Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS KASUS PEMALSUAN SURAT KETERANGAN KEMATIAN

DIAH SURTINI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Terstruktur II


Mata Kuliah Tindak Pidana Dalam Kitab Undang – Undang Hukum Pidana Kelas J
Dosen Pengampu :
Dr. Setiawan Noerdajasakti, