Anda di halaman 1dari 6

TUGAS MATA KULIAH HTN

LEGAL MEMORANDUM TERKAIT KEJAHATAN TERHADAP HARTA


KEKAYAAN DAN PEMALSUAN

 
 
 
 
 
 

 
Oleh :
ALBERT DWI CAHYONO
KELAS A / SEMESTER 2
NIM 1902010589

Universitas Nusa Cendana


Fakultas Hukum
2020
 LEGAL MEMORANDUM

A. KEPALA LEGAL MEMORANDUM (HEADING)


Kepada                  :
Dari                       :  ALBERT DWI CAHYONO
Pokok Masalah     : Kasus Penggunaan Kartu Kredit Palsu –  Pemalsuan surat yang diperberat
Para Pihak             :  Marianus Tokan (tersangka)
Tanggal                 :  14 Oktober 2018
Perihal      : Tinjauan Yuridis Kasus Penggunaan Kartu Kredit Palsu-Pemalsuan surat
yang diperberat
 
B. PERMASALAHAN HUKUM (LEGAL ISSUES)
Dari kasus Penggunaan Kartu Kredit palsu oleh Tersangka, permasalahan hukum yang muncul
adalah:
 Apakah tersangka dapat dituntut dengan pasal 263 KUHP tentang Pemalsuan surat pada
umumnya, ataukah dituntut dengan pasal 264 KUHP tentang Pemalsuan surat yang
diperberat?

C. JAWABAN SINGKAT (BRIEF ANSWER):


Dari kronologis peristiwa yang telah terjadi, Tersangka berfoya – foya menghabiskan 10 juta
rupiah untuk berbelanja di sebuah Minimarket Larantuka dan toko buah di kelurahan
sarotari,Larantuka serta dibeberapa market dengan menggunakan kartu kredit palsu BCA,BRI,
ANZ, dan BNI yang dibeli dari seseorang, maka tersangka dapat dituntut dengan pasal 264
KUHP tentang Pemalsuan surat yang diperberat.
 
D. PERNYATAAN FAKTA-FAKTA (STETEMENT OF FACTS)
Telah terjadi Pembelanjaan senilai 10 juta rupiah di Minimarket dan Toko Buah di Larantuka
serta beberapa market yang dilakukan oleh seorang bapak yang bernama Marianus Tokan.
Tersangka berbelanja dengan menggunakan kartu kredit palsu. Dari keterangan saksi yang
berinisial P diperoleh, yaitu Kasir pada salah satu Minimarket tepatnya di Kel.Sarotari,Larantuka
bahwa kartu kredit yang dipergunakan oleh tersangka berkali-kali ditolak approvalnya, karena
curiga, kasir tersebut kemudian melapor pada manajernya, selanjutnya manajer menelepon Pihak
Kepolisian Larantuka dan bank BCA sebagai issuer kartu kredit.. Dari tersangka polisi menyita
10 lembar kartu kredit palsu dari BCA,BRI, ANZ dan BNI. Dari keterangan tersangka kepada
pihak Kepolisian Resor Larantuka, tersangka mengaku membeli kartu kredit tersebut dari
seseorang seharga 3 juta rupiah per lembar. Tersangka mengakui seluruh perbuatan yang
dilakukannya.
 
