Anda di halaman 1dari 99

SELAMAT DATANG PADA PEMBEKALAN

TEKNIS PERTANAHAN CALON


PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH (PPAT)
DAN PENYERAHAN SURAT KEPUTUSAN
PENGANGKATAN SEBAGAI PPAT

KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/


BADAN PERTANAHAN NASIONAL
JAKARTA, 1 JUNI 2016

E.S © 2016 1
PEMBEKALAN TEKNIS
PERTANAHAN

PELAKSANAAN OPERASIONAL
JABATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA
TANAH

Oleh :
DIREKTUR JENDERAL HUBUNGAN HUKUM KEAGRARIAAN
KEMENTERIAN AGRARIA DAN TATA RUANG/
BADAN PERTANAHAN NASIONAL
JAKARTA, 1 JUNI 2016
E.S © 2016 2
DASAR HUKUM
1. UU No. 5 tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria
2. UU No.4 tahun 1996 tentang Hak Tanggungan atas Tanah
Beserta Benda-Benda yang berkaitan dengan Tanah
3. UU No.17 tahun 2000 tentang Pajak Penghasilan (Perubahan
UU Nomor 7 Tahun 1983)
4. UU No.28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Restribusi
Daerah
5. UU No. 20 Tahun 2011 tentang Rumah Susun
6. PP No.24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
7. PP No.37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan Pejabat
Pembuat Akta Tanah
8. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional No.1 Tahun 2006
tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor
37 tahun 1998.

E.S © 2016 3
9. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 23 Tahun 2009 tentang Perubahan atas
Perkaban No. 1 Tahun 2006 tentang Ketentuan Pelaksanaan
PP No. 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan PPAT
10. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia No. 1 tahun 2010 tentang standar pelayanan
pertanahan
11. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia No. 8 Tahun 2012 tentang Perubahan Atas
PMNA/KBPN No. 3 tahun 1997
12. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia No.2 tahun 2013 tentang Pelimpahan
Kewenangan Pemberian Hak Atas Tanah dan Kegiatan
Pendaftaran Tanah

E.S © 2016 4
13. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1997 tentang
Pelaporan atau Pemberitahuan Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan jo SKB MNA/KBPN dan Dirjen Pajak No: SKB 2
Tahun 1998 KEP-179/Pj/1998 Tentang Laporan Bulanan
Pembuatan Akta oleh PPAT dan Pemberitahuan Bulanan
Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kotamadya Jo SE KBPN
RI No: 2363/17.3-300/VII/2012 Hal. Laporan Bulanan
Pembuatan Akta oleh PPAT dan Surat Ditjen Pajak No. S-
52/P1/2012 tentang Laporan Bulanan Pembuatan Akta oleh
Pejabat Pembuat Akta Tanah.
14. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 128 Tahun
2015 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan Negara
Bukan Pajak Yang Berlaku Pada Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional
15. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 165 Tahun
2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja
16. Keputusan Presiden RI Nomor 121/P/2014 tentang
pembentukan kementerian dan pembentukan Kabinet Kerja
2014-2019.
E.S © 2016 5
17. Surat Edaran Nomor 1/SE-100/I/2013 tanggal 3 Januari 2013
tentang Pengenaan Tarif Atas Penerimaan Negara Bukan Pajak
Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010;
18. Surat Edaran Nomor 5/SE/IV/2013 tanggal 10 April 2013 tentang
Pendaftaran Hak Atas Tanah Atau Pendaftaran Peralihan Hak Atas
Tanah Terkait dengan Pelaksanaan Undang-undang Nomor 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah;
19. Surat Edaran Bersama Menteri Keuangan, Menteri Dalam Negeri
dan Kepala BPN RI Nomor 4/SE/V/2014 tanggal 6 Mei 2014
tentang Petunjuk Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan
Bangunan Dalam Kaitannya Dengan Pendaftaran Hak Atas Tanah
atau Pendaftaran Peralihan Hak Atas Tanah;
20. Surat Edaran Nomor 5/SE/VI/2014 tanggal 18 Juni 2014 tentang
Petunjuk Beberapa Ketentuan Teknis Permohonan Penetapan Hak
Atas Tanah dan Pelayanan Pertanahan Lainnya;
21. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2015
tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang
22. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2015
tentang Badan Pertanahan Nasional

E.S © 2015 6
23. Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 8 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
24. Keputusan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 208/KEP-7.1/VIII/2015 tentang
Daerah Kerja Pejabat Pembuat Akta Tanah.

E.S © 2015 7
PENGERTIAN PPAT/PPATS/PPAT KHUSUS
• PPAT :
Pejabat umum yang diberi kewenangan membuat akta
otentik mengenai perbuatan hukum tertentu mengenai
hak atas tanah/ hak milik atas satuan rumah susun

• PPAT SEMENTARA :
Pejabat pemerintah yang ditunjuk karena jabatannya
untuk melaksanakan tugas ppat dengan membuat akta-
akta di daerah yang belum terdapat ppat

• PPAT KHUSUS
Pejabat badan pertanahan nasional yang ditunjuk
karena jabatannya untuk melaksanakan tugas ppat
dengan membuat akta ppat tertentu khusus dalam
rangka pelaksanaan program atau tugas pemerintah
tertentu
E.S © 2015 8
PEMBEKALAN TEKNIS PERTANAHAN

Pasal 17 Perkaban Nomor 1 Tahun 2006 :


1) Bagi calon PPAT yang akan diangkat sebagai PPAT, sebelum
melaksanakan tugasnya wajib mengikuti pembekalan
teknis pertanahan yang diselenggarakan oleh Badan
Pertanahan Nasional Republik Indonesia yang
penyelenggaraannya dapat bekerja sama dengan organisasi
profesi PPAT.
2) Keputusan pengangkatan PPAT diberikan kepada yang
bersangkutan setelah selesai pelaksanaan pembekalan
tehnis pertanahan.
3) Tembusan keputusan pengangkatan PPAT pemangku
kepentingan.

E.S © 20156 9
Pelantikan dan Pengangkatan
Sumpah Jabatan PPAT

Pasal 17 Perkaban Nomor 1 Tahun 2006 :


4) Untuk keperluan pelantikan dan pengangkatan
sumpah jabatan PPAT, setelah menerima keputusan
pengangkatan calon PPAT wajib melapor kepada
Kepala Kantor Pertanahan setempat paling lambat
3 (tiga) bulan.
5) Apabila calon PPAT tidak melapor dalam jangka
waktu 3 (tiga) bulan maka keputusan pengangkatan
PPAT yang bersangkutan batal demi hukum.

E.S © 2015 10
LARANGAN SEBELUM SUMPAH JABATAN PPAT

Pasal 18 PP Nomor 37 Tahun 1998:


1) PPAT dilarang menjalankan tugas Jabatan
sebagai PPAT sebelum mengucapkan sumpah
jabatan
2) Apabila dilanggar maka akta yang dibuat
tidak sah dan tidak dapat dijadikan dasar
bagi pendaftaran perubahan data
pendaftaran tanah.

E.S © 2015 11
TUGAS POKOK PPAT/PPATS/PPAT KHUSUS

Melaksanakan sebagian kegiatan pendaftaran tanah


dengan membuat akta sebagai bukti telah
dilaksanakan suatu perbuatan hukum tertentu
mengenai hak atas tanah atau hak milik atas satuan
rumah susun yang kemudian akan dijadikan dasar
bagi pendaftaran perubahan data pendaftaran
tanah yang diakibatkan oleh perbuatan hukum

E.S © 2015 12
Pembinaan dan Pengawasan PPAT
PP No. 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan PPAT
Pasal 33 :
Menteri melaksanakan pembinaan dan pengawasan terhadap
pelaksanaan tugas PPAT.
Peraturan Kepala BPN RI No.1 Tahun 2006 Tentang
Ketentuan Pelaksanaan PP No.37 Tahun 1998 Tentang
Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
Pasal 65 :
Pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas
PPAT dilakukan oleh Kepala Badan, dalam pelaksanaannya
oleh Kepala Badan, Kepala Kantor Wilayah dan Kepala Kantor
Pertanahan

E.S © 2016 13
Pasal 66 ayat (1) :
Pembinaan dan pengawasan yang dilakukan oleh Kepala
Badan:
1. Memberikan kebijakan mengenai pelaksanaan tugas
jabatan PPAT;
2. Memberikan arahan pada semua pemangku
kepentingan yang berkaitan dengan ke-PPAT-an;
3. Melakukan pembinaan dan pengawasan atas
organisasi profesi PPAT agar tetap berjalan sesuai
dengan arah dan tujuannya;
4. Menjalankan tindakan-tindakan lain yang dianggap
perlu untuk memastikan pelayanan PPAT tetap
berjalan sebagaimana mestinya;
5. Melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap
PPAT dan PPAT Sementara dalam rangka
menjalankan kode etik profesi PPAT.
E.S © 2016 14
Pasal 66 ayat (2) :
Pembinaan dan pengawasan terhadap PPAT yang dilaku-
kan oleh Kepala Kantor Wilayah sebagai berikut:
a. Menyampaikan dan menjelaskan kebijakan dan peraturan
pertanahan serta petunjuk tehnis pelaksanaan tugas PPAT
yang telah ditetapkan oleh Kepala Badan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
b. Membantu melakukan sosialisasi, diseminasi kebijakan dan
peraturan perundang-undangan pertanahan atau petunjuk
tehnis;
c. Secara periodik melakukan pengawasan ke kantor PPAT
guna memastikan ketertiban administrasi, pelaksanaan
tugas dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan ke-PPAT-an.

E.S © 2016 15
Pasal 66 ayat (3) :
Pembinaan dan pengawasan terhadap PPAT yang dilakukan
oleh Kepala Kantor Pertanahan sebagai berikut :
a. Membantu menyampaikan dan menjelaskan kebijakan dan
peraturan pertanahan serta petunjuk tehnis pelaksanaan
tugas PPAT yang telah ditetapkan oleh Kepala Badan dan
peraturan perundang-undangan;
b. Memeriksa akta yang dibuat PPAT dan memberitahukan
secara tertulis kepada PPAT yang bersangkutan apabila
ditemukan akta yang tidak memenuhi syarat untuk
digunakan sebagai dasar pendaftaran haknya;
c. Melakukan pemeriksaan mengenai pelaksanaan
kewajiban operasional PPAT

E.S © 2016 16
Pasal 67 ayat (1 s/d 5) :
Ayat (3) :
PPAT wajib melayani petugas untuk memeriksa buku
daftar akta, hasil penjilidan akta dan bukti-bukti
pengiriman akta ke Kantor Pertanahan.
Ayat (4) :
Sebagaimana bukti bahwa daftar akta sudah diperiksa,
petugas pemeriksa mencantumkan parafnya pada
setiap halaman yang sudah diperiksa dan pada akhir
halaman yang sudah diperiksa dengan dicantumkan
tulisan “buku daftar akta ini sudah diperiksa oleh Saya
………..” dan membubuhkan tanda tangannya dibawah
tulisan itu.
E.S © 2016 17
PENGANGKATAN dan PEMINDAHAN PPAT :
PENGANGKATAN :
 PPAT diangkat dan diberhentikan oleh KaBPN
 PPAT dapat diangkat setelah lulus ujian PPAT
 Permohonan Pengangkatan dilengkapi dengan :
a. SKCK (Surat Keterangan Catatan Kepolisian)
b. Surat keterangan kesehatan
c. Surat pernyataan bermaterai yang menyatakan kesediaan untuk
ditunjuk sebagai penerima protokol PPAT
d. Surat pernyataan bermaterai yang menyatakan tidak rangkap
jabatan
e. Daftar Riwayat Hidup
f. Fotokopi ijazah Program Pendidikan Spesialis Notariat atau Magister
Kenotariatan
g. Fotokopi ijazah S1 dan Program Pendidikan Khusus PPAT
h. Pembayaran PNBP setelah ada perintah setor.

Pasal 15 Perkaban Nomor 1 Tahun 2006

E.S © 2015 18
PERSYARATAN PENGANGKATAN KEMBALI
Alasan Pengangkatan Kembali :
a. Dalam rangka penyesuaian dengan kedudukannya sebagai Notaris,
bagi PPAT yang merangkap sebagai Notaris
b. Pernah mengajukan Pemberhentian Sementara karena alasan
kesehatan atau melaksanakan tugas jabatan lain (jabatan diluar
jabatan yang dilarang untuk dirangkap), dengan ketentuan masih
tersedia formasi di kab/kota tujuan (Pasal 30 Perkaban No.1/2006)

Syarat Masa Kerja :


- Permohonan pengangkatan kembali karena berhenti atas permintaan
sendiri dengan maksud untuk pindah daerah kerja lain dapat diajukan
setelah PPAT yang bersangkutan melaksanakan tugasnya paling
kurang 3 (tiga) tahun.

Pasal 22 s/d 24 Peraturan KBPN RI No.1/2006 :

E.S © 2016 19
Syarat Administrasi Pengangkatan Kembali
(Karena Pindah Menyesuaikan Tempat Kedudukan Notaris):
a. Fotocopy keputusan pengangkatan PPAT dan Berita Acara
Pengangkatan Sumpah Jabatan PPAT di daerah kerja semula;
b. Fotocopy keputusan pengangkatan Notaris dan Berita Acara Sumpah
Jabatan Notaris, bagi PPAT yang juga menjabat Notaris;
c. Fotocopy Berita Acara Penyerahan Protokol PPAT di daerah kerja
semula;
d. Surat pernyataan bermaterai yang menyatakan kesanggupan mene-
rima protokol PPAT calon penerima protokol di daerah kerja semula;
e. Surat keterangan dari organisasi profesi yang menerangkan PPAT yang
bersangkutan tidak pernah melanggar etika profesi PPAT
f. Surat keterangan Kepala Kantor Pertanahan setempat yang
menerangkan bahwa PPAT yang bersangkutan selama menjabat PPAT
tidak pernah mendapat sanksi administratif;
g. Surat keterangan Kepala Kantor Pertanahan setempat mengenai
penilaian kualitas dan kuantitas akta yang dibuat selama menjabat
sebagai PPAT.
Pasal 23 Peraturan KBPN RI No.1/2006
E.S © 2016: 20
KEWENANGAN DAN TUGAS POKOK PPAT
• PPAT BERWENANG MEMBUAT AKTA OTENTIK MENGENAI
PERBUATAN HUKUM YANG MERUPAKAN TUGAS POKOKNYA, YAITU :
A. JUAL BELI
B. TUKAR MENUKAR
C. HIBAH
D. PEMASUKAN KEDALAM PERUSAHAAN (INBRENG)
E. PEMBAGIAN HAK BERSAMA
F. PEMBERIAN HAK GUNAN BANGUNAN/ HAK PAKAI ATAS
TANAH HAK MILIK
G.PEMBERIAN HAK TANGGUNGAN
H. PEMBERIAN KUASA MEMBEBANKAN HAK TANGGUNGAN

E.S © 2016 21
KEDUDUKAN, TUGAS POKOK
DAN FUNGSI PPAT

Kedudukan PPAT adalah sebagai pejabat umum


yang membantu Kepala Kantor Pertanahan
dalam pelaksanaan sebagian kegiatan
pendaftaran tanah dengan kewenangan
membuat 8 akta.

E.S © 2016 22
FUNGSI DAN TANGGUNG JAWAB PPAT :

• Membuat akta yang berfungsi sebagai :


Bukti telah dilakukannya perbuatan hukum
tertentu mengenai hak atas tanah atau hak milik
atas satuan rumah susun
Dasar bagi pendaftaran perubahan data
pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh
perbuatan hukum itu
• Akta PPAT wajib dibuat sesuai dengan Perkaban
No. 8 Tahun 2012, sehingga dapat dijadikan dasar
yang kuat untuk pendaftaran pemindahan hak atas
tanah dan pembebanan hak yang bersangkutan.
• Menyampaikan akta PPAT dan dokumen
pendukung akta kepada kepala kantor pertanahan
dalam waktu 7 hari kerja.
E.S © 2016 23
HAK DAN KEWAJIBAN PPAT :

HAK PPAT :
 Cuti
 Memperoleh uang jasa (honorarium) dan
pembuatan akta sesuai Pasal 32 ayat (1) PP Nomor
37 Tahun 1998
 Memperoleh informasi serta perkembangan
peraturan perundang-undangan pertanahan
 Memperoleh kesempatan untuk mengajukan
pembelaan diri sebelum ditetapkannya keputusan
pemberhentian sebagai PPAT

E.S © 2016 24
KEWAJIBAN PPAT
a. menjunjung tinggi Pancasila, UUD 1945, dan Negara Kesatuan
Republik Indonesia;
b. mengikuti pelantikan dan pengangkatan sumpah jabatan PPAT;
c. menyampaikan laporan bulanan mengenai akta yang dibuatnya
kepada Kepala Kantor Pertanahan, Kepala Kantor Wilayah dan
Kepala Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan setempat
paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya;
d. menyerahkan protokol PPAT dalam hal PPAT yang berhenti
menjabat kepada PPAT di daerah kerjanya
e. membebaskan uang jasa kepada orang yang tidak mampu, yang
dibuktikan secara sah;
f. membuka kantornya setiap hari kerja kecuali sedang
melaksanakan cuti atau hari libur resmi dengan jam kerja paling
kurang sama dengan jam kerja Kantor Pertanahan setempat;

E.S © 2016 25
KEWAJIBAN PPAT
g. berkantor hanya di 1 kantor dalam daerah kerja
sebagaimana ditetapkan dalam keputusan pengangkatan
PPAT;
h. menyampaikan alamat kantornya, contoh tanda tangan,
contoh paraf dan teraan cap/stempel jabatannya kepada
Kepala Kantor Wilayah, Bupati/ Walikota, Ketua Pengadilan
Negeri dan Kepala Kantor Pertanahan yang wilayahnya
meliputi daerah kerja PPAT yang bersangkutan dalam
waktu 1 bulan setelah pengambilan sumpah jabatan;
i. melaksanakan jabatan secara nyata setelah pengambilan
sumpah jabatan;
j. memasang papan nama dan menggunakan stempel yang
bentuk dan ukurannya ditetapkan oleh Kepala Badan;
E.S © 2016 26
LARANGAN-LARANGAN PPAT :

Berdasarkan PP Nomor 37 tahun 1998 :


Pasal 18 :
(1) PPAT dilarang menjalankan tugasnya sebelum mengucapkan sumpah jabatan
(2) Apabila dilanggar maka akta tidak sah
Pasal 23 :
PPAT dilarang membuat akta apabila PPAT sendiri, suami atau istrinya,
keluarganya sedarah atau semenda dalam garis lurus tanpa pembatasan derajat dan
dalam garis kesamping sampai derajat kedua, menjadi pihak dalam perbuatan
hukum yang bersangkutan baik dalam cara bertindak sendiri maupun melalui
kuasa, atau menjadi kuasa dari pihak lain.
Pasal 30 :
PPAT dilarang meninggalkan kantornya lebih dari 6 (enam) hari kerja berturut-turut
kecuali dalam rangka menjalankan cuti

E.S © 2016 27
HAL-HAL HARUS DIPERHATIKAN SEBELUM
MEMBUAT AKTA PPAT:
Berdasarkan Pasal 39 PP Nomor 24 tahun 1997 :
PPAT menolak untuk membuat akta, jika :
a. Mengenai bidang tanah yang sudah terdaftar atau hak milik atas satuan
rumah susun, kepadanya tidak disampaikan sertipikat asli hak yang
bersangkutan atau sertipikat yang diserahkan tidak sesuai dengan daftar-
daftar yang ada di Kantor Pertanahan; atau
b. Mengenai bidang tanah yang belum terdaftar, kepadanya tidak
disampaikan :
1) surat bukti hak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1) atau
surat keterangan Kepala Desa/Kelurahan yang menyatakan bahwa
yang bersangkutan menguasai bidang tanah tersebut sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2); dan
2) surat keterangan yang menyatakan bahwa bidang tanah yang
bersangkutan belum bersertipikat dari Kantor Pertanahan, atau untuk
tanah yang terletak di daerah yang jauh dari kedudukan Kantor
Pertanahan, dari pemegang hak yang bersangkutan dengan dikuatkan
oleh Kepala Desa/Kelurahan; atau
E.S © 2016 28
HAL-HAL HARUS DIPERHATIKAN SEBELUM
MEMBUAT AKTA PPAT:

c. Salah satu atau para pihak yang akan melakukan perbuatan hukum
yang bersangkutan atau salah satu saksi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 38 tidak berhak atau tidak memenuhi syarat untuk
bertindak demikian; atau
d. Salah satu pihak atau para pihak bertindak atas dasar suatu surat
kuasa mutlak yang pada hakikatnya berisikan perbuatan hukum
pemindahan hak; atau
e. Untuk perbuatan hukum yang akan dilakukan belum diperoleh izin
Pejabat atau instansi yang berwenang, apabila izin tersebut
diperlukan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku;
atau
f. Obyek perbuatan hukum yang bersangkutan sedang dalam
sengketa mengenai data fisik dan atau data yuridisnya; atau
g. Tidak dipenuhi syarat lain atau dilanggar larangan yang ditentukan
dalam peraturan perundang-undangan yang bersangkutan.

E.S © 2016 29
Pemberhentian PPAT :

PPAT berhenti sebagai PPAT, karena :


1. Meninggal dunia; atau
2. Telah mencapai usia 65 (enam puluh lima) tahun; atau
3. Diangkat dan mengangkat sumpah jabatan atau melaksa-
nakan tugas sebagai notaris dengan tempat kedudukan di
kabupaten/kota yang lain daripada daerah kerjanya
sebagai PPAT; atau
4. Diberhentikan oleh Kepala Badan.
PPAT Khusus dan PPAT Sementara berhenti melaksanakan
tugas PPAT apabila tidak lagi memegang jabatan sebagai
Kepala Kantor Pertanahan (untuk PPAT Khusus) dan berhenti
sebagai Camat dan/atau Kepala Desa (untuk PPAT
Sementara)
E.S © 2016 30
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
Pemberhentian PPAT
• PPAT yang berhenti menjabat karena tidak lagi memegang
jabatannya dan atau telah menyelesaikan penugasannya
tidak perlu dibuatkan keputusan pemberhentiannya.
• PPAT yang berhenti karena mencapai usia 65 tahun paling
lambat 3 bulan sebelumnya melaporkan kepada Kepala
Kantor Pertanahan setempat mengenai PPAT yang bersedia
menerima protokol PPATnya
• PPAT yang berhenti dari jabatannya wajib menyerahkan
protokol PPATnya kepada PPAT kecuali karena
pemberhentian sementara.

E.S © 2016 31
PPAT diberhentikan dengan hormat karena :
a. permintaan sendiri;
b. tidak lagi mampu menjalankan tugas karena keadaan kesehatan badan
atau kesehatan jiwanya, setelah dinyatakan oleh tim pemeriksa
kesehatan berwenang atas permintaan Kepala Badan atau pejabat
yang ditunjuk;
c. melakukan pelanggaran ringan terhadap larangan atau kewajiban
sebagai PPAT;
d. diangkat sebagai PNS atau anggota TNI/POLRI.

PPAT diberhentikan dengan tidak hormat karena :


a. melakukan pelanggaran berat terhadap larangan atau kewajiban PPAT;
b. dijatuhi hukuman kurungan/penjara karena melakukan kejahatan
perbuatan pidana yang diancam hikuman kurungan atau penjara
paling lama 5 tahun atau lebih berat berdasarkan putusan pengadilan
yang sudah mempunyai kekuatan hukum tetap;
c. melanggar kode etik profesi

E.S © 2016 32
PELAKSANAAN JABATAN PPAT
(pasal 46 s/d 64 PERKABAN No.1 Tahun 2006)

Meliputi :
1. Kantor PPAT/PPATS ( pasal 46-47)
2. Stempel Jabatan PPAT/PPATS ( Pasal 48, lampiran 6)
3. Papan Nama dan Kop Surat (Pasal 49, lampiran 7 dan 8)
4. Blanko Akta PPAT/PPATS DAN PEMBUATAN AKTA (Pasal
52 dan 55 dan PERKABAN No.8 Tahun 2012)
5. Buku Daftar PPAT (Pasal 56-57 )
6. Penjilidan Akta dan Warkah Pendukung Akta (Pasal 58-
61)
7. Laporan Bulanan PPAT/PPATS (Pasal 62 jo. PP RI No. 34
Tahun 1997 Tentang Pelaporan atau pemberitahuan
Perolehan Hak Atas Tanah Atau Bangunan (BPHTB)).
E.S © 2016 33
Contoh Stempel PPAT :

Warna Tinta Stempel : MERAH


Catatan : Stempel ini jangan di scan karena bukan
ukuran sebenarnya
E.S © 2016 34
Contoh Stempel PPAT :

Ukuran stempel sesuai ketentuan dalam Pasal 48 ayat


(2) Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 1 Tahun 2006
E.S © 2016 35
Contoh Stempel PPAT :

Warna Tinta Stempel : MERAH


E.S © 2015 36
Contoh Papan Nama PPAT
yang Diangkat :

Ukuran : 100x40 cm atau 150x60 cm atau


200x80cm

E.S © 2015 37
Contoh Kop Surat :

E.S © 2016 38
Contoh Kop Surat :

• Tidak diperkenankan mencantumkan jabatan


selain PPAT
• Dicantumkan di bagian atas sebelah kiri dari
kertas surat dan sampul dinas PPAT dengan
tinta hitam
• (Pasal 50 Perkaban No. 1 Tahun 2006/Lamp.
VIII)

E.S © 2016 39
AKTA PPAT

E.S © 2016 40
PERSIAPAN PPAT SEBELUM MEMBUAT AKTA :

1.Pengecekan sertipikat di Kantor Pertanahan.


2.Melampirkan alat bukti atas hak atas
tanah/sertipikat.
3.Melampirkan bukti pelunasan PBB, SSP, SSB,
tahun berjalan.

E.S © 2016 41
PERSIAPAN PPAT SEBELUM MEMBUAT AKTA :
PENGHADAP (Para Pihak) :
a. Yang datang langsung menghadap PPAT :
Pemegang hak, Penerima hak, Pengurus dari badan hukum, Wali, Pengampu,
Penerima kuasa.
b. Harus dewasa :
- Surat Edaran Menteri Agraria da Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
Nomor 4/SE/I/2015 tanggal 26 Januari 2015 tentang Batas Usia Dewasa
Dalam Rangka Pelayanan Pertanahan, usia dewasa 18 Tahun atau sudah
menikah.
- Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2004 Tentang Jabatan Notaris, dewasa
hukum 18 Tahun.
a. Dikenal oleh PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah) secara pribadi
b. Dalam hal penghadap tidak dikenal secara pribadi, maka para penghadap
dikenalkan oleh 2 (dua) orang saksi pengenal (yang memenuhi syarat) atau oleh 2
(dua) orang teman penghadap atau 1 (satu) orang teman penghadap dan 1 (satu)
orang saksi pengenal.
c. Yang tidak dapat menjadi penghadap dari PPAT (Pejabat Pembuat Akta Tanah)
yang bersangkutan :
 PPAT
 Suami dan Isteri E.S © 2016 42
PERATURAN KEPALA BPN NOMOR 8 TAHUN 2012
TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI NEGARA
AGRARIA/KEPALA BPN NOMOR 3 TAHUN 1997
Bentuk, isi dan cara pembuatan akta PPAT
Peraturan Pemerintah RI No. 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah
Pasal 38 ayat (2):
“Bentuk, Isi dan cara pembuatan akta-akta PPAT diatur oleh Menteri”
Peraturan Pemerintah RI No.37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan
Pejabat Pembuat Akta Tanah
Pasal 21 ayat (1):
“Akta PPAT dibuat dengan bentuk yang ditetapkan oleh Menteri”.
Pasal 24:
“Ketentuan-ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pembuatan
akta PPAT diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai
pendaftaran tanah”.
E.S © 2016 43
Dengan berlakunya Peraturan Kepala BPN RI Nomor 8 Tahun 2012
pada tanggal 2 Januari 2013 maka Ketentuan dalam PMNA/Ka BPN
No.3 Tahun 1997 ttg ketentuan pelaksanaan PP No.24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah diubah sebagai berikut:
“Ketentuan Pasal 96 ayat (2) dihapus dan ayat (3) diubah serta setelah ayat
(3) ditambahkan 2 (dua) ayat baru yakni ayat (4) dan ayat (5)”.

“Pasal 96
1. Bentuk akta yang dipergunakan di dalam pembuatan akta sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 95 ayat (1) dan ayat (2) dan tata cara pengisian dibuat
sesuai dengan Lampiran Peraturan ini yang terdiri dari:
a) Akta Jual Beli;
b) Akta Tukar Menukar;
c) Akta Hibah;
d) Akta Pemasukan Ke Dalam Perusahaan;
e) Akta Pembagian Hak Bersama;
f) Akta Pemberian Hak Tanggungan;
g) Akta Pemberian Hak Guna Bangunan/Hak Pakai Atas Tanah Hak Milik;
dan
h) Surat Kuasa Membebankan Hak Tanggungan.”
E.S © 2016 44
Dengan berlakunya Peraturan Kepala BPN RI Nomor 8 Tahun 2012 pada tanggal 2
Januari 2013 maka Ketentuan dalam PMNA/Ka BPN No.3 Tahun 1997 ttg ketentuan
pelaksanaan PP No.24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah diubah sebagai
berikut:

(2) dihapus.
(3) Pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 95 ayat (1) dan pembuatan Akta Pemberian
Hak Tanggungan sebagaimana dimana dimaksud dalam Pasal 95
ayat (2) tidak dapat dilakukan berdasarkan akta yang
pembuatannya tidak sesuai dengan ketentuan pada ayat (1).
(4) Penyiapan dan pembuatan akta sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan oleh masing-masing Pejabat Pembuat Akta Tanah,
Pejabat Pembuat Akta Tanah Pengganti, Pejabat Pembuat Akta
Tanah Sementara, Pejabat Pembuat Akta Tanah Khusus.
(5) Kepala Kantor Pertanahan menolak pendaftaran akta Pejabat
Pembuat Akta Tanah yang tidak sesuai dengan ketentuan
sebagaimana diatur pada ayat (1).”

E.S © 2016 45
Struktur Akta PPAT :

1. KEPALA AKTA (AWAL AKTA)


2. BADAN AKTA (ISI AKTA)
3. KAKI AKTA (PENUTUP AKTA)

E.S © 2016 46
1. KEPALA AKTA (AWAL AKTA) :

a) Kop PPAT/PPAT Sementara/PPAT Khusus


b) Jenis Akta
c) Nomor Akta, Lembar pertama/lembar kedua
d) Hari, Tanggal, Bulan dan Tahun
e) Nama Lengkap PPAT, PPAT Sementara/PPAT Khusus
f) Jabatan dari Pejabat yang menerbitkan keputusan
Pengangkatan/ Penunjukkan PPAT
g) Tempat Kedudukan PPAT/PPAT Sementara dan dasar
pengangkatan/ Penunjukkan PPAT/PPAT Sementara

E.S © 2016 47
2. BADAN AKTA/ISI AKTA :
a. Komparisi akta berisi :
 Nama lengkap,
 Tempat/tanggal lahir,
 Kewarganegaraan,
 Pekerjaan, jabatan, kedudukan para
penghadap
b. Keterangan mengenai kedudukan bertindak
penghadap

E.S © 2016 48
c. Isi akta, antara lain :

1. Kehendak dan keinginan para pihak yang berkepentingan


(diawali dengan kalimat : para penghadap dikenal oleh
saya/……)
2. Obyek perbuatan hukum :
 Jenis hak atas tanah dan HM Sarusun
 Tanda bukti haknya (jenis hak, nomor hak atas tanah/HM
sarusun,SU/GS,NIB,Nomor Obyek Pajak, letak bidang
tanah/Sarusun, batas-batas bidang tanah)
3. Syarat-syarat yang ditentukan oleh para pihak antara lain :
 kediaman hukum yang dipilih para pihak,
 biaya pembuatan akta, uang saksi
 segala biaya peralihan hak atau pembebanan hak
 Nama lengkap, tempat/tanggal lahir, pekerjaan, jabatan,
kedudukan dan tempat tinggal saksi pengenal (bila ada)
E.S © 2016 49
3. KAKI AKTA (PENUTUP AKTA) :

a. diawali dengan “Demikianlah akta ini dibuat


dihadapan para pihak dan…..”
b. nama lengkap, tempat dan tanggal lahir, pekerjaan,
jabatan, kedudukan, dan tempat tanggal tinggal tiap-
tiap saksi akta;
c. uraian pembacaan dan penjelasan akta kepada para
pihak dan saksi-saksi
d. uraian tentang penandatanganan dan tempat
penandatanganan
e. uraian jumlah akta yang dibuat 2 (dua) rangkap asli
E.S © 2016 50
Spesifikasi SAMPUL akta
 jenis kertas sampul adalah kertas karton (contoh :
BW/BC/TIK) 150 s.d. 250 gram;
 ukuran kertas sampul 29.7 cm x 42 cm (A3);
 warna sampul putih;
 sampul depan diberikan kop PPAT dan ditulis judul
misal ”AKTA JUAL BELI”;
 penulisan judul akta dengan huruf Bookman Old
Style, ukuran 28 dan warna hitam;
 tinta yang dipergunakan berwarna hitam dan tidak
mudah luntur.

E.S © 2016 51
Ketentuan Umum Tata Cara Pengisian
Akta PPAT
Akta dibuat dalam bentuk asli sebanyak 2 (dua) rangkap
bermaterai cukup, masing-masing ditandatangani para pihak,
para Saksi dan PPAT.

Setiap rangkap akta terdiri dari beberapa formulir akta,


disusun dan diberi penomoran halaman dimulai dari halaman
pertama dan halaman seterusnya sesuai keperluan.

Pada setiap halaman akta PPAT diparaf oleh PPAT, para pihak
dan para saksi dibagian pojok kanan bawah halaman akta
PPAT.

E.S © 2016 52
Ketentuan Umum Tata Cara Pengisian
Akta PPAT

Dalam pembuatan Akta PPAT, untuk


menjaga keakuratan data, agar
dihindari adanya
perbaikan/pencoretan/penggantian/
penambahan (renvoi).

E.S © 2016 53
SPESIFIKASI FORMULIR AKTA
 jenis kertas HVS 80 s/d 100 gram;
 ukuran kertas 29.7 cm x 42 cm (A3);
 warna kertas putih;
 setiap halaman formulir akta dicetak diketik
dengan huruf Bookman Old Style, ukuran 12 dan
warna hitam;
 setiap lembar formulir akta diketik bolak-balik tiap
halaman;
 tinta yang dipergunakan berwarna hitam dan tidak
mudah luntur.

54
E.S © 2016
PENJILIDAN AKTA
 1 (satu) rangkap Lembar Pertama akta yang
disimpan oleh PPAT, dijilid dan dijahit tanpa
sampul, dan tidak ditempel teraan cap jabatan
PPAT;
 1 (satu) rangkap Lembar Kedua akta yang
disampaikan kepada Kantor Pertanahan, dijilid dan
dijahit dengan sampul, dan ditempel teraan cap
jabatan PPAT di tengah sisi kiri;
 salinan akta yang diberikan kepada para pihak, dijilid
dan dijahit dengan sampul, dan ditempel teraan
cap jabatan PPAT di tengah sisi kiri.
E.S © 2016 55
Kop AKTA PPAT
PEJABAT PEMBUAT AKTA TANAH
(PPAT)
SOFIA LAUREN, S.H., M.Kn.
DAERAH KERJA KOTA ADMINISTRASI JAKARTA SELATAN
SK. ........................ Nomor : …/.....-
…../…/...................
Tanggal ............................
Jalan Panglima Polim Nomor …, Kebayoran Baru,
Jakarta Selatan, Telepon.. Fax ...

E.S © 2016 56
Bagian Bawah FORMULIR AKTA
PPAT, diisi nama lengkap dengan gelar, dan
daerah kerja.
Contoh :

Sofia Lauren, S.H., M.Kn.


Daerah Kerja Kota Administrasi Jakarta Selatan

E.S © 2016 57
Bagian Bawah AKTA
PPAT Pengganti, diisi nama lengkap PPAT dan
yang digantikan dengan gelar serta daerah
kerja.
Contoh :

Fajria Clamentin, S.H., M.Kn.


Pengganti dari Marina, S.H., M.Kn.
Daerah Kerja Kabupaten Nunukan
E.S © 2016 58
Buku Daftar Akta PPAT :
1. PPAT wajib membuat daftar akta dengan
menggunakan 1 buku daftar akta untuk semua
jenis akta yang dibuatnya, yang di dalamnya
dicantumkan secara berurut nomor semua akta
yang dibuat berikut data lain yang berkaitan
dengan pembuatan akta.
2. Buku daftar PPAT diisi setiap hari kerja PPAT dan
ditutup setiap akhir hari kerja yang sama dengan
garis tinta hitam dan diparaf oleh PPAT pada
kolom terakhir dibawah garis penutup.
E.S © 2016 59
Buku Daftar Akta PPAT :
3. Apabila pada hari kerja yang bersangkutan tidak
terdapat akta yang dibuat, maka dicantumkan kata
“Nihil”, disamping tanggal pencatatan dimaksud.
4. Pada akhir kerja terakhir setiap bulan, daftar akta
PPAT ditutup dengan garis merah dan tanda
tangan serta nama jelas PPAT, dengan catatan di
atas tanda tangan tersebut yang berbunyi sebagai
berikut : “Pada hari ini …. tanggal …. daftar akta ini
ditutup oleh saya, dengan catatan dalam bulan ini
telah dibuat …. (….) buah akta”
E.S © 2016 60
Buku Daftar Akta PPAT :
5. Dalam hal PPAT menjalankan cuti, diberhentikan
untuk sementara atau berhenti dari jabatannya,
maka pada hari terakhir jabatannya itu PPAT yang
bersangkutan wajib menutup daftar akta dengan
garis merah dan tanda tangan serta nama jelas
dengan catatan di atas tanda tangan tersebut
yang berbunyi sebagai berikut : “Pada hari ini ….
tanggal …. Daftar akta ini ditutup oleh saya,
karena menjalankan cuti/berhenti untuk
sementara/berhenti.”

E.S © 2016 61
Contoh Buku Daftar Akta PPAT

E.S © 2016 62
Penjilidan Akta dan Warkah
Pendukung Akta

Akta PPAT dan dokumen yang dijadikan dasar


pembuatan akta PPAT dijilid dan disimpan sesuai
ketentuan yang berlaku.
(Pasal 58 – 61 Perkaban No. 1 Tahun 2006)

E.S © 2016 63
LAPORAN BULANAN
Berdasarkan Surat Edaran Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
2363/17.3-300/VII/2012 tanggal 5 Juli 2012 tentang Laporan Bulanan
Pembuatan Akta oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah, yang merupakan
tindak lanjut dari Surat Keputusan Bersama Menteri Negara
Agraria/Kepala Badan Pertanahan dan Direktur Jenderal Pajak Nomor
SKB 2 Tahun 1998/KEP-279/P1/1998 tentang Laporan Bulanan
Pembuatan Akta oleh Pejabat Pembuat Akta Tanah dan Pemberitahuan
Bulanan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, yang intinya sebagai
berikut :
1. Bahwa dengan berlakunya UU Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak
Daerah dan Retribusi Daerah menjadi kewenangan Pemerintah
Daerah sebagaimana Pasal 95 ayat (1), maka pengelolaan dan
Perkotaan dialihkan dari Direktorat Jenderal Pajak kepada
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

E.S © 2016 64
LAPORAN BULANAN
2. Direktorat Jenderala Pajak tetap memerlukan laporan bulanan pembuatan
akta PPAT dan pemberitahuan bulanan kepada Kepala Kantor Pertanahann
untuk melakukan pengawasan pemenuhan kewajiban Pajak Penghasilan
(PPh) atas penghasilan dari pengalihan hak atas tanah dan /atau bangunan
3. Untuk penyamaan persepsi, maka dimohon kepada Kepala Kantor Wilayah
BPN dan Kepala Kantor Pertanahan untuk menyesuiakan ketentuan pada
angka (1) , agar laporan bulanan pembuatan akta oleh PPAT, disampaikan
kepada :
a. Kepala Kanwil BPN Provinsi
b. Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
c. Kepala Dinas Pendapatan Daerah/Dinas Pendapatan, Pengelolaan
Keuangan dan Aset Daerah/Instansi Pemerintah Daerah yang ditunjuk
Kepala Daerah
d. Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kebupaten/Kota
setempat atau yang ditunjuk Kepala Kanwil Ditjen Pajak apabila dalam
satu Kabupaten/Kota terdapat lebih dari satuKPP Pratama
E.S © 2016 65
LAPORAN BULANAN

4. Untuk pemberitahuan bulanan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota


dapat disampaikan kepada :
a. Kepala Kantor Wilayah BPN Provinsi
b. Kepala Dinas Pendapatan Daerah /Dinas Pendapatan, Pengelolaan dan
Aset Daerah/Instansi Pemerintah Daerah yang ditunjuk Kepala Daerah
c. Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Kabupaten/Kota
setempat atau yang ditunjuk Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak apabila dalam satu Kabupaten/Kota terdapat lebih dari satu KPP
Pratama.

E.S © 2016 66
PROTOKOL AKTA PPAT
Protokol AKTA PPAT :
Kumpulan DOKUMEN yang harus disimpan
dan dipelihara oleh PPAT yang terdiri dari
daftar akta, asli akta lembar pertama, warkah
pendukung akta, arsip laporan bulanan,
agenda, dan surat – surat lainnya

E.S © 2016 67
Hal-hal yang Berkaitan dengan
Protokol PPAT
1. Calon PPAT sebelum diangkat sebagai PPAT
wajib membuat surat pernyataan bermaterai
cukup terkait kesediaannya untuk ditunjuk
sebagai penerima protokol PPAT lain.
2. PPAT yang akan berhenti karena mencapai usia
65 tahun, paling lambat 3 bulan sebelumnya
harus melapor kepada Kepala Kantor setempat
mengenai PPAT yang bersedia menerima
protokol PPAT-nya.

E.S © 2016 68
Hal-hal yang Berkaitan dengan
Protokol PPAT
3. PPAT, PPATS atau PPAT Khusus yang berhenti dari
jabatannya, wajib menyerahkan protokol PPAT-nya
kepada PPAT, PPATS, atau kepada Kepala Kantor
Pertanahan.
4. Penyerahan protokol PPAT yang berhenti menjabat
bukan karena meninggal dunia diberikan kepada
PPAT lain yang ditentukan oleh PPAT yang berhenti
menjabat tersebut dalam waktu 7 (tujuh) hari kerja
sejak tanggal berhenti PPAT yang bersangkutan,
namun, apabila menurut pemberitahuan dari PPAT
yang bersangkutan tidak ada yang ditentukan
olehnya, ditunjuk oleh Kepala Kantor Pertanahan

E.S © 2016 69
Hal-hal yang Berkaitan dengan
Protokol PPAT
5. Dalam hal PPAT berhenti karena meninggal dunia, maka ahli
warisnya wajib menyerahkan protokol PPAT kepada PPAT
yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah dalam waktu
paling lama 1 bulan setelah penunjukan tersebut.
6. PPAT yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Pertanahan atau
Kepala Kantor Wilayah sebagai penerima protokol wajib
menerima protokol PPAT yang bersangkutan.

E.S © 2016
70
PELANGGARAN-PELANGGARAN YANG SERING
DILAKUKAN OLEH SEBAGIAN BESAR PPAT
1. Akta-akta yang telah dibuat tidak diisi dalam buku daftar
akta;
2. Akta tidak dijilid/belum dijilid sehingga akta-akta yang telah
dibuat tercecer;
3. Tidak membuat laporan bulanan PPAT secara berkelanjutan;
4. Membuat akta, sertipikat HAT tidak disampaikan kepada
PPAT, contoh: Sertipikat ada di bank/dipihak lain.
5. Tidak melaksanakan pengecekan sertipikat, untuk tanah
yang telah bersertipikat, sebelum membuat akta;

E.S © 2016 71
6. Penandatanganan akta tidak dihadapan para pihak dan saksi;
7. Kejelasan para pihak di dalam komparisi akta yang tidak
jelas (kapasitas para pihak dalam melakukan perbuatan
hukum tersebut tidak jelas);
8. Belum dilunasinya kewajiban mengenai BPHTB serta Pajak
lainnya;
9. Akta PPAT tidak disampaikan kepada Kantor Pertanahan
dalam waktu 7 hari kerja;

E.S © 2016 72
PERATURAN-PERATURAN BARU
TERKAIT KE-PPAT-AN

E.S © 2016 73
SURAT EDARAN NOMOR 3044/7.1-100/VII/2013 tentang Revisi Surat
Pengantar Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 8 Tahun 2012

• Berkaitan Surat Sekretaris Utama Badan Pertanahan Nasional


Republik Indonesia Nomor 859/7.1-100/III/2013 tanggal 6 Maret
2013 perihal penyampaian Peraturan Kepala Peraturan Kepala
Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Nomor 8 Tahun
2012 pada angka 3 ditegaskan bahwa “ Blanko Akta PPAT yang
masih tersedia dapat digunakan oleh PPAT sampai dengan
tanggal 31 Maret 2013, sehingga per tanggal 1 April 2013 akta
PPAT yang dapat diterima pada Kantor Pertanahan adalah akta
PPAT yang sesuai dengan Peraturan Kepala Badan Pertanahan
Nasional Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012
• Atas permintaan beberapa Kepala Kantor Wilayah BPN dan
Kepala Kantor Pertanahan mengingat kondisi wilayah dan
ketersediaan sarana dan prasarana yang terbatas, maka
sepanjang Blanko Akta PPAT masih tersedia, maka Blanko Akta
PPAT yang disediakan oleh BPN tersebut masih dapat
dipergunakan.
E.S © 2016 74
SURAT EDARAN BERSAMA MENTERI KEUANGAN, MENTERI
DALAM NEGERI DAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL

• Nomor SE – 12/MK.07/2014
• Nomor 593/2278/SJ
• Nomor 4/SE/V/2014 Tanggal 6 Mei 2014
Tentang Pemungutan Bea Hak Atas Tanah dan Bangunan
dalam Kaitannya dengan Pendaftaran Hak Atas Tanah atau
Peralihan Hak Atas Tanah

Tindak lanjut :
Surat Edaran Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia tanggal 21 Mei 2014, Nomor 1837/7.1-100/V/2014

E.S © 2016 75
ISI SURAT EDARAN :
Petunjuk Pemungutan BPHTB dan Pendaftaran Hak atas Tanah atau
Pendaftaran Peralihan Hak atas Tanah :
1. Sesuai Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, BPHTB dapat dipungut
sebagai pajak daerah mulai tahun 2011 setelah Daerah menetapkan,
Peraturan Daerah mengenai BPHTB.
2. Sesuai dengan Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri Dalam
Negeri Nomor 186/PMK.07/2010 dan Nomor 53 Tahun 2010 tentang
Tahapan Persiapan Pengalihan BPHTB sebagai Pajak Daerah sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Bersama Menteri Keuangan dan Menteri
Dalam Negeri Nomor 127/ PMK.07/2012 dan Nomor 53 Tahun 2012,
Kementerian Keuangan menyampaikan Standar Operasional Prosedur (SOP)
BPHTB yang digunakan Direktorat Jenderal Pajak sebagai acuan untuk
menyusun Peraturan Kepala Daerah tentang SOP BPHTB.
3. Sesuai dengan SOP BPHTB yang digunakan Direktorat Jenderal Pajak, proses
penelitian/verifikasi bukti pembayaran BPHTB dilakukan paling lama 1 (satu)
hari kerja sejak diterimanya SSPD BPHTB untuk penelitian/verifikasi di
tempat (administrasi) dan paling lama 3 (tiga) hari kerja sejak diterimanya
SSPD BPHTB untuk penelitian/verifikasi lapangan dan tidak dipungut biaya.
E.S © 2016 76
Lanjutan …
4. Sesuai Pasal 101 ayat (4) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, dalam rangka
pemungutan BPHTB, Kepala Daerah mengatur mengenai tatacara pembayaran,
penyetoran, tempat pembayaran, angsuran, dan penundaan pembayaran pajak.
5. Berdasarkan ketentuan Pasal 101 ayat (4) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tersebut, Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk dapat melakukan
penelitian/verifikasi atas bukti pembayaran BPHTB, dengan tujuan:
a. Mencocokkan NOP yang dicantumkan dalam SSPD BPHTB dengan NOP yang
tercantum dalam fotokopi SPPT atau bukti pembayaran PBB lainnya.
b. Mencocokkan NJOP bumi per meter persegi yang dicantumkan dalam SSPD
BPHTB dengan NJOP bumi per meter persegi pada basis data PBB.
c. Mencocokkan NJOP Bangunan per meter persegi yang dicantumkan dalam
SSPD BPHTB dengan NJOP bangunan per meter persegi pada basis data PBB.
d. Meneliti kebenaran penghitungan BPHTB terutang yang meliputi dasar
pengenaan (NPOP/NJOP), NPOPTKP, tarif, pengenaan atas objek tertentu,
BPHTB terutang/yang harus dibayar.
e. Meneliti kebenaran penghitungan BPHTB yang disetor, termasuk besarnya
pengurangan yang dihitung sendiri.

