;
Menguraikan tentang teknik pembuatan grose, turunan
maupun kutipan berikut contoh-contonya.
Notaris
Lembaga notariat telah dikenal di Indonesia, yaitu
sejak Indonesia dijajah oleh Belanda. Semula lembaga
ini diperuntukkan bagi golongan Eropa, terutama
dalam bidang hukum perdata, yaitu Burgerlijk
Wetboek. Di dalam perkembangannya lembaga
notariat ini secara diam-diam telah diadopsi dan
menjadi hukum notariat Indonesia dan berlaku untuk
semua golongan.
Berkaitan dengan perjanjian-perjanjian yang dibuat
oleh para pihak, dapat dipahami bahwa keberadaan
profesi notaris adalah sebagai pembuat alat bukti
tertulis mengenai akta-akta otentik sebagaimana
yang tercantum dalam Pasal 1868 KUHPerdata, yang
menyebutkan : “Suatu akta otentik ialah suatu akta
yang dibuat dalam bentuk yang ditentukan undang-
undang oleh atau dihadapan pegawai-pegawai umum
yang berkuasa untuk itu, di tempat dimana akta itu
dibuat”.
Kepastian, ketertiban, dan perlindungan hukum
menuntut antara lain bahwa lalu lintas hukum dalam
kehidupan masyarakat memerlukan adanya alat bukti
yang menentukan dengan jelas hak dan kewajiban
seseorang sebagai subjek hukum dalam masyarakat.
Akta otentik sebagai alat bukti terkuat dan terpenuh
mempunyai peranan penting dalam setiap hubungan
hukum dalam kehidupan masyarakat, baik bisnis,
perbankan, kegiatan sosial, pewarisan dan lain-lain.
Notaris yang dalam profesinya merupakan instansi
yang dengan akta-aktanya menimbulkan alat-alat
pembuktian tertulis dan mempunyai sifat otentik, yang
dapat berbuat banyak untuk mendorong masyarakat
guna mempegunakan alat-alat pembuktian tertulis.
Pasal 1 angka (1) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004
Tentang Jabatan Notaris menyebutkan : “Notaris adalah
Pejabat umum yang berwenang membuat akta otentik
dan kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam
undang-undang ini”. Menurut kamus hukum salah satu
arti dari Ambteraren adalah Pejabat, dengan demikian
Openbare Ambteraren adalah pejabat yang mempunyai
tugas yang bertalian dengan kepentingan publik, sehingga
tepat jika Openbare Ambtenaren diartikan sebagai Pejabat
Publik. Khusus berkaitan dengan Openbare Ambtenaren
yang diterjemahkan sebagai Pejabat Umum diartikan
sebagai pejabat yang diserahi tugas untuk membuat akta
otentik yang melayani kepentingan publik, dan kualifikasi
seperti itu diberikan kepada notaris.
Notaris berwenang membuat akta sepanjang dikehendaki
oleh para pihak atau menurut aturan hukum wajib dibuat
dalam bentuk akta otentik. Pembuatan akta tersebut
berdasarkan aturan hukum yang berkaitan dengan
prosedur pembuatan akta notaris, sehingga Jabatan Notaris
sebagai Pejabat Umum tidak perlu lagi diberi sebutan lain
yang berkaitan dengan kewenangan notaris : seperti notaris
sebagai Pembuat Akta Koperasi berdasarkan Keputusan
Menteri dan Usaha Kecil dan Menengah Republik
Indonesia Nomor 98/KEP/M.KUKM/IX/2004, tanggal 24
September 2004 Tentang Notaris Sebagai Pejabat Pembuat
Akta Koperasi, kemudian Notaris sebagai Pejabat Pembuat
Akta Ikrar Wakaf (PPAIW) berdasarkan Pasal 37 ayat (3)
dan (4) Peraturan Pemerintah Nomor 42 tahun 2006
tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 tahun
2004 tentang Wakaf.
Dalam kelembagaan (hukum) khususnya untuk
notaris, cukup untuk notaris dikategorikan sebagai
Pejabat Umum (atau sebutan lain sebagaimana
tersebut dibawah ini) saja dan tidak perlu
menempelkan atau memberikan sebutan lain kepada
notaris. Jika suatu instansi ingin melibatkan notaris
dalam rangka pengesahan suatu dokumen atau surat
atau dalam pembuatan dokumen-dokumen hukum,
cukup dengan petunjuk bahwa untuk hal-hal tertentu
wajib dibuat dengan akta notaris, contohnya :
-Pasal 7 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas menegaskan bahwa
perseroan terbatas didirikan dengan akta notaris.
-Pasal 5 ayat (1) Undang-Undang Nomor 42 Tahun
1999 tentang Jaminan Fiducia menegaskan bahwa
akta Jaminan Fiducia dibuat dengan akta notaris.
-Pasal 9 ayat (2) Undang-Undang Nomor 16 Tahun
2001 tentang Yayasan menegaskan bahwa yayasan
didirikan dengan akta notaris.
-Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun
2002 tentang Partai Politik, menentukan bahwa
pendirian partai politik harus dengan akta notaris.
Meskipun bukan sebagai badan hukum, namun
Undang-Undang Partai Politik, menentukan bahwa
pendirian partai politik harus dengan akta notaris.--
Selain itu dalam KUHPerdata untuk tindakan hukum
tertentu diwajibkan dalam bentuk akta otentik,
yaitu :
 -Berbagai ijin kawin, baik dari orang tua atau kakek/nenek (Pasal 71) ;
 -Pencabutan pencegahan perkawinan (Pasal 70 ) ;
 -Berbagai perjanjian kawin berikut perubahannya (Pasal 147, 148) ;
 -Kuasa melangsungkan perkawinan (Pasal 79) ;
 -Hibah berhubung dengan perkawinan dan penerimaannya (Pasal
176, 177);
 -Pembagian harta perkawinan setelah adanya putusan pengadilan
tentang pemisahan harta (Pasal 191) ;
 -Pemulihan kembali harta campur yang telah dipisah (Pasal 196) ;
 -Syarat-syarat untuk mengadakan perjanjian pisah meja dan ranjang
(Pasal 237);
Pengakuan anak luar kawin (Pasal 281) ;
Pengangkatan wali (Pasal 355) ;
Berbagai macam/jenis surat wasiat,
termasuk/diantaranya penyimpanan wasiat umum,
wasiat pendirian yayasan, wasiat pemisahan dan
pembagian harta peninggalan, fideicomis, pengangkatan
pelaksana wasiat dan pengurus harta peninggalan dan
pencabutannya (Bab Ketigabelas-Tentang Surat Wasiat) ;
Berbagai akta pemisahan dan pembagian harta
peninggalan/warisan (Bab Ketujuhbelas-Tentang
Pemisahan Harta Peninggalan ) ;
Berbagai hibahan (Bab Kesepuluh-Tentang Hibah), dan
protes nonpembayaran/akseptasi (Pasal 132 dan 143
KUHDagang).
Dalam Pasal 1 angka 1 UUJN yang menyebutkan
Notaris sebagai Pejabat Umum yang berwenang untuk
membuat akta otentik dan kewenangan lainnya
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (2) dan (3)
UUJN. Maka Pejabat Umum atau notaris sebagai
pejabat publik yang berwenang untuk membuat akta
otentik sesuai dengan Pasal 15 ayat (1) UUJN dan
kewenangan lainnya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 15 ayat (2) dan (3) UUJN dan untuk melayani
masyarakat.
Notaris sebagai Pejabat Publik, dalam pengertian
mempunyai wewenang dengan pengecualian. Dengan
mengkategorikan notaris sebagai Pejabat Publik.
Dalam hal ini publik yang bermakna hukum, bukan
publik sebagai khalayak hukum. Notaris sebagai
pejabat publik tidak berarti sama dengan pejabat
publik dalam bidang pemerintah yang dikategorikan
sebagai Badan atau Pejabat Tata Usaha Negara, hal ini
dapat dibedakan dari produk masing-masing pejabat
publik tersebut. Notaris sebagai pejabat publik
produk akhirnya yaitu akta otentik, yang terikat
dalam ketentuan hukum perdata terutama dalam
hukum pembuktian.
 Akta tidak memenuhi syarat sebagai Keputusan Tata Usaha Negara
yang bersifat konkret, individual dan final. Serta tidak menimbulkan
akibat hukum perdata bagi seseorang atau badan hukum perdata,
karena akta merupakan formulasi keinginan atau kehendak
(wilsvorming) para pihak yang dituangkan dalam akta notaris yang
dibuat dihadapan atau oleh notaris. Sengketa dalam bidang perdata
diperiksa di pengadilan umum (negeri). Pejabat publik dalam bidang
pemerintahan produk hukumnya yaitu Surat Keputusan atau
Ketetapan yang terikat dalam ketentuan Hukum Adminstrasi Negara
yang memenuhi syarat sebagai penetapan tertulis yang bersifat
individual dan final yang menimbulkan akibat hukum bagi seseorang
atau badan hukum perdata, dan sengketa dalam hukum administrasi
diperiksa di Pengadilan Tata Usaha Negara. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa Notaris sebagai pejabat publik yang bukan
pejabat Tata Usaha Negara. Berdasarkan uraian diatas maka notaris
dalam kategori sebagai pejabat publik yang bukan pejabat tata usaha
negara, dengan wewenang yang disebutkan dalam aturan hukum
yang mengatur jabatan notaris, sebagaimana tercantum dalam Pasal
15 UUJN.
 Jabatan notaris diadakan atau kehadirannya dikehendaki oleh aturan
hukum dengan maksud untuk membantu dan melayani masyarakat
