Oleh : Dr. Bambang S. Oyong, SH, MH Kabid Organisasi PP IPPAT Pondasi IPPAT ➢Anggaran Dasar IPPAT ➢Anggaran Rumah Tangga IPPAT ➢Kode Etik IPPAT ➢Peraturan Perkumpulan ➢Peraturan lainnya yang berhubungan dengan PPAT (Peraturan yang dikeluarkan oleh Kementrian ATR dan Instansi lainnya) • Disebutkan pada ketentuan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART), IPPAT sebagai satu-satunya perkumpulan • Artinya tidak ada organisasi lain selain IPPAT yang menaungi PPAT dalam menjalankan jabatannya. • Kedudukan ini menetapkan bahwa IPPAT sebagai satu-satunya perkumpulan harus memberikan perlindungan bagi anggotanya, baik sebagai Anggota Biasa, Anggota Luar Biasa. Untuk itu menempatkan IPPAT sebagai perkumpulanharus kuat, padu dan bersinergi bersama. Kedudukan PPAT dalam Menjalankan Jabatan i. Peran PPAT sebagai Anggota Perkumpulan ii. Peran PPAT sebagai Pejabat Pendaftaran dan Membantu Badan Pertanahan Nasional iii. Peran PPAT dalam proses Pembinaan dan Pengawasan Peran PPAT Sebagai Perkumpulan • IPPAT (Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah), sebagai rumah besar dalam Perkumpulan yang menempatkan kedudukan kesamaan dan keinginan untuk memajukan organisasi. • IPPAT (Perkumpulan) didirikan berasasnya PANCASILA dan menempatkan UUD 1945 sebagai aturan hukum tertinggi • Peran Anggota baik sebagai Anggota Biasa, Anggota Luar Biasa dan Anggota Kehormatan, memiliki kedudukan dan peran yang berbeda namun menempatkan nilai-nilai untuk memajukan Perkumpulan (IPPAT) secara bersama-sama. Tujuan Perkumpulan (IPPAT) • Memajukan dan mengembangkan Ilmu hukum pada umumnya, khususnya ilmu serta pengetahuan di bidang angraria dan/atau yang berhubungan dgn lembaga Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT). • Mempererat hubungan kerja dan saling pengertian antar PPAT dgn masyarakat. • Menghimpun para PPAT diseluruh Indonesia dalam satu wadah Perkumpulan, untuk meningikatkan kualitas dan persaudaraan sesama PPAT. • Meningkatakan harkat dan martabat jabatan para PPAT. • Meningkatkan profesionalitas para PPAT dalam pengabdian kepada masyarakat, bangsa dan Negara. PPAT Dalam Pendaftaran Tanah • Pendaftaran Tanah adalah Kegiatan yang dilakukan Oleh Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur, meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun, termasuk pemberian surat tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah yang sudah ada haknya dan hak milik atas satuan rumah susun serta hak- hak tertentu yang membebaninya. • Lahirlah PP 10 Tahun 1961, diubah menjadi PP 24 Tahun 1997, diundangkan 8 Juli 1997 dan diberlakukan pd tgl 8 Oktober 1997 • Peraturan Menteri Agraria/Kepala BPN No. 3 Tahun 1997 Ttg Pelaksanaan PP 24 Tahun 1997. Hub PPAT Dalam Pendaftran Tanah Pasal 5 menyebutkan pendaftaran tanah diselenggarakan oleh Kantor Pertanahan. Pasal 6 ayat 2 Dalam melaksanakan Pendaftaran Tanah Kepala Kantor Pertanahan dibantu oleh PPAT dan Pejabat lainnya yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu menurut Peraturan Pemerintah dan Perundang-undangan yang bersangkutan. Pasal 7 ayat 1 PPAT sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 6 ayat 2 diangkat dan diberhentikan oleh Menteri Tugas Pokok PPAT • Tugas Pokok PPAT sebagaimana yang dimaksud pada PP 24 Tahun 1997 adalah melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah. • Fungsi melaksanakan sebagian Pendaftaran Tanah, sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 6 “Dalam melaksanakan Pendaftaran Tanah Kepala Kantor Pertanahan dibantu oleh PPAT dan Pejabat lainnya yang ditugaskan untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu menurut Peraturan Pemerintah dan Perundang-undangan yang bersangkutan” Tantangan PPAT Saat Ini • Berdasarkan jumlah PPAT selaku mitra kerja BPN yang telah terdaftar berjumlah 21.563 • Dari jumlah 21.565 PPAT yang tervalidasi 20.680. • Dari jumlah tersebut terverifikasi sejumlah 19.972 PPAT • Namun dari hasil terverifikasi terdapat 1.542 PPAT tanpa akta. • PPAT tanpa akta adalah PPAT yang tidak menjalankan jabatannya sebagaimana yang ada. Hal ini karenakan : 1. Tdk ada laporan dari PPAT yang bersangkutan kepada Kantor Pertanahan (laporan bulanan) 2. PPAT yang alamat dan domisili tdk didapat dalam rangka proses pengawasan PPAT Tanpa Akta sejumlah 1.543 • Dari jumlah 1.543 • Propinsi Jawa Barat 459 PPAT • Propinsi Jawa Tengah 105 PPAT • Propinsi Jawa Timur 198 PPAT • Propinsi Kaltim 10 PPAT Permasalah yang dihadapi PPAT • Timbulnya persaingan antar anggota PPAT • Persaingan tarif yang tidak mencerminkan jabatan PPAT • Tidak cermat dan tidak hati-hati dalam menjalankan jabatan • Merendahkan jabatan PPAT • Tidak memahami beberapa aturan yang berlaku (kurang abdate informasi) • Merangkap jabatan dan tidak melakukan laporan dalam rangkap jabatan tersebut • dll Tantangan Era Didigitalisasi Saat ini • Tantangan tersebut dimulai saat diberlakukannya UU Cipta Kerja(UU No.11 Tahun 2020), Terlihat pada : 1. Pasal 125 sd. Pasal 135 mengenai Soal Bank Tanah 2. Pasal 136 sd Pasal 142 pembahasan mengenai Pengaturan Mengenai Penguatan Hak Pengelolaan 3. Pasal 143 sd. Pasal 145 Pembahasan mengenai Satuan Rumah Susun Untuk Orang Asing 4. Pasal 146 sd Pasal 147 Pembahasan mengenai Pemberian Hak Atas Tanah/Hak Pengelolaan Pada Ruang Atas Tanah dab Ruabg Bawah Tanah Menjawab Tantangan pada UU Cipta Kerja Khusus pada klaster Pertanahan lahirlah beberapa PP ➢PP No. 18 Tahun 2021 Tentang Hak Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan Rumah Susun dan Pendaftran Tanah. ➢PP No. 19 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. ➢PP No. 20 Tahun 2021 Tentang Penertiban Kawasan dan Tanah Telantar ➢PP No, 21 Tahun 2021 Tentang Penyelenggaran Penataan Ruang Note: 4 PP ini tidak lepas dari menjawab dari permasalahn UU Cipta Kerja Digitalisasi di bidang Pertanahan BAB VII PENDAFTARAN TANAH (bagian Pertama) Penyelenggaraan Pendaftaran Tanah Secara Elektronik Pasal 84 (1) Penyelenggaraan dan pelaksanaan Pendaftaran Tanah dapat dilakukan secara elektronik. (2) Hasil penyelenggaraan dan pelaksanaan Pendaftaran Tanah secara elektronik sebagaimana dimaksr:d pada ayat (1) berupa data, informasi elektronik, danlataur dokumen elektronik. (3) Data dan informasi elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah. (4) Data dan informasi elektronik dan/atau hasil cetaknya sebagaimana dimaksud pada ayat (3) merupakan perluasan dari alat bukti yang sah sesuai dengan hukum acara yang berlaku di lndonesia. (5) Penerapan Pendaftaran Tanah elektronik dilaksanakan secara bertahap dengan mempertimbangkan kesiapan sistem elektronik yang dibangun oleh Kementerian. Pasal 86 • Pembuatan akta Pejabat Pembuat Akta Tanah dapat dilakukan secara elektronik. Pasal 89 Pasal 89 Penda.ftaran hak tanggungan dilakukan oleh Kantor Pertanahan secara elektronik paling lama 7 (tujuh) hari kalender setelah dokumen yang diperlukan untuk pendaftaran hak tanggungan dinyatakan memenuhi syarat. Sedangkan pada ketentuan Pasal 147 UUCK, disebutkan “Tanda bukti hak atas tanah hak milik atas satuan rumah susun , hak pengelolaan , dan hak tanggungan , termasuk akta peralihan hak atas tanah dan dokumen lainnya yang berkaitan dengan tanah dapat dibentuk elektronik” Hal ini dipertegas pada ketentuan Pasal 175 “ Bahwa pajabat dan atau Badan Pemerintah dapat membuat keputusan Berbentuk Elektronik. Bahwa dalam ketentuan tersebut fungsi pengawasan dan pembinaan harus dapat berjalan. Layanan Digital PPAT (Grand Design Modernisasi Pelayanan Pertanahan) Tahun 2019 - HT Elektronik (pembebanan, peralihan, perubahan nama, Hapusnya/Roya) - Informasi Elektronik (Pengecekan, SKPT, ZNT) - Digitalisasi dokumen • Tahun 2020 • HT Elektronik berlaku secara Nasional • Pelayanan informasi Pertanahan Elektronik ditingkatkan • Tahun 2021 • Pemberlakukan sertifikat Elektronik • Layanan informasi Elektronik • Peralihan hak Elektronik (berasal dari Akta PPAT) • Penyerderhanaan proses peralihan hak • Tersediannya Kantor layanan khusus one stop service (permohonan pemberian hak dan penerbitan sertifikat. • Catatan tahun 2022 fully digital Tujuan Pendaftaran Tanah ➢A. untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum kepada pemegang hak atas suatu bidang tanah, satuan rumah susun dan hak-hak lain yang terdaftar agar dengan mudah dapat membuktikan dirinya sebagai pemegang hak yang bersangkutan, ➢B. untuk menyediakan informasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan termasuk Pemerintah agar dengan mudah dapat memperoleh data yang diperlukan dalam mengadakan perbuatan hukum mengenai bidang-bidang tanah dan satuan-satuan rumah susun yang sudah terdaftar; ➢C. untuk terselenggaranya tertib administrasi pertanahan PPAT menolak untuk membuat akta (Pasal 39 PP 24 tahun 1997), jika : • mengenai bidang tanah yang sudah terdaftar atau hak milik atas satuan rumah susun, kepadanya tidak disampaikan sertipikat asli hak yang bersangkutan atau sertipikat yang diserahkan tidak sesuai dengan daftar-daftar yang ada di Kantor Pertanahan. • Mengenai bidang tanah yang belum terdaftar, kepadanya tidak disampaikan : 1) surat bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) atau surat keterangan Kepala Desa/Kelurahan yang menyatakan bahwa yang bersangkutan menguasai bidang tanah tersebut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2); dan 2) surat keterangan yang menyatakan bahwa bidang tanah yang bersangkutan belum bersertipikat dari Kantor Pertanahan, atau untuk tanah yang terletak di daerah yang jauh dari kedudukan Kantor Pertanahan, dari pemegang hak yang bersangkutan dengan dikuatkan oleh Kepala Desa/Kelurahan; atau • Salah satu atau para pihak yang akan melakukan perbuatan hukum yang bersangkutan atau salah satu saksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 tidak berhak atau tidak memenuhi syarat untuk bertindak demikian; atau • Salah satu pihak atau para pihak bertindak atas dasar suatu surat kuasa mutlak yang pada hakikatnya berisikan perbuatan hukum pemindahan hak. • Untuk perbuatan hukum yang akan dilakukan belum diperoleh izin Pejabat atau instansi yang berwenang, apabila izin tersebut diperlukan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku. • Obyek perbuatan hukum yang bersangkutan sedang dalam sengketa mengenai data fisik dan atau data yuridisnya; • Tidak dipenuhi syarat lain atau dilanggar larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan yang bersangkutan • Penolakan sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 39 PP 24 Tahun 1997, untuk membuat akta tersebut diberitahukan secara tertulis kepada pihak-pihak yang bersangkutan disertai alasannya. Pasal 40 • Selambat-lambatnya 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal ditandatanganinya akta yang bersangkutan, PPAT wajib menyampaikan akta yang dibuatnya berikut dokumen-dokumen yang bersangkutan kepada Kantor Pertanahan untuk didaftar. • PPAT wajib menyampaikan pemberitahuan tertulis mengenai telah disampaikannya akta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kepada para pihak yang bersangkutan. Masalah Pertanahan dimulai dari kesiapan data fisik dan data yuridis ? • Sejauh mana orang boleh mempercayai kebenaran data fisik dan data yuridis yang disajikan dan sejauhmana orang akan dilindungi oleh hukum, apabila mengadakan perbuatan hukum berdasarkan data tersebut, kemudian ternyata tidak benar ? • Untuk mejawab pertanyaan tersebut harus dilihat pada system publikasi yang digunakan dalam penyelenggaraan Pendaftarn Tanah maupun pemeliharaan pendaftaran tanah. • Sistem publikasi positif Negara menjamin kebenaran data yang disajikan • Sistem publikasi negatif, Negara tidak menjamin kebenaran data yang disajikan walupun sudah didaftarkan. • Indonesia menganut system ganda yaitu sitem publikasi negatif yang mengandung unsur positif. Pengecekan Elektronik • Pengecekan Elektronik adalah sesuatu hal yang selalu menjadi perhatian dalam pemberian pelayanan kepada masyarakat. • Pengecekan bidang tanah adalah bagian dari Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah . Kegiatan Pemeliharaan Data Pendaftaran Tanah meliputi Pendaftaran Peralihan dan Pembebanan Hak dan Pendaftaran Perubahan Data Pendaftaran Tanah. Pemeliharaan data pendaftaran tanah dilakukan apabila terjadi perubahan pada data fisik dan data yuridis obyek Pendaftaran Tanah yang telah terdaftar. • PETUNJUK TEKNIS NOMOR 5/Juknis-100.HK.02/VIII/2021 TENTANG LAYANAN INFORMASI PERTANAHAN DAN TATA RUANG SECARA ELEKTRONIK • Ruang Lingkup Juknis No. 5/Juknis-100.HK.02/VIII/2021 TENTANG LAYANAN INFORMASI PERTANAHAN DAN TATA RUANG SECARA ELEKTRONIK • Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional telah melakukan transformasi layanan informasi pertanahan dan tata ruang sebagai upaya penyempurnaan sistem layanan publik yang menyangkut metode dan prosedur layanan dalam rangka memberikan layanan yang mudah, cepat, tepat, terjangkau dan akuntabel melalui penerapan dan pengembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) pada berbagai layanan pertanahan dengan cara memperluas akses lokal, membuka layanan interaktif, dan mendorong partisipasi masyarakat sehingga terwujud peningkatan akses dan kualitas layanan. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional menyadari bahwa peningkatan kualitas layanan yang baik akan menciptakan sistem tata kelola pemerintahan menuju good governance yang transparan dan akuntabel. PPAT Dalam Rangka Proses Pengawasan/ Pembinaan • Pengawasan PPAT dilaksanakan oleh Majelis Kehormatan PPAT dilakukan secara internal demi tegaknya proses Kode Etik Perkumpulan. (Keputusan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala BPN RI No. 112/Kep-4-1/IV/2017 Tentang Pengesahan Kode Etik IPPAT) • Pengawasan PPAT secara Eksternal dilaksanakan oleh Majelis Pembinaan Dan Pengawasan PPAT (MPPP) (Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepada BPN RI No.2 Tahun 2018 Tetang Pembinaan Dan Pengawasan PPAT. Kode Etik diartikan seluruh kaidah moral yang ditentukan oleh Perkumpulan berdasarkan Keputusan Kongres dan.atau yang ditentukan oleh dan di atur dalam peraturan Perundang-undangan yang mengatur tentang hal itu dan yg berlaku bagi serta wajib ditaati oleh anggota perkumpulan IPPAT dan semua orang yang menjalankan tugas dan jabatan sebagai PPAT, termasuk di dalamnya para PPAT Pengganti. Kode Etik berlaku bagi seluruh PPAT dan bagi PPAT Pengganti, baik dlam rangka melaksanakan tugas jabatan (khusus bagi yang melaksanakan tugas jabatan PPAT atau dalam kehidupan sehari hari.. Kode Etik diberuntukan IPPAT dan PPAT Kode Etik, utk : Ikatan Pejabat Pembuat Akta Tanah (Keputusan Menteri Agrariadan Tata Ruang/Kepala BPN RI No. 112/Kep-4-1/IV/2017 Tentang Pengesahan Kode Etik IPPAT ). Dijalankan /ditegakkan oleh : ➢Pada tingkat pertama oleh Pengurus Daerah IPPAT dan Majelis Kehormatan Daerah bersama-sama dgn Pengurus Wilayah dan seluruh anggota Perkumpulan IPPAT. ➢Pada tingkat terakhir oleh Pengurus Pusat IPPAT dan Majelis Kehormatan Pusat Pijakan Kode Etik PPAT 1. PP No. 37 Tahun 1998 Ttg Peraturan jabatan PPAT 2. Peraturan Kepala BPN No. 1 Tahun 2006 TTg Ketentuang Pelaksanaan PP 37 tahun 1998 Ttg Peraturan Jabatan PPAT 3. PP No 24 Tahun 2016 Ttg Perubahan Ats Peraturan PP No. 37 Tahhun 1998 Ttg Peraturan Jabatan PPAT 4. Peraturan Meteri Agraria Dan Tata Ruang Wilayah/Kepala BPN RI No. 2 Tahun 2018 Ttg Pembinaan dan Penggawasan PPAT. 5. AD, ART, Peraturan Perkumpulan IPPAT Kode Etik PPAT dijalankan oleh Majelis Pembinaan dan Pengawasan PPAT (MPPP). MPPP Pusat adalah Majelis Pembinaan dan Pengawasan PPAT yang berkedudukan di Kementrian (MPPP Pusat) (Pasal 1 angka 12) MPPP Wilayah adalah Majelis Pembinaan dan Pengawasan PPAT yang berkedudukan di Kanwil BPN (MPPP Wilayah) (Pasal 1 angka 13) MPPP Daerah adalah Majelis Pembinaan dan Pengawasan PPAT yang berkedudukan di Kantor Pertanahan (MPPP Daerah) (Pasal 1 angka 14) Substansi Kode Etik • Kewajiban • Larangan • Pengecualian • Sanksi Sanksi Pelanggaran • Teguran • Peringatan • Schorsing (Pemecatan sementara) dari Keanggotaan Perkumpulan IPPAT • Onzetting (Pemecatan) dari Keanggotaan Perkumpulan IPPAT • Pemberhentian Dengan Tidak Hormat dari Keanggotaan Perkumpulan IPPAT TERIMA KASIH