E.S © 2016 77
Lanjutan …
6. Bukti pembayaran BPHTB wajib dilakukan penelitian/verifikasi dan
ditandatangani oleh Kepala Daerah atau Pejabat yang ditunjuk.
Adapun proses pendaftaran hak atas tanah atau pendaftaran
peralihan hak atas tanah dilaksanakan sesuai dengan Surat Edaran
Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5/ SE/IV/2013 tentang
Pendaftaran Hak atas Tanah atau Pendaftaran Peralihan Hak atas
tanah terkait dengan pelaksanaan Undang-Undang Nomor 28
Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
7. Dengan dikeluarkannya Surat Edaran Bersama ini, maka Surat
Edaran Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 05/ SE/ 1V/ 2013
dinyatakan tetap berlaku secara internal pada Kantor Wilayah BPN
dan Kantor Pertanahan di seluruh Indonesia.
8. Dalam rangka pelaksanaan Surat Edaran Bersama ini dan guna
melindungi hak Wajib Pajak serta kelancaran proses pemungutan
BPHTB dan administrasi pertanahan, Pemerintah Daerah melakukan
koordinasi dengan Kantor Wilayah BPN dan Kantor Pertanahan
setempat.

E.S © 2016 78
SURAT EDARAN NOMOR 4/SE/I/2015, TANGGAL 26
JANUARI 2015 TENTANG BATASAN USIA DEWASA
DALAM RANGKA PELAYANAN PERTANAHAN

Isi Surat Edaran :


Usia dewasa yang dapat melakukan perbuatan
hukum dalam rangka pelayanan pertanahan
adalah paling kurang 18 (delapan belas) tahun
atau sudah kawin.

E.S © 2015 79
Usia Dewasa Intinya :
1. Untuk mewujudkan kepastian hukum mengenai
kedewasaan dan kecakapan seseorang dalam melakukan
perbuatan hukum dalam rangka pelayanan pertanahan,
perlu adanya kejelasan mengenai batasan usia dewasa;

2. Adanya perbedaan persepsi dalam rangka pelayanan


pertanahan khususnya mengenai usia dewasa yang dapat
melakukan perbuatan hukum di bidang pertanahan maka
dibuatkan Surat Edaran ini agar memberikan kepastian
hukum dan adanya persamaan persepsi dalam
menentukan usia dewasa.

E.S © 2015 80
KEPUTUSAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BADAN
PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1/KEP-7.1/I/2015 TENTANG
PENGANGKATAN DAN PENEMPATAN PEJABAT PEMBUAT AKTA
TANAH DAN BATAS MAKSIMUM PEMBUATAN AKTA

Tanggal 6 Januari 2015

KEPUTUSAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BADAN


PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 8/KEP-7.1/I/2015 TENTANG
PERUBAHAN KEPUTUSAN MENTERI AGRARIA DAN TATA
RUANG/KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 1/KEP-
7.1/I/2015 PENGANGKATAN DAN PENEMPATAN PEJABAT PEMBUAT
AKTA TANAH DAN BATAS MAKSIMUM PEMBUATAN AKTA

Tanggal 13 Januari 2015

E.S © 2015 81
ISI KEPUTUSAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA
BADAN PERTANAHAN NASIONAL NOMOR 8/KEP-7.1/I/2015 :
1. Calon PPAT diangkat menjadi PPAT apabila telah lulus ujian PPAT yang
diselenggarakan oleh Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional dan sesuai dengan tempat kedudukan Notarisnya.
2. Pengangkatan kembali PPAT yang pindah daerah kerja dilakukan sesuai
dengan tempat kedudukan Notarisnya.
3. Seorang PPAT dalam 1 (satu) hari hanya dapat menandatangani akta
paling banyak 20 (dua puluh) akta.
4. Pada saat berlakunya keputusan ini, maka :
a. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Nomor 99/KEP-17.3/III/2011 tentang Formasi PPAT tahun 2011-
2015; dan
b. Keputusan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia
Nomor 103/KEP-17.3/III/2011 tentang Formasi Pengangkatan dan
Penempatan PPAT tahun 2011-2015,
Dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
E.S © 2016 82
SURAT MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BADAN
PERTANAHAN NASIONAL Nomor 543/5.31/II/2015 Tanggal 5
Februari 2015 Tentang Pemanfaatan Blanko Akta PPAT :

Isi Surat (inti) :


Menginstruksikan untuk memudahkan pendistribusian
Blanko Akta PPAT yang masih tersedia di Kantor Wilayah
dan Kantor Pertanahan sebagai fasilitas untuk
memperlancar tugas Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT/PPATS) dan wajib digunakan kembali sampai
persediaan habis. Pelaksanaan distribusi tersebut segera
dilaporkan pada kesempatan pertama.

E.S © 2016 83
Mengenai Pemanfaatan Blanko Akta PPAT yang di atas dalam Peraturan
Kepala BPN Nomor 8 Tahun 2012 Tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997
Tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
Tentang Pendaftaran Tanah akan dicabut dalam Rencana Revisi Peraturan
Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor
3 Tahun 1997 di atas dalam Pasal 96 sehingga berbunyi sebagai berikut:

 Pendaftaran perubahan data pendaftaran tanah sebagaimana dimaksud


Pasal 95 ayat 1 dan pembuatan SKMHT, APHT yang dimaksud dalam Pasal
95 ayat 2 dilakukan berdasarkan akta yang disediakan oleh:
a. Kementerian Agraria dan Tata Ruang/BPN selama persediaan akta
masih ada, atau;
b. Masing-masing PPAT, PPAT Pengganti, PPAT Sementara atau PPAT
Khusus yang Nomor Seri Aktanya dibuat oleh Aplikasi Administrasi
Pertanahan.

E.S © 2016 84
SURAT MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/KEPALA BADAN
PERTANAHAN NASIONAL Nomor 562/7.1/II/2015 Tanggal 5 Februari
2015 TENTANG PENGATURAN DAERAH KERJA DAN FORMASI PPAT

Isi Surat :
1. Daerah Kerja PPAT tetap mengacu pada PP No. 37 Tahun 1998
adalah satu wilayah kerja Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota;
2. Kebijakan pengaturan Daerah Kerja PPAT berdasarkan Regional
tertentu baru akan diusulkan dalam perubahan PP Nomor 37
Tahun 1998;
3. Formasi PPAT tidak ada pembatasan lagi berdasarkan
Keputusan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 1/KEP-7.1/I/2015 jo. Keputusan
Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan
Nasional Nomor 8/KEP-7.1/I/2015.