yang membutuhkan alat bukti tertulis yang bersifat otentik mengenai
keadaan, peristiwa atau perbuatan hukum. Dengan dasar seperti itu
mereka yang diangkat sebagai notaris harus mempunyai semangat
untuk melayani masyarakat, dan atas pelayanan tersebut, masyarakat
yang telah merasa dilayani oleh notaris sesuai dengan tugas
jabatannya, dapat memberikan honorarium kepada notaris. Oleh
karena itu notaris tidak berarti apa-apa jika masyarakat tidak
membutuhkannya. Dalam menjalankan tugasnya sebagai pejabat
umum notaris dilengkapi dengan kewenangan atau kekuasaan umum.
Kewenangan atau kekuasaan umum tersebut pada hakekatnya
merupakan sifat dari fungsi publik yang ada pada penguasa yang
mengikat masyarakat umum, dan tugas notaris adalah bersifat fungsi
publik, tetapi objek tugasnya lebih bersifat hukum keperdataan
 Berdasarkan wewenang yang ada pada notaris sebagaimana tersebut
dalam Pasal 15 UUJN dan ketentuan pembuktian dari akta notaris,
maka ada 2 (dua) pemahaman, yaitu :
 -Tugas jabatan notaris adalah memformulasikan keinginan/tindakan
para pihak ke dalam akta otentik, dengan memperhatikan aturan
hukum yang berlaku.
 -Akta notaris sebagai akta otentik mempunyai kekuatan pembuktian
yang sempurna. Sehingga tidak perlu dibuktikan atau ditambah
dengan alat bukti lainnya. Jika ada orang/pihak yang menilai atau
menyatakan bahwa akta tersebut tidak benar, maka orang/pihak
yang menilai atau menyatakan tidak benar tersebut wajib
membuktikan penilaian atau pernyataannya sesuai aturan hukum
yang berlaku. Kekuatan pembuktian akta notaris ini berhubungan
dengan sifat publik dari jabatan notaris. Sepanjang suatu akta notaris
tidak dapat dibuktikan ketidakbenarannya maka akta tersebut
merupakan akta otentik yang memuat keterangan yang sebenarnya
dari para pihak dengan didukung oleh dokumen-dokumen yang sah
dan saksi-saksi yang dapat dipertanggung jawabkan sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang berlaku.
notaris merupakan suatu jabatan yang mempunyai
karakteristik, yaitu :
Sebagai Jabatan
 UUJN merupakan unifikasi dibidang pengaturan Jabatan Notaris,
artinya satu-satunya aturan hukum dalam bentuk undang-undang
yang mengatur jabatan notaris di Indonesia, sehingga segala hal yang
berkaitan dengan notaris di Indonesia harus mengacu kepada UUJN.
Jabatan notaris merupakan suatu lembaga yang diciptakan oleh
negara. Menempatkan notaris sebagai jabatan merupakan suatu
bidang pekerjaan atau tugas yang sengaja dibuat oleh aturan hukum
untuk keperluan dan fungsi tertentu (kewenangan tersebut) serta
bersifat berkesinambungan sebagai suatu lingkungan pekerjaan tetap.
Notaris sebagai pejabat umum (openbaar ambtenaar) yang berwenang
membuat akta otentik dapat dibebani tanggung jawab atas
perbuatannya sehubungan dengan pekerjaannya dalam membuat akta
tersebut. ruang lingkup pertanggung jawaban notaris meliputi
kebenaran materiil atas akta yang dibuatnya.
Notaris Mempunyai Kewenangan Tertentu
Setiap wewenang yang diberikan kepada jabatan
harus dilandasi aturan hukumnya sebagai batasan
agar jabatan dapat berjalan dengan baik dan tidak
bertabrakan dengan wewenang jabatan lainnya.
Dengan demikian jika seorang pejabat (notaris)
melakukan suatu tindakan diluar wewenang yang
telah ditentukan, dapat dikategorikan sebagai
perbuatan melanggar wewenang.
-Diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah
Pasal 2 UUJN menentukan bahwa notaris diangkat
dan diberhentikan oleh pemerintah, dalam hal ini
menteri yang membidangi kenotariatan (Pasal 1 angka
14) UUJN). Notaris meskipun secara administratif
diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah, tidak
berarti notaris menjadi sub-ordinasi (bawahan) dari
yang mengangkatnya, yaitu pemerintah. Dengan
demikian notaris dalam menjalankan tugas
jabatannya
-Bersifat autonomous ;
-Tidak memihak siapapun (impartial) ;
-Tidak tergantung kepada siapapun (independent), yang berarti dalam
menjalankan tugas jabatannya tidak dapat dicampuri oleh pihak yang
mengangkatnya atau oleh pihak lain.
-Tidak menerima gaji atau pensiun dari yang mengangkatnya.
-Notaris meskipun diangkat dan diberhentikan oleh pemerintah tetapi
tidak menerima gaji dan pensiun dari pemerintah. Notaris hanya
menerima honorarium dari masyarakat yang telah dilayaninya atau dapat
memberikan pelayanan cuma-cuma untuk mereka yang tidak mampu.
-Akuntabilitas atas pekerjaannya kepada masyarakat
Kehadiran notaris untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang
memerlukan dokumen hukum (akta) otentik dalam bidang hukum
perdata, sehingga notaris mempunyai tanggung jawab untuk melayani
masyarakat yang dapat menggugat secara perdata, menuntut biaya, ganti
rugi dan bunga jika ternyata akta tersebut dapat dibuktikan dibuat tidak
sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Hal ini merupakan bentuk
akuntabilitas notaris kepada masyarakat.
-Akuntabilitas atas pekerjaannya kepada masyarakat
Kehadiran notaris untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat yang memerlukan dokumen hukum
(akta) otentik dalam bidang hukum perdata,
sehingga notaris mempunyai tanggung jawab untuk
melayani masyarakat yang dapat menggugat secara
perdata, menuntut biaya, ganti rugi dan bunga jika
ternyata akta tersebut dapat dibuktikan dibuat tidak
sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Hal ini
merupakan bentuk akuntabilitas notaris kepada
masyarakat.
Kewenangan yang ada pada notaris sebagai pejabat
umum, juga diiringi dengan kewajibannya sebagai
pejabat yang memperoleh kepercayaan dari publik
secara moral dan etika. Maksudnya bahwa notaris
wajib bertindak amanah, jujur, seksama, mandiri dan
menjaga kepentingan-kepentingan pihak yang
terkait. Pasal 1 kode etik notaris hasil kongres di
Bandung pada tanggal 28 Januari 2005 tentang
kepribadian dan martabat notaris disebutkan bahwa :
Dalam melaksanakan tugasnya notaris diwajibkan
senantiasa menjunjung tinggi hukum dan asas negara
serta bertindak sesuai dengan makna sumpah jabatan
dan mengutamakan pengabdiannya kepada
kepentingan masyarakat dan negara.
Dalam kehidupan sehari-hari notaris dengan
kepribadian yang baik diwajibkan untuk menjunjung
tinggi martabat jabatan notaris dan sehubungan
dengan itu tidak dibenarkan melakukan hal-hal atau
tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan martabat
dan kehormatan notaris.
Notaris mempunyai kewajiban untuk membuat akta
dalam bentuk minuta dan menyimpan sebagai bagian
dari protokol notaris. Notaris juga berkewajiban
mengeluarkan grosse, salinan dan kutipannya, tetapi
notaris tidak mempunyai kewajiban untuk
mengeluarkan akta dalam bentuk original.
Pembacaan akta notaris, merupakan kewajiban
notaris dimana pembacaan akta dilakukan dihadapan
pengahadap dengan dihadiri oleh saksi-saksi yang
berjumlah paling sedikit 2 (dua) orang.
Pembacaan ini tidak diwajibkan kepada notaris,
apabila penghadap telah membaca sendiri dan
mendapat penjelasan dari notaris serta mengetahui isi
dari akta tersebut, dengan persyaratan khusus bahwa
pada setiap halaman minuta akta itu wajib
dibubuhkan paraf para penghadap dan saksi-saksi
serta notaris. Pembacaan yang dilakukan oleh notaris
maupun dibaca sendiri oleh penghadap, dihadapkan
agar penghadap yang menanda-tangani akta mengerti
akan isi dari akta tersebut sehingga akta notaris benar-
benar membuat kehendak atau sesuai dengan
kehendak mereka yang menanda-tangani.
Kewajiban notaris pada umumnya adalah memberikan
pelayanan kepada masyarakat yang memerlukan jasanya
dengan dijiwai Pancasila, sadar dan taat kepada hukum
dan peraturan perundang-undangan serta Undang-
Undang Jabatan Notaris, kode etik notaris, sumpah
jabatan dengan bekerja secara jujur, mandiri, tidak
berpihak dan penuh rasa tanggung jawab. Selain itu
oleh undang-undang, notaris ditugaskan untuk
melaksanakan pendaftaran surat-surat dibawah tangan.
Tugas pembuatan daftar surat-surat di bawah tangan
dan pengesahan surat-surat di bawah tangan adalah
berdasarkan Pasal 1874 KUHPerdata dan Pasal 1874a
KUHPerdata.

