Anda di halaman 1dari 21

KERANGKA ACUAN KERJA (KAK)/TERM OF REFERENCE (TOR)

PEMANTAUAN LEMBAGA

Kementerian Negara / : Kementeriaan Agraria dan Tata


Lembaga Ruang/Badan Pertanahan Nasional
Unit Eselon I : Direktorat Jenderal Penetapan Hak dan
Pendaftaran Tanah
Satker : Kantor Pertanahan Kabupaten Buleleng
Program : Penataan Hubungan Kelembagaan
Hasil (outcome) : Terwujudnya Pengaturan dan Pendaftaran
Tanah Komunal dan Penatausahaan
Tanah Ulayat serta Terwujudnya Kerja
Sama Kelembagaan yang Terintegrasi
Klasifikasi Rincian Output : Pemantauan Lembaga
(KRO)
Keluaran (Output) : PPAT yang berkualitas dan profesional
dalam menjalankan tugas jabatan PPAT
Rincian Output (RO) : 6414.BKC.004 Rekomendasi Hasil
Pembinaan dan Pengawasan PPAT
Wilayah/Daerah
Volume : 1
Satuan Ukur : Laporan

A. Latar Belakang
1. Dasar Hukum :

a. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan


Dasar Pokok-Pokok Agraria.
b. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1996 tentang Hak
Tanggungan Atas Tanah Beserta Benda-Benda Yang
Berkaitan Dengan Tanah.
c. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang
Pendaftaran Tanah.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang
Peraturan Jabatan PPAT sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998
tentang Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah
(PPAT).
e. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 47 Tahun
2020 tentang Kementerian Agraria dan Tata Ruang;
f. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 48 Tahun
2020 tentang Badan Pertanahan Nasional;
g. Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala BPN Nomor 3
Tahun 1997 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran
Tanah jo. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 tentang Perubahan
Atas Peraturan Menteri Negara Agraria/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 3 Tahun 1997 tentang Ketentuan
Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1997
tentang Pendaftaran Tanah.
h. Peraturan Kepala Badan Pertanahan Nasional Republik
Indonesia Nomor 1 Tahun 2006 tentang Ketentuan
Pelaksanaan PP 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).
i. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun 2015 tentang Organisasi
dan Tata Kerja Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional.
j. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 38 Tahun 2016 tentang
Organisasi
k. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 2018 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Pejabat Pembuat Akta Tanah.
l. Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 20 Tahun 2018 tentang Tata
Cara Ujian, Magang, Pengangkatan, Pengangkatan Kembali
dan Perpanjangan Masa Jabatan Pejabat Pembuat Akta
Tanah;
2. Gambaran Umum

Pejabat Pembuat Akta Tanah adalah pejabat umum yang diberi


kewenangan untuk membuat akta-akta otentik mengenai perbuatan
hukum tertentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik Atas
Satuan Rumah Susun. Daerah kerja PPAT adalah satu wilayah kerja
Kantor Pertanahan sesuai Pasal 5 Peraturan Kepala BPN Nomor 1
Tahun 2006.
Berdasarkan ketentuan Pasal 320 Peraturan Menteri Agraria
dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 8 Tahun
2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agraria dn Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional, Subdirektorat Pejabat Pembuat
Akta Tanah, Direktorat Pengaturan dan Pendaftaran Hak Tanah,
Ruang dan PPAT mempunyai tugas antara lain melaksanakan
pemberian bimbingan teknis dan supervisi serta pelaksanaan
pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang pengadaan PPAT,
pengembangan, pengangkatan pertama kali, pengangkatan kembali,
pemberhentian, pemberian sanksi, cuti, dan pembinaan PPAT.

Pasal 2 ayat (1) PP No. 37 Tahun 1998 menyatakan bahwa


PPAT mempunyai tugas pokok dalam melaksanakan sebagian
kegiatan pendaftaran tanah dengan membuat akta sebagai bukti
telah dilakukannya perbuatan hukum tertentu mengenai hak atas
tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun, yang akan
dijadikan dasar bagi pendaftaran tanah yang diakibatkan oleh
perbuatan hukum itu. PPAT dapat memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa pembuatan akta-akta tanah sesuai Pasal 2 ayat
(2) Peraturan KBPN RI No. 1 Tahun 2006 terdiri dari Jual Beli, Tukar
Menukar, Hibah, Inbreng, Pembagian Hak Bersama, pemberian
HGB/Hak Pakai atas Tanah Hak Milik, pemberian Hak Tanggungan
dan SKMHT.

