Pendahuluan.
Pasal 66
(1) Untuk kepentingan proses peradilan, penyidik, penuntut umum,
atau
hakim dengan persetujuan Majelis Pengawas Daerah berwenang:
a. mengambil fotokopi Minuta Akta dan/atau surat-surat yang
dilekatkan pada Minuta Akta atau Protokol Notaris dalam
penyimpanan Notaris; dan
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 1/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 2/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
Permasalahan
Permasalahan sekarang, antara lain masih adanya pemanggilan
terhadap Notaris oleh penyidik, penuntut umum, dan atau hakim
melalui MPD yang kedua kalinya, dalam kasus yang sama, padahal
dalam panggilan pertama, sudah ada keputusan MPD, bahwa surat
permohonan dari penyidik tersebut tidak disetujui?
Sekali lagi perlu ditegaskan, bahwa di Era globalisai dan dalam
masyarakat modern yang semakin kompleks, alasan bahwa akta
notaris seolah-olah tidak dapat diproses, digugat atau dituntut
(untouchable) dan harus dilindungi hukum “at all cost” karena
notaris dalam memberikan pelayanan hanyalah merupakan pihak
yang menuangkan keinginan para pihak yang menghadap
kepadanya, bukan kehendak dirinya sendiri dan bersikap netral atau
tidak berpihak kepada salah satu penghadap, memang harus
ditegakkan, kecuali notaris telah melakukan hal-hal negatif seperti
turut melakukan atau menganjurkan atau membantu terjadinya
suatu tindak pidana. Dengan demikian alasan klasik tersebut harus
dinilai kasus-per-kasus atas dasar “concrete and circumstancial
evidences” sebagaimana diatur dalam Pasal 184 KUHAP. Notaris
sebagai “pejabat umum” yang memiliki kualitas intelektual yang
memadai dan bukan sekedar “tukang” atau “juru tulis” semata-mata
harus juga berkewajiban menegakkan prinsip “good governance” atau
asas-asas umum pemerintahan yang baik (general principles of good
administration) yang meliputi : asas-asas yang mengutamakan
kepastian hukum; tertib peyelenggaraan negara; kepentingan umum;
keterbukaan; profesionalitas; proporsionalitas; efisisensi, efektivitas
dan akuntabilitas.
Hal ini terutama dalam membuat akta relaas atau akta pejabat
(ambtelike akten) yang hanya ditandatangani notaris dan tetap
bersifat otentik sekalipun tidak ditandatangani oleh para pihak
misalnya laporan RUPS , sesuai dengan pengertian “relaas” sebagai
“bericht, verslaag” atau “report, written account” (laporan atau
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 3/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
proses verbal seorang pejabat). Dalam hal terjadi kesalahan, hal ini
bisa merupakan malpraktek (negligence) dengan parameter di atas
akibat kurang pengetahuan atau kurang pengalaman dengah
konsekuensi sanksi admnistrasi, perdata atau etik, namun bisa
berakibat dengan konsekuensi sanksi pidana menurut KUHP apabila
memenuhi syarat-syarat pemidanaan tersebut di atas atas dasar
kecurangan yang sengaja dilakukan notaris, karena notaris harus
“jujur, mandiri, tidak berpihak dan menjaga kepentingan pihak yang
terkait dalam perbuatan hukum”.
Pembahasan
Pasal 1868 KUHP Perdata Jo. Pasal 1 angka (1) UUJN yang
menyatakan bahwa notaris adalah pejabat umum yang mempunyai
wewenang umum untuk membuat akta otentik. Menurut Pasal 1 ayat
(7) UUJN Jo. Pasal 1870 dan 1871 KUH Perdata akta otentik adalah
alat pembuktian yang sempurna dan merupakan bukti yang lengkap
dan mengikat karena kebenaran dari yang tertulis di dalamya; jadi
kalau ada orang atau pihak lain, termasuk Penyidik menyangkal atas
kebenaran dari akta tersebut, maka yang bersangkutan harus dapat
membuktikan sebaliknya, apa-apa yang ia sangkalkan terhadap akta
tersebut.
