Anda di halaman 1dari 11

KEJAKSAAN NEGERI MAJENE

KEJAKSAAN NEGERI MAJENE

DASAR HUKUM PTSL


1. Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 33 Ayat (3)
“Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya
dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar
kemakmuran rakyat”
2. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2021 Tentang Hak
Pengelolaan, Hak Atas Tanah, Satuan Rumah Susun Dan
Pendaftaran Tanah.
3. Peraturan Menteri Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional RI
Nomor 7 Tahun 2019 Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan
Menteri Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional RI Nomor 3
Tahun 1997 Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Pendaftaran Tanah.
Peraturan Menteri Agraria/ Kepala Badan Pertanahan Nasional RI
4. Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap (PTSL)
KEJAKSAAN NEGERI MAJENE

PENGERTIAN DAN GARIS BESAR PTSL


1. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan
Nasional RI Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap (Pasal 1 Ayat 1)
• Pendaftaran Tanah adalah rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh
Pemerintah secara terus menerus, berkesinambungan dan teratur,
meliputi pengumpulan, pengolahan, pembukuan, dan penyajian serta
pemeliharaan data fisik dan data yuridis, dalam bentuk peta dan
daftar, mengenai bidang-bidang tanah dan satuan rumah susun,
termasuk pemberian tanda bukti haknya bagi bidang-bidang tanah
yang sudah ada haknya, dan hak milik atas satuan rumah susun serta
hak-hak tertentu yang membebaninya.

2. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan


Nasional RI Nomor 6 Tahun 2018 Tentang Pendaftaran Tanah Sistematis
Lengkap (Pasal 1 Ayat 2)
• Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap yang selanjutnya disingkat
(PTSL) adalah kegiatan Pendaftaran Tanah untuk pertama kali yang
dilakukan secara serentak bagi semua objek Pendaftaran Tanah di
seluruh wilayah Republik Indonesia dalam satu wilayah
desa/kelurahan atau nama lainnya yang setingkat dengan itu, yang
meliputi pengumpulan data fisik dan data yuridis mengenai satu atau
beberapa objek Pendaftaran Tanah untuk keperluan pendaftarannya.
KEJAKSAAN NEGERI MAJENE

APA ITU PTSL?


PTSL singkatan dari Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap. PTSL
adalah suatu program serentak yang dilaksanakan oleh pemerintah
untuk memberikan jaminan kepastian hukum dan hak atas suatu
tanah milik masyarakat secara gratis. Bisa dibilang, PTSL adalah
proses pendaftaran pertama kali terhadap tanah yang belum
memiliki hak milik.
Pelaksanaan program ini menjadi inisiatif dari pemerintah, mengingat
bahwa proses lambannya pembuatan sertifikat tanah sering kali
menimbulkan masalah. Oleh sebab itu, pemerintah melalui
Kementerian ATR/BPN membuka Program Prioritas Nasional berupa
Percepatan Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap.

Program sertifikasi gratis ini telah dilaksanakan sejak tahun 2018 dan
akan terus berlangsung hingga tahun 2025. Pada tahun 2020 kemarin,
pemerintah telah menargetkan sertifikasi sebanyak 10 juta bidang
tanah. Sedangkan untuk tahun 2021 ini, target PTSL adalah sekitar 9
juta bidang tanah.
KEJAKSAAN NEGERI MAJENE

PERBEDAAN PTSL DAN PRONA


Prona dan PTSL adalah sama-sama program sertifikasi tanah gratis
yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat. Namun,
keduanya memiliki perbedaan. Jika anggaran Prona langsung disebar
ke berbagai desa, kota dan kabupaten, pendekatan yang diterapkan
pada PTSL adalah dari desa per desa, kota per kota dan kabupaten
per kabupaten.
Dalam Prona, hanya tanah yang terdaftar saja yang diukur dan
dilakukan pendataan. Sedangkan perbedaan dalam PTSL, pemerintah
fokus untuk mendata tanah secara sistematis. Jadi meskipun tanah
tersebut tidak terdaftar dalam PTSL akan tetap dilakukan pengukuran
demi kebutuhan pemetaan tanah.