Adapun kegiatan-kegiatan Pemantauan Lembaga adalah


sebagai berikut :
a. Mejelis Pembina dan Pengawas PPAT :
Terkait dengan pembinaan dan pengawasan PPAT telah disahkan
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 2018 tentang Pembinaan
dan Pengawasan PPAT. Peraturan ini merupakan pedoman dalam
pelaksanaan pembinaan dan pengawasan serta penegakan
aturan hukum melalui pemberian sanksi terhadap PPAT yang
dilakukan oleh Kementerian. Pembinaan dan pengawasan PPAT
dilakukan oleh Menteri/Kepala Badan, Kepala Kantor Wilayah
dan Kepala Kantor Pertanahan.
Untuk mendukung kelancaran dalam pelaksanaan jabatan PPAT
dan untuk mendukung terciptanya PPAT yang profesional dan
berintegritas perlu dilakukan pembinaan dan pengawasan
terhadap PPAT. Majelis Pembina dan Pengawas PPAT bertugas
untuk membantu Menteri dalam melaksanakan pembinaan dan
pengawasan PPAT. Majelis Pembina dan Pengawas PPAT diangkat
dan diberhentikan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.
Di tingkat pusat di bentuk Majelis Pembina dan Pengawas PPAT
Pusat (MPPP). Kegiatan pembinaan atau bimbingan teknis PPAT
dilaksanakan oleh Kantor Wilayah ke semua Kantor Pertanahan
terutama untuk Kabupaten/Kota yang banyak menghadapi
permasalahan-permasalahan dalam pelaksanaan tugasnya.
Mekanisme pembinaan dan pengawasan PPAT mengacu pada
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun 2018 tentang Pembinaan
dan Pengawasan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).
Untuk tingkat Wilayah dibentuk Majelis Pembina dan Pengawas
PPAT Wilayah yang dibentuk dan ditetapkan oleh Direktur
Jenderal atas nama Menteri dan berkedudukan di Kantor
Wilayah BPN. Susunan keanggotaan MPPW, terdiri atas:

1) 1 (satu) orang ketua, dari unsur Kementerian yang dijabat


oleh Kepala Kantor Wilayah BPN atau pejabat yang ditunjuk;
2) 1 (satu) orang wakil ketua, yang dijabat oleh unsur IPPAT;
dan
3) 7 (tujuh) orang anggota, dengan komposisi 4 (empat) orang
dari unsur Kementerian dan 3 (tiga) orang dari unsur IPPAT.
Majelis Pembina dan Pengawas PPAT Wilayah (MPPW) dan
Majelis Pembina dan Pengawas Pejabat Pembuat Akta Tanah
Daerah (MPPD) harus segera dibentuk paling lama 6 (enam)
bulan sejak dibentuknya Majelis Pembina dan Pengawas PPAT
Pusat.
Dalam melaksanakan tugasnya, Majelis Pembina dan Pengawas
PPAT dibantu oleh sekretaris. Sekretaris bukan merupakan
anggota majelis dan bertugas menangani bidang administrasi.
Sekretaris dapat dibantu paling sedikit 2 (dua) orang yang
berbentuk Sekretariat. Dalam membantu pelaksanaan jabatan
Majelis Pembina dan Pengawas PPAT, dibentuk sekretariat.
Sekretariat memberikan dukungan administrasi, teknis
pemeriksaan, penyusunan program kerja, sumber daya manusia,
anggaran, sarana, prasarana, dan laporan kepada Majelis
Pembina dan Pengawas PPAT. Kedudukan sekretariat mempunyai
kantor sekretariat sesuai dengan kedudukan Majelis Pembina
dan Pengawas PPAT. Jumlah Anggota sekretariat pada MPPW
ditetapkan Kepala Kantor Wilayah BPN, untuk MPPD ditetapkan
oleh Kepala Kantor Pertanahan untuk MPPD. Sekretaris dan
anggota sekretariat berasal dari unsur Kementerian.
Pembinaan berupa penyampaian dan penjelasan kebijakan yang
telah ditetapkan oleh Menteri terkait pelaksanaan tugas PPAT
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
sosialisasi, diseminasi kebijakan dan peraturan perundang-
undangan pertanahan, dan pelaksanaan tugas dan fungsi PPAT
sesuai dengan Kode Etik, dilaksanakan secara berkala.
Pengawasan adalah kegiatan administratif yang bersifat preventif
dan represif oleh Menteri yang bertujuan untuk menjaga agar
para PPAT dalam menjalankan jabatannya sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pengawasan terhadap PPAT dapat berupa:
1) pengawasan terhadap pelaksanaan jabatan PPAT; dan
2) penegakan aturan hukum sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang PPAT.

Pengawasan atas pelaksanaan jabatan PPAT dilakukan dengan


pemeriksaan ke kantor PPAT atau cara pengawasan lainnya.
Pengawasan terhadap pelaksanaan jabatan PPAT bertujuan
untuk memastikan PPAT melaksanakan kewajiban dan jabatan
PPAT-nya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan, berupa:

1) tempat kedudukan kantor PPAT;


