Anda di halaman 1dari 80

Organisasi & Kelembagaan

Kementerian Agraria Dan Tata Ruang/Bada


Pertanahan Nasional
(Perpres No. 17/2015, 20/2015 dan
Perkaban No. 8/2015)
Amanat Konstitusi, Pasal 33 ayat (3)
UUD Negara RI Tahun 1945

BPN RI mewujudkan :
“Tanah untuk sebesar-besar
Kemakmuran rakyat”
Regulasi Kelembagaan Terbaru
Perpres. No. 17 Tahun 2015 tentang
Kementerian Agraria dan Tata Ruang
(ditetapkan tgl. 21-1- 2015, dan mulai berlaku
sejak diundangkan tgl. 23 -1-2015,
mencabut Perpres. No.24 Tahun 2010
Jo. No. 164/2014 tentang Kedudukan,
Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta
Susunan Tugas dan Fungsi Eselon I
Kementerian Neagara sepanjang mengatur
Dirjend. Penataan Ruang Kementerian
Pekerjaan Umum).
Kelembagaan BPN
Perpres Nomor 20 tahun 2015
tentang BPN (ditetapkan tanggal
21 Januari 2015, dan mulai
berlaku sejak diundangkan
tanggal 23 Januari 2015,
mencabut Peraturan Presiden
(Perpres) Nomor 63 Tahun 2014
tentang BPN)
Organisasi Dan Tata Kerja
Permen Agr dan Tata Ruang Nomor 8
Tahun 2015 tentang Organisasi Dan Tata
Kerja Kementeri Agraria Dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional
tertanggal 5 Mei 2015 dan mempunyai
kekuatan berlaku sejak diundangkan
tanggal 6 Mei 2015. (Berita Negara
Tahun 2015 Nomor 694).
Dasar Hukum Pelaksanaan (substansi)
Ketetapan MPR RI Nomor IX/MPR/2001
tentang Pembaruan Agraria dan
Pengelolaan Sumber Daya Alam;
UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang
Peraturan Dasar Pokok-pokok Agraria
beserta Peraturan Pelaksanaannya;
Catatan: Belantara hutan peraturan perundang-
undangan di bidang pertanahan (UU – SE Ka. BPN,
dari sebelum UUPA lahir - sekarang)
Lanjutan Regulasi Kelembagaan
Perkaban No. 3/2006 tentang
Organisasi dan Tata Kerja BPN RI,
dicabut dengan diterbitkanntya
Permen Agr dan Tata Ruang Nomor 8
Tahun 2015 tentang Organisasi Dan
Tata Kerja Kementeri Agraria Dan
Tata Ruang/Badan Pertanahan
Nasional
Dasar Hukum Organisasi &
Kelembagaan (Kompas, 20/3-2015 (4): Dua kementerian Belum
Usulkan Struktur Baru)

PerpresNomor 17 dan 20 Tahun 2015;


Peraturan Presiden Nomor 63 Tahun 2013
tentang Badan Pertanahan Nasional,
mencabut Perpres Nomor 10/2006 Jo.
85/20012 tentang BPN;
Perkaban No. 4/2006 tentang Organisasi dan
Tata Kerja Kantor Wilayah BPN dan Kantor
Pertanahan Kab/Kota
Perkaban Nomor 1 Tahun 2014 ttg Organisasi
dan Tata Kerja BPN RI
Perbandingan Struktur Organisasi BPN
(Unsur Kepala dijabat oleh Menag & TR)
Perpres No. 10/2006 Jo. 85/2012 Perpres No. 63/2013 (Perpres Nomor
20 Tahun 2015)

BPN terdiri dari : BPN RI terdiri atas:


a. Kepala; a. Kepala;
b. Sekretariat Utama; b. Sekretariat Utama;
c. Deputi Bidang Survei, Pengukuran, c. Deputi Bidang Survei, Pengukuran,
dan Pemetaan; dan Pemetaan;
d. Deputi Bidang Hak Tanah dan d. Deputi Bidang Hak Tanah,
Pendaftaran Tanah; Pendaftaran Tanah, dan
e. Deputi Bidang Pengaturan dan Pemberdayaan Masyarakat;
Penataan Pertanahan; e. Deputi Bidang Pengaturan dan
f. Deputi Bidang Pengendalian Pengendalian Pertanahan;
Pertanahan dan Pemberdayaan f. Deputi Pengadaan Tanah Untuk
Masyarakat; Kepentingan Umum;
g. Deputi Bidang Pengkajian dan g. Deputi Bidang Penanganan Sengketa
Penanganan Sengketa dan dan Perkara Pertanahan; dan;
Konflik Pertanahan; h. Inspektorat Utama.
h. Inspektorat Utama.
KEDUDUKAN, TUGAS, DAN
FUNGSI Kemen Agr dan TR/BPN
Pasal 1
(1) Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional
berada di bawah dan bertanggung
jawab kepada Presiden.
(2) Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/Badan Pertanahan Nasional
dipimpin oleh Menteri yang sekaligus
menjabat sebagai Kepala Badan
Pertanahan Nasional.
Struktur Kementerian Agraria dan Tata
Ruang/BPN (Perpres 17/2015)
Sekjend;
Dirjend TR (Dirjend I)
Dirjend Insfrastruktur Keagrariaan (Dirjend II)
Dirjend Hubungan Hukum Keagrariaan (Dirjend III)
Direjend Penataan Agraria (Dirjend IV)
Dirjend Pengadaan Tanah (Dirjend V);
 Dirjend Pengendalian Pemanfaatan Ruang dan Penguasaan Tanah.
(Dirjend VI)
Dirjend Penanganan Masalah Agraria , Pemanfaatan Ruang dan Tanah
(Dirjend VII)
Inspektorat Jenderal (Irjend)
Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat);
Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang)
Pusat Data dan Informasi Pertanahan, Tata Ruang dan Lahan Pertanian
Pangan Berkelanjutan (Pusdatin)
Staf Ahli (3 buah)
Setjen terdiri atas:
a. Biro Perencanaan dan Kerja Sama;
b. Biro Organisasi dan Kepegawaian;
c. Biro Keuangan dan Barang Milik
Negara (BMN);
d. Biro Hukum dan Hubungan
Masyarakat;
e. Biro Umum dan Tata Usaha Pimpinan;
dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
Ditjen I terdiri atas:
(Pasal 100)
a. Sekretariat Direktorat Jenderal;
b. Direktorat Perencanaan Tata Ruang;
c. Direktorat Pemanfaatan Ruang;
d. Direktorat Penataan Kawasan;
e. Direktorat Pembinaan Perencanaan Tata
Ruang dan Pemanfaatan Ruang Daerah;
dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
Ditjen II terdiri atas: (Pasal 218)
a. Sekretariat Direktorat Jenderal;
b. Direktorat Pengukuran dan Pemetaan
Dasar;
c. Direktorat Pengukuran dan Pemetaan
Kadastral;
d. Direktorat Survei dan Pemetaan Tematik;
dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Ditjen III terdiri atas: (Pasal 278)
a. Sekretariat Direktorat Jenderal;
b. Direktorat Pengaturan dan Penetapan
Hak Tanah dan Ruang;
c. Direktorat Pengaturan dan
Pendaftaran Hak Tanah, Ruang dan
PPAT;
d. Direktorat Pemberdayaan Hak Atas
Tanah Masyarakat; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Direktorat Pengaturan dan Pendaftaran Hak
Tanah, Ruang dan PPAT dari Dirjend III:
mempunyai tugas melaksanakan perumusan
dan pelaksanaan kebijakan penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, dan
pemberian bimbingan teknis dan supervisi,
serta pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di
bidang pendaftaran tanah dan ruang, hak
komunal, pemeliharaan data pendaftaran
tanah dan ruang, dan pemberian izin
peralihan hak, pelepasan hak, perubahan
penggunaan dan perubahan pemanfaatan/
komoditas, peralihan saham, dan PPAT.
Direktorat Pengaturan dan Pendaftaran Hak
Tanah, Ruang dan PPAT terdiri atas:
a. Subdirektorat Pendaftaran Hak Tanah dan
Ruang;
b. Subdirektorat Pemeliharaan Data Hak
Tanah dan Ruang;
c. Subdirektorat PPAT;
d. Subbagian Tata Usaha; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Subdirektorat PPAT (Pasal 320)
mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan
perumusan dan pelaksanaan kebijakan, penyusunan
norma, standar, prosedur, dan kriteria, pemberian
bimbingan teknis dan supervisi, serta pelaksanaan
pemantauan, evaluasi dan pelaporan di bidang
pengadaan, pengembangan, pengangkatan pertama kali,
pengangkatan kembali, pemberhentian, penyusunan
formasi PPAT, penyusunan daerah wilayah kerja
(regional), sanksi, cuti, perubahan data PPAT dan
penyusunan dan pengelolaan basis data dan
pemegang/penerima protokol PPAT serta penyiapan
spesifikasi teknis blanko Akta PPAT dan pembinaan
PPAT.
Subdirektorat PPAT menyelenggarakan
fungsi:
a. penyiapan bahan perumusan dan pelaksanaan
kebijakan, penyusunan norma, standar, prosedur,
dan kriteria pengadaan, pengembangan,
pengangkatan pertama kali, pengangkatan kembali,
pemberhentian, penyusunan formasi PPAT,
penyusunan daerah wilayah kerja (regional), sanksi,
cuti, perubahan data PPAT dan penyusunan dan
pengelolaan basis data dan pemegang/penerima
protokol PPAT serta penyiapan spesifikasi teknis
blanko Akta PPAT; dan
b. pelaksanaan bimbingan teknis, supervisi,
pemantauan, evaluasi dan pelaporan PPAT
Subdirektorat PPAT terdiri atas:

