Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS KASUS PEMALSUAN SURAT SERTIFIKAT TANAH CUT

INDRIA MARZUKI

Disusun Untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester


Mata Kuliah Tindak Pidana Dalam Kitab Undang – Undang Hukum Pidana Kelas J
Dosen Pengampu :
Dr. Setiawan Noerdajasakti, S.H., M.H.
Fines Fatimah, S.H., M.H.

Disusun Oleh :
Karim Resnangmadita Mahks
NIM. 185010100111050 (01)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2021
A. Kronologi Kasus

Pada tahun 2017, ibunda Nirina Zubir, almarhumah Cut Indria Marzuki
memercayai tersangka Riri Khasmita, si asisten rumah tangga untuk mengurus
pembayaran pajak bumi dan bangunan (PBB), surat kuasa pun diberikan oleh
almarhum kepada tersangka. Dikarenakan terlalu percaya dengan tersangka,
almarhum memberikan sertifikatnya dengan total terdapat enam sertifikat yang
diberikan dengan rincian, dua sertifikat tanah dan empat sertifikat tanah dan
bangunan dengan total nilai diperkirakan mencapai Rp17 miliar.

Kemudian tersangka Riri mengubah nama salah satu sertifikat tanah menjadi
nama suaminya Edrianto. Sementara lima sertifikat lainnya dia ubah dengan namanya
sendiri dengan menggunakan figur palsu bersama notaris yang kita telah ditetapkan
tersangka. Sertifikat – sertifikat tersebut statusnya kemudian dijual dan sebagian
digadaikan ke bank. Kemudian hasil dari penjualan sertifikat tersebut diduga untuk
digunakan sebagai modal tersangka untuk bisnis ayam frozen food yang cabangnya
sudah melebihi 5 cabang.

Pada tahun 2019, almarhumah Cut Indria Marzuki meninggal dunia yang
kemudian salah satu anaknya dan juga kakak dari Nirina Zubir yakni Fadlan Karim
kembali menanyakan sertifikat - sertifikat tersebut. Lalu tersangka kemudian
menjawab bahwa sertifikat – sertifikat milik almarhum masih sedang diurus. Hal
tersebut lantas memunculkan kecurigaan bahwasahnya tersangka dibantu dengan
pihak lain yakni suami tersangka dan tiga orang Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT)
dalam proses pengalihan nama atas properti yang berada di kawasan Jakarta Barat
tersebut.

Kemudian pada bulan September 2020, keluarga Nirina berkumpul dan


kembali membahas ihwal sertifikat tersebut dan menyelidiki sampai mengumpulkan
bukti – bukti yang cukup untuk dilaporkan ke polisi pada bulan Juni 2021.1

1
kompas.com, https://megapolitan.kompas.com/read/2021/11/17/17235341/kronologi-kasus-mafia-
tanah-yang-rugikan-keluarga-nirina-zubir-rp-17?page=all diakses pada tanggal 8 Desember 2021
B. Analisis Kasus

Tindak pidana berupa pemalsuan suatu surat dapat kita jumpai ketentuannya
dalam Pasal 263 Kitab Undang Undang Hukum Pidana (“KUHP”) yang berbunyi:

(1) Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat
menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan hutang, atau yang
diperuntukkan sebagai bukti daripada sesuatu hal dengan maksud untuk memakai
atau menyuruh orang lain memakai surat tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak
dipalsu, diancam jika pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian, karena
pemalsuan surat, dengan pidana penjara paling lama enam tahun.

(2) Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja memakai surat
palsu atau yang dipalsukan seolah-olah sejati, jika pemakaian surat itu dapat
menimbulkan kerugian.2

Dengan demikian, unsur – unsur dari pemalsuan surat dalam Pasal 263 Ayat
(1) KUHP adalah meliputi :

1) Barangsiapa;
2) Membuat surat palsu atau memalsukan surat;
3) dapat menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan hutang, atau yang
diperuntukkan sebagai bukti daripada sesuatu hal;
4) dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat
tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak dipalsu;
5) pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian.