2) stempel jabatan PPAT;
3) papan nama, dan kop surat PPAT;
4) penggunaan formulir akta, pembuatan akta dan penyampaian
akta;
5) penyampaian laporan bulanan akta;
6) pembuatan daftar akta PPAT;
7) penjilidan akta, warkah pendukung akta, protokol atau
penyimpanan bundel asli akta; dan
8) pelaksanaan jabatan lainnya yang ditetapkan oleh Menteri.
Dengan adanya pembinaan dan pengawasan terhadap PPAT
tersebut diharapkan dapat terwujud PPAT yang profesional,
berintegritas dan melaksanakan jabatan PPAT sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan dan Kode Etik.
Pembinaan PPAT di daerah ini sangat penting untuk
dilaksanakan, mengingat adanya peraturan terbaru terkait ke-
PPAT-an yang harus disosialisasikan dan masih banyak
ditemukan permasalahan-permasalahan tentang pelaksanaan
tugas dan kewajiban PPAT yang perlu pembenahan, antara lain:
 Akta PPAT dan dokumen lain yang diperlukan, disampaikan
kepada Kepala Kantor Pertanahan setempat melebihi batas
waktu penyampaian yakni 7 (tujuh) hari kerja sejak
ditandatanganinya Akta PPAT.
 Masih ada Akta yang dibuat tidak dihadapan para pihak. Hal
ini merupakan salah satu bentuk pelanggaran
 Masih ada Buku Reportorium yang tidak diisi setiap hari oleh
PPAT.
 Terdapat beberapa PPAT tidak melakukan coretan pilihan
pada akta, misalnya diangkat/ditunjuk, Kabupaten/Kota,
Lembar Pertama/Kedua, dan lain-lain.
 Pada saat PPAT akan membuat Akta Peralihan/APHT tidak
melakukan pengecekan sertipikat terlebih dahulu.
 Penulisan komparisi dan data pendukung dalam akta ada
yang kurang lengkap.
 Kop Surat masih digabung dengan jabatan notaris.
 Laporan bulanan lewat dari tanggal 10 setiap bulan.
Hal tersebut terjadi disebabkan, antara lain :
 Terdapat permasalahan yang timbul di dalam melaksanakan
tugas PPAT dalam hal pembuatan akta;
 Perbedaan pemahaman terhadap penafsiran peraturan
perundang-undangan yang terkait tugas dan kewajiban ke-
PPAT-an;
 Keterkaitan dengan peraturan perundang-undangan lainnya
di luar pertanahan.
Beberapa kemungkinan dampak negatif seandainya kegiatan
pembinaan PPAT ini tidak dilakukan, antara lain :
 Terjadinya pelanggaran administratif secara terus menerus
oleh PPAT, seperti batas waktu pelaporan bulanan, batas
waktu penyampaian akta ke Kepala Kantor Pertanahan.
 Ketidaktertiban PPAT dalam pengisian akta sesuai ketentuan;
 Lemahnya jaminan kepastian hukum terhadap akta yang
dibuat oleh PPAT.
Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas dan mengingat
semakin meningkatnya volume pekerjaan terkait dengan akta
yang dibuat oleh PPAT maupun meningkatnya jumlah PPAT itu
sendiri maka kegiatan pembinaan PPAT oleh Kantor Wilayah BPN
Provinsi dan atau Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota sangat
penting dilaksanakan secara berkala sesuai dengan tugas dan
kewenangannya. Pembinaan oleh Kepala Kantor Wilayah BPN
dan Kepala Kantor Pertanahan dapat berupa:
1) penyampaian dan penjelasan kebijakan yang telah ditetapkan
oleh Menteri terkait pelaksanaan tugas PPAT sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
2) sosialisasi kebijakan dan peraturan perundang-undangan
pertanahan;
3) pemeriksaan ke kantor PPAT dalam rangka pengawasan
secara periodik; dan/atau
4) pembinaan terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi PPAT
sesuai Kode Etik.
Kegiatan dalam rangka Pembinaan PPAT dapat berupa :
- Pembinaan yang dilakukan oleh Kantor Wilayah ke Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota terutama Kantor Pertanahan
yang banyak menghadapi permasalahan dan kendala dalam
pelaksanaan pendaftaran dan pemeliharaan data hak atas
tanah, dan permasalahan dalam pelaksanaan jabatan PPAT
- Pembinaan oleh Kantor Wilayah dengan mengundang seluruh
pejabat pada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dan
pelaksana tugas dalam bidang pendaftaran dan pemeliharaan
data atau yang bertanggungjawab terhadap bidang ke-PPAT-
an sesuai dengan tugas dan kewenangannya serta pengurus
IPPAT atau PPAT setempat. Kegiatan ini dapat dilakukan
dalam bentuk seminar, workshop atau bimbingan teknis
dalam bentuk fullboard meeting dengan agenda didalam
kegiatan tersebut meliputi :
- Sosialisasi peraturan atau kebijakan terbaru yang telah
ditetapkan oleh Menteri terkait pelaksanaan tugas PPAT
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan,
terkait pendaftaran dan pemeliharaan tanah, atau peraturan
lain yang mendukung tugas dan tanggung jawab dalam
proses pendaftaran dan pemeliharaan data pendaftaran tanah
- Diskusi terkait kendala dan permasalahan-permasalahan
yang timbul dan dihadapi yang memerlukan penyelesaian
segera
- Persamaan persepsi dalam melaksanakan suatu peraturan
atau kebijakan
- Disamping Kantor Wilayah BPN Provinsi melakukan
pembinaan ke Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, Kantor
Wilayah BPN Provinsi juga melakukan koordinasi atau
konsultasi ke Kantor Pusat Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional untuk berkoordinasi atau
berkonsultasi terkait permasalahan-permasalahan atau
kendala yang di hadapi di daerah.
Majelis Pembina dan Pengawas PPAT Daerah (MPPD)

