Anda di halaman 1dari 88

HABIB ADJIE

08121652894
Habib Adjie
hb_adjie
Habib Adjie
tanyahabibadjie
A adjieku61@gmail.com
copyright@hba-inc 1
copyright@hba-inc 2
DISKUSI
KENOTARIATAN

TEMATIK
PERLINDUNGAN DAN
TANGGUNG
JAWAB NOTARIS
DALAM MENYIMPAN
DAN MEMELIHARA
PROTOKOL
• PERTANYAANNYA APAKAH BOLEH
AKTA NOTARIS DIKETIK DENGAN
UKURAN HURUF YANG BERBEDA ?
MISALNYA JUDUL AKTA
MENGGUNAKAN HURUF ARIAL
BLACK UKURAN FONT 16, NAMA
NOTARIS PADA AWAL/AKHIR AKTA
UKURAN HURUF FONT 18, DAN
UNTUK YANG LAINNYA UKURAN
HURUF NORMAL FONT 12,
KEMUDIAN DIBUAT VARIASI LAIN
ADA YANG MEMAKAI HURUF
• PASAL 54 AYAT (1) UUJN-P HARUSNYA
SECARA IMPLISIT BERLAKU PULA
UNTUK NOTARIS PENGGANTI DAN
NOTARIS PEMEGANG PROTOKOL.
KALAU TIDAK DITAFSIRKAN SEPERTI
ITU AKAN KESULITAN BAGI NOTARIS
PENGGANTI DAN NOTARIS
PEMEGANG PROTOKOL
MENGELUARKAN SALINAN DARI
MINUTA JIKA ADA YANG MEMINTA.
SEHINGGA KEWAJIBAN NOTARIS
DAN NOTARIS PEMEGANG PROTOKOL :
A. MEMBERIKAN SALINAN/KUTIPAN/GROSSE KETIKA ADA
YANG MEMINTANYA SESUAI KETENTUAN PASAL 54 UUJN-
P;
(1) Notaris hanya dapat memberikan, memperlihatkan, atau memberitahukan isi
Akta, Grosse Akta, Salinan Akta atau Kutipan Akta, kepada orang yang
berkepentingan langsung pada Akta, ahli waris, atau orang yang memperoleh
hak, kecuali ditentukan lain oleh peraturan perundang-undangan.
(2) Notaris yang melanggar ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dikenai sanksi berupa:
a. peringatan tertulis;
b. pemberhentian sementara;
c. pemberhentian dengan hormat; atau
d. pemberhentian dengan tidak hormat.
17. DAPATKAH PARA AHLI WARIS DIGUGAT SECARA PERDATA OLEH
PARA PENGHADAP, KARENA ORANG TUANYA SEBAGAI NOTARIS,
PERNAH MEMBUAT AKTA MELANGGAR UUJN/UUJN-P SEHINGGA
MERUGIKAN PARA PENGHADAP

Jika Notaris ditempatkan sebagai Jabatan (Ambt), ketika selesai


menjalankan karena habis masa jabatannya, maka berakhir sudah
yang berkaitan dengan jabatan yang bersangkutan, karena jabatan
yang disandang seseorang ada masa berlakunya, tidak ada jabatan
resmi dalam sebuah Negara berlaku seumur hidup, bahkan sudah
meninggal pun masih dipermasalahkan. Meskipun ada yang
berpendapat bahwa kesalahan tersebut dibuat ketika yang
bersangkutan masih menjabat sebagai sebagai Notaris. Jika pendapat
seperti ini dipergunakan maka pelaksanaan tugas jabatan Notaris
tidak akan pernah memberikan kepastian hukum.
Dengan konsep jabatan seperti itu, maka tidak bisa ahli warisnya
(yang orang tuanya Notaris) digugat oleh mereka yang sebelumnya
pernah membuat akta pada orang tuanya. Jika terjadi seperti ini,
makan jabatan Notaris tidak memberikan kepastian hukum yang jelas
dan tegas.
Pada sisi yang lain, gugatan hanya bisa didasarkan pada Perbuatan
Melawan Hukum (PMH) dan Wanprestasi. Jadi dengan kontruksi
yang mana dan seperti apa gugatan tersebut akan dilakukan. Sebagai
PMH, bukankah membuat akta merupakan kehendak para pihak
sendiri, dan bukan kehendak Notaris ?
Sebagai Wanprestasi, apakah Notaris pernah berjanji kepada para
pihak yang namanya tersebut dalam akta kemudian tidak ditunaikan
oleh Notaris ? Sudah tentu Notaris secara substansi tidak akan
pernah berjanji apapun kepada para pihak yang disebutkan dalam
akta. Baik secara PMH atau Wanprestasi tidak bisa dipenuhi untuk
menggugat Notaris dengan cara dan bentuk dan apapun yang
berkaitan dengan pertanyaan tersebut di atas. Kalau itu terjadi
berarti Jabatan Notaris tidak punya kepastian hukum. Apakah harus
seperti itu ?
-Sebagai bahan perbandingan mengenai Daluarsa Penuntutan Pidana
terhadap akta autentik (akta Notaris) berdasarkan Pasal 78 KUHP
yang berkaiatan dengan Pasal 263 KUHP yaitu 12 tahun yang
penghitungan daluwarsa dimulai pada hari setelah perbuatan itu
dilakukan atau pembuatan akta tersebut dilakukan yang bisa dilihat
pada tanggal - bagian Awal Akta Notaris.
Berdasarkan uraian di atas harus dibangun suatu kontruksi hukum bahwa ketika Notaris
mengakhiri masa Jabatan 65 atau atau mengajukan perpanjangan 2 tahun, menjadi 67
tahun atau berhenti sebelum unur tersebut dengan alasan tertentu, maka sebenarnya
berakhir sudah masa jabatan dan pertanggungjawaban Notaris dalam melaksanakan tugas
jabatannya. Jika akan dipermasalahkan bukan subjek hukum (orang) yang menjalankan
tugas jabatan Notaris, tapi produknya berupa akta yang merupakan kehendak para pihak,
sehingga jika para pihak atau para penghadap bersengketa atau para ahli waris para
pihak atau para penghadap atau yang berkepentingan “ribut” atau “bersengketa” maka
hal itu urusan para pihak sendiri, dan bukan urusan Notaris ataupun Notaris Pemegang
Protokol (NPP).
Pasal 38 ayat (3) huruf c UUJN-P menegaskan bahwa “isi Akta yang merupakan
kehendak dan keinginan dari pihak yang berkepentingan”. Hal ini membuktikan
bahwa kehendak untuk membuat akta ada ada para pihak, tidak ada kehendak membuat
akta berasal dari Notaris. , Pembuatan akta Notaris baik akta relaas maupun akta pihak,
yang menjadi dasar utama atau inti dalam pembuatan akta Notaris, yaitu harus ada
keinginan atu kehendak (wilsvorming) dan permintaan dari para pihak, jika keinginan
dan permintaan para pihak tidak ada, maka Notaris tidak akan membuat akta yang
dimaksud. Untuk memenuhi keinginan dan permintaan para pihak Notaris dapat
memberikan saran dengan tetap berpijak pada aturan hukum. Ketika saran
Notaris diikuti oleh para pihak dan dituangkan dalam akta Notaris, meskipun demikian
tetap bahwa hal tersebut tetap merupakan keinginan dan permintaan para pihak, bukan
saran atau pendapat Notaris atau isi akta merupakan perbuatan para pihak bukan
perbuatan atau tindakan Notaris, (Habib Adjie, Sanksi Perdata dan Administratif
Terhadap Notaris Sebagai Pejabat Publik, Refika Aditama, Bandung, 2008, hal. 37).
Berdasarkan latar belakang seperti itu. Maka Notaris atau para ahli
Notaris yang bersangkutan tidak bisa digugat secara Wanprestasi
ataupun Perbuatan Melawan Hukum, baiak dalam kedudukan sebagai
Tergugat ataupun Turut Tergugat. Memang ada hal yang menggelikan
dalam hukum beracara (acara perdata) di negeri kita ini, jika ada para
pihak yang bersengketa yang perbuatan hukumnya dituangkan dalam
akata Notaris, seakan-akan wajib harus menyertakan Notaris yang
membuat aktanya sebagai Tergugat atau Turut Tergugat. Bahkan
Hakim/Majelis hakim akan memutuskan NO jika ada gugatan tersebut
seperti itu tidak mengikutsertakan atau mendudukkan Notaris sebagai
Terggat ataupun Turut Tergugat. Hal tersebut harus segera diakhiri..!!
Putusan Mahkamah Agung Republik Indonesia :
 Nomor : 702 K/Sip/1973, tanggal 5 September 1973 bahwa judex factie dalam amar
putusannya membatalkan akta Notaris, hal ini adalah tidak dapat dibenarkan, karena
Notaris fungsinya hanya mencatatkan/menuliskan apa-apa yang dikehendaki dan
dikemukakan oleh para pihak yang menghadap notaris tersebut. Tidak ada kewajiban
bagi notaris untuk menyelidiki secara materil apa-apa (hal-hal) yang dikemukakan oleh
penghadap di hadapan notaris tersebut.
 Nomor : 703 K/Sip/1973, tanggal 5 September 1973, bahwa akta otentik yang dibuat oleh
Notaris sebagai akta pihak, jika apara pihak yang membuat akta bersengketa, maka
Notaris tidak bisa dihukum.
AKTA NOTARIS
MERUPAKAN SENI
MERANGKAI KATA DAN
KALIMAT YANG
MELINDUNGI PARA
PIHAK DAN SEBAGAI
BUKTI UNTUK PARA YANG
BERNILAI HUKUM (HBA).
SUKSES DAN BAHAGIA
UNTUK KITA SEMUA

Anda mungkin juga menyukai