Saat ini, Prona dan PTSL sendiri telah terintegrasi. Sehingga Anda bisa
langsung mengikuti program PTSL untuk mendapatkan SHM tanah.
Sedangkan untuk ketentuan penerima Prona dan PTSL tidak berbeda,
jadi penerima Prona juga bisa menerima PTSL.
KEJAKSAAN NEGERI MAJENE

TAHAPAN PROGRAM PTSL


Proses pembuatan PTSL dibagi menjadi beberapa tahapan, Tahapan ini dilakukan untuk memastikan
penggunaan PTSL yang berkualitas, kompeten dan sesuai dengan target. Beberapa tahapan PTSL adalah
sebagai berikut:
1. Penyuluhan
Jadwal penyuluhan akan ditentukan dan dilaksanakan oleh petugas BPN di wilayah desa. Penyuluhan ini
bertujuan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat mengenai proses PTSL.
2. Pendataan
Petugas kemudian akan melakukan pendataan mengenai status kepemilikan tanah dan bagaimana tanah
tersebut diperoleh (melalui hibah, warisan atau jual-beli) dan juga bukti surat BPHTB dan PPh.
3. Pengukuran
Setelah dilakukan pendataan dan tanah tersebut dinyatakan lolos, petugas akan melakukan pengukuran.
Pengukuran ini berdasarkan pada panjang dan lebar tanah serta batas antara tanah yang satu dengan
lainnya yang telah disepakati.
4. Sidang panitia A
Sidang ini dilaksanakan oleh 3 orang petugas BPN beserta satu orang perwakilan dari desa terkait.
Tujuannya adalah untuk memastikan data yuridis, pemeriksaan lapangan, mengumpulkan sanggahan,
membuat kesimpulan dan mendapatkan keterangan lain yang dibutuhkan.
5. Pengumuman dan pengesahan
Selesainya melewati segala tahapan diatas, petugas akan mengumumkan hasilnya dan melakukan
pengesahan dalam jangka waktu dua minggu kemudian. Pengumuman tersebut berisi nama pemilik
tanah, luas, tata letak dan bidang tanah. Jika tidak ada sanggahan, maka dapat dilakukan pengesahan dan
dilanjutkan dengan penerbitan sertifikat.
6. Penerbitan sertifikat
Sertifikat akan diterbitkan oleh Kementerian ATR/BPN Republik Indonesia kepada masyarakat sebagai
bukti kepemilikan atas tanah.
KEJAKSAAN NEGERI MAJENE

SYARAT PENGAJUAN PTSL


Meskipun program ini bisa diikuti oleh seluruh lapisan masyarakat.
Namun, ada beberapa syarat yang harus dilengkapi. Syarat inilah
yang akan menentukan apakah Anda lolos sebagai penerima PTSL
gratis dari pemerintah.
Syarat-syarat pengajuan PTSL adalah sebagai berikut:
1. Kartu keluarga dan kartu identitas berupa KTP;.
2. Surat permohonan pengajuan peserta PTSL.
3. Pemasangan tanda batas tanah yang telah disepakati dengan
pemilik tanah yang berbatasan.
4. Bukti surat tanah (Letter C, Akta Jual Beli, Akta hibah atau berita
acara kesaksian)
5. Bukti setor dan BPHTB dan PPh (kecuali bagi masyarakat
berpenghasilan rendah yang dibebaskan dari keduanya).
KEJAKSAAN NEGERI MAJENE

BIAYA PTSL
Pada dasarnya biaya PTSL adalah sepenuhnya gratis dan ditanggung
pemerintah. Namun, jika masyarakat diharuskan membayar biaya tertentu,
maka menurut Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri :

1. Menteri Agraria dan Tata Ruang/ Kepala Badan Pertanahan Nasional


Nomor : 25/SKB/V/2017 tanggal 27 Mei 2017;
2. Menteri Dalam Negeri Nomor : 590-3167A Tanggal 27 Mei 2017;
3. Menteri Desa PDTT Nomor : 34 Tahun 2017 Tanggal 27 Mei 2017.

tentang PTSL adalah bahwa program ini dikenakan biaya maksimal Rp. 150.000
(seratus lima puluh ribu rupiah) dan tidak boleh lebih dari itu. Oleh sebabnya,
jika ada oknum yang memungut lebih dari angka tersebut bisa dikenakan
hukuman.
KEJAKSAAN NEGERI MAJENE

UNDANG-UNDANG NOMOR 31 TAHUN 1999


TENTANG PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA KORUPSI
1. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Pasal 2 Ayat (1)
“Setiap orang yang secara melawan hukum melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi
yang dapat merugikan keuangan negara atau perekonomian negara, dipidana penjara dengan penjara seumur hidup atau
pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp.
200.000.000,00 (dua ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)”

2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Pasal 3


“Setiap orang yang dengan tujuan menguntungkan diri sendiri atau orang lain atau suatu korporasi, menyalahgunakan
kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada padanya karena jabatan atau kedudukan yang dapat merugikan keuangan
negara atau perekonomian negara, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling singkat 1 (satu)
tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan atau denda paling sedikit Rp. 50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) dan
paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)”

3. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Pasal 12


“Setiap orang yang melakukan tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 419, Pasal 420, Pasal 423, Pasal 425, atau
Pasal 435 Kitab Undang-undang Hukum Pidana, dipidana dengan pidana penjara seumur hidup atau pidana penjara paling
singkat 4 (empat) tahun dan paling lama 20 (dua puluh) tahun dan denda paling sedikit Rp. 200.000.000,00 (dua ratus juta
rupiah) dan paling banyak Rp. 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)”
KEJAKSAAN NEGERI MAJENE

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1946


TENTANG HUKUM PIDANA (KUHP)
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Pasal Pasal 263 Ayat (1) Tentang Pemalsuan Surat
“Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan
hutang, atau yang diperuntukkan sebagai bukti daripada sesuatu hal dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang
lain memakai surat tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak dipalsu, diancam jika pemakaian tersebut dapat menimbulkan
kerugian, karena pemalsuan surat, dengan pidana penjara paling lama enam tahun”

2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Pasal Pasal 385 (Diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun)
(1) “barang siapa dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, menjual, menukarkan
atau membebani dengan creditverband sesuatu hak tanah yang telah bersertifikat, sesuatu gedung, bangunan,
penanaman atau pembenihan di atas tanah yang belum bersertifikat, padahal diketahui bahwa yang mempunyai atau
turut mempunyai hak di atasnya adalah orang lain”
(2) “barang siapa dengan maksud yang sama menjual, menukarkan atau membebani dengan credietverband, sesuatu hak
tanah yang belum bersertifikat yang telah dibehani credietverband atau sesuatu gedung bangunan. penanaman atau
pembenihan di atas tanah yang juga telah dibebani demikian, tanpa mem beritahukan tentang adanya heban itu kepada
pihak yang lain”
(3) “barang siapa dengan maksud yang sama mengadakan credietverband mengenai sesuatu hak tanah yang belum
bersertifikat. Dengan menyembunyikan kepada pihak lain bahwa tanah yanr bezhubungan dengan hak tadi sudah
digadaikan”
(4) “barang siapa dengan maksud yang sama, menggadaikan atau menyewakan tanah dengan hak tanah yang belum
bersertifikat padahal diketahui bahwa orang lain yang mempunyai atau turut mempunyai hak atas tanah itu”
(5) “barang siapa dengan maksud yang sama, menjual atau menukarkan tanah dengan hak tanah yang belum bersertifikat
yang telah digadaikan, padahal tidak diberitahukannya kepada pihak yang lain bahwa tanah itu telah digadaikan”
(6) “barang siapa dengan maksud yang sama menjual atau menukarkan tanah dengan hak tanah yang belum bersertifikat
untuk suatu masa, padahal diketahui, bahwa tanah itu telah disewakan kepada orang lain untuk masa itu juga”
KEJAKSAAN NEGERI MAJENE

UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1946


TENTANG HUKUM PIDANA (KUHP)
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Pasal Pasal 368 Ayat (1) Tentang Pemerasan dan Pengancaman
“Barang siapa dengan maksud untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, memaksa seorang dengan
kekerasan atau ancaman kekerasan untuk memberikan barang sesuatu, yang seluruhnya atau sebagian adalah kepunyaan orang itu atau
orang lain, atau supaya membuat hutang maupun menghapuskan piutang, diancam karena pemerasan dengan pidana penjara paling lama
sembilan bulan”
2.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Pasal Pasal 351 Tentang Kejahatan Terhadap Nyawa
(1) “Penganiayaan diancam dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan atau pidana denda paling banyak empat ribu
lima ratus Rupiah”
(2) “Jika perbuatan mengakibatkan luka-luka berat, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun”
3. (3) “Jika mengakibatkan mati, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun”

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Pasal Pasal 353 Tentang Kejahatan Terhadap Nyawa
(4) “Penganiayaan dengan rencana lebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun”
(5) “Jika perbuatan itu mengakibatka luka-luka berat, yang bersalah dikenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun”
4. (6) “Jika perbuatan itu mengkibatkan kematian yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun”

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Pasal Pasal 354 Tentang Kejahatan Terhadap Nyawa
(7) “Barang siapa sengaja melukai berat orang lain, diancam karena melakukan penganiayaan berat dengan pidana penjara paling lama
5. delapan tahun”
(8) “Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama sepuluh tahun”

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 Pasal Pasal 355 Tentang Kejahatan Terhadap Nyawa
(9) “Penganiayaan berat yang dilakukan dengan rencana terlebih dahulu, diancam dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun”
(10) “Jika perbuatan itu mengakibatkan kematian, yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lams lima belas tahun”

Anda mungkin juga menyukai