Majelis Pembina dan Pengawas Pejabat Pembuat Akta Tanah


Daerah (MPPD) dibentuk dan ditetapkan oleh Kepala Kantor
Wilayah BPN atas nama Menteri dan berkedudukan di Kantor
Pertanahan. Susunan keanggotaan MPPD, terdiri atas:
1) 1 (satu) orang ketua, dari unsur Kementerian yang dijabat
oleh Kepala Kantor Pertanahan atau pejabat yang ditunjuk;
2) 1 (satu) orang wakil ketua, yang dijabat oleh unsur IPPAT;
dan
3) 5 (lima) orang anggota, dengan komposisi 3 (tiga) orang dari
unsur Kementerian dan 2 (dua) orang dari unsur IPPAT.
MPPD hanya dapat dibentuk di daerah yang jumlah PPATnya
paling sedikit 10 (sepuluh) orang PPAT. Dalam hal di Kantor
Pertanahan tidak dibentuk MPPD karena tidak memenuhi
ketentuan maka untuk melaksanakan tugas pembinaan dan
pengawasan:
1) dibantu oleh MPPW; atau
2) dibentuk tim gabungan MPPD dari daerah lain.
Dalam hal di daerah kabupaten/kota terdapat jumlah PPAT
lebih dari 100 (seratus) orang PPAT, Kepala Kantor Wilayah BPN
dapat menambah jumlah anggota MPPD sesuai dengan
kebutuhan. Penambahan jumlah anggota MPPD dilakukan
dengan ketentuan:
1) setiap kelipatan 100 (seratus) PPAT dalam daerah
kabupaten/kota ditambahkan 2 (dua) anggota MPPD; dan
2) penambahan jumlah anggota MPPD tidak boleh melebihi
jumlah anggota MPPP.
Penambahan jumlah anggota MPPD dengan perhitungan
komposisi paling sedikit 60% (enam puluh persen) dari
Kementerian dan 40% (empat puluh persen) dari IPPAT.
Jabatan Ketua Majelis Pembina dan Pengawas PPAT melekat
pada jabatan di Kementerian. Masa jabatan wakil ketua dan
anggota Majelis Pembina dan Pengawas PPAT selama 3 (tiga)
tahun dan dapat diangkat kembali dan paling banyak selama 2
(dua) periode.
Dalam melaksanakan tugasnya, Majelis Pembina dan
Pengawas PPAT dibantu oleh sekretaris. Sekretaris bukan
merupakan anggota majelis dan bertugas menangani bidang
administrasi. Sekretaris dapat dibantu paling sedikit 2 (dua)
orang yang berbentuk Sekretariat. Dalam membantu
pelaksanaan jabatan Majelis Pembina dan Pengawas PPAT,
dibentuk sekretariat. Sekretariat memberikan dukungan
administrasi, teknis pemeriksaan, penyusunan program kerja,
sumber daya manusia, anggaran, sarana, prasarana, dan laporan
kepada Majelis Pembina dan Pengawas PPAT. Kedudukan
sekretariat mempunyai kantor sekretariat sesuai dengan
kedudukan Majelis Pembina dan Pengawas PPAT. Jumlah
Anggota sekretariat pada MPPW ditetapkan Kepala Kantor
Wilayah BPN, untuk MPPD ditetapkan oleh Kepala Kantor
Pertanahan. Sekretaris dan anggota sekretariat berasal dari
unsur Kementerian.
Pembinaan yang dilakukan oleh Kantor Pertanahan
Kabupaten/Kota kepada PPAT dengan melakukan pemeriksaan
on the spot ke Kantor PPAT yang bersangkutan untuk melihat
adminitrasi pelaksanaan jabatan PPATnya, meliputi :
1) Kantor PPAT/PPATS ( pasal 46-47)
2) Stempel Jabatan PPAT/PPATS ( Pasal 48, lampiran 6)
3) Papan Nama dan Kop Surat (Pasal 49, lampiran 7 dan 8)
4) Blanko Akta PPAT/PPATS DAN PEMBUATAN AKTA (Pasal 52
dan 55 dan PERKABAN No.8 Tahun 2012)
5) Buku Daftar PPAT (Pasal 56-57 )
6) Penjilidan Akta dan Warkah Pendukung Akta (Pasal 58-61)
7) Laporan Bulanan PPAT/PPATS (Pasal 62 jo. PP RI No. 34
Tahun 1997 Tentang Pelaporan atau pemberitahuan
Perolehan Hak Atas Tanah Atau Bangunan (BPHTB).
b. Pengelolaan PPAT/Pendataan PPAT

Pembinaan PPAT di daerah sangat penting untuk


dilaksanakan, mengingat adanya peraturan terbaru terkait ke-
PPAT-an yang harus disosialisasikan dan masih banyak
ditemukan permasalahan-permasalahan tentang pelaksanaan
tugas dan kewajiban PPAT yang perlu pembenahan, antara lain:

1) Perbedaan pemahaman terhadap penafsiran peraturan


perundang-undangan yang terkait tugas dan kewajiban ke-
PPAT-an;
2) Akta PPAT dan dokumen pendukungnya, disampaikan
kepada Kepala Kantor Pertanahan setempat melebihi batas
waktu penyampaian yakni 7 (tujuh) hari kerja sejak
ditandatanganinya Akta PPAT.
3) Masih ada Akta yang dibuat tidak dihadapan para pihak. Hal
ini merupakan salah satu bentuk pelanggaran sebagaimana
diatur dalam Peraturan Menteri Agraria dan Tata
Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 2 Tahun
2018 tentang tentang Pembinaan dan Pengawasan Pejabat
Pembuat Akta Tanah.
4) Ketidaktertiban PPAT dalam pengisian akta sesuai ketentuan;
5) Masih ada Buku Reportorium yang tidak diisi setiap hari oleh
PPAT. Akta dicatat dalam buku kecil yang belum
dipindahkan ke buku Daftar Akta (reportorium).
6) Terdapat beberapa PPAT tidak melakukan coretan pilihan
pada akta, misalnya diangkat/ditunjuk, Kabupaten/Kota,
Lembar Pertama/ Kedua, dan lain-lain.
7) Pada saat PPAT akan membuat Akta Peralihan/Akta
Pemberian Hak Tanggungan tidak melakukan pengecekan
sertipikat terlebih dahulu.
8) Penulisan komparisi dan data pendukung dalam akta ada
yang kurang lengkap.
9) Kop Surat masih digabung dengan jabatan notaris.
10) Laporan bulanan lewat dari tanggal 10 setiap bulan.
11) Ada PPAT yang tidak melaksanakan tugas jabatan PPAT,
tidak berkantor setiap hari.
12) Terdapat alamat kantor PPAT yang tidak sesuai dengan yang
terdapat dalam aplikasi mitra atrbpn.
13) Ada PPAT yang merangkap jabatan dengan jabatan lain yang
dilarang sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (2) Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2016 tentang Perubahan Atas
Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang
Peraturan Jabatan Pejabat Pembuat Akta Tanah, yaitu :
 advokat, konsultan atau penasehat hukum;
 pegawai negeri, pegawai badan usaha milik negara, pegawai
badan usaha milik daerah;
 pegawai swasta;
 pejabat negara atau Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian
Kerja (PPPK);
 pimpinan pada sekolah, perguruan tinggi negeri, atau
perguruan tinggi swasta;
 surveyor berlisensi;
 penilai tanah;
 mediator; dan/atau
 jabatan lainnya yang dilarang oleh peraturan perundang-
undangan.

Sehubungan dengan hal-hal tersebut diatas dan mengingat


semakin meningkatnya volume pekerjaan terkait dengan akta
yang dibuat oleh PPAT maupun meningkatnya jumlah PPAT itu
sendiri dan mengingat keterbatasan jumlah pegawai di Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota dan Kantor Wilayah BPN Provinsi
maka Direktorat Jenderal Penetapan Hak dan Pendaftaran Tanah
bermaksud mengadakan kegiatan Pendataan PPAT di seluruh
Kabupaten/Kota untuk mendapatkan data base PPAT yang valid
dan sebagai evaluasi terhadap kinerja PPAT.

Hasil dari kegiatan ini, diharapkan dapat diperoleh data


base PPAT yang valid sebagai acuan dalam pembuatan kebijakan
pengelolaan PPAT dan menjadi bahan pertimbangan dalam
pemberian sanksi terhadap PPAT yang melakukan pelanggaran,
juga diharapkan dapat meminimalisir terjadinya pelanggaran
administratif yang dilakukan oleh PPAT, seperti batas waktu
pelaporan bulanan, batas waktu penyampaian akta ke Kantor
Pertanahan.

Adapun kegiatan pendataan PPAT akan dilakukan oleh


Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional, Direktur Jenderal Penetapan Hak dan Pendaftaran
Tanah dengan cara swakelola oleh Pihak ketiga dengan
melibatkan pihak swasta/perguruan tinggi atau penyelenggara
survei.
B. Penerima Manfaat
Penerima manfaat secara langsung dari kegiatan ini adalah para
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) yang mendapat pembinaan dan
pengawasan dalam pelaksanaan jabatan PPAT, sehingga terwujud
PPAT yang profesional, berintegritas dan melaksanakan jabatan
PPAT sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan dan
Kode Etik. Disamping itu penerima manfaat yang lain adalah para
pejabat, pelaksana tugas di Kantor Wilayah BPN Provinsi dan Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota serta orgnisasi IPPAT. Penerima
manfaat secara tidak langsung dari kegiatan ini adalah masyarakat
yang mendapat pelayanan yang baik terutama pelayanan dibidang
pertanahan khususnya pendaftaran tanah dan pemeliharaan hak
atas tanah.

C. Strategi Pencapaian Keluaran


1. Metode Pelaksanaan, terdiri dari :
a. Majelis Pembina dan Pengawas PPAT
1) Pembentukan Majelis Pembina dan Pengawas PPAT Pusat
(MPPP), Pembentukan Majelis Pembina dan Pengawas
PPAT
Wilayah (MPPW) dan pembentukan Majelis Pembina dan
Pengawas PPAT Daerah (MPPD);
2) Pembinaan dan Pengawasan yang dilakukan oleh
Kementerian atau MPPP, oleh Kantor Wilayah BPN Provinsi
atau MPPW dengan mengundang pejabat atau pelaksana
Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dan juga dengan para
PPAT atau perwakilan pengurus IPPAT daerah setempat;
3) Dengan melakukan koordinasi atau konsultasi dari Kantor
Wilayah BPN Provinsi ke Kantor Pusat Kementerian Agraria
dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional atau dari
Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota ke Kantor Wilayah
BPN Provinsi terkait permasalahan-permasalahan atau
kendala-kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan jabatan
PPAT, kendala dalam pelaksanaan pendaftaran dan
pemeliharaan tanah, dan berkoordinasi terkait sosialisasi
atau pelaksanaan apabila ada peraturan atau ketentuan
terbaru terkait PPAT dan pendaftaran tanah.
b. Pengelolaan Data PPAT/Pendataan PPAT :

Kegiatan ini dilaksanakan dengan metode swakelola oleh


Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional dengan melibatkan pihak ketiga yaitu pihak
swasta/perguruan tinggi atau penyelenggara survey. Secara
garis besar kegiatan ini dilaksanakan dengan melakukan
survey dan pendataan serta pengawasan terhadap
pelaksanaan jabatan PPAT sesuai tempat kedudukan PPAT
pada Kabupaten/Kota dengan data kuisioner yang telah
disiapkan terlebih dahulu. Untuk tahap awal pelaksanaan
kegiatan Pendataan PPAT ini dilakukan seluruh provinsi di
Indonesia kecuali Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, D.I.
Yogyakarta dan Jawa Timur.
Adapun mekanisme pelaksanaan kegiatan pendataan PPAT
tersebut adalah sebagai berikut :
Dibentuk Tim Pendataan, dengan ketentuan :

