Anda di halaman 1dari 15

Perlindungan Hukum Terhadap PPAT dari Praktek Pertanahan Mafia

Beberapa Waktu Lalu, dalam sebuah seminar berthema, Penegakan Hukum terhadap
Notaris/PPAT Dalam Menjalankan Jabatannya” AKBP Yanuar Prayoga mensinyalir.
berdasarkan pengalaman dan pengamatannya sebagai polisi, melihat ada setidaknya
tujuh hal berkaitan dengan produk notaris yang sering berujung ke kepolisian.
1. Akta dibuat dengan kondisi para pihak tidak berhadapan.
2. Data identitas dari salah satu pihak dalam akta dianggap tidak benar, atau
dianggap memberikan keterangan palsu.
3. Data mengenai obyek yang diperjanjikan tidak sesuai dengan fakta yang
sebenarnya. Sehingga salah satu pihak dianggap memberikan keterangan palsu.
4. Data yang diberikan oleh salah satu atau kedua pihak tidak benar, sehingga akta
notaris yang diterbitkan dianggap akta palsu.
5. Ada dua akta yang beredar di para pihak, yang nomor dan tanggalnya sama tetapi
isinya berbeda.
6. Tanda tangan salah satu pihak atau kedua pihak yang ada dalam minuta
dipalsukan.
7. Penghadap menggunakan identitas orang lain.

Dengan melihat latar belakang diatas timbul bebarapa pertanyaan sehubungan


dengan banyaknya PPAT tersandung dalam pusaran Pidana, baik pidana umum
maupun pidana khusus (korupsi).
1. APA YANG HARUS DILAKUKAN PPAT AGAR TIDAK TERJEBAK DALAM TINDAK PIDANA ?
2. JIKA PPAT TELAH MENJALANKAN TUGAS DAN WEWENANGNYA SESUAI PERATURAN
APA YANG MENJADI PELINDUNG PPAT UNTUK TERHINDAR DARI TUDUHAN TINDAK
PIDANA ?

2
A. Tugas Pokok PPAT Menurut PP No 37/1998 adalah :
Membuat akta sebagai bukti telah dilakukannya
perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas tanah
atau HMSarusun.
B. Kewenangan PPAT Menurut Pasal 4 PP No 37/1998 :
Untuk melaksanakan tugas pokok tersebut PPAT
mempunyai kewenangan membuat akta otentik
mengenai semua perbuatan hukum atas sebidang
tanah yang berada didaerah kerjanya, dengan
pengecualian Akta Tukar Menukar, Akta Pemasukan
dan Akta Pembagian Harta Bersama jika salah satu
objek diwilayahnya.

3
 Berdasarkan tugas pokok dan kewenangan tersebut, PPAT diberikan
kewenangan membuat akta-akta :
1. Akta Jual Beli ;

2. Akta Tukar Menukar ;

3. Akta Hibah ;

4. Akta Pemasukan ke Dalam perusahaan (Inbreng);

5. Akta Pembagian hak bersama ;

6. Akta pemberian HGB/Hak Pakai diatas tanah hak milik.

7. Akta pemberian Hak tanggungan.

8. Akta Kuasa membebankan Hak Tanggungan.

 Jika UU dan peraturan hukum telah memberikan kewenangan


tersebut, mengapa PPAT dalam membuat akta-akta dalam wilayah
tugas dan kewenangannya tersebut justru menjadi tersangka lalu
terdakwa dan bahkan sampai menjadi terpidana. Untuk itu mari kita
menelaah satu persatu identifikasi masalah yang disampaikan oleh
AKBP Yanuar diatas.

4
PPAT WAJIB MENOLAK MEMBUAT AKTA :
a. Jika Mengenai bidang tanah yang terdaftar tidak
diserahkan sertifikat aslinya kepada PPAT.
b. Jika Mengenai bidang tanah yang belum terdaftar tidak
diserahkan (i) Surat Bukti Haknya, (ii) Surat keterangan
yang menyatakan bahwa bidang tanah tersebut belum
bersertifikat.
c. Jika Salah satu pihak atau keduanya tidak berhak atau
tidak memenuhi syarat untuk bertindak.
d. Jika Salah satu pihak bertindak berdasarkan kuasa
mutlak.
e. Jika Belum diperoleh ijin yang diperlukan.
f. Jika Objek perbuatan hukum sedang dalam sengketa.
g. Jika Tidak dipenuhi syarat lain atau dilanggar larangan
untuk perbuatan tersebut.