Apabila dikaitkan dengan kasus pemalsuan surat sertifikat tanah milik


almarhumah Cut Indria Marzuki, maka dapat dijabarkan fakta – fakta terjadi yaitu :

1) Barangsiapa;
 Penjelasannya : Barangsiapa merupakan unsur pelaku atau subjek dari
tindak pidana (delik). Dengan menggunakan kata “barangsiapa”

2
Kitab Undang – Undang Hukum Pidana
berarti pelakunya adalah dapat siapa saja, siapa pun dapat menjadi
pelaku.3
 Fakta Hukum : Pelaku pemalsuan suratnya yaitu Riri Khasmita, si
asisten rumah tangga, suami Riri yang bernama Edrianto dan tiga
orang Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).

2) Membuat surat palsu atau memalsukan surat;


 Penjelasannya : pemalsuan surat itu menurut R. Soesilo dilakukan
dengan cara :
o membuat surat palsu: membuat isinya bukan semestinya (tidak
benar).
o memalsu surat: mengubah surat sedemikian rupa sehingga isinya
menjadi lain dari isi yang asli. Caranya bermacam-macam, tidak
senantiasa surat itu diganti dengan yang lain, dapat pula dengan
cara mengurangkan, menambah atau merubah sesuatu dari surat
itu.
o memalsu tanda tangan juga termasuk pengertian memalsu surat.
o penempelan foto orang lain dari pemegang yang berhak.
 Fakta Hukum : Tersangka Riri mengubah nama salah satu sertifikat
tanah menjadi nama suaminya Edrianto. Sementara lima sertifikat
lainnya dia ubah dengan namanya sendiri dengan menggunakan figur
palsu bersama notaris yang kita telah ditetapkan tersangka.

3) dapat menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan hutang, atau yang
diperuntukkan sebagai bukti daripada sesuatu hal;
 Penjelasannya : Surat yang dipalsu itu harus suatu surat yang :
o Dapat menerbitkan suatu hak ( misalnya : ijazah, karcis tanda
masuk, surat andil dan lain -lain)
3
Rony A Walandouw, UNSUR MELAWAN HUKUM YANG SUBJEKTIF DALAM TINDAK
PIDANA PENCURIAN PASAL 362 KUHP, Jurnal Lex Crimen Vol. IX/No. 3/Jul-Sep/2020, hlm 252
o Dapat menerbitkan suatu perjanjian ( misalnya : surat perjanjian
piutang, perjanjian jual beli, perjanjian sewa dan sebagainya )
o Dapat menerbitkan suatu pembebasan utang ( kwitansi atau surat
semacam ) atau
o Suatu surat yang boleh dipergunakan sebagai suatu keterangan
bagi sesuatu perbuatan atau peristiwa ( misalnya : surat tanda
kelahiran, buku tabungan pos, buku kas, buku harian kapal, surat
angkutan, obligasi dan masih banyak lagi ).
o Walaupun pada umumnya sebuah surat tidak melahirkan secara
langsung adanya suatu hak, melainkan hak itu timbul dari adanya
perikatan hukum ( perjanjian ) yang tertuang dalam surat itu,
tetapi ada surat-surat tertentu yang disebut surat formil yang
langsung melahirkan suatu hak tertentu misalnya, cek, bilyet
giro, wesel, surat izin mengemudi, ijazah dan lain sebagainya.
 Fakta Hukum : Sertifikat – sertifikat yang telah diubah namanya
tersebut statusnya kemudian dijual dan sebagian digadaikan ke bank.
Kemudian hasil dari penjualan sertifikat tersebut diduga untuk
digunakan sebagai modal tersangka untuk bisnis ayam frozen food
yang cabangnya sudah melebihi 5 cabang.

4) dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat
tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak dipalsu;
 Penjelasannya : Menurut Soenarto Soerodibroto, yang dimaksud
pemalsuan surat itu harus dengan maksud akan menggunakan atau
suruh orang lain menggunakan surat itu seolah-olah asli dan tidak
palsu adalah :
o Adanya orang-orang yang terpedaya dengan digunakannya surat-
surat yang demikian.
o Surat itu berupa alat yang digunakan untuk memperdaya orang,
orang mana adalah orang yang menganggap surat itu asli dan
tidak dipalsu, orang terhadap siapa maksud surat itu digunakan,
bisa orang-orang pada umumnya dan bisa juga orang tertentu.
 Fakta Hukum : Tersangka mengubah nama salah satu sertifikat tanah
menjadi nama suaminya Edrianto. Sementara lima sertifikat lainnya
dia ubah dengan namanya sendiri dengan menggunakan figur palsu
bersama notaris yang kita telah ditetapkan tersangka. Sertifikat –
sertifikat tersebut statusnya kemudian dijual dan sebagian digadaikan
ke bank. Kemudian hasil dari penjualan sertifikat tersebut diduga
untuk digunakan sebagai modal tersangka untuk bisnis ayam frozen
food yang cabangnya sudah melebihi 5 cabang.

5) pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian


 Penjelasannya : Menurut R. Soesilo penggunaannya harus dapat
mendatangkan kerugian. Kata “dapat” maksudnya tidak perlu kerugian
itu betul-betul ada, baru kemungkinan saja akan adanya kerugian itu
sudah cukup;
 Fakta Hukum : almarhum memberikan sertifikatnya kepada
tersangka dengan total terdapat enam sertifikat yang diberikan dengan
rincian, dua sertifikat tanah dan empat sertifikat tanah dan bangunan
dengan total nilai kerugian diperkirakan mencapai Rp17 miliar.
C. Kesimpulan

Berdasarkan analisis kasus diatas maka tersangka Riri Khasmita telah


memenuhi unsur – unsur perbuatan pemalsuan surat yang terdapat dalam Pasal 263
KUHP yang perbuatannya adalah pemalsuan 6 (enam) sertifikat tanah dengan rincian,
dua sertifikat tanah dan empat sertifikat tanah dan bangunan dengan total nilai
kerugian diperkirakan mencapai Rp17 miliar milik almarhumah Cut Indria Marzuki
Tersangka mengubah nama salah satu sertifikat tanah menjadi nama suaminya
Edrianto. Sementara lima sertifikat lainnya dia ubah dengan namanya sendiri dengan
menggunakan figur palsu bersama notaris yang kita telah ditetapkan tersangka.
Sertifikat – sertifikat tersebut statusnya kemudian dijual dan sebagian digadaikan ke
bank. Kemudian hasil dari penjualan sertifikat tersebut diduga untuk digunakan
sebagai modal tersangka untuk bisnis ayam frozen food yang cabangnya sudah
melebihi 5 cabang. Perbuatan ini dilakukan tidak hanya tersangka tetapi dibantu oleh
suami tersangka Edrianto dan tiga orang Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT).
D. Daftar Pustaka

Kitab Undang – Undang Hukum Pidana

Rony A Walandouw, UNSUR MELAWAN HUKUM YANG SUBJEKTIF DALAM

TINDAK PIDANA PENCURIAN PASAL 362 KUHP, Jurnal Lex Crimen Vol.

IX/No. 3/Jul-Sep/2020

R. Soesilo. 1991. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-

Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. Politeia: Bogor.

Soenarto Soerodibroto, 1994, KUHP dan KUHAP Dilengkapi Yurisprudensi

Mahkamah Agung dan Hage Raad, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta

kompas.com, https://megapolitan.kompas.com/read/2021/11/17/17235341/kronologi-

kasus-mafia-tanah-yang-rugikan-keluarga-nirina-zubir-rp-17?page=all diakses

pada tanggal 8 Desember 2021


E. Lampiran Artikel/ Berita

Anda mungkin juga menyukai