1) Tim Pelaksana :

- Terdiri dari satu orang ketua, satu orang wakil ketua


dan tiga orang anggota.
- Dalam satu kegiatan, setiap tim pelaksana pendataan
PPAT menangani maksimal 100 (seratus) PPAT pada
Kabupaten/Kota tersebut untuk jangka waktu tertentu
(6 hari kerja).
- Tugas tim pelaksana pendataan PPAT adalah
melakukan pendataan dan pemeriksaan terhadap
pelaksanaan jabatan PPAT sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Pelaksanaan kegiatan Pendataan PPAT
dilakukan sesuai panduan dengan menggunakan daftar
pertanyaan/kuisioner yang telah disiapkan
sebagaimana terlampir.
- Tim pelaksana pendataan PPAT wajib membuat laporan
awal hasil pendataan terhadap PPAT tersebut dalam
kurun waktu satu minggu setelah pelaksanaan
- Tim Pelaksana melakukan pengelompokan data
berdasarkan data pelaksanaan jabatan PPAT,
berdasarkan tempat kedudukan PPAT, berdasarkan
sanksi/teguran yang pernah diterima dan berdasarkan
permasalahannya dalam bentuk tabulasi. Tim
Pelaksana melakukan analisis terhadap data yang
sudah dikelompokkan tersebut. Hasil analisis data
tersebut dilaporkan kepada Direktorat Pengaturan dan
Pendaftaran Hak Tanah, Ruang dan PPAT dengan
tembusan kepada Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota
serta MPPD dan Kantor Wilayah BPN Provinsi serta
MPPW setempat.

- Tim Pelaksana wajib membuat laporan akhir terhadap


kegiatan pendataan PPAT pada seluruh
Kabupaten/Kota pada provinsi sebagaimana yang
diperjanjikan.

- Terhadap laporan tim pelaksana pendataan PPAT


tersebut Direktorat Pengaturan dan Pendaftaran Hak
Tanah, Ruang dan PPAT Direktorat Jenderal Penetapan
Hak dan Pendaftaran Tanah segera menindaklanjuti
sesuai ketentuan terhadap hasil pemeriksaan tersebut,
untuk pengaturan dan pengelolaan PPAT.
2) Tim Pengawas :
Tim Pengawas merupakan tim yang bertanggungjawab dalam
melakukan monitoring dan evaluasi terhadap pelaksanaan
kegiatan Pendataan PPAT. Tim Pengawas terdiri jajaran
Direktorat Pengaturan dan Pendaftaran Hak Tanah, Ruang dan
PPAT, Direktorat Jenderal Penetapan Hak dan Pendaftaran
Tanah, dengan tugas sebagai berikut :
a) Mengawasi pelaksanaan kegiatan pendataan PPAT sampai
dengan penyerahan hasil pendataan PPAT.
b) Melakukan evaluasi pelaksanaan pendataan dan
merekomendasikan kepada Direktur Pengaturan dan
Pendaftaran Hak Tanah, Ruang dan PPAT untuk
melakukan tindakan korektif jika diperlukan
2. Tahapan dan Waktu Pelaksanaan :
a. Kegiatan Majelis Pembinaan dan Pengawasan PPAT :
Tahapan kegiatan meliputi:
1) Tahap Persiapan
Tahapan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan bahan
atau materi yang akan disajikan baik dalam bentuk
pedoman yang menjelaskan secara teknis kegiatan
pembinaan dan pengawasan PPAT baik dalam
pembentukan Majelis Pembina dan Pengawas PPAT Pusat
(MPPP), Majelis Pembina dan Pengawas PPAT Wilayah
(MPPW) atau Majelis Pembina dan Pengawas PPAT Daerah
(MPPD), kegiatan pembinaan koordinasi dengan Kantor
Pertanahan Kabupaten/Kota dan para PPAT atau Pengurus
IPPAT, maupun kegiatan koordinasi antara Kantor Wilayah
BPN Provinsi dengan Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional maupun Koordinasi
antara Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dengan Kantor
Wilayah BPN Provinsi serta kegiatan Pengelolaan Data
PPAT.

2) Tahap Pelaksanaan
Merupakan tahapan pelaksanaan dari kegiatan pembinaan
dan pengawasan PPAT

3) Tahap Evaluasi dan Pelaporan


Setelah pelaksanaan kegiatan pembinaan dan pengawasan
PPAT baik di Kantor Wilayah BPN Provinsi maupun di
Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, maka dilakukan
evaluasi dan pelaporan terhadap kegiatan pembinaan dan
pengawasan PPAT yang telah dilakukan tersebut. Selain itu
juga dapat diketahui kemajuan realisasi pencapaian target
fisik dan keuangan yang telah ditetapkan untuk kegiatan
dimaksud
b. Pengelolaan PPAT/Pendataan PPAT :