E. PENDAPAT HUKUM
Apakah tersangka dapat dituntut dengan pasal 263 KUHP tentang Pemalsuan surat pada
umumnya, ataukah dituntut dengan pasal 264 KUHP tentang Pemalsuan surat yang diperberat?
Bunyi pasal 263 KUHP adalah:
“ (1) Barang siapa membuat secara tidak benar atau memalsu surat yang dapat menimbulkan
sesuatu hak, perikatan ataupembebasan hutang, atau yang diperuntukkan sebagai bukti dari
sesuatu hal, dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain pakai surat tersebut
seolah-olah isinya benar dan tidak dipalsu, diancam, jika pemakaian tersebut telah
menimbulkan kerugian, karena pemalsuan surat, dengan pidana penjara paling lama enam
tahun.
   “(2) Dipidana dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja memakai surat palsu
atau yang dipalsukan seolah-olah asli, jika pemakaian surat itu dapat menimbulkan kerugian“.
Dari rumusan pasal tersebut, unsur-unsur pasal 263 KUHP adalah:
1. Ayat ke -1:
Unsur objektif  :
a.       Perbuatan     : a. membuat palsu;
                                  b. memalsu;
b.       Objeknya      : yakni surat :
a.)   Yang dapat menimbulkan suatu hak
b.)   Yang dapat menimbulkan suatu perikatan
c.)  Yang dapat menimbulkan suatu pembebasan hutang
d.)   Yang diperuntukkan sebagai bukti daripada sesuatu hal
e.)   Dapat menimbulkan akibat kerugian dari pemakaian surat tersebut
Unsur Subyektif : dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai seolah –
olah isinya benar atau tidak dipalsu.
2. Ayat ke -2 :
Unsur objektif   :
a.     Perbuatan     : memakai;
b.     Objeknya      : a. surat palsu;
                                b. surat yang dipalsukan
c.     pemakaian surat tersebut dapat menimbulkan kerugian;
Unsur Subyektif : dengan sengaja.
    Surat (geschrift) adalah suatu lembaran kertas yang diatasnya terdapat tulisan yang terdiri dari
kalimat dan huruf termasuk angka yang mengandung/berisi buah pikiran atau makna tertentu,
yang dapat berupa tulisan dengan tangan, mesin ketik, printer computer, dengan mesin cetakan
dan dengan alat dan cara apapun.
    Sedangkan bunyi dari pasal 264 KUHP adalah:
“(1) Pemalsuan surat diancam dengan pidana penjara paling lama delapan tahun, jika
dilakukan terhadap:
1.          akta-akta otentik;
2.          surat hutang atau sertifikat hutang dari suatu negara atau bagiannya ataupun dari suatu
lembaga umum;
3.          surat sero atau surat hutang atau sertifikat sero atau hutang dari suatu perkumpulan,
yayasan, perseroan atau maskapai;
4.          talon, tanda bukti deviden atau bunga dari salah satu surat yang diterangkan dalam 2
dan 3, atau tanda bukti yang dikeluarkan sebagai pengganti surat – surat itu;
5.          surat kredit atau surat dagang yang diperuntukkan untuk diedarkan;
     (2)   Dipidana dengan pidana yang sama barangsiapa dengan sengaja memakai surat
tersebut dalam ayat pertama, yang isinya tidak asli atau dipalsukan seolah-olah benar dan tidak
dipalsu, jika pemakaian surat itu dapat menimbulkan kerugian”.
Dari rumusan pasal tersebut, unsur-unsur pasal 234 KUHP adalah:
3. Ayat ke -2:
Semua Unsur baik obyektif maupun Subyektif pasal 263
Unsur – unsur khusus pemberatnya ( bersifat alternative ) berupa obyek surat – surat
tertentu, ialah :
a.       Akta – akta otentik
b.       surat hutang atau sertifikat hutang dari:
1)       suatu negara
2)       bagian negara
3)       suatu lembaga umum
c.       1) surat sero
2) surat hutang dari suatu perkumpulan
3) surat hutang dari suatu yayasan
4) surat hutang dari suatu perseroan
5) surat hutang dari suatu maskapai
d.      1) talon, tanda bukti deviden atau tanda bukti bunga dari surat pada butir b dan c diatas
2) tanda bukti yang dikeluarkan sebagai pengganti surat – surat itu
e. 1) surat – surat kredit
2) surat dagang yang diperuntukkan untuk diedarkan
Dari rumusan pasal tersebut, unsur-unsur pasal 264 KUHP adalah:
4. Ayat ke -2:
Unsur objektif   :
a. Perbuatan         : memakai;
b. Objeknya      : surat – surat tersebut pada ayat 1;
c  pemakaian itu seolah – olah isinya benar dan tidak dipalsu
Unsur Subyektif : dengan sengaja
Pemalsuan surat yang diperberat mengandung Pemalsuan surat pada umumnya, sehingga semua
unsur dalam pasal 263 KUHP, terdapat juga pada pasal 264 KUHP. Yang membedakan kedua
pasal ini hanya terletak pada adanya rumusan “macam surat dan surat yang mengandung
kepercayaan yang lebih besar akan kebenaran isinya” pada pasal 264 KUHP. Kartu kredit yang
digunakan tersangka untuk berfoya – foya dan berbelanja telah memenuhi unsur – unsur
Pemalsuan surat yang diperberat, karena kartu kredit sebagaimana diatur oleh pasal 264 KUHP
termasuk di dalam surat – surat kredit yang dikeluarkan oleh Bank, yang dibuat dalam bentuk
kartu sehingga memudahkan nasabah dalam bertransaksi.
Perbuatan tersangka memenuhi unsur kesalahan yang terdapat dalam pasal 263 KUHP ‘seolah-
olah isinya benar dan tidak dipalsu’  yang mengandung makna :
1)       Adanya orang – orang yang terpedaya dengan digunakannya surat – surat yang demikian,
2)       Surat itu berupa alat yang digunakan untuk memperdaya orang
Yakni memperdaya Para Pelaku Usaha di Minimarket, Toko Buah di Larantuka,serta beberapa
market dan Pihak Bank dengan menggunakan kartu kredit palsu. Unsur lainnya yang terpenuhi
adalah ‘jika pemakaian surat itu dapat menimbulkan kerugian’, yaitu kerugian Para Pelaku
Usaha di Minimarket di Larantuka, Toko Buah di Larantuka,serta beberapa market lainnya dan
pihak Bank yang mendapat kerugian karena Transaksi dari Tersangka sebesar 10 juta rupiah.
Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tersangka dapat dituntut dengan pasal 364
KUHP tentang Pemalsuan surat yang diperberat.
Setelah mengetahui kronologis peristiwa yang diungkapkan dari keterangan saksi
maupun dari keterangan tersangka kepada pihak kepolisian maka Jaksa Penuntut umum pada
kasus ini diharapkan menuntut tersangka dengan pasal 264 KUHP dengan ancaman hukuman
pidana penjara paling lama delapan tahun.

Anda mungkin juga menyukai