a. Seksi PPAT Wilayah I (wilayah Provinsi


Aceh, Sumatera Utara, Jambi, Bengkulu,
Lampung, Kepulauan Riau, DKI Jakarta,
Jawa Tengah, D.I Yogyakarta, Kalimantan
Selatan, Kalimantan Tengah, Sulawesi
Selatan, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara
Barat, Nusa Tenggara Timur, Bali, Maluku
Utara, dan Papua, serta penyiapan
spesifikasi teknis Formulir Akta PPAT. ; dan
Subdirektorat PPAT terdiri atas:

b. Seksi PPAT Wilayah II (wilayah


Provinsi Sumatera Barat, Sumatera
Selatan, Riau, Bangka Belitung, Banten,
Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan
Barat, Kalimantan Timur, Kalimantan
Utara, Sulawesi Utara, Sulawesi
Tenggara, Sulawesi Tengah, Gorontalo,
Maluku, Papua Barat, serta penyiapan
spesifikasi teknis Formulir Akta PPAT. )
Ditjen IV terdiri atas:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal;
b. Direktorat Penatagunaan Tanah;
c. Direktorat Penataan Wilayah Pesisir,
Pulau-Pulau Kecil, Perbatasan dan
Wilayah Tertentu;
d. Direktorat Konsolidasi Tanah;
e. Direktorat Landreform; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
Ditjen V terdiri atas:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal;
b. Direkorat Pemanfaatan Tanah
Pemerintah;
c. Direktorat Pembinaan Pengadaan
dan Penetapan Tanah Pemerintah;
d. Direkorat Penilaian Tanah; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Ditjen VI terdiri atas:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal;
b. Direktorat Pengendalian Pemanfaatan
Ruang;
c. Direktorat Penertiban Pemanfaatan Ruang;
d. Direktorat Pengendalian dan Pemantauan
Pertanahan;
e. Direktorat Penertiban dan Pendayagunaan
Tanah Terlantar; dan
f. Kelompok Jabatan Fungsional.
Ditjen VII terdiri atas:
a. Sekretariat Direktorat Jenderal;
b. Direktorat Sengketa dan Konflik Tanah
dan Ruang Wilayah I;
c. Direktorat Sengketa dan Konflik Tanah
dan Ruang Wilayah II;
d. Direktorat Penanganan Perkara Tanah
dan Ruang; dan
e. Kelompok Jabatan Fungsional.
Itjen terdiri atas:

a. Sekretariat Itjen;
b. Inspektorat Wilayah I;
c. Inspektorat Wilayah II;
d. Inspektorat Wilayah III;
e. Inspektorat Wilayah IV;
f. Inspektorat Wilayah V; dan
g. Kelompok Jabatan Fungsional.
Staf Ahli Menteri/Kepala BPN
Staf Ahli Bidang Landreform dan Hak Masyarakat atas
Tanah mempunyai tugas memberikan rekomendasi
terhadap isu-isu strategis kepada Menteri/Kepala terkait
dengan bidang landreform dan hak masyarakat atas tanah.
Staf Ahli Bidang Masyarakat Adat dan
Kemasyarakatan mempunyai tugas memberikan
rekomendasi terhadap isu-isu strategis kepada
Menteri/Kepala terkait dengan bidang masyarakat adat dan
kemasyarakatan.
Staf Ahli Bidang Ekonomi Pertanahan mempunyai tugas
memberikan rekomendasi terhadap isu-isu strategis kepada
Menteri/Kepala terkait dengan bidang ekonomi pertanahan.
Eselon Jabatan di Kemen Agr dan TR/BPN
 Sekretaris Jenderal, Direktur Jenderal, dan Inspektur Jenderal
adalah jabatan struktural eselon I.a atau Jabatan
Pimpinan Tinggi Madya.
 Staf Ahli adalah jabatan struktural eselon I.b atau Jabatan
Pimpinan Tinggi Madya.
 Kepala Biro, Direktur, Inspektur, Kepala Pusat, Sekretaris
Direktorat Jenderal, dan Sekretaris Itjen, adalah jabatan
struktural eselon II.a atauJabatan Pimpinan Tinggi
Pratama.
 Kepala Bagian, Kepala Bidang, dan Kepala Subdirektorat
adalah jabatan struktural eselon III.a atau Jabatan
Administrator.
 Kepala Subbagian, Kepala Subbidang, dan Kepala Seksi
adalah jabatan struktural eselon IV.a atau Jabatan
Pengawas.
Kanwil BPN Provinsi dan Kantah Kab/Kota