Ada dua macam akta yaitu akta otentik dan akta
dibawah tangan, yang menjadi dasar hukumnya
adalah pasal 1867 KUHPerdata yaitu pembuktian
dengan tulisan dilakukan dengan tulisan-tulisan
otentik maupun dengan tulisan-tulisan dibawah
tangan. Kewenangan utama dari notaris adalah untuk
membuat akta otentik, untuk dapat suatu akta
memiliki otentisitasnya sebagai akta otentik maka
harus memenuhi ketentuan sebagai akta otentik yang
diatur dalam pasal 1868 KUHPerdata, yaitu
 -Akta itu harus dibuat oleh (door) atau dihadapan (tenberstaan)
seorang pejabat umum, yang berarti akta-akta notaris yang isinya
mengenai perbuatan, perjanjian dan ketetapan harus menjadikan
notaris sebagai pejabat umum ;
 -Akta itu harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh undang-
undang, maka dalam hal suatu akta dibuat tetapi tidak memenuhi
syarat ini maka akta tersebut kehilangan otensitasnya dan hanya
mempunyai kekuatan sebagai akta dibawah tangan apabila akta
tersebut ditandatangani oleh para penghadap (comparanten);
 -Pejabat umum oleh atau dihadapan siapa akta tersebut dibuat, harus
mempunyai wewenang untuk membuat akta tersebut, sebab seorang
notaris hanya dapat melakukan atau menjalankan jabatannya didalam
daerah hukum yang telah ditentukan baginya. Jika notaris membuat
akta yang berada diluar daerah hukum jabatannya maka akta yang
dibuatnya menjadi tidak sah.
Notaris mempunyai 4 (empat) kewenangan
sehubungan dengan pembuatan akta, yaitu :
 1.Notaris harus berwenang sepanjang yang menyangkut akta yang
dibuatnya;
 Wewenang notaris dalam pembuatan akta otentik sepanjang tidak
dikecualikan kepada pihak atau pejabat lain, atau notaris juga
berwenang membuatnya disamping dapat dibuat oleh pihak atau
pejabat lain, mengandung makna bahwa wewenang notaris dalam
membuat akta otentik mempunyai wewenang yang umum,
sedangkan pihak lainnya mempunyai wewenang yang terbatas.
 Tidak setiap pejabat umum dapat membuat akta akan tetapi seorang
pejabat umum hanya dapat membuat akta tertentu yang ditugaskan
atau dikecualikan kepadanya berdasarkan peraturan perundang-
undangan ;
2. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai
orang-orang untuk kepentingan siapa akta tersebut
dibuat. Seorang notaris tidak berwenang untuk
membuat akta yang ditujukan kepada notaris sendiri,
istrinya/suaminya, atau orang lain yang mempunyai
hubungan kekeluargaan dengan notaris baik karena
perkawinan maupun hubungan darah dalam garis
keturunan lurus kebawah dan/atau keatas tanpa
batas, serta garis keturunan kesamping derajat ketiga,
serta menjadi pihak untuk diri sendiri maupun dalam
suatu kedudukan ataupun perantaraan kuasa, hal
tersebut untuk mencegah terjadinya tindakan
memihak dan penyalahgunaan jabatan ;
3. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai
tempat, dimana akta itu dibuat ;
Bagi setiap notaris ditentukan daerah hukumnya
(daerah jabatannya) dan hanya didalam daerah yang
ditentukan notaris berwenang untuk membuat akta
otentik sedangkan akta yang dibuat diluar daerah
jabatannya maka aktanya tidak sah ;
4. Notaris harus berwenang sepanjang mengenai
waktu pembuat akta itu. Sebab notaris tidak
berwenang untuk membuat akta apabila notaris
masih cuti atau telah dipecat dari jabatannya serta
sebelum melaksanakan sumpah jabatan notaris
tidak berwenang untuk membuat akta.
Jika salah satu dari ke empat syarat tersebut di atas ada
yang tidak terpenuhi maka aktanya tidak otentik dan
hanya berlaku sebagai akta dibawah tangan apabila akta
tersebut ditandatangani oleh para penghadap. Ada
beberapa perbedaan dari akta otentik dengan akta
dibawah tangan, yaitu :
-Akta otentik mempunyai tanggal yang pasti sebagaimana
akta yang dibuat oleh notaris sedangkan untuk akta
dibawah tangan mengenai tanggal tidak selalu demikian ;
-Grosse dari akta otentik dalam beberapa hal mempunyai
kekuatan eksekutorial seperti putusan pengadilan,
sedangkan akta dibawah tangan tidak pernah mempunyai
kekuatan eksekutorial ;
-Kemungkinan hilangnya akta dibawah tangan lebih
besar dari akta otentik.
Akta-akta yang dibuat oleh notaris terbagi menjadi
dua golongan, yaitu :
1. Akta yang dibuat oleh (door) notaris atau yang
dinamakan akta relaas atau akta pejabat (ambtelijke
akten), yaitu akta yang menguraikan secara otentik
mengenai suatu tindakan yang dilakukan atau suatu
keadaan yang dilihat atau disaksikan serta dialaminya
sendiri oleh notaris saat menjalankan jabatannya,
sebagai contoh, relaas akta misalnya Berita Acara
Rapat Para Pemegang Saham Perseroan Terbatas,
Berita Acara Undian Berhadiah dan sebagainya.
2.Akta yang dibuat dihadapan (ten overstaan) notaris
atau yang dinamai akta partij (partij akten), yaitu
akta yang dibuat oleh notaris berdasarkan apa yang
diterangkan para pihak kepada notaris dalam
melaksanakannya dimana para pihak ingin agar
keterangan atau perbuatan tersebut dikonstatir oleh
notaris di dalam suatu akta otentik, sebagai contoh,
partij akta misalnya perjanjian hibah, jual beli, tukar
menukar dan sebagainya.
Notaris sebagai pejabat umum mempunyai arti bahwa
notaris merupakan organ negara yang dilengkapi
dengan kewenangan hukum untuk memberikan
pelayanan umum kepada masyarakat umum,
khususnya dalam pembuatan akta otentik sebagai alat
bukti yang sempurna berkenaan dengan perbuatan
hukum dibidang keperdataan.
Kewenangan merupakan suatu dasar dari tindakan
hukum yang diatur dan diberikan kepada suatu
jabatan tertentu berdasarkan peraturan perundang-
undangan atau aturan hukum. Dengan demikian,
setiap kewenangan mempunyai ruang lingkup
sebagaimana yang tercantum dalam peraturan
perundang-undangan.
 Didalam ilmu hukum dikenal berbagai kaidah kewenangan. Secara
umum kewenangan dibagi menjadi 4 kelompok, yaitu :
 Kewenangan berdasarkan hukum publik membuat undang-
undang;
 Kewenangan untuk menjalankan pemerintahan. Dalam kaidah
hukum yang menetapkan kewenangan pemerintahan dinyatakan
bahwa bagi jabatan pemerintahan berwenang untuk menetapkan
kaidah hukum dalam suatu kejadian individual dan konkret ;
 Kewenangan untuk melaksanakan peradilan (kewenangan
kehakiman), meliputi penyelesaian konflik dengan menyatakan
suatu keputusan yang mengikat para pihak ;
 Kewenangan berdasarkan hukum perdata, maksudnya apabila
seseorang telah memenuhi syarat tertentu, maka ia berwenang
untuk mengadakan perjanjian menurut hukum perdata.
Secara teoritis, kewenangan yang bersumber dari
peraturan perundang-undangan diperoleh melalui tiga
cara yaitu :
Atribusi
Atribusi adalah pemberian wewenang pemerintahan oleh
pembuat undang-undang kepada organ pemerintahan.
Pada atribusi terjadi pemberian wewenang pemerintahan
yang baru oleh suatu ketentuan dalam peraturan
perundanng-undangan (terjadi penciptaan wewenang
yang baru). Dalam hal ini, penerima wewenang dapat
menciptakan wewenang baru atau memperluas
wewenang yang sudah ada. Tanggung jawab intern dan
ekstern pelaksanaan wewenang yang diatribusikan
berada pada penerima wewenang.