Pasal 16 huruf (a) UUJN menegaskan bahwa notaris diharapkan
dapat bertindak jujur, seksama, mandiri, tidak berpihak dan menjaga
kepentingan pihak yang tekait dalam perbuatan hukum; Notaris juga
adalah jabatan kepercayaan yang wajib menyimpan rahasia mengenai
akta yang dibuatnya, kecuali undang-undang memerintahkannya
untuk membuka rahasia kepada yang memintanya. Hal ini dilindungi
oleh Pasal 4 ayat (2) UUJN dan Pasal 16 ayat (1) huruf e UUJN yang
mengatur “hak ingkar” (verschoningsrecht); Dalam kaitan dengan
menjaga rahasia isi akta, juga berlaku juga kepada MPD, di dalam
hasil pemeriksaannya (Pasal 71 huruf c UUJN); jadi MPD harus juga
dapat merahasiakan hasil pemeriksaannya terhadap notaris kepada
pihak lain, termasuk berkas-berkas, dan atau fotocopi
minuta/salinan yang diminta dari notaris untuk keperluan
pemeriksaan. Untuk menghindari hal-hal tersebut diatas, sebaiknya
dalam pemeriksaan terhadap notaris yang terindikasi adanya dugaan
tindak pidana oleh penyidik, sebaiknya cukup Minuta akta, dan atau
salinan akta diperlihatkan saja oleh notaris kepada MPD, dan atau
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 4/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 5/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 6/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 7/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 8/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 9/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 10/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 11/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 12/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 13/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
pendaftaran.
Dengan demikian, maka pembentukan PP No. 37 Tahun 1998
tersebut adalah memberikan dasar hukum dalam rangka
pelaksanaan tugas jabatan PPAT untuk membantu sebagian kegiatan
pendaftaran tanah sebagaimana dirumuskan dalam Pasal 2 PP No. 37
Tahun 1998, yaitu: "PPAT bertugas pokok melaksanakan sebagian
kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai bukti
telah dilakukannya perbuatan-perbuatan hukum tertentu mengenai
hak atas tanah atau Hak Milik atas Satuan Rumah Susun, yang akan
dijadikan sebagai dasar bagi pendaftaran perubahan data
pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum itu".
Perbuatan hukum yang dimaksudkan tersebut adalah sebagaimana
ditentukan dalam Pasal 2 ayat (2) PP No. 37/1998, yaitu:
a. Jual beli;
b. Tukar-menukar;
c. Hibah;
d. Pemasukan dalam perusahaan (inbreng);
e. Pembagian hak bersama;
f. Pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai atas Tanah Hak Milik;
g. Pemberian Hak Tanggungan;
h. Pemberian Kuasa Membebankan Hak Tanggungan.
Dalam ketentuan dalam pasal selanjutnya dinyatakan bahwa untuk
melaksanakan tugas pokok tersebut, PPAT mempunyai kewenangan
membuat akta otentik mengenai semua perbuatan hukum
sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 2 ayat (2) tersebut di atas
mengenai hak atas atas dan Hak Milik atas Satuan Rumah Susun
yang terletak di dalam daerah kerjanya. Sedangkan "PPAT Khusus"
hanya berwenang membuat akta mengenai perbuatan hukum yang
disebut secara khusus dalam penunjukkannya.
Peran PPAT dalam membantu sebagian kegiatan pendaftaran tanah
itu disebutkan di dalam pasal 6 ayat (2) PP Nomor 24 tahun 1997
yaitu, "Dalam melaksanakan pendaftaran tanah, Kepala Kantor
Pertanahan dibantu oleh PPAT dan Pejabat lain yang ditugaskan
untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu menurut Peraturan
Pemerintah ini dan peraturan perundang-undangan yang
bersangkutan."
Dengan demikian, jika mencermati keseluruhan peraturan
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 14/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 15/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 16/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 17/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
Jika demikian, mengapa harus ada lagi ketentuan Pasal 17 huruf "g"
dalam UUJN tersebut.
Selain itu secara kelembagaan, juga akan menimbulkan
permasalahan, sebab selama ini dua jabatan tersebut berada pada
instansi pemerintahan yang berbeda termasuk pengangkatan dan
pemberhentiannya serta hal hal yang terkait dengan pelaksanaan
jabatan tersebut, termasuk pengawasannya.
Pelaksanaan Pasal 15 ayat (2) huruf "f" UUJN, sampai saat ini tidak
dapat diterapkan, karena dianggap berkonflik dengan peraturan
perundang-undangan yang lain yang mengatur hal yang sama. Dalam
kondisi demikian, maka terjadi kondisi "contra conseutudinem non
obligat" yaitu peraturan yang bertentangantidak mengikat.
Bagaimanapun kontroversi harus diakhiri, sehingga kita harus
sepakat untuk membedah polemik ini secara jernih berdasarkan
kaidah-kaidah pembentukan peraturan perundang-undangan yang
baik. Apalagi saat ini sedang berlangsung pembahasan RUU Jabatan
Notaris sebagai penggnati UU No. 30 Tahun 2004. Demikian halnya
jika hendak memberikan pengukuhan terhadap jabatan PPAT, maka
memang sudah pada saatnya kita merekomendasikan untuk
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 18/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 19/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 20/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 21/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 22/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 23/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 24/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 25/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
telah dipalsu seakan-akan itu benar-benar buah hasil orang yang nama
atau tandanya telah ditaruh secara palsu
-----------------------------------------------------------
Ketika Transaksi Perdata Jadi Pidana (2)
Dari suatu hubungan perdata yang kemudian menjadi perkara
pidana seringkali memang awalnya murni hubungan bisnis yang
dilandasai itikad baik. Namun, ketika bisnis sedang surut dan mulai
terjadi default (gagal bayar), tak sedikit yang lantas memilih melapor
ke polisi ketimbang mengajukan gugatan di pengadilan. Padahal
tujuan dari pemidanaan bukan untuk mendapatkan ganti rugi. Maka
dari itu, kenali upaya hukumnya.
Pada prinsipnya suatu perjanjian hutang piutang adalah hubungan
keperdataan antara debitur dengan kreditur. Dalam hal pihak yang
berhutang kemudian melanggar janji pengembalian uang, maka hal
tersebut merupakan peristiwa ingkar janji (wanprestasi).
Wanprestasi ini pada dasarnya dapat terjadi karena 4 hal:
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 26/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 27/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 28/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 29/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
Berdasar bunyi Pasal 378 KUHP diatas, maka secara yuridis delik
penipuan harus memenuhi unsur-unsur pokok berupa :
Unsur Subyektif Delik berupa kesengajaan pelaku untuk menipu
orang lain yang dirumuskan dalam pasal undang-undang dengan
kata-kata : “dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau
arang lain secara melawan hukum"; dan
Unsur Oyektif Delik yang terdiri atas : (a) Unsur barang siapa; (b)
Unsur menggerakkan orang lain agar orang lain tersebut
menyerahkan suatu benda / memberi hutang / menghapuskan
piutang; dan (c) Unsur cara menggerakkan orang lain yakni dengan
memakai nama palsu / martabat atau sifat palsu / tipu muslihat /
rangkaian kebohongan.
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 30/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
dengan memakai nama palsu, martabat palsu atau sifat palsu, tipu
muslihat atau rangkaian kebohongan.
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 31/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
memiliki suatu benda yang seluruhnya atau sebagian milik orang lain,
yang ada dalam kekuasaannya bukan karena kejahatan, diancam
karena penggelapan dengan pidana penjara paling lama 4 (empat)
tahun atau denda paling banyak Rp.900,-“
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 32/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 33/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 34/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 35/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
Wan Prestasi
Dalam perspektif hukum perdata, masalah wan prestasi bisa
diidentifikasi kemunculan atau terjadinya melalui beberapa parameter
sebagai berikut :
Dilihat dari Segi Sumber Terjadinya Wan Prestasi
Wanprestasi timbul dari persetujuan (agreement). Artinya untuk
mendalilkan suatu subjek hukum telah melakukan wanprestasi,
harus ada lebih dahulu perjanjian antara dua pihak atau lebih
sebagaimana ditentukan dalam Pasal 1320 BW / KUHPerdata
yang pada pokoknya menyatakan bahwa: "Supaya terjadi
persetujuan yang sah dan mengikat, perlu dipenuhi empat
syarat yaitu : adanya kesepakatan para pihak yang
mengikatkan dirirrya; adanya kecakapan untuk membuat suatu
perikatan; adanya suatu pokok persoalan tertentu yang
disetujui; suatu sebab yang tidak terlarang."
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 36/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 38/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 39/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 40/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 41/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
sebagian atau seluruhnya milik orang lain; dan (e) unsur benda
tersebut ada padanya bukan karena kejahatan.
Jadi untuk dapat menyatakan seseorang sebagai pelaku
penggelapan, Majelis Hakim Pengadilan pun harus melakukan
pemeriksaan dan membuktikan secara sah dan meyakinkan, apakah
benar pada diri dan perbuatan orang tersebut telah terbukti unsur-
unsur tindak pidana penggelapan baik berupa unsur subyektif
maupun unsur obyektifnya. Dalam konteks pembuktian unsur
subyektif misalnya, kesengajaan pelaku penggelapan (opzet),
melahirkan implikasi-implikasi pembuktian apakah benar (berdasar
fakta hukum) terdakwa memang :[6]
a. “menghendaki” atau “bermaksud” untuk menguasai suatu
benda secara melawan hukum
b. “mengetahui / menyadari” secara pasti bahwa yang ingin ia
kuasai itu adalah sebuah benda
c. “mengetahui / menyadari” bahwa benda tersebut sebagian
atau seluruhnya adalah milik orang lain
d. “mengetahui” bahwa benda tersebut ada padanya bukan
karena kejahatan.
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 42/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
M. Abdul Kholiq,SH.MHum.
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 43/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 44/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 45/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
Dasar hukum:
1. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (Wetboek Van Strafrecht,
Staatsblad 1915 No. 732)
2. Undang-Undang No. 30 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris
3. Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 46/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 47/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
Berdasarkan Pasal 266 ayat (1) KUHP Jo Pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHP, kemudian dikaitkan dengan Putusan Mahkamah
Agung RINomor 1099 K/PID/2010, tanggal 29 Juni 2010, yang
menolak Kasasi Seorang Notaris di Medan, sehingga Notaris tersebut
dijatuhi hukuman berdasarkan Pasal 266 ayat (1) KUHP jo Pasal 55
ayat (1) ke-1 KUHP, sebagaimana dalam dalam Putusan Pengadilan
Tinggi Medan Nomor: 82/PID/2010/PTMDN, tanggal 25 Februari
2010,tersebut dapat dikemukakan, “barangsiapa” sebagaimana yang
dimaksud dalam Pasal 266 ayat (1) KUHP dan pelaku tindak pidana
sebagaimana yang disebut dalam Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP
tersebut adalah Notaris. Apakah sudah tepat bahwa yang dimaksud
sebagai pelaku dalam Pasal 266 ayat (1) adalah seorang Notaris?
III. Ketentuan Pasal 266 ayat (1) KUHP, yang menjadi subyek
(pelaku), yaitu “yang menyuruh memasukkan keterangan palsu”, dan
kata “menyuruh” merupakan bagian yang sangat penting
(bestanddeel) dari Pasal 266 ayat (1) KUHP. Pembuat akte dalam hal
ini Notaris, ia (notaris) bukan sebagai subyek (pelaku) dalam Pasal
266 ayat (1) KUHP, akan tetapi para pihak pembuat akte
otentiktersebutlah yang sebagai subyek (pelaku), karena merekalah
yangsebagai menyuruh memasukkan keterangan palsu.
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 48/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
Oleh:
BRIGADIR JENDERAL POLISI Drs. ZULKARNAIN ADINEGARA
(KAROWASSIDIK BARESKRIM POLRI)
I. PENDAHULUAN
Notaris merupakan profesi yang sangat terhormat dimata masyarakat
dengan kewenangannya yang spesifik dalam membuat akta-akta autentik,
secara sederhana dapat dikatakan bahwa Notaris adalah pejabat umum
yang berwenang untuk membuat akta autentik dan memiliki kewenangan
lainnya sebagaimana dimaksud dalam undang-undang, tentunya dalam
membuat akta-akta autentik tersebut seorang Notaris telah memahami dan
mempelajari dengan seksama sesuai apa maksud kehendak dari para pihak
yang menghadapnya dengan mempedomani Standar Operasional Prosedur
(SOP) dalam pembuatan akta autentik dimaksud, sehingga menghasilkan
produk berupa akta autentik yang valid dan sesuai dengan keinginan para
pihak.
Namun demikian dalam implementasinya adakalanya Notaris khilaf atau
bahkan berbuat ekstrim, untuksengaja demi memenuhi kepentingan-
kepentingan pribadinya, seperti memasukkan keterangan palsu dalam akta
autentik yang berkaitan langsung dengan minuta atau surat-surat yang
dilekatkan dengan minuta atau protokol, atau bila ada ahli waris pembuat
akta yang menyatakan bahwa pada tanggal pembuatan akta tersebut,
yangbersangkutan sesungguhnya telah meninggal dunia atau ada
penyangkalan atas tanda tangan para pihak dll,akibatnya produk akta
autentiknya tersebut dikemudian hari menjadi bermasalah dan menjadi
ranah perbuatan pidana, sehingga harus dilakukan proses penyidikan oleh
penyidik Polri.
Dalam melaksanakan penyidikan tersebut, penyidik seyogyanya melakukan
penyelidikan terlebih dahulu atas peristiwa yang diduga terkait dengan
profesi Notaris dimaksud guna memastikan bahwa memang telah terjadi
peristiwa pidana dengan saksi A, B, C, D dan terlapor atau tersangka yang
berkaitan dengan profesi Notaris. Proses penyelidikan tersebut diakhiri
dengan produk yang bernama Laporan Hasil Penyelidikan (LHP), yang mana
dalam kesimpulan akhirnya akan mengatakan bahwa peristiwa tersebut
merupakan peristiwa pidana ataukah merupakan bukan peristiwa
pidana.Apabila peristiwa tersebut bukan merupakan tindak pidana maka
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 54/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
1. pengolahan TKP;
2. pengamatan (observasi);
3. wawancara (interview);
4. pembuntutan (surveilance);
5. penyamaran (undercover);
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 55/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
b. Penyidikan, meliputi:
1. penyelidikan;
2. pengiriman SPDP;
3. upaya paksa;
4. pemeriksaan;
5. gelar perkara;
6. penyelesaian berkas perkara;
7. penyerahan berkas perkara ke penuntut umum
8. penyerahan tersangka dan barang bukti, dan
9. penghentian penyidikan
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 56/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
penyimpanan Notaris.
Menteri Hukum dan HAM RI No. M.03HT.0310 tahun 2007 yang mengatur
tentang hal yang sama.
Hasil putusan ini dianggap sangat merugikan hak para Notaris dan
semakin membebani tugas para Notaris dalam menjalankan tugas dan
jabatannya dalam pembuatan akta-akta autentik. Dengan adanya putusan
Mahkamah Konstitusi tersebut, maka banyak timbul kegelisahan dari para
praktisiNotaris, karena hak istimewa untuk diperlakukan dan dilindungi
dalam melaksanakan tugas dan jabatannya atas nama negara sebagai
Notaris menjadi hilang.
Dengan demikian saat ini penyidik dalam melakukan penyidikan terhadap
Notaris, sementara MKN dan Peraturan pelaksanaannya belum terbentuk
(sesuai Undang-Undang Jabatan Notaris Nomor 2 tahun 2014) dan
Undang-Undang Jabatan Notaris yang lama (Undang-Undang Nomor 30
tahun 2004) tidak ada lagi mekanisme ijin dari Majelis Pengawas Daerah
(MPD) sebagaimana diputuskan oleh Mahkamah Konstitusi, sehingga
penyidik dapat langsung memanggil Notaris untuk diperiksa demikian pula
penyidik dapatlangsung melakukan penyitaan terhadap fotokopi minuta
akta dan/atau surat-surat yang dilekatkan pada minuta akta atau protokol
Notaris.
III. PEMERIKSAAN TERHADAP NOTARIS SAAT INI
1. Pelaku dan alat bukti dalam tindak pidana
Suatu peristiwa pidana yang diduga melibatkan profesi Notaris, maka
penyidik akan mengkaji lebih dalam tentang keterlibatan Notaris dimaksud,
apakah hanya sebagai saksi saja, ataukah sudah menjurus kearah sebagai
“dader” atau pelakunya. Untuk itu penyidik pasti akan melihat sejauh
mana “peran” dari Notarisdalam peristiwa pidana tersebut. Selanjutnya
penyidik membuat anatomi kasus posisi sesuai kronologisnya dan fakta
hukum, disertai oleh dokumen-dokumen pendukungnya sebagai alat bukti.