Untuk menyelenggarakan tugas dan fungsi Badan


Pertanahan Nasional di daerah, dapat dibentuk
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional di
Provinsi dan Kantor Pertanahan di
Kabupaten/Kota.
Ketentuan lebih lanjut mengenai organisasi dan
tata kerja Kantor Wilayah Badan Pertanahan
Nasional dan Kantor Pertanahan diatur dalam
Peraturan Menteri/Kepala setelah mendapat
persetujuan dari menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang aparatur negara.
Layanan Pengadaan Barang/Jasa
Pemerintah secara Elektronik (LPSE)
Unit organisasi yang menangani fungsi
di bidang pengembangan sistem
informasi, pemeliharaan jaringan, dan
penyajian informasi karena sifat tugas
dan fungsinya melaksanakan tugas dan
fungsi Unit Layanan Pengadaan
Barang/Jasa Pemerintah secara
Elektronik
Pejabat Pengelola Informasi dan
Dokumentasi (PPID)
Kepala Pusat yang menangani fungsi
pengembangan sistem informasi, karena
sifat tugas dan fungsinya menjadi Pejabat
Pengelola Informasi dan Dokumentasi
yang selanjutnya disebut PPID di
lingkungan Kementerian Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan
Pertanahan Nasional.
Tugas Pokok BPN RI
a. penyusunan dan penetapan kebijakan
nasional di bidang pertanahan;
b. pelaksanaan koordinasi kebijakan,
rencana, program, kegiatan dan kerja
sama di bidang pertanahan;
c. pelaksanaan koordinasi tugas,
pembinaan, dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unit
organisasi di lingkungan BPN RI;
Tugas Pokok BPN RI
d. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang survei, pengukuran, dan
pemetaan;
e. perumusan dan pelaksanaan kebijakan
di bidang penetapan hak tanah,
pendaftaran tanah, dan pemberdayaan
masyarakat;
f. perumusan dan pelaksanaan kebijakan
di bidang pengaturan, penataan dan
pengendalian kebijakan pertanahan;
Lanjutan Tugas Pokok BPN RI
g. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang pengadaan tanah bagi pembangunan
untuk kepentingan umum dan penetapan
hak tanah instansi;
h. perumusan dan pelaksanaan kebijakan di
bidang pengkajian dan penanganan sengketa
dan perkara pertanahan;
i. pengawasan dan pembinaan fungsional atas
pelaksanaan tugas di bidang pertanahan;
j. pelaksanaan pengelolaan data informasi
lahan pertanian pangan berkelanjutan dan
informasi di bidang pertanahan;
Lanjutan Tugas Pokok BPN RI
k. pelaksanaan pengkajian dan
pengembangan hukum pertanahan;
l. pelaksanaan penelitian dan
pengembangan di bidang pertanahan;
m. pelaksanaan pembinaan, pendidikan,
pelatihan, dan pengembangan sumber
daya manusia di bidang pertanahan; dan
n. penyelenggaraan dan pelaksanaan fungsi
lain di bidang pertanahan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Deputi II Bidang Hak Tanah, Pendaftaran
Tanah dan Pemberdayaan Masyarakat
Perumusan kebijakan tehnis di bidang hak
tanah, pendaftaran tanah , pengaturan dan
penetapan penguasaan dan pemilikan
tanah, program strategis, dan
pemberdayaan masyarakat;
Pelaksanaan pengaturan dan penetapan hak
atas tanah;
Pelaksanaan pengaturan dan penetapan hak
guna ruang dan pembinaan teknis PPAT
Deputi II Bidang Hak Tanah, Pendaftaran
Tanah dan Pemberdayaan Masyarakat
Pelaksanaan pengaturan dan penetapan
penguasaan dan pemilikan tanah
(landreform);
Pengelolaan program strategis dan
pemberdayaan masyarakat di bidang
pertanahan; dan
Pelaksanaan tugas lain yang diberikan
oleh Kepala;
Deputi Pengadaan Tanah Untuk
Kepentingan Umum (PTUP)
Perumusan kebijakan pengadaan tanah,
penilaian tanah, konsolidasi tanah,
pengaturan dan penetapan tanah isntansi;
Peaksanaan pengelolaan penilaian tanah
dan konsoidasi tanah;
Pembinaan teknis Penilai Tanah;
Pelaksanaan pengadaan tanah bagi
pembangunan untuk kepentingan umum
Deputi Pengadaan Tanah Untuk
Kepentingan Umum;
Pelaksanaan bimbingan dan pembinaan
pengadaan tanah bagi pembangunan
untuk kepentingan umum;
Pengaturan dan penetapan hak atas tanah
instansi untuk kepentingan umum dan hak
atas tanah isntansi pemerintah; dan
Pelaksanaan tugas ain yang diberikan
oleh Kepala.
Perkaban 4/2006 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kanwil
BPN & Kantor Pertanahan (Pasal 56: tetap berlaku sepanjang
belum diubah dan/atau diganti dgn Perundang undangan yang
baru berdasarkan Perpres ini)