E.S © 2016 85
SURAT EDARAN NOMOR 5/SE/VI/2014 Tanggal 18 Juni 2014 tentang
Petunjuk Beberapa Ketentuan Teknis Permohonan Penetapan Hak
Atas Tanah dan Pelayanan Pertanahan Lainnya (fotokopi terlampir)

E.S © 2016 86
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
17 TAHUN 2015 TENTANG KEMENTERIAN AGRARIA
DAN TATA RUANG

• Ditetapkan tanggal 21 Januari 2015


• Diundangkan di Jakarta pada tanggal 23
Januari 2015
• LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2015 NOMOR 18

E.S © 2016 87
Isinya :
1. Kementerian Agraria dan Tata Ruang berada di
bawah Presiden
• Kementerian Agraria dan Tata Ruang dipimpin
oleh Menteri
2. Kementerian Agraria dan Tata Ruang
mempunyai Tugas: menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang Pertanahan/Agraria dan
Tata Ruang untuk membantu presiden dalam
menjalankan pemerintahan negara.
3. Kementerian Agraria dan Tata Ruang terdiri atas:

E.S © 2016 88
a. Sekretaris Jenderal;
b. Direktorat Jenderal Tata Ruang;
c. Direktorat Jenderal Infrastruktur Keagrariaan;
d. Direktorat Jenderal Hubungan Hukum Keagrariaan;
e. Direktorat Jenderal Penataan Agraria;
f. Direktorat Jenderal Pengadaan Tanah;
g. Direktorat Jenderal Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan
Penguasaan Tanah;
h. Direktorat Jenderal Penanganan Masalah Agraria, Pemanfaatan
Ruang dan Tanah;
i. Inspektorat Jenderal;
j. Staf Ahli Bidang Landreform dan Hak Masyarakat atas Tanah;
k. Staf Ahli Bidang Masyarakat Adat dan Kemasyarakatan;
l. Staf Ahli Bidang Ekonomi Pertanahan.

E.S © 2015 89
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR
20 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERTANAHAN
NASIONAL

• tanggal 21 Januari 2015


• Diundangkan di Jakarta pada tanggal 23
Januari 2015
• LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
TAHUN 2015 NOMOR 21

E.S © 2016 90
Isinya:
1. Badan Pertanahan Nasional (BPN) adalah Lembaga Pemerintah Non
Kementerian yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada
Presiden;
2. BPN dipimpin oleh seorang Kepala;
3. BPN mempunyai tugas melaksanakan tugas pemerintahan di bidang
pertanahan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
4. Dalam melaksanakan tugas dan fungsi BPN dikoordinasikan oleh
menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang agraria
dan tata ruang;
5. BPN terdiri atas:
a. Kepala yang dijabat oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang;
b. Susunan unit organisasi Eselon I menggunakan susunan organisasi
Eselon I pada Kementerian Agraria dan Tata Ruang yang tugas dan
fungsinya bersesuaian;

E.S © 2016 91
Lanjutan …

c. Unsur pendukung BPN menggunakan unsur pendukung yang ada di


lingkungan Kementerian Agraria dan Tata Ruang yang tugas dan
fungsinya bersesuaian;
d. Untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi BPN di daerah, dibentuk
Kantor Wilayah BPN di provinsi dan Kantor Pertanahan di
kabupaten/kota;
e. Kantor Pertanahan dapat dibentuk lebih dari 1 (satu) Kantor Pertanahan
di tiap kabupaten/kota.
f. Tugas, fungsi, susunan organisasi, dan tata kerja Kantor Wilayah BPN
dan Kantor Pertanahan ditetapkan oleh Kepala setelah mendapat
persetujuan dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan
di bidang aparatur negara.

E.S © 2016 92
Permasalahan dalam operasional pelaksanaan Jabatan PPAT

• Dijumpai PPAT yang merangkap jabatan Notaris tempat


kedudukan Notaris berbeda dengan daerah kerja PPAT;
• Stempel PPAT tidak sesuai ukurannya dengan ketentuan,
bahkan masih ada yang menggunakan stempel PPAT tipe A;
• Kop Surat tidak sesuai dengan ketentuan, pada umumnya
lambang garuda dan menggunakan jabatan notaris;
• Nomor surat dalam surat pengantar PPAT menggunakan no
kode notaris;
• Stempel dalam surat pengantar akta menggunakan stempel
notaris.

E.S © 2016 ES, Subdit PPH & PPAT BPN RI 2014 93


Peraturan Pemerintah Nomor 103 Tahun 2015 tanggal 22 Desember
2015 tentang Pemilikan Rumah Tempat Tinggal atau Hunian oleh
Orang Asing yang berkedudukan di Indonesia mencabut Peraturan
Pemerintah Nomor 41 Tahun 1996
Hal-hal yang prinsip diantaranya adalah :
a. Orang asing dapat memiliki rumah untuk tempat tinggal atau
hunian berbentuk rumah tinggal atau satuan rumah susun dengan
Hak Pakai;
b. Syaratnya keberadaan orang asing tersebut memberikan manfaat,
melakukan usaha, bekerja atau berinvestasi di Indonesia;
c. Dalam hal orang asing meninggal dunia, rumah tempat tinggal atau
hunian dapat diwariskan, dan ahli warisnya harus mempunyai ijin
tinggal di Indonesia;
d. Orang asing diberikan dengan hak pakai untuk rumah tinggal
pembelian baru dan Hak Milik Satuan Rumah Susun diatas Hak
Pakai untuk Sarusun pembelian baru

E.S © 2016 94
e. Hak Pakai untuk orang asing diberikan untuk jangka waktu 30 (tiga
puluh) tahun dan dapat diperpanjang untuk jangka waktu 20 (dua
puluh) tahun dan apabila perpanjangan telah berakhir dapat
diperbaharui untuk jangka waktu 30 (tiga puluh) tahun;

f. Rumah tinggal asing yang diberikan Hak Pakai diatas Hak Milik
berdasarkan perjanjian dapat diberikan Hak Pakai untuk jangka
waktu sesuai kesepakatan para pihak dan tidak lebih lama dari 30
(tiga puluh) tahun, dan apabila perpanjangan telah berakhir dapat
diperbaharui untuk jangka waktu 30 (tiga puluh) tahun sesuai
dengan kesepakatan pemegang Hak Atas Tanah;

E.S © 2016 95
g. Perpanjangan dan Pembaharuan Hak Pakai orang asing dapat disetujui
apabila orang asing tersebut masih memiliki ijin tinggal di Indonesia;

h. Dalam hal peralihan terhadap Hak Pakai atas orang asing, dalam jangka
waktu 1 (satu) tahun wajib mengalihkan hak atas rumah dan tanahnya
kepada pihak lain yang memenuhi syarat. Apabila dalam jangka waktu
tersebut belum dialihkan kepada pihak lain maka :
 Rumah dilelang oleh negara dalam hal dibangun diatas tanah Hak
Pakai atas Tanah Negara dan hasilnya menjadi hak dari bekas
pemegang hak,
 Rumah menjadi milik pemegang hak yang bersangkutan dalam hal
rumah tersebut dibangun berdasarkan perjanjian Hak Pakai diatas
Hak Milik,
 Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian, pelepasan
atau pengalihan hak atas pemilikan rumah tempat tinggal atau
hunian oleh orang asing diatur dengan Peraturan Menteri Agraria
dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertnahan Nasional

E.S © 2016 96
Peraturan Pemerintah Nomor 128 Tahun 2015 tanggal
28 Desember 2015 tentang Jenis dan Tarif Atas Jenis Penerimaan
Negara Bukan Pajak (PNBP) Yang Berlaku Pada Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional, mencabut
Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2010.
Khusus mengenai PPAT perubahannya adalah sebagai berikut :
1. Pengangkatan Pertama Kali, Pengangkatan Kembali, dan
Pemindahan Pejabat Pembuat Akta Tanah per orang Rp
500.000,00
2. Perpanjangan masa jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
per orang Rp 250.000,00
3. Penunjukan Pejabat Pembuat Akta Tanah Sementara per
orang Rp 250.000,00

E.S © 2015 97
4. Pelayanan Pejabat Pembuat Akta Tanah
a. Pelantikan Pejabat Pembuat Akta Tanah per orang Rp
500.000,00
b. Pelantikan Pejabat Pembuat Akta Tanah Sementara per
orang Rp 250.000,00
c. Perubahan data PPAT per orang Rp 100.000,00
d. Salinan Surat Keputusan Pengangkatan PPAT per orang Rp
50.000,00
e. Pemberian Cuti/Pemberhentian Sementara per orang Rp
50.000,00
f. Peningkatan Kualitas PPAT per orang Rp 2.900.000,00
5. Ujian Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) :
a. Pendaftaran Ujian PPAT per orang Rp 100.000,00
b. Pelaksanaan Ujian PPAT per orang Rp 1.000.000,00

E.S © 2015 98
TERIMA KASIH

E.S © 2016 99

Anda mungkin juga menyukai