 Delegasi
 Delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari suatu organ
pemerintahan kepada organ pemerintahan lainnya. Delegasi menyangkut
pelimpahan wewenang yang telah ada (oleh organ yang telah memperoleh
wewenang secara atributif kepada orang lain), jadi delegasi secara logis selalu
didahului oleh atribusi. Dalam delegasi tidak ada penciptaan wewenang,
namun hanya ada pelimpahan wewenang dari pejabat yang satu kepada pejabat
yang lainnya. Tanggung jawab yuridis tidak berada pada pemberi delegasi,
tetapi beralih pada penerima delegasi. Pelimpahan wewenang pemerintahan
melalui delegasi harus memenuhi persyaratan sebagai berikut :
 Pemberi delegasi tidak dapat lagi menggunakan sendiri wewenang yang telah
dilimpahkan tersebut ;
 Delegasi harus berdasarkan ketentuan peraturam perundang-undangan,
artinya delegasi hanya dimungkinkan apabila ada ketentuan untuk itu dalam
peraturan perundang-undangan ;
 Delegasi tidak pada bawahan ;
 Kewajiban memberikan keterangan, artinya pemberi delegasi berwenang
meminta penjelasan tentang pelaksanaan wewenang ;
 Peraturan kebijakan, artinya pemberi delegasi memberikan instruksi
(petunjuk) tentang penggunaan wewenang tersebut.
Mandat
Mandat terjadi ketika organ pemerintahan
mengijinkan kewenangannya dijalankan oleh organ
lain atas namanya. Pada mandat tidak terjadi
penyerahan wewenang dan tidak pula pelimpahan
wewenang. Penerima mandat (mandataris) hanya
bertindak untuk dan atas nama pemberi mandat
(mandans). Tanggung jawab akhir keputusan yang
diambil mandataris tetap berada pada mandans (tidak
ada peralihan tanggung jawab). Mandat tidak harus
dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-
undangan, melainkan dapat dilakukan secara tertulis
ataupun lisan.
 sumber kewenangan yang dimiliki seorang notaris diperoleh dengan
cara atribusi, karena pemberian kewenangan bagi notaris dalam
membuat akta otentik dilakukan melalui peraturan perundang-
undangan, yaitu UUJN. Kewenangan yang ada pada notaris untuk
membuat akta otentik dalam rangka alat bukti perlu diperhatikan .
 Pasal 15 ayat (1) UUJN mengatur mengenai kewenangan notaris dalam
menjalankan jabatannya secara luas karena notaris berwenang untuk
membuat akta otentik mengenai semua perbuatan, perjanjian, dan
ketetapan yang diharuskan oleh peraturan perundang-undangan
dan/atau yang dikehendaki oleh yang berkepentingan untuk
dinyatakan dalam akta otentik, menjamin kepastian tanggal
pembuatan akta, menyimpan akta, memberikan grosse dan kutipan
akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak juga
ditugaskan atau dikecualikan kepada pejabat lain atau orang lain yang
ditetapkan oleh undang-undang.
Fungsi notaris semakin terasa untuk memberikan
perlindungan yang dipercayakan kepadanya dalam
semua tindakan hukum lainnya yang bentuknya
diharuskan dengan akta otentik/akta notaris.
Pekerjaan dan fungsi notaris secara garis besar adalah
sebagai berikut :
Memberikan pelayanan hukum kepada semua pihak ;
Berusaha menyelesaikan suatu persoalan sehingga
semua pihak dapat menerimanya ;
Mencegah terjadinya suatu persoalan antara pihak-
pihak (tidak boleh berpihak);
Menjamin dan menjaga perlindungan kepastian
hukum.
Kedudukan notaris sebagai pejabat umum merupakan
organ negara yang mendapat limpahan bagian dari tugas
dan kewenangan negara, yaitu berupa tugas, kewajiban,
wewenang, dan tanggung jawab dalam pelayanan kepada
masyarakat umum dibidang keperdataan, khususnya
dalam pembuatan dan peresmian akta.
Sebagai pejabat umum, notaris diangkat oleh pemerintah
agar memberikan bantuan kepada masyarakat yang
menghendaki dibuatnya alat bukti tertulis atas terjadinya
suatu peristiwa hukum. Alat bukti tertulis atau surat
adalah segala sesuatu yang memuat tanda-tanda bacaan
yang dimaksudkan untuk mencurahkan isi hati atau untuk
menyampaikan buah pikiran seseorang dan dipergunakan
sebagai pembuktian.
Pembuatan akta mempunyai 2 (dua) fungsi sebagai
berikut :
Fungsi formal (formalitas causa), yaitu akta
merupakan syarat formil adanya suatu perbuatan
hukum, jadi untuk lengkapnya atau sempurnanya
(bukan sahnya) suatu perbuatan hukum harus dibuat
suatu akta.
Fungsi sebagai alat bukti (probationis causa). Suatu
akta dibuat sejak semula dengan sengaja untuk
pembuktian di kemudian hari. Fungsi sebagai alat
bukti inilah yang merupakan fungsi terpenting dari
suatu akta.
agar bisa digolongkan ke dalam akta otentik, suatu akta
harus memenuhi 3 (tiga) unsur sebagai berikut :
Akta harus dibuat “oleh” (door) atau “di hadapan” (ten
overstaan) seorang pejabat umum.
Akta harus dibuat dalam bentuk yang ditentukan oleh
undang-undang.
Pejabat umum oleh atau dihadapan siapa akta itu dibuat
harus mempunyai wewenang untuk membuat akta itu.
Sudikno Mertokusumo berpendapat bahwa suatu akta
otentik adalah akta yang dibuat oleh pejabat yang diberi
wewenang untuk itu oleh penguasa, menurut ketentuan-
ketentuan yang telah ditetapkan, baik dengan maupun
tanpa bantuan dari yang berkepentingan, yang mencatat
apa yang dimintakan untuk dimuat didalamnya oleh yang
berkepentingan.
 Pembuatan suatu akta otentik harus dilaksanakan
oleh atau dihadapan pejabat dengan mendasarkan
cara pembuatan akta pada ketentuan yang ditetapkan
undang-undang. UUJN mengatur secara rinci tentang
jabatan umum yang dijabat oleh notaris sehingga
diharapkan bahwa akta otentik yang dibuat oleh atau
dihadapan notaris mampu menjamin kepastian,
ketertiban dan perlindungan hukum.
Akta notaris yang merupakan akta otentik akan
memiliki 3 (tiga) macam kekuatan pembuktian :
 1. Kekuatan pembuktian lahiriah, yaitu syarat-syarat formal yang
diperlukan agar suatu akta notaris dapet berlaku sebagai akta otentik.
Maksudnya adalah kemampuan dari akta itu sendiri untuk
membuktikan dirinya sebagai akta otentik. Suatu akta yang dari luar
kelihatannya sebagai akta otentik, berlaku sebagai akta otentik
terhadap setiap orang, sampai dapat dibuktikan bahwa akta itu
ternyata tidak otentik.
 2. Kekuatan pembuktian formal, yaitu suatu kepastian bahwa sesuatu
kejadian atau fakta tersebut dalam akta betul-betul dilakukan oleh
pejabat yang berwenang atau diterangkan oleh pihak-pihak yang
menghadap. Dari akta otentik dapat dibuktikan bahwa apa yang
dinyatakan dan dicantumkan dalam akta adalah betul merupakan
kehendak para pihak yang dinyatakan oleh dan/atau di hadapan
pejabat yang berwenang menjalankan jabatannya.
3. Kekuatan pembuktian materiel yaitu kekuatan
pembuktian yang didasarkan atas benar atau
tidaknya isi pernyataan yang ditanda-tangani dalam
akta, bahwa peristiwa hukum yang dinyatakan
dalam akta benar-benar terjadi. Kekuatan
pembuktian materiil merupakan kepastian bahwa
apa yang tersebut dalam akta itu merupakan
pembuktian terhadap pihak-pihak yang membuat
akta atau mereka yang mendapat hak dan berlaku
untuk umum, kecuali ada pembuktian sebaliknya
(tegenbewijs). Isi dari akta telah membuktikan
keberadaannya dengan benar terhadap setiap orang
yang membuat atau menyuruh membuat akta itu.
Bahasa Akta
Akta notaris harus menggunakan bahasa Indonesia
yang dapat dimengerti oleh pihak-pihak yang
membuatnya tetapi dalam menghadapi era globalisasi
harus dapat memenuhi kebutuhan masyarakat
internasional.
Pasal 43 ayat 1 UUJN :
 (1) akta dibuat dalam Bahasa Indonesia.
 (2) dalam hal penghadap tidak mengerti bahasa yang digunakan dalam akta, notaris wajib
menterjemahkan atau menjelaskan isi akta itu dalam bahasa yang dimengerti oleh
penghadap.
 (3) apabila notaris tidak dapat menterjemahkan atau menjelaskannya, akta tersebut
diterjemahkan atau dijelaskan oleh penerjemah resemi.
 (4) akta dapat dibuat dalam bahasa lain yang dipahami oleh notaris dan saksi apabila
pihak yang berkepentingan menghendaki sepanjang undang-undang tidak menentukan
lain.
 (5) dalam hal akta dibuat sebagaimana dimaksud pada ayat (4), notaris wajib
menterjemahkanke dalam Bahasa Indonesia.
Pasal tersebut menentuka bahasa akta harus
menggunakan bahasa Indonesia yang benar dan baik,
dapat pula dengan bahasa lain dengan syarat notaris
harus memahami dan mengerti. Dalam ayat (4)
menimbulkan ketidak pastian tentang bahasa yang
harus digunakan dalam akta notaris, tentang boleh
tidaknya menggunakan bahasa asing. Permasalahan
tersebut dapat terjawab dengan UU No. 24 tahun 2009
Tentang Bendera, dan Lambang Negara Serta Lagu
Kebangsaan, pada Pasal 31 berbungi :
 (1) Bahasa Indonesia wajib digunakan dalam nota kesepahaman atau perjanjian
yang melibatkan lembaga negara, instansi pemerintah Republik Indonesia,
lembaga swasta Indonesia atau perorangan Warga Negara Indonesia.
 (2) Nota Kesepahaman atau perjanjian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
yang melibatkan pihak asing ditulis juga dalam bahasa nasional pihak asing
tersebut dan/atau bahasa Inggris.
BAGIAN DAN BENTUK DARI AKTA NOTARIS
Bagian-bagian secara ringkas sebagaimana tercantum
dalam Pasal 38 UUJN, dapat diuraikan sebagasi
berikut :
A. Awal akta atau kepala akta, terdiri dari :
- Judul akta ; pokok materi dari perjanjian ;
-Nomor akta ; berupa angka 1 dan seterusnya. Angka
tidak ada tambahan huruf atau abjad apapun
dibelakang angka tersebut.
-Jam, hari, tanggal, bulan, tahun dimana saat akta
dibuat ; dan
-Nama lengkap dan kedudukan notaris.
B. Badan Akta, memuat :
-Komparisi ; didalamnya tercantum nama lengkap (tidak
boleh disingkat), alamat, status/jabatan, kapasitas dan
kewenangannya selaku penghadap.
-Premise ; didalamnya tercantum data pokok atau maksud
inti yang dikehendaki oleh pihak secara ringkas atau
singkat ; dimungkinkan pula terdapat nama saksi
pengenal atau yang diperkenalkan oleh penghadap
lengkap dengan data-datanya.
-Isi akta yang merupakan kehendak dan keinginan dari
pihak yang berkepentingan. Dengan menggunakan
peraturan/aturan atau ketentuan atau syarat-syarat yang
dipakai, disetujui, akan diputuskan oleh pihak (-pihak)
dicantumkan berupa pasal-pasal yang menentukan waktu,
hak dan kewajiban, sanksi, domisili hukum.
-Nama lengkap, tempat tanggal lahir, serta pekerjaan,
jabatan, kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap
saksi pengenal.
C. Akhir/Penutup akta, memuat ;
-Uraian tentang pembacaan akta sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 16 ayat 1 huruf l atau Pasal 16 ayat 7.
-Uraian tentang penanda-tanganan dan tempat penanda-
tanganan atau penterjemahan akta apabila ada.
-Nama lengkap, tempat tanggal lahir, pekerjaan, jabatan,
kedudukan, dan tempat tinggal dari tiap-tiap saksi akta.
- Uraian tentang adanya perubahan yang terjadi dalam
pembuatan akta atau uraian tentang adanya perubahan
yang dapat berupa penambahan, pencoretan, atau
penggantian.
Dalam bagian ini tercantum selesainya pembuatan
akta, nama status dari saksi, keterangan notaris
dibaca atau dibacakan dan diterangkan kepada
penghadap dan penghadap menyatakan jelas dan
mengerti, maka segera diparaf dan atau ditanda-
tangani/dibubuhi cap empu jari oleh pihak, saksi-
saksi dan notaris.
Guna memenuhi ketentuan pasal 1868 KUHPerdata
bertalian dengan pasal 86 UUJN, maka bentuk fisik,
format, kertas, halaman, huruf dari aktanya menurut
kebiasaan dan pernah diatur dalam UU No. 13 Tahun
1985 tentang Bea Materai harus dipenuhi syarat-
syarat yang berupa :
-kertas putih berukuran ½ halaman A3 dengan
ketebalan kertas 80 gram.
-huruf pica (mesin ketik) atau courier new
(komputer).
-jarak huruf/kalimat kebawah 2 spasi.
-tiap halaman terdiri dari 30 baris
-jarak tulisan/tanda baca dari tepi kiri atas 7 cm
bagian kosong ini untuk tempat renvoi, dari tepi atas
kertas 2 cm dari tepi bawah kertas 3 cm. Antara
huruf, kata kalimat tidak boleh kosong harus diisi
dengan tanda garis datar sampai tepi bagian kanan
dari kertas.
Dalam UUJN dikenal saksi dalam pembuatan akta :
1. saksi attesterend,
-memperkenalkan para penghadap yang tidak dikenal
-kewenangannya bisa turut tanda-tangan akta tsb.
2.saksi instrumentair
-harus dikenal oleh notaris
-harus cakap melakukan perbuatan hukum
-harus mengerti bahasa dalam akta yang dibuat
-harus dapat tanda-tangan
PROSES PEMBUATAN AKTA NOTARIS
Tahapan awal
Notaris pertama-tama harus dapat menilai
Penghadap/pihak cakap dan berwenang serta tidak
termasuk yang dilarang oleh hukum yang berlaku.
Cakap artinya memenuhi Pasal 1330 BW :
Berwenang artinya orang yang menghadap akan membuat
akta untuk kepentingan :
1. dirinya sendiri ;
2. selaku kuasa dari seseorang ;
3. selaku kuasa dalam jabatan (direktur, ketua, wali orang
tua) atau kedudukan (wali pengawas, pengganti/substutusi,
curator).
Tidak termasuk yang dilarang artinya
penghadap/pihak tersebut bukan dirinya sendiri,
istrinya atau keluarganya sedarah atau semenda
dalam garis lurus tanpa pembatasan derajat dan
dalam garis ke samping sampai dengan derajat ketiga
baik secara pribadi maupun kuasanya.
Kewenangan dan kecakapan mempunyai perbedaan
yang cukup jelas dan khusus. Kewenangan
merupakan kapasitas atau kedudukan diri pribadi
subjek hukum dalam melakukan tindakan hukum
tersebut bisa untuk dirinya sendiri maupun subjek
hukum lain sedangkan kecakapan merupakan kualitas
dari pribadi subjek hukum tersebut.
Tahapan Kedua
Pihak-pihak yang berkepentingan mengutarakan maksud
dan tujuannya. Notaris harus mampu melihat tujuan dan
pihak-pihak tersebut membuat akta serta perbuatan hukum
ini atas dasar kesepakatan yang tulus bukan ada unsur
keterpaksaan, sebagaimana tertulis dalam Pasal 1321 BW :
“tiada sepakat yang sah apabila sepakat itu diberikan
karensa kekhilafan atau diperolehnya dengan paksaan atau
penipuan”.
Isi atau materi dari akta, notaris harus bertanggung jawab
bukan hanya merelatir dalam arti menuruti kehendak pihak
yang memerlukan jasa notaris tetapi notaris harus
menggunakan logika hukum (kewajaran), disini peranan
notaris sangatlah penting sebsagai kepercayaan pemerintah
diuji.
Notaris harus menguasai peranannya, mampu
mengarahkan isi akta agar sesuai dengan kenyataan
dan tidak berbenturan dengan UU, hukum adat dan
budaya sebagaimana dalam pasal 1337 BW : “suatu
sebab adalah terlarang, apabila dilarang oleh undang-
undang, atau apabila berlawanan dengan kesusilaan
atau ketertiban umum”.
Tahap Ketiga
Apabila maksud dan tujuan pembuatan akta tidak
melanggar hukum, ideologi, adat istiadat, budaya,
maka akan ditindak lanjuti dengan meminta
kelengkapan data/dokumen baik asli maupun
fotocopy yang harus dilengkapi oleh
penghadap/pihak untuk diteliti kebenarannya. Data
pendukung atau dokumen dimaksud antara lain
Identitas diri, status keperdataan, surat perijinan,
surat kepemilikan dan lain-lain, yang harus dicermati
dengan teliti keabsahannya. Kemungkinan akibat
hukumnya juga harus diterangkan secara jelas dan
tegas.
 Tahap Keempat
 Setelah pihak mengerti dan memahami keterangan dari notaris dan
pihak menyatakan setuju atau semufakat, maka dengan segera
notaris menyiapkan minuta aktanya, memerlukan waktu yang
lamanya tergantung pada situasi dan kondisi bisa sesaat kemudian,
bisa beberapa hari.
 Tahap Kelima
 Minuta akta siap, dihadapan pihak dan saksi-saksi dibacakan,
diterangkan sekali lagi, kemungkinan ada pembetulan dari
pihak/penghadap. Setelah penghadap/pihak menerima, mengetahui,
mengerti, memahami dan setuju atas apa yang direlatir dalam minuta
akta notaris maka dengan segera minuta akta itu duparaf/dibubuhi
cap empu jari tangan bila ada perbaikan (renvoi) dan ditanda-
tangani/dibubuhi cap empu jari tangan berturut-turut oleh pihak
penghadap, sakdi-saksi dan terakhir notaris. Pengecualiannya adalah
untuk akta wasiat terbuka menurut Pasal 939 BW urutan-urutan
penanda-tanganannya adalah penghadap, notaris dan terakhir saksi-
saksi.
LEGALISASI:
Adalah Penanda tanganan dokumen di bawah
tangan, yang harus dilakukan dihadapan notaris oleh
penghadap, berarti notaris memastikan/menjamin
kebenaran tanda tangan dari penghadap dan tanggal
penanda tanganan dokumen tersebut. Yang
kemudian dicatat dalam buku khusus.
DAFTAR/WAARMERKING:
Adalah pencatatan dalam buku daftar khusus atas asli
dokumen dibawah tangan yang sudah ditanda
tangani oleh para pihak.
Jadi notaris tidak menjamin keaslian tanda tangan
dan kebenaran tanggal penanda tanganan.
VIII. Pencocokan Foto Copy / Foto
copy sesuai aslinya.
Adalah suatu foto copy dari dokumen yang diberi
kata kata “ foto copy ini setelah dicocokan adalah
sesuai dengan aslinya yang diperlihatkan kepada saya,
notaris” .
IX. Renvooi.
Catatan Koreksi dipinggir minuta akta dan harus di
paraf oleh penghadap/para pihak.
Macam-macam renvoi
Tambahan
Coretan
Coretan dengan penggantiannya
X. Saksi dalam Akta
Saksi instrumentair/saksi dalam akta notaris,
minimal harus 2 orang.
AWAL AKTA
Judul akta, nomor akta, jam, hari, bulan dan tahun,
nama lengkap dan kedudukan notaris. (Akta Partij).
 PERJANJIAN SEWA MENYEWA
 Nomor : 20.
 -Pada hari ini Kamis, tanggal lima Juli duaribu tiga (05-07-
2003).----Jam 9.00 (sembilan) Waktu Indonesia Bagian Barat
(WIB).-----------Hadir dihadapan saya, Doktor UDIN NARSUDIN,
Sarjana Hukum, Magister Humaniora, Notaris Kota Tangerang
Selatan, dengan dihadiri saksi-saksi yang akan disebut pada bagian
akhir akta ini dan telah dikenal oleh saya,
Notaris :-------------------------------------
 (contoh apabila notaris yang bersangkutan).
 PERJANJIAN SEWA MENYEWA
 Nomor : 20.
 -Pada hari ini Kamis, tanggal lima Juli duaribu tiga (05-07-
2003).----Jam 9.00 (sembilan) Waktu Indonesia Bagian Barat
(WIB).-----------Hadir dihadapan saya, ION, Sarjana Hukum,
berdasarkan Surat Penetapan Majelis Pengawas Notaris
(Daerah/Wilayah/Pusat) Nomor ......., tertanggal ..........................,
diangkat sebagai Notaris (pengganti/Notaris Pengganti
khusus/Pejabat Sementara Notaris) dari Doktor UDIN
NARSUDIN, Sarjana Hukum, Magister Humaniora, Notaris Kota
Tangerang Selatan, dengan dihadiri saksi-saksi yang akan disebut
pada bagian akhir akta ini dan telah dikenal oleh saya,
Notaris :----------------------------------------------------------
 (contoh apabila notaris pengganti/notaris pengganti
khusus/pejabat sementara notaris).
Awal Akta (Akta Relaas).
 BERITA ACARA UNDIAN
 Nomor : 90.
-Pada hari ini, Jumat tanggal lima Maret duaribu
-------sembilan (05-03-
2009)--------------------------------------
-Jam, 09.00 (sembilan) Waktu Indonesia Bagian Barat -
(WIB).---------------------------------------------------------
-Saya, Doktor UDIN NARSUDIN, Sarjana Hukum,
-----Magister Humaniora, Notaris Kota Tangerang Selatan,-
dengan dihadiri oleh saksi-saksi yang akan disebut ---
pada bagian akhir akta ini, dan telah dikenal oleh
-----saya, Notaris :-------------------------------------------------
 -Atas Permintaan Direksi Perseroan Terbatas PT dst.
BADAN AKTA
KOMPARISI
1. Biasa (pihak-pihak ybs menghadap/hadir).
1. Tuan Joko, lahir di Jakarta tanggal lima Juni seribu sembilanratus tujuhpuluh
(05-06-1970), Warga Negara Indonesia, karyawan swasta, bertempat tinggal di
Tangerang Selatan, Jalan Bimasakti Nomor 10, Rukun Tetangga 001, Rukun
Warga 001, Kelurahan Jelupang, Kecamatan Serpong Utara, pemegang Kartu
Tanda Penduduk Nomor 00000001 ;-------------------------------------------------
-sedangkan untuk melakukan tindakan hukum berikut dibawah ini telah
mendapat persetujuan dari istrinya Nyonya Yeni, lahir di Jakarta tanggal enam
Juni seribu sembilanratus tujuhpuluh satu (06-06-1971), Warga Negara
Indonesia, Karyawan swasta, bertempat tinggal sama dengan suaminya tersebut
diatas, yang turut hadir dan ikut menanda-tangani akta ini sebagai tanda
persetujuannya ;-----------------------------------------------------------------
-selaku Yang Menyewakan yang untuk selanjutnya akan disebut juga
:-----------------------------------------------PIHAK
PERTAMA--------------------------------
2. Tuan KIKI, lahir di Jakarta tanggal limabelas Juni seribu sembilanratus
tujuhpuluh (15-06-1970), Warga Negara Indonesia, karyawan swasta,
bertempat tinggal di Tangerang Selatan, Jalan Rorojonggrang Nomor 15,
Rukun Tetangga 002, Rukun Warga 002, Kelurahan Rawabuntu,
Kecamatan Serpong Utara, pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor
00005555 ;----------selaku Penyewa, selanjutnya akan disebut juga
:--------------------------------------------------------------------PIHAK KEDUA
-------------------------------------
2. Bila menyangkut tindakan seorang ayah dalam
menjalankan kekuasaan orang tua (Psl 307 jo 300 BW)

1. Tuan KIKI, lahir di Jakarta tanggal limabelas Juni seribu sembilanratus


tujuhpuluh (15-06-1970), Warga Negara Indonesia, karyawan swasta,
bertempat tinggal di Tangerang Selatan, Jalan Rorojonggrang Nomor 15,
Rukun Tetangga 002, Rukun Warga 002, Kelurahan Rawabuntu, Kecamatan
Serpong Utara, pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor 00005555
;------------menurut keterangannya dalam hal ini bertindak selaku ayah dari
dan demikian menjalankan kekuasaan orang tua terhadap anaknya laki-laki
yang masih dibawah umur (belum dewasa), yaitu B, berumur......tahun, karena
ibunya masih hidup.--------------------------------------------------------------------
3. Bila menyangkut wali (pasal 345 BW).
1. Nyonya KIKO, lahir di Jakarta tanggal tigabelas Juni seribu sembilanratus
tujuhpuluh (13-06-1970), Warga Negara Indonesia, karyawan swasta,
bertempat tinggal di Tangerang Selatan, Jalan Rorojonggrang Nomor 15,
Rukun Tetangga 002, Rukun Warga 002, Kelurahan Rawabuntu, Kecamatan
Serpong Utara, pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor 0000088, janda
dari Tuan B yang telah meninggal dunia di........, pada tanggal..........,
sebagaimana ternyata dari akta Kematian tertanggal.........., Nomor..........,
yang dikeluarkan oleh ...........
-menurut keterangannya dalam hal ini bertindak selaku orang tua yang
masih hidup dan dengan demikian menurut hukum merupakan wali ibu dari
anak-anaknya yang masih dibawah umur (belum dewasa) dan lahir karena
perkawinannya dengan almarhum tuan B tersebut diatas yaitu :-----------------
1. C dilahirkan di .......pada tanggal .......
2. D dilahirkan di .......pada tanggal ......
3. E dilahirkan di ........pada tanggal ........
4. bila menyangkut perwalian (Pasal 359 BW)

1. Tuan KIKI, lahir di Jakarta tanggal limabelas Juni seribu sembilanratus


tujuhpuluh (15-06-1970), Warga Negara Indonesia, karyawan swasta,
bertempat tinggal di Tangerang Selatan, Jalan Rorojonggrang Nomor 15,
Rukun Tetangga 002, Rukun Warga 002, Kelurahan Rawabuntu, Kecamatan
Serpong Utara, pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor 00005555 ;---------
-menurut keterangannya dalam hal ini bertindak selaku wali atas anak laki-
laki bernama B, demikian penghadap telah dingkat dengan Putusan
Pengadilan Negeri .........., tertanggal .........., Nomor ........., dari putusan mana
petikan resminya bermeterai cukup telah diperlihatkan kepada saya, notaris.--
5. bila menyangkut pengampuan (curatele) Pasal
449 BW.

 -Tuan KIKI, lahir di Jakarta tanggal tiga Juni seribu sembilanratus tujuhpuluh
(03-06-1970), Warga Negara Indonesia, karyawan swasta, bertempat tinggal di
Tangerang Selatan, Jalan Rorojonggrang Nomor 15, Rukun Tetangga 002,
Rukun Warga 002, Kelurahan Rawabuntu, Kecamatan Serpong Utara,
pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor 0000099;--------------------------------
 -menurut keterangannya dalam hal ini bertindak selaku pengampu dari Tuan
B, yang ditaruh dibawah pengampuan menurut surat putusan Pengadilan
Negeri ......., tertanggal ......., Nomor ..... Dengan putusan mana penghadap
telah diangkat sebagai pengampunya dan dari putusan tersebut sebuah
turunan resminya bermeterai cukup telah diperlihatkan kepada saya,
notaris.--
6. bila menyangkut pelaksana wasiat (executeur
testamentaire) Pasal 1005 BW.

 -Tuan KIKI, lahir di Jakarta tanggal tiga Juni seribu sembilanratus tujuhpuluh
(03-06-1970), Warga Negara Indonesia, karyawan swasta, bertempat tinggal di
Tangerang Selatan, Jalan Rorojonggrang Nomor 15, Rukun Tetangga 002,
Rukun Warga 002, Kelurahan Rawabuntu, Kecamatan Serpong Utara,
pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor
0000099;----------------------------------------------
 -menurut keterangannya dalam hal ini bertindak selaku pelaksana wasiat darti
Tuan B, yang telah meninggal dunia di......, tempat tinggalnya terakhir,
berdasarkan wasiatnya tertanggal........, Nomor, yang dibuat dihadapan saya,
Notaris.-------------------------------------------------------------------------------------
7. Bila pengurus mewakili suatu perkumpulan (Pasal
1653 BW).

1. Tuan KIKI, lahir di Jakarta tanggal tiga Juni seribu sembilanratus tujuhpuluh (03-06-1970), Warga
Negara Indonesia, karyawan swasta, bertempat tinggal di Tangerang Selatan, Jalan Rorojonggrang
Nomor 15, Rukun Tetangga 002, Rukun Warga 002, Kelurahan Rawabuntu, Kecamatan Serpong
Utara, pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor
0000099;-------------------------------------------------------------
2. Tuan KOKO, lahir di Jakarta tanggal tiga Juni seribu sembilanratus tujuhpuluh satu (03-06-1971),
Warga Negara Indonesia, karyawan swasta, bertempat tinggal di Tangerang Selatan, Jalan
Rorojonggrang Nomor 15, Rukun Tetangga 002, Rukun Warga 002, Kelurahan Rawabuntu,
Kecamatan Serpong Utara, pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor
0000077;------------------------------------------
3. Tuan KAKA, lahir di Jakarta tanggal tiga Juni seribu sembilanratus tujuhpuluh dua (03-06-1972),
Warga Negara Indonesia, karyawan swasta, bertempat tinggal di Tangerang Selatan, Jalan
Rorojonggrang Nomor 15, Rukun Tetangga 002, Rukun Warga 002, Kelurahan Rawabuntu,
Kecamatan Serpong Utara, pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor 0000066;---------------------------
-menurut keterangannya mereka dalam hal ini bertindak berturut-turut selaku Ketua, Sekretaris dan
Bendahara dan dengan demikian merupakan pengurus harian yang mewakili Badan Pengurus dari
dan oleh karena itu sesuai dengan ketentuan Pasal ...., anggarad dasarnya sah mewakili demikian
untuk dan atas nama Perkumpulan X, berkedudukan di ......, yang telah diakui sebagai Badan Hukum
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia tertanggal...., Nomor......, dan
telah diumumkan dalam Beritan Negara Republik Indonesia, Tambahan Nomor ......
8. Bila menyangkut kuasa dengan akta notaris.

 Tuan KOKO, lahir di Jakarta tanggal tiga Juni seribu sembilanratus


tujuhpuluh satu (03-06-1971), Warga Negara Indonesia, karyawan swasta,
bertempat tinggal di Tangerang Selatan, Jalan Rorojonggrang Nomor 15,
Rukun Tetangga 002, Rukun Warga 002, Kelurahan Rawabuntu, Kecamatan
Serpong Utara, pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor
0000077;---------------------------------menurut keterangannya dalam hal ini
bertindak selaku kuasa dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama Tuan X,
Warga Negara Indonesia, pengusaha, bertempat tinggal di dsb.....,
sebagaimana ternyata dari akta kuasa tertanggal..., Nomor....., yang dibuat
dihadapan JOKI, Sarjana Hukum, Notaris di Jakarta.----
9. Bila menyangkut kuasa dibawah tangan (Pasal 1792 Bw)

 Tuan KOKO, lahir di Jakarta tanggal tiga Juni seribu sembilanratus tujuhpuluh
satu (03-06-1971), Warga Negara Indonesia, karyawan swasta, bertempat
tinggal di Tangerang Selatan, Jalan Rorojonggrang Nomor 15, Rukun Tetangga
002, Rukun Warga 002, Kelurahan Rawabuntu, Kecamatan Serpong Utara,
pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor
0000077;----------------------------------menurut keterangannya dalam hal ini
bertindak selaku kuasa dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama Tuan X,
Warga Negara Indonesia, pengusaha, bertempat tinggal di dsb.....,
sebagaimana ternyata dari surat kuasa yang dibuat dibawah tangan, bermeterai
cukup, tertanggal..., yang aslinya dilekatkan pada minta akta
ini ;-----------------------------------------------------------------------------
10. Bila menyangkut kuasa lisan (1792 BW).

 Tuan KOKO, lahir di Jakarta tanggal tiga Juni seribu sembilanratus


tujuhpuluh satu (03-06-1971), Warga Negara Indonesia, karyawan swasta,
bertempat tinggal di Tangerang Selatan, Jalan Rorojonggrang Nomor 15,
Rukun Tetangga 002, Rukun Warga 002, Kelurahan Rawabuntu, Kecamatan
Serpong Utara, pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor
0000077;---------------------------------menurut keterangannya dalam hal ini
bertindak berdasarkan kuasa lisan dari dan oleh karena itu untuk dan atas
nama Tuan X, Warga Negara Indonesia, pengusaha, bertempat tinggal di.....
dsb........
11. Bila Menyangkut tindakan pesero pengurus CV
(Pasal 19 KUHD).

 Tuan KOKO, lahir di Jakarta tanggal tiga Juni seribu sembilanratus


tujuhpuluh satu (03-06-1971), Warga Negara Indonesia, karyawan swasta,
bertempat tinggal di Tangerang Selatan, Jalan Rorojonggrang Nomor 15,
Rukun Tetangga 002, Rukun Warga 002, Kelurahan Rawabuntu, Kecamatan
Serpong Utara, pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor
0000077;---------------------------------menurut keterangannya dalam hal ini
bertindak selaku pesero pengurus dengan jabatan Direktur dari dan semikian
sah mewakili, oleh karena itu untuk dan atas nama Perseroan Komanditer CV.
X, berkedudukan di Bekasi, yang dibuat dihadapan saya, notaris, demikian
sesuai dengan ketentuan Pasal...., anggaran dasar
perseroan.----------------------------------------------------
12. Bila menyangkut sebuah perseroan terbatas.
1. Tuan KIKI, lahir di Jakarta tanggal tiga Juni seribu sembilanratus tujuhpuluh
(03-06-1970), Warga Negara Indonesia, karyawan swasta, bertempat tinggal di
Tangerang Selatan, Jalan Rorojonggrang Nomor 15, Rukun Tetangga 002,
Rukun Warga 002, Kelurahan Rawabuntu, Kecamatan Serpong Utara,
pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor 0000099;--------------------------------
2. Tuan KOKO, lahir di Jakarta tanggal tiga Juni seribu sembilanratus
tujuhpuluh satu (03-06-1971), Warga Negara Indonesia, karyawan swasta,
bertempat tinggal di Tangerang Selatan, Jalan Rorojonggrang Nomor 15,
Rukun Tetangga 002, Rukun Warga 002, Kelurahan Rawabuntu, Kecamatan
Serpong Utara, pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor
0000077;-------------------------------
-menurut keterangannya keduanya bertindak masing-masing dalam
jabatannya selaku Direktur Utama dan Direktur Perseroan Terbatas PT. Tidak
Halal, berkedudukan di Jakarta, yang anggaran dasarnya telah diumumkan
dalam Berita Negara Republik Indonesia, tertanggal dua Januari duaribu
sebelas (02-01-2011), Nomor 121 Tambahan Nomor 51, dengan demikian
menurut ketentuan Pasal 11 anggaran dasar perseroan sah mewakili perseroan.
13.Bila Komparisi dengan surat kuasa yang
dilegalisasi oleh Konsul Jenderal RI di LN.

 Tuan KOKO, lahir di Jakarta tanggal tiga Juni seribu sembilanratus


tujuhpuluh satu (03-06-1971), Warga Negara Indonesia, karyawan swasta,
bertempat tinggal di Tangerang Selatan, Jalan Rorojonggrang Nomor 15,
Rukun Tetangga 002, Rukun Warga 002, Kelurahan Rawabuntu, Kecamatan
Serpong Utara, pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor
0000077;--------------menurut keterangannya dalam hal ini bertindak selaku
kuasa dari dan oleh karena itu untuk dan atas nama Tuan X, Warga Negara
Indonesia, pengusaha, bertempat tinggal di dsb....., sebagaimana ternyata
dari surat kuasa tertanggal...,yang dibuat dibawah tangan, bermeterai cukup,
dan telah dilegalisasi oleh Konsul Jenderal Republik Indonesia di Sidney,
dibawah Nomor……,
14. Komparisi karena bertindak berdasarkan putusan
pengadilan (pembagian harta bersama suami istri).
Aset atas nama penghadap.

 Tuan KIKI, lahir di Jakarta tanggal tiga Juni seribu sembilanratus tujuhpuluh
(03-06-1970), Warga Negara Indonesia, karyawan swasta, bertempat tinggal di
Tangerang Selatan, Jalan Rorojonggrang Nomor 15, Rukun Tetangga 002,
Rukun Warga 002, Kelurahan Rawabuntu, Kecamatan Serpong Utara,
pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor 0000099;--------------------------------
 -menurut keterangannya bertindak berdasarkan kekuatan Putusan Pengadilan
Negeri Tangerang, Nomor…………, demikian sah bertindak dan oleh karenanya
tidak memerlukan persetujuan dari pihak manapun.-------------------------------
15. Komparisi apabila penghadap tidak menikah

 Tuan KIKI, lahir di Jakarta tanggal tiga Juni seribu sembilanratus tujuhpuluh
(03-06-1970), Warga Negara Indonesia, karyawan swasta, bertempat tinggal di
Tangerang Selatan, Jalan Rorojonggrang Nomor 15, Rukun Tetangga 002,
Rukun Warga 002, Kelurahan Rawabuntu, Kecamatan Serpong Utara,
pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor 0000099;--------------------------------
 -menurut keterangannya untuk melakukan tindakan hukum berikut dibawah
ini tidak memerlukan persetujuan dari pihak manapun, oleh karena belum
menikah.-----------------------------------------------------------------------------------
16. Komparisi karena menikah dengan perjanjian
kawin (harta terpisah).

 Nyonya KIKI, lahir di Jakarta tanggal tiga Juni seribu sembilanratus


tujuhpuluh (03-06-1970), Warga Negara Indonesia, karyawan swasta,
bertempat tinggal di Tangerang Selatan, Jalan Rorojonggrang Nomor 15, Rukun
Tetangga 002, Rukun Warga 002, Kelurahan Rawabuntu, Kecamatan Serpong
Utara, pemegang Kartu Tanda Penduduk Nomor
0000099;----------------------------------------------
 -menurut keterangannya untuk melakukan tindakan hukum berikut dibawah
ini tidak memerlukan persetujuan dari pihak manapun, oleh karena menikah
dengan perjanjian kawin, sebagaimana ternyata dari akta perjanjian kawin
tertanggal lima Maret duaribu sepuluh (05-03-2010), yang dibuat dihadapan
Joko, Sarjana Hukum Notaris di Bekasi, dan atas akta mana telah didaftarkan
di Kepaniteraan Pengadilan Negeri Bekasi, tertanggal…….., dibawah
Nomor…….., yang salinan resminya diperlihatkan kepada saya,
Notaris.--------------------------
apabila sebuat PT proses pengesahannya baru sampai
dengan SK Menteri Hukum dan HAM, maka harus
disebutkan dihadapan siapa PT tersebut dibuat (nama
notaris).
Apabila PT tersebut sudah dimumkan dalam BNRI
maka cukup menyebutkan Nomor BNRI dan
tanggalnya.
PREMISE
didalamnya tercantum data pokok atau maksud
inti yang dikehendaki oleh pihak secara ringkas
atau singkat ; dimungkinkan pula terdapat nama
saksi pengenal atau yang diperkenalkan oleh
penghadap lengkap dengan data-datanya.
Merupakan keterangan atau pernyataan
pendahuluan yang merupakan dasar atau pokok
masalah yang akan diatur dalam sesuatu akta guna
memudahkan pengertian apa yang dimaksud
dengan dibuatnya akta itu. Jadi semacam
prolog/mukadimah.
1. Contoh premise hibah saham
-Para penghadap menerangkan dengan
memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam
anggaran dasar perseroan tersbut dibawah
ini :---------------------
-bahwa Pihak Pertama dengan ini menghibahkan
kepada Pihak Kedua yang dengan ini menerima
hibahan dari Pihak Pertama 100 (seratus) saham
haknya/miliknya Pihak Pertama dalam perseroan
terbatas PT....., berkedudukan di
Data Transaksi :
Subjek :
Penjual dan pembeli melampirkan
-KTP suami istri
-KK. NPWP
Akta Perkawinan
Objek :
-Sertipikat HM. 0234/Parung, NIB : 21.01111.20234.
Surat Ukur tgl 5 Juli 2009, Nomor 212/Parung/2009.
Perumahan Telaga Kahuripan Blok H Nomor 1.
-Luas 300 M2
-Harga Transaksi Rp. 2.1 Milyar

Anda mungkin juga menyukai