Bidang HTPT mempunyai tugas


mengkoordinasikan, dan melaksanakan
penyusunan program, pemberian perijinan,
pengaturan tanah pemerintah, pembinaan,
pengaturan, dan penetapan hak tanah,
pembinaan pendaftaran hak atas tanah, dan
komputerisasi pelayanan (Pasal 13).
Bidang HTPT mempunyai fungsi: Butir m.
pembinaan peralihan dan pembebanan hak atas
tanah serta Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).
Psl 41 :
Seksi HTPT mempunyai tugas
menyiapkan bahan dan melakukan
penetapan hak dalam rangka
pemberian, perpanjangan dan
pembaruan hak tanah, pengadaan
tanah, perijinan, pendataan dan
penertiban bekas tanah hak;
pendaftaran, peralihan, pembebanan
hak atas tanah serta pembinaan
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
Pasal 44 ayat (4):
Sub Seksi Peralihan, Pembebanan Hak
dan Pejabat Pembuat Akta Tanah
mempunyai tugas menyiapkan
pelaksanaan pendaftaran, peralihan,
pembebanan hak atas hak tanah,
pembebanan hak tanggungan dan
bimbingan PPAT serta sarana daftar isian
di bidang pendaftaran peralihan Hak
Perpres Nomor 23 Tahun 2015
Mengatur tentang Pengalihan Kantor Wilayah
BPN Aceh dan Kantor Pertanahan Kab/Kota
menjadi Badan Pertanahan Aceh dan Kantor
Pertanahan Aceh.
melaksanakan ketentuan Pasal 253 ayat (2) UU
Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan
Aceh,;
PP Nomor 3 Tahun 2015 tentang Kewenangan
Pemerintah yang Bersifat Nasional di Aceh
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2015 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5659);
Status Badan Pertanahan Aceh
Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional Aceh
dialihkan menjadi Badan Pertanahan Aceh. Dalam
rangka melaksanakan pelayanan pertanahan di Aceh,
dibentuk Badan Pertanahan Aceh yang merupakan
Perangkat Daerah Aceh.
Ketentuan mengenai bentuk dan susunan organisasi,
tugas, dan fungsi Badan Pertanahan Aceh sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Qanun Aceh.
Kepala Badan Pertanahan Aceh, Kepala Kantor
Pertanahan Kab/Kota , diangkat dan diberhentikan
oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional atas usul Gubernur Aceh.
RPJM ke-3 (2015-2019)
ditujukan untuk lebih memantapkan
pembangunan secara menyeluruh di
berbagai bidang dengan menekankan
pencapaian daya saing kompetitif
perekonomian berlandaskan
keunggulan sumber daya alam dan
sumber daya manusia berkualitas serta
kemampuan ilmu dan teknologi yang
terus meningkat.
Sasaran Strategis Pengelolaan Pertanahan
(Prinsip dan Azaz)
Pertanahan berkontribusi secara nyata untuk
meningkatkan kesejahteraan rakyat,
penciptaan sumber-sumber baru kemakmuran
rakyat, pengurangan kemiskinan dan
kesenjangan pendapatan, serta peningkatan
ketahanan pangan (Prosperity).
 Pertanahan berkontribusi secara nyata dalam
peningkatan tatanan kehidupan bersama yang
lebih berkeadilan dan bermartabat dalam
kaitannya dengan P4T (Equity).
Sasaran Strategis Pengelolaan Pertanahan
Pertanahan berkontribusi secara nyata untuk
mewujudkan tatanan kehidupan bersama yang harmonis
dengan mengatasi berbagai sengketa, konflik dan perkara
pertanahan di seluruh tanah air serta melakukan penataan
perangkat hukum dan sistem pengelolaan pertanahan
sehingga tidak melahirkan sengketa, konflik dan perkara
di kemudian hari (Social Welfare).
 Pertanahan berkontribusi secara nyata bagi terciptanya
keberlanjutan sistem kemasyarakatan, kebangsaan dan
kenegaraan Indonesia dengan memberikan akses
seluasluasnya pada generasi yang akan datang terhadap
tanah sebagai sumber kesejahteraan masyarakat
(Sustainability).
10 Kebijakan Dasar Pertanahan Nasional