1) Persiapan

Tahapan ini dimaksudkan untuk mempersiapkan bahan


atau materi yang menjelaskan teknis kegiatan serta
penyiapan data awal berisi rekapan PPAT pada
Kabupaten/Kota yang akan di data yang diambilkan dari
aplikasi mitra.atrbpn.go.id dan persiapan daftar pertanyaan
atau kuisioner yang digunakan dalam kegiatan pendataan
dan pemeriksaan PPAT tersebut. Disamping itu juga
persiapan proses pengadaan bahan dan jasa untuk
kegiatan dimaksud.
Persiapan yang dilakukan oleh penyedia jasa berupa
mobilisasi tenaga ahli, pengolahan data awal, dan laporan
pendahuluan. Penyedia jasa melakukan pengolahan data
terhadap data awal yang berisi rekapan PPAT pada
Kabupaten/Kota yang akan di data. Data awal berasal dari
aplikasi mitra.atrbpn.go.id, untuk memudahkan penyedia
jasa dalam melakukan kegiatan pendataan PPAT. Data
tersebut diolah oleh penyedia jasa dalam bentuk tabulasi,
pengelompokan, penyusunan peta kerja, dan pengolahan
lainnya sebagai dasar analisis dalam rangka survey
pendahuluan serta pelaksanaan pemantauan/pendataan di
lapangan.
Pada tahapan persiapan, penyedia jasa menyusun laporan
pendahuluan yang di dalamnya memuat rencana kerja,
metode pelaksanaan, dan jadwal pelaksanaan, disesuaikan
dengan kegiatan Direktorat Pendaftaran Hak Tanah, Ruang
dan PPAT, Direktorat Jenderal Penetapan Hak dan
Pendaftaran Tanah.
Pada tahapan ini perlu dilakukan pembekalan secara
substansi dari Direktorat Pendaftaran Hak Tanah, Ruang
dan PPAT, Direktorat Jenderal Penetapan Hak dan
Pendaftaran Tanah mengenai hal-hal teknis dan
administrasi yang menjadi pokok-pokok yang akan
dilakukan dalam pendataan di lapangan dan evaluasi.

2) Pemantauan/Survey Lapangan untuk Pendataan PPAT


Setelah tahap persiapan, selanjutnya adalah tahap
pemantauan lapang yang difokuskan pada kinerja PPAT
dalam pelaksanaan jabatan PPAT di Kabupaten/Kota pada
4 Provinsi meliputi Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat,
D.I.Yogyakarta dan Jawa Timur.
Pemantauan dilakukan melalui metode wawancara dengan
PPAT yang bersangkutan yang dilakukan di kantor PPAT
pada Kabupaten/Kota tersebut, terkait kinerja PPAT dalam
pelaksanaan jabatan PPAT dengan daftar pertanyaan atau
kuisioner yang telah dipersiapkan oleh Direktorat
Pengaturan dan Pendaftaran Hak Tanah, Ruang dan PPAT,
Direktorat Jenderal Penetapan Hak dan Pendaftaran
Tanah.
Pemantauan terhadap kinerja PPAT dalam Pelaksanaan
jabatan PPAT meliputi beberapa aspek sebagai berikut:
1) Data PPAT/PPATS (Dasar hukum pelaksanaan jabatan
PPAT dan data lainnya) meliputi :

 Surat Keputusan Pengangkatan PPAT Pertama Kali


dan Penunjukan sebagai PPATS dan jangka waktu
berakhirnya ;

 Surat Keputusan Pengangkatan PPAT Kembali bagi


PPAT yang pindah daerah kerja dan jangka waktu
berakhirnya;

 Surat Keputusan Perpanjangan Masa Jabatan PPAT


bagi PPAT yang sudah melewati TMT Pensiun (umur
65 tahun atau lebih) dan jangka waktu berakhirnya;

 Data pribadi PPAT/PPATS;

 Data jabatan lain;

 Data karyawan;
 Fasilitas kantor;

 Data lainnya.
2) Pelaksanaan jabatan PPAT :

 tempat kedudukan kantor PPAT;


 stempel jabatan PPAT;
 papan nama, dan kop surat PPAT;
 penggunaan formulir akta, pembuatan akta dan
penyampaian akta;
 penyampaian laporan bulanan akta;
 pembuatan daftar akta PPAT;
 penjilidan akta, warkah pendukung akta, protokol
atau penyimpanan bundel asli akta; dan
 pelaksanaan jabatan lainnya yang ditetapkan oleh
Menteri.
3) Data kinerja/produktivitas PPAT, antara lain :
 Jumlah akta yang dibuat tiap bulan;
 Jenis akta yang dibuat tiap bulan;
 Data lainnya.
4) Pembinaan dan pengawasan PPAT
 Aspek kedisiplinan dan kepatuhann terhadap
peraturan dan ketentuan yang berlaku dalam
pelaksanaan jabatan PPAT dan aturan lain yang
terkait (ada tidaknya teguran/sanksi);
 Data lainnya
c. Pengolahan Data
Hasil pemantauan sebagaimana disebutkan di atas
selanjutnya diolah dengan mengelompokan data berdasarkan
data pelaksanaan jabatan PPAT, berdasarkan tempat
kedudukan PPAT, berdasarkan sanksi/teguran yang pernah
diterima jika ada dan berdasarkan permasalahannya dalam
bentuk tabel tabulasi. Tim Pelaksana melakukan analisis
terhadap data yang sudah dikelompokkan tersebut.
Pengolahan data dilakukan oleh penyedia jasa untuk
menghasilkan bahan-bahan dalam rangka penyusunan
rekomendasi yaitu berupa Rancangan Risalah Pengolahan
Data Hasil Pemantauan/pendataan PPAT. Hasil pengolahan
data tersebut kemudian dibahas bersama dengan Tim
Direktorat Pengaturan dan Pendaftaran Hak Tanah, Ruang
dan PPAT. Hasil pengolahan data pada tahap selanjutnya
menjadi bahan bagi pemutakhiran basis data PPAT.
d. Pelaporan Hasil Pemantauan Pendataan PPAT
Penyedia jasa menyusun laporan yang merupakan bentuk
pertanggungjawaban administratif terhadap kegiatan
pemantauan lapang pendataan PPAT dan pengolahan data
dari awal sampai akhir.
Pekerjaan ini dilaksanakan dalam beberapa tahapan
kegiatan yang masing-masing tahapannya menghasilkan
produk laporan yang harus diserahkan berupa rencana mutu
kontrak, laporan pendahuluan, laporan antara, dan laporan
akhir, serta ringkasan keseluruhan dalam bentuk buku
eksklusif.