Berbicara mengenai pembuktian dalam hukum pidana, maka hanya ada 5
(lima) alat bukti yang sah, yaitu:
a. keterangan saksi;
b. keterangan ahli;
c. surat;
d. petunjuk;
e. keterangan terdakwa
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 58/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
Dengan fakta-fakta diatas yang dirangkai menjadi satu dan didukung oleh
keterangan para saksi disertai alat bukti,maka akan tergambarlah
konstruksi kasusdimaksud yang sesungguhnya dengan memetakan peran
dari masing-masing pihak yang terkait.Peran inilah yang dapat menentukan
apakah seorang Notaris terlibat atau tidak dalam peristiwa pidana tersebut,
sehingga menjadi tugas utama penyidik untuk terus menggali peran
masing-masing pihak. Peran ini hanya bisa didalami dari adakah niat jahat
(mensrea) dari pelakudan apakah niat jahat tersebut sudah direalisasikan
menjadi perbuatan jahat (actus reus), selanjutnya timbul apa yang
dinamakan dengan perbuatan melawan hukum (wederechtelijk), sehingga
perbuatan pidana tersebut dapat dirumuskan telah melanggar delik formal
(tindakan yang dilarang) maupun delik materiil, yang selain daripada
tindakan yang terlarang itu dilakukan, masih harus ada akibatnya yang
timbul karena tindakan itu, baru dikatakan telah terjadi tindak pidana
tersebut sepenuhnya (voltooid).
2. Tindak pidana yang berkaitan dengan profesi Notaris
Tindak pidana yang seringkali terjadi terkait dengan profesi Notaris adalah:
diperiksa sebagai “saksi”, maka jelas apa yang menjadi hak dan
kewajibannya memberikan kesaksian. Demikian pula kalau Notaris
diperiksa sebagai tersangka, maka hak dan kewajibannyapun akan
berbeda, terutama kewajiban untuk didampingi oleh Penasehat Hukum
dalam setiap tahap pemeriksaan dan mengajukan saksi yang meringankan
bagi dirinya.
Dalam pasal 1 angka 26 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang
Hukum Acara Pidana disebutkan tentang definisi dari saksi, bahwa Saksi
adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan
penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang
ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri.
Pemanggilan terhadap Notaris sebagai “Saksi” adalah hal yang biasa
dialami oleh kebanyakan orang, tidak akan berpengaruh terhadap
reputasinya sebagai Notaris, sehingga dalam makalah ini tidak perlu
dibahas secara mendalam, akan tetapi kalau seorang Notaris dipanggil
sebagai “Tersangka”, maka otomatis akan mempengaruhi kinerjanya
demikian pula reputasinya, sehingga perlu dibahas lebih lanjut.
3. Pemanggilan Notaris
Sebelum dilakukan pemeriksaan terhadap Notaris, sesuai dengan
ketentuan, maka Notaris tersebut harus dipanggil terlebih dahulu melalui
Surat Panggilan yang resmi dikeluarkan oleh penyidik, dengan syarat:
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 60/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 62/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
Nomor 2 tahun 2014 tentang Jabatan Notaris yang baru, belum terbentuk,
demikian pula Peraturan Pelaksanaannya sebagaimana amanat pasal 91 B
Undang-Undang Nomor 2 tahun 2014 tentang Jabatan Notaris juga belum
ada, sehingga mekanisme penyidikan terhadap Notaris masih mengacu
pada Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang Jabatan Notaris yang
lama. Padahal Undang-Undang Nomor 30 tahun 2004 tentang jabatan
Notaris lama telah diralat dengan adanya putusan dari Mahkamah
Konstitusi Nomor 49/PUU-X/2013, tanggal 28 Mei 2013 yang mencabut
pasal 66 ayat (1), khususnya pada frasa tentangkewajiban untuk
mendapatkan persetujuan dari Majelis Pengawas Daerah (MPD). Hal ini
akhirnya juga berhubungan dengan tidak berlakunya lagi ketentuan dalam
pasal 14 ayat (1) Peraturan Menteri Hukum dan HAM RI Nomor
M.03HT.0310, tahun 2007 yang mengatur tentang hal serupa.
Dengan demikian saat ini realisasinya dalam proses pemanggilan oleh
penyidik terhadap Notaris yang diduga melakukan tindak pidana, ataupun
sebagai saksi biasa, maka mekanisme pemanggilannya dapat langsung
kepada Notaris yang bersangkutan, tanpa melalui MPD ataupun MKN.