a. Hubungan abadi antara kesatuan tanah, air dengan


bangsa indonesia.
b. Penguasaan (hak menguasai) sumber daya agraria
khususnya tanah oleh negara.
c. Hukum tanah nasional sumber utamanya harus
digali dari khasanah kekayaan hukum adat yang
ada.
d. Kesempatan dan aksesibilitas yang sama bagi
warga negara.
e. Fungsi sosial hak atas tanah.
f. Pembatasan pemilikan dan penguasaan tanah.
10 Kebijakan Dasar Pertanahan Nasional
g. Usaha dibidang agraria anti monopoli
swasta, dan keberpihakan kepada
ekonomi lemah.
h. Intensifikasi pemanfaatan tanah pertanian
dengan mencegah cara-cara yang bersifat
pemerasan.
i. Kaidah pelestarian lingkungan dan
pembangunan berkelanjutan.
j. Perlunya penataan sumber daya tanah.
Program – Program Strategis BPN
RI :
 Pemantapan Pelaksanaan Reforma Agraria,
termasuk Redistribusi Tanah;
 Percepatan Legalisasi Aset (Perkaban Nomor 2
Tahun 2013), SE No. 9/SE/VI/2013, Perkaban
Nomor 9 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penetapan
Hak Komunal Atas Tanah Masyarakat Hukum Adat
Dan Masyarakat Yang Berada Dalam Kawasan
Tertentu, Perkaban Nomor 1 Tahun 2015 ttg
PRONA), ;
 Penertiban Tanah Terlantar (PP Nomor 11 Tahun
2010, Jo. Perkaban Nomor 4 Tahun 2010),
Perkaban Nomor 9 Tahun 2011;
Program – Program Strategis BPN
RI :
 Percepatan Penanganan Kasus
Pertanahan (Perkaban Nomor 3 Tahun
2011 Jo . 12 Tahun 2013);
 Optimalisasi Pelaksanaan LARASITA
(Perkaban Nomor 18 Tahun 2009).
 Geo KKP
 Reformasi Birokrasi;
 Kegiatan RA dan Objeknya
Reforma Agraria (RA)
Tanah Negara
1) Tanah Negara Eks Kawasan Hutan
2) Tanah Negara eks HGB dan HGU yang telah
berkhir jangka waktu berlakunya hak
tersebut dan tidak dilakukan
perpanjangann

3) Tanah Negara eks Tanah terlantar (PP


Nomor 11 Tahun 2010)
4) Tanah Negara lainnya

Legalisasi Asset
m. Mekanisme Reforma Agraria

55
A.PERMASALAHAN PROGRAM LEGISASI
ASET
1. Pluralisme pengaturan “batas usia dewasa”
berkaitan dengan keabsahan untuk melakukan
perbuatan hukum, (SE No. 4/SE/I/2015 tentang
Batasan Usia Dewasa Dalam Pelayanan
Pertanahan)
2. Pengukuran dan pemetaan batas bidang tanah :
a. Contradicture Deliminasi;
b. Perbedaan luas yang mencolok antara data
yuridis dan data fisik;
c. Batas wilayah administrasi;
d. Tumpang tindih hak atas tanah/sertipikat ganda;
3. Kapasitas teknis aparatur/sdm pertanahan Tanah
masih terbatas.
56
4. Peralatan teknis pengukuran masih terbatas;
5. Beban BPHTB yang harus dibayar oleh
masyarakat kurang mampu;
6. Tumpang tindih alas hak (munculnya klaim
baru penguasaan-penguasaan atas tanah milik
adat (girik/pipil dll.) atau atas tanah negara
(bekas eigendom Verponding/ erfpacht
verponding/opstal.)
7. Bidang tanah yang dimohon atau yang sudah
bersertipikat masuk Kawasan Hutan;
8. Lahan transmigrasi tumpang tindih dengan
Ijin/Kuasa Pertambangan, Ijin Lokasi
Perkebunan.masih
57
PENERTIBAN TANAH TERLANTAR
( 4 bulan 10 hari)

5 Hari
Inventarisasi Tanah
Terindikasi Terlantar
• Pemantauan Kanwil
BPN & Kantah • Pengumpulan data Tekstual
• Lap. Instansi / dan Spasial
• Pengelompokan data tanah
masyarakat terindikasi terlantar
• Lap. Pemegang Hak • Pengadministrasian data hasil
Inventarisasi tanah terindikasi 7 Hari
terlantar

10 Hari Penetapan Tanah


Penyiapan Data dan Informasi Terlantar oleh
Ka. BPN RI
Kanwil BPN •

Verifikasi Data Fisik dan Data Yuridis
Mengecek Buku Tanah
• Meminta keterangan dr pemegang hak
• Melaksanakan pemeriksaan fisik
• Melaksanakan Plotting
• Membuat analisis terrjadinya tanah terlantar

15 s/d 20 Hari
Identifikasi dan Penelitian
(Panitia C) 3 Bulan 7 Hari

• Verifikasi Data Fisik dan Data Yuridis


• Mengecek Buku Tanah Peringatan Laporan Kanwil BPN
• Meminta keterangan dr pemegang hak
• Melaksanakan pemeriksaan fisik
• Melaksanakan Plotting • Peringatan I, II, III • Usulan penetapan
• Membuat analisis terrjadinya tanah Tanah Terlantar
terlantar (oleh Kanwil BPN)
• Menyusun laporan hasil identifikasi
dan penelitian
• Melaksanakan Sidang Panitia
• Membuat Berita Acara
Hasil Penetapan Tanah Negara Eks Tanah
Terindikasi Terlantar
Surat Keputusan Kepala BPN RI tentang
Tanah Terlantar sampai dengan Maret 2013
sebanyak 80 (delapan puluh) buah
dengan luas 54.123,2436 Ha., dan 11
(sebelas) dari Surat Kepala BPN RI
tersebut atau seluas 34.235,3797 Ha.
menjadi objek gugatan di Peradilan
Tata Usaha Negara. dari 11 SK Kepala BPN
RI yang digugat di PTUN dinyatakan
batal/tidak sah
III. PEMBANGUNAN DATA BASE PERTANAHAN
(Geo KKP)