1) Rencana Mutu Kontrak


Rencana Mutu Kontrak harus diserahkan selambat-
lambatnya 1 (satu) bulan setelah SPMK, bersamaan dengan
penyerahan Laporan Pendahuluan. Rencana Mutu Kontrak
diserahkan sebanyak 6 (enam) eksemplar, dengan memuat:
- Lembar Pengesahan
- Kebijakan mutu dan sasaran mutu proyek (pekerjaan)
- Informasi proyek (pekerjaan)
- Penjelasan lingkup proyek dan lokasi (pekerjaan)
- Struktur organisasi proyek
- Tugas, tanggung jawab, dan wewenang
- Metode kerja pelaksanaan
- Jadwal pelaksanaan pekerjaan dan pembahasan
- Jadwal pelaporan
- Rencana progres kerja

2) Laporan Pendahuluan
Laporan Pendahuluan merupakan laporan persiapan
pelaksanaan kegiatan, minimal memuat rencana kerja dan
jadwal, metode pelaksanaan, dan keluaran yang
dihasilkan. Laporan Pendahuluan dibuat sebanyak 6
(enam) eksemplar dan diserahkan paling lambat 1 (satu)
bulan setelah ditandatangani kontrak.

3) Laporan Antara
Laporan Antara merupakan laporan hasil capaian
sementara hasil pemantauan lapang dan pengolahan data.
Laporan antara ini diserahkan paling lambat 2 (dua) bulan
setelah ditandatangani kontrak dan laporan antara dibuat
sebanyak 6 (enam) eksemplar.

4) Laporan Akhir
Laporan Akhir merupakan laporan hasil seluruh
pelaksanaan kegiatan. Laporan Akhir dibuat sebanyak 6
(enam) eksemplar dan diserahkan pada saat berakhirnya
kontrak atau 4 (lima) bulan sejak ditandatangani kontrak.

5) Buku Eksklusif
Buku ekslusif merupakan buku ringkasan keseluruhan
hasil pemantauan lapang dan pengolehan data hak atas
tanah yang disusun secara eksklusif. Laporan ini disajikan
sebanyak 6 (enam) eksemplar dan diserahkan selambat-
lambatnya 4 (empat) bulan setelah ditandatangani kontrak.

Seluruh materi yang merupakan bagian dari kegiatan ini


dikumpulkan juga dalam bentuk softcopy yang disimpan di
dalam Harddisk External yang kapasitas minimalnya
disesuaikan dengan ukuran data yang akan disimpan.
3. Kurun Waktu Pencapaian Keluaran
a. Pembinaan dan Pengawasan PPAT :
Hasil (output) dari kegiatan ini diharapkan dapat
tercapai pada akhir pelaksanaan pembinaan dan pengawasan
PPAT pada masing-masing Kantor Wilayah BPN dan Kantor
Pertanahan. Melalui kegiatan ini, diharapkan dapat
meningkatkan profesionalitas PPAT sehingga dapat
mendukung kegiatan pendaftaran tanah dalam rangka
percepatan pencapaian target pendaftaran bidang tanah di
Indonesia. Dengan demikian, pelaksanaan kegiatan
pendaftaran hak tanah dan ruang dapat berjalan sesuai
ketentuan yang berlaku sehingga dapat meningkatkan
kualitas pelayanan kepada masyarakat.
b. Pengelolaan PPAT/Pendataan PPAT :
Hasil (output) kegiatan diharapkan dapat tercapai pada
akhir pelaksanaan kegiatan pendataan PPAT pada masing-
masing Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota, yaitu dalam
jangka waktu 3 (tiga) bulan. Melalui kegiatan ini, diharapkan
mendapatkan database PPAT yang valid dan akurat yang
dapat dijadikan sebagai acuan dan dasar dalam pengambilan
kebijakan dalam layanan PPAT dan Pengelolaan PPAT.

D. Biaya Yang Diperlukan


Biaya yang diperlukan untuk kegiatan pembinaan dan
pengawasan PPAT ini dibebankan pada anggaran DIPA Kantor
Pertanahan Kabupaten Buleleng TA 2023 dengan target sebanyak 1
Laporan dang anggaran sebesar Rp. 18.568.000,0 (Delapan belas
juta lima ratus enam puluh delapan ribu rupiah).

Singaraja, 15 Juli 2022


Kepala Kantor Pertanahan
Kabupaten Buleleng,

Ir. I Komang Wedana, M.Sc.


NIP. 19641027 199403 1 001

Anda mungkin juga menyukai