IV. PENYITAAN TERHADAP PROTOKOL NOTARIS
1. Dasar hukum penyitaan Protokol Notaris
Landasan hukum penyitaan terhadap Protokol Notaris adalah sama dengan
dasar hukum dalam pemanggilan dan pemeriksaan terhadap Notaris, yaitu
melalui persetujuan Majelis Kehormatan Notaris (MKN) sesuai dengan pasal
66 UU RI No 2 Tahun 2014 tentang Jabatan Notaris.
Disamping itu dasar hukum lain adalah sama dengan mekanisme
penyitaan pada umumnya sebagaimana dimaksud dalam Undang Undang
Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana,
yaitu penyitaan hanya dapat dilakukan oleh penyidik dengan surat izin
Ketua Pengadilan Negeri setempat, kecuali dalam keadaan yang sangat
perlu dan mendesak bilamana penyidik harus segera bertindak dan tidak
mungkin untuk mendapat surat izin terlebih dahulu, maka penyidik dapat
melakukan penyitaan hanya atas benda bergerak dan untuk itu wajib
segera melaporkan kepada Ketua Pengadilan Negeri setempat guna
memperoleh persetujuannya.
2. Mekanisme penyitaan Protokol Notaris
mekanisme proses penyitaan terhadap protokol Notaris prinsipnya adalah
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 63/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 64/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 65/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 66/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 67/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
1. Pemerintah 3 orang.
2. Organisasi Notaris/INI 3 orang.
3. Ahli/Akademisi 3 orang.
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 71/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
keterangannya.
Putusan diucapkan dalam jangka waktu paling lambat 30
hari kalender sejak berkas diterima.
c. pemberhentian sementara;
d. pemberhentian dengan hormat; atau
e. pemberhentian dengan tidak hormat.
Penjatuhan Sanksi Disipliner (2)
(Pasal 32 Permen M.02.PR.08.10 Th 2004)
Dalam hal Majelis Pemeriksa Notaris menemukan dugaan
adanya unsur pidana yang dilakukan oleh terlapor, maka
Majelis Pemeriksa wajib memberitahukan kepada Majelis
Pengawas Notaris.
Dugaan unsur pidana yang diberitahukan kepada Majelis
Pengawas Notaris wajib dilaporkan kepada instansi yang
berwenang.
VI. Upaya Hukum atas Putusan
Majelis Pemeriksa Wilayah (1)
(Pasal 33 Permen M.02.PR.08.10 Th 2004)
Pelapor dan atau terlapor yang merasa keberatan atas
putusan Majelis Pemeriksa Wilayah berhak mengajukan
upaya hukum banding kepada Majelis Pengawas Pusat.
Upaya hukum banding dinyatakan dalam jangka waktu
paling lambat 7 (tujuh) hari kalender terhitung sejak
putusan diucapkan.
Dalam hal pelapor dan/atau terlapor tidak hadir pada saat
putusan diucapkan, maka pelapor dan/atau terlapor dapat
menyatakan banding dalam jangka waktu paling lambat 7
(tujuh) hari kalender terhitung sejak putusan diterima.
Upaya Hukum atas Putusan
Majelis Pemeriksa Wilayah (2)
(Pasal 34 Permen M.02.PR.08.10 Th 2004)
Pembanding wajib menyampaikan memori banding.
Penyampaian memori banding paling lambat 14 (empat
belas) hari kalender terhitung sejak banding dinyatakan.
Memori banding wajib disampaikan kepada terbanding
paling lambat 7 (tujuh) hari kalender sejak diterima oleh
Sekretariat Majelis Pengawas Wilayah.
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 74/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 75/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
- pemberhentian sementara
- pemberhentian dengan tidak hormat
Jawaban
Salam hormat, A di Jakarta.
Saudara A di Jakarta, terhadap pertanyaan saudara dapat saya jelaskan
sebagai berikut:
Pasal 1 Undang-Undang Jabatan Notaris (UUJN): Notaris
adalah Pejabat Umum yang untuk membuat akta otentik
dan kewenagan lainnya sebagai mana dimaksud dalam
Undang-Undang ini.berwenang
Pembuatan akta otentik dihadapan Notaris selain
diharuskan oleh peraturan perundang-undangan yang
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 77/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
Beberapa asas atau nilai yang harus dijaga seorang notaris yaitu :
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 78/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
Unsur Subjektif:
Unsur Objektif:
1. Ketidakwenangan absolut,
2. Ketidakwenangan relatif,
3. Kewenangan dengan persyaratan/kualifikasi.
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 80/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 81/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 83/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 84/85
16/9/2018 BAMBANG S. OYONG (Notaris-PPAT Kota Banjarmasin): DUGAAN TINDAK PIDANA TERHADAP NOTARIS
http://bambangoyong.blogspot.com/2016/06/dugaan-tindak-pidana-terhadap-notaris.html 85/85