1. Pembangunan Data Base Pertanahan (Geo-KKP),


yang merupakan kegiatan Bottom up yang sudah
berjalan untuk dapat untuk ditarik menjadi Program
Prioritas Kelembagaan BPN-RI sehingga dapat
dialokasikan anggaran baik bersumber dari dana
rupiah murni maupun PNBP;

2. BPN-RI berkewajiban mengelola:


a. Data Tekstual dan data Spasial
b. Intensitas upditing data dan riwayat tanah
c. Penyimpanan Dokumen Pertanahan/ warkah

60
3. Data base Pertanahan (Geo KKP), mengintegrasikan
data buku tanah (data tekstual-yuridis) dan data
Surat Ukur/Gambar Situasi serta peta pendaftaran
dalam peta pendaftaran tanah digital.

4. Data base Pertanahan (Geo KKP), sebagai sarana:


a. Informasi pertanahan yang terintegrasi;
b. Mencegah terjadinya sengketa, konflik dan
perkara pertanahan;
c. Penyelesaian sengketa, konflik dan perkara
pertanahan.

61
Geo KKP
1. Saat ini ada 430 kantah yang menggunakan
komputer dalam kegiatan pelayanannya, yang
disebut KKP;
2. KKP dijalankan dengan dua sistem, yaitu berbasis
DESKTOP dan berbasis WEB;
3. Sejak akhir 2011 dilaksanakan Geo KKP, dengan
mengintegrasikan data tekstual dan data spasial
bidang tanah;
4. Produk dari Geo KKP adalah informasi
pertanahan berbasis bidang tanah yang dapat
dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat dan
pembangunan.
5. Untuk membangun data base Pertanahan (Geo-KKP),
diminta Kantor Pertanahan:
a. Meneliti dan menghitung secara fisik buku tanah
yang diterbitkan yang masih aktif dan yang sudah
tidak aktif (dimatikan/dihapus) sesuai dengan
jenis hak.
b. Melakukan pencocokan (validasi) data-data hasil
analog (data yuridiis dan data fisik) sebagaimana
angka 1 (satu) dengan data base aplikasi
Komputerisasi Kantor Pertanahan (KKP), dan
apabila ditemukan perbedaan data dilakukan
perbaikan.
c. Melakukan entry data buku tanah yang belum
masuk dalam aplikasi Komputerisasi Kantor
Pertanahan ( KKP) atau perbaikan data.
d. Melaksanakan pelayanan pendaftaran tanah
melalui aplikasi Komputerisasi Kantor Pertanahan
(KKP)
63
Pembangunan basis data melalui
KKP – Geo KKP :

a. Melanjutkan digitalisasi semua


Buku Tanah dan Peta Bidang Tanah
yang belum dikerjakan;
b. Melakukan pelayanan pertanahan
dengan menggunakan KKP-Geo KKP
yang telah tersedia di kantor masing-
masing;
a. Memanfaatkan hasil Geo KKP untuk
melaksanakan tugas pokok dan
fungsinya masing-masing.
PROGRAM PERCEPATAN REFORMASI
BIROKRASI

MENCIPTAKAN BIROKRASI BERSIH, KOMPETEN


Program DAN MELAYANI:
Percepatan  Bersih Dari KKN Dan Politisasi;
 Kompeten Terhadap Tugas dan Tanggung Jawab
Reformasi Yang Diemban;
Birokrasi  Melayani Masyarakat Dan Dunia Usaha/Investasi.

65
9 PROGRAM PERCEPATAN REFORMASI
BIROKRASI

1. Penataan Struktur Birokrasi


2. Penataan Jumlah Dan Distribusi PNS
3. Sistem Seleksi Dan Promosi Secara Terbuka
4. Profesionalisasi PNS
5. Pengembangan Sistem Elektronik Pemerintah (e-
Government)
6. Peningkatan Pelayanan Publik
7. Peningkatan Transparansi Dan Akuntabilitas
Aparatur
8. Peningkatan Kesejahteraan Pegawai Negeri
9. Efisiensi Penggunaan Fasilitas, Sarana Dan
Prasarana Kerja Pegawai Negeri Sipil