5
ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK
Semua persetujuan yang dibuat secara sah, berlaku
sebagai UU bagi mereka yang membuatnya. Persetujuan
itu tidak dapat ditarik kembali selain dengan persetujuan
kedua pihak atau karena alasan UU.
Asas hukum yang selalu terkait dengan asas kebebasan
berkontrak:
a. Asas Itikad Baik.asas ini selalu diartikan bahwa perjanjian
harus dilaksanakan secara patut (kejujuran).
b. Asas Pacta Suntservanda, asas ini selalu diartikan bahwa
perjanjian itu wajib dilaksanakan.
c. Asas Kepastian Hukum, asas ini selalu diartikan bahwa
setiap perbuatan hukum seseorang atau setiap pejabat
menjalankan kewenangannya harus sesuai dengan hukum
yang berlaku yang telah ada sebelumnya.

6
 Dalam praktek Notaris/PPAT, meskipun Peraturan Hukum telah
memberikan jenis dan macam akta-akta yang terkait dengan perbuatan
hukum atas objek hak atas tanah, ternyata masih banyak macam dan
jenis perbuatan hukum yang diminta oleh masyarakat yang harus
dilayani oleh Notaris/PPAT.
 Notaris/PPAT dalam kasus-kasus semacam ini akan memberikan advis
hukum/terobosan hukum atas terhalangnya perbuatan hukum atas jenis
akta-akta PPAT tertentu itu. Dan terobosan hukum ini selain
berdasarkan asas kebebasan berkontrak juga di ilhami oleh beberapa
putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia.
 Sebagai contoh bisa kita sebut perkembangan hukum dalam pembuatan
PPJB dimana semula dikarenakan terhalang tidak dipenuhinya syarat dan
unsur-unsur Jual Beli serta dilhami oleh Putusan MA tanggal 16
Desember 1976 No.731 K/Sip/1975. yang menyebut berakhirnya suatu
pemberian kuasa dalam ketentuan Pasal 1813 BW tersebut tidak bersifat
; (a) limitatif dan (b) tidak bersifat memaksa, oleh karena itu jika sifat
suatu perjanjian menghendaki, dapat saja didalam kuasa tersebut
ditentukan pemberian kuasa mutlak dan tidak dapat dicabut kembali,
atas kedua alasan tersebut maka dibuatlah PPJB.

7
 Selain akta PPJB, Kebebasan berkontrak tersebut juga merambat ke jenis akta
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan (SKMHT), UUHT tegas
mengatakan “Dalam memberikan Hak Tanggungan, pemberi Hak
Tanggungan wajib hadir di hadapan PPAT. Jika karena sesuatu sebab tidak
dapat hadir sendiri, ia wajib menunjuk pihak lain sebagai kuasanya, dengan
Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan, disingkat SKMHT, yang
berbentuk akta otentik“.
 Akan tetapi dalam perkembangan praktek Notaris/PPAT alasan membuat
SKMHT bukan hanya karena ketidak hadiran pemberi HT akan tetapi telah
bartambah dan bahkan tidak lagi rasional. Kita ambil contoh, SK Pemberian
Hak Atas Tanah Negara yang belum didaftarkanpun dipakai sebagai jaminan
utang dan oleh Notaris/PPAT diikat dengan SKMHT.
 Sekarang timbul pertanyaan seberapa kuat alasan hukum membuat
terobosan hukum dalam kasus-kasus PPJB ataupun SKMHT diluar alasan-
alasan hukum yang telah disebut diatas ?
 Pertanyaan kedua adalah jenis-jenis PPJB dan atau SKMHT yang bagaimana
yang masih dapat diterima oleh asas kebebasan berkontrak dilihat dari sisi
asas itikad baik, asas facta sunt servanda dan asas kepastian hukum ?

8
1. Tindak Pidana Umum (KUHP).
 Psl 263 KUHP : Membuat Surat Palsu atau Memalsukan Surat- Diancam
6 tahun.
 Psl 264 KUHP ; Membuat Surat Palsu atau Memalsukan Surat2 tertentu
dan memakai surat palsu-Diancam 8 tahun,
 Psl 266 KUHP ; menyuruh menempatkan keterangan palsu.-Diancam 7
thn, menggunakan akta itu seolah-olah isinya benar-Diancam 7 tahun.
 Pasal 372 ; Penggelapan biasa-Diancam 4 tahun
 Pasal 374 ; Penggelapan dalam jabatan atau karena mendapat upah-
Diancam 5 Tahun.
 Pasal 378 : Penipuan-Diancam 4 tahun.
2. Tindak Pidana Korupsi.

3. Tindak Pidana Pencucian Uang (money laundry).


4. Tindak Pidana Pajak.
Penerapan pasal-pasal diatas sering disangkakan dengan Pasal Penyertaan
(Pasal 55 dan 56 KUHP).

9
Jenis akta dan surat yang sering menjadi sebab Notaris/PPAT terseret
Tindak Pidana :
1. Akta Ikatan Jual Beli/Perjanjian Pengikatan Jual Beli.
Jika diberikan ranking atas akta apa yang paling sering menjadikan
Notaris/PPAT menjadi tersangkut pidana. Tak ada keraguan untuk
memberikan jawabannya adalah IJB/PPJB. Lantas pertanyaannya
Mengapa IJB/PPJB sering menjadi masalah hukum dan bahkan
sampai pada kasus Tindak Pidana yang mengirimkan Notaris/PPAT
ke penjara ?
2. Akta Jual Beli.
Rangking kedua yang banyak menjadi masalah hukum adalah Akta
Jual Beli, selanjutnya disusul akta-akta badan hukum,
SKMHT/APHT dan akhir-akhir ini Covernotespun menjadi objek
masalah hukum pidana.
3. Akta-Akta Badan Hukum (PT dan YAYASAN).
4. SKMHT/APHT
5. Covernotes

10
Dalam setiap pembuatan akta harus mengikuti prosedur
yang merupakan Kewajiban PPAT yang dibebankan
peraturan hukum ;
a. Pra Pembuatan Akta ; (1) Meminta seluruh sertifikat
asli atas objek yang akan dibuat aktanya bagi hak
atas tanah yang sudah bersertifikat. (2) Melakukan
pemeriksaan atas kesesuaian sertifikat dengan
daftar-daftar yang ada di Kantor Pertanahan. (3)
Calon penerima hak telah membuat pernyataan
tentang kepemilikan maximum dan tanah
absentee. (4) Meneliti kewenangan dan kecakapan
para pihak. (5) Meneliti bukti pembayaran PPH dan
BPHTB.

11
b. Saat Pembuatan Akta ; (1) Meneliti identitas para
pihak yang akan melakukan perbuatan hukum. (2)
membacakan akta kepada para pihak dihadapan 2
orang saksi. (2) Menyaksikan penanda tanganan
akta tersebut dikuti oleh saksi-saksi dan PPAT.
c. Pasca Pembuatan akta ; (1) Menyampaikan akta dan
dokumen lainnya dalam waktu 7 hari kerja setelah
tanggal akta ke Kantor Pertanahan. (2)
Membukukan akta yang dibuat dalam Buku Akta.
(3) Menjilid Akta maximum 50 akta dalam 1
bundel. (4) menyimpannya ditempat akta yang
dibuat dengan aman. (5) Membuat Laporan
Bulanan.

12
1. Pasal 50 KUHP : “Barang siapa melakukan perbuatan untuk
menjalankan peraturan undang-undang, tidak boleh
dihukum”
Ini adalah ketentuan dari asas bahwa, apa yang telah
diharuskan atau diperintahkan/ditugaskan oleh suatu
undang-undang, tidak mungkin untuk diancam hukuman
dengan undang-undang lain.
Putusan HR 28 Oktober 1895, memberikan tafsiran bahwa
menjalankan UU, tidak terbatas yang diperintahkan UU saja
akan tetapi meliputi perbuatan yang dilakukan atas
wewenang yang diberikan UU.
Dengan demikian tidak ada alasan hukum bagi PPAT dituduh
melakukan Tindak Pidana apapun termasuk Tindak Pidana
Korupsi, sepanjang PPAT menjalankan jabatannya sesuai
peraturan hukum.

13
2. Dalam delik-delik harta kekayaan (pencurian, penipuan dan
penggelapan) sifat melawan hukumnya selalu diartikan
bertentangan dengan hak perseorangan, dimana dengan
adanya persetujuan dari korban maka lenyaplah juga unsur
melawan hukumnya sehingga delik menjadi tidak dapat
dihukum. Akan tetapi persetujuan ini menjadi perdebatan
hukum manakala persetujuan diberikan setelah selesainya
delik pidana tersebut. Apakah yang demikian tetap menjadi
delik yang dapat dihukum ?
3. Selain perlindungan secara formal diatas, sebaiknya
kedepan IPPAT membuat konsep perlindungan anggota
yang riel dan operasional, baik perlindungan secara internal
maupun perlindungan secara ekternal.

14

Anda mungkin juga menyukai