66
Keterkaitan Grand Design RB (Perpres 81/2010) dan
Road Map RB (Permenpan-RB No. 20/2010) dengan
Program Percepatan RB
67
KEP. Ka. BPN NO. 44/KEP-3.43/I/ 2
013,
Tgl 21 JANUARI 2013.
Sapta Pembaharuan Reformasi Birokrasi,
yang meliputi:
Pembangunan dan Penerapan Sistem
Rekrutmen.
Sistem Pendidikan.
Kode Perilaku.
Standar Minimum Profesi.
Pola Jenjang Karier.
Sistem Pengawasan.
Pembentukan Majelis Kehormatan Kode Etik
dan Profesi.
Sapta Tertib Pertanahan (SK Ka.
BPN : 277 Tahun 2012)
1. Tertib Administrasi;
2. Tertib Anggaran;
3. Tertib Perlengkapan;
4. Tertib Perkantoran;
5. Tertib Kepegawaian
6. Tertib Disiplin Kerja;
7. Tertib Moral.
1. Tertib Administrasi;
Menjalankan Komputerisasi Kantor
Pertanahan (KKP) dengan konsisten
Mengembangkan Komputerisasi Kantor
Pertanahan (KKP)
Ketaatan menindaklanjuti Laporan Hasil
Pemeriksaan (LHP)
Pengelolaan buku tanah, surat ukur, peta,
warkah secara baik dan tertib
Pencatatan setiap surat masuk dan surat
keluar
1. Tertib Administrasi;

 Menjawab surat-surat masuk sesuai aturan


 Terselenggaranya tata persuratan yang tertib
dan lebih efektif/efisien
 Standarisasi naskah dinas
 Penataan arsip pertanahan (peta, buku tanah,
surat ukur, warkah) dalam manajemen arsip
modern
 Tersedianya Standard Operating Procedure
(SOP) dalam setiap kegiatan
 Tersusunnya petunjuk pelaksanaan dan
petunjuk teknis dalam setiap kegiatan
2. Tertib Anggaran;
 PenertibanRekening
 Pelaksanaan Anggaran
 Penatausahaan Keuangan
 Pelaporan Keuangan
 Pelaksanaan dan pengelolaan
anggaran yang transparan dan
efisien
3. Tertib Perlengkapan;
Penyediaan sarana dan prasarana
perkantoran sesuai dengan kebutuhan
Penggunaan/pemanfaatan Barang
Milik Negara sesuai dengan tujuannya
Terlaksananya transfer Barang Milik
Negara dengan tertib
Penghapusan Barang Milik Negara
dari daftar barang terhadap barang
yang sudah tidak mampu mendukung
tugas dan fungsi kantor
3. Tertib Perlengkapan;
Standarisasi sarana dan prasarana
baik jumlah maupun
spesifikasinya
Penatausahaan (pembukuan,
inventarisasi, dan pelaporan)
Barang Milik Negara (BMN)
melalui Sistem Informasi
Manajemen dan Akuntansi
Barang Milik Negara (SIMAK
BMN)

4. Tertib Perkantoran;

 Penataan ruang kantor yang lebih


efisien dan efektif dalam rangka
memberikan pelayanan kepada
masyarakat
 Menjaga kebersihan dan kerapian
kantor
 Standarisasi gedung kantor
 Standarisasi/penyiapan loket pelayanan
dan pengaduan masyarakat.
5. Tertib Kepegawaian;
 Pola karier dengan merit system
 Reward and punishment
 Rekrutmen yang transparasi
 Pendidikan Penjenjangan yang teratur
 Pembinaan jabatan secara teratur
 Peningkatan kemampuan dan keterampilan
 Sistem Informasi Manajemen Kepegawaian
(SIMPEG) yang tertib.
6. Tertib Disiplin Kerja
Mentaati jam kerja
Penyelesaian target kerja
Menggunakan Pakaian dinas
Rapih

Membuat buku kegiatan harian


Mengisi daftar hadir
7. Tertib Moral.
 Melaksanakan kode etik BPN
(Peraturan KBPN Nomor 8 Tahun
2011)
 Mejaga kehormatan pimpinan, diri
sendiri dan keluarga
 Menjaga sikap, tingkah laku dan
etika
 Menghindarkan dari perbuatan
tercela, dan lain-lain.
11 Agenda
1. Membangun kepercayaan masyarakat pada Badan
Pertanahan Nasional.
2. Meningkatkan pelayanan dan pelaksanaan
pendaftaran, serta sertifikasi tanah secara
menyeluruh di seluruh Indonesia.
3. Memastikan penguatan hak-hak rakyat atas tanah
(land tenureship).
4. Menyelesaikan persoalan pertanahan di daerah-
daerah korban bencana alam dan daerah-daerah
konflik.
5. Menangani dan menyelesaikan perkara, masalah,
sengketa, dan konflik pertanahan di seluruh
Indonesia secara sistematis.
Lanjutan 11 Agenda
1. Membangun Sistem Informasi Pertanahan Nasional
(SIMTANAS), dan sistem pengamanan dokumen
pertanahan di seluruh Indonesia.
2. Menangani masalah KKN serta meningkatkan
partisipasi dan pemberdayaan masyarakat.
3. Membangun data base pemilikan dan penguasaan tanah
skala besar.
4. Melaksanakan secara konsisten semua peraturan
perundang-undangan Pertanahan yang telah ditetapkan.
5. Menata kelembagaan Badan Pertanahan Nasional.
6. Mengembangkan dan memperbarui politik, hukum dan
kebijakan Pertanahan.

Anda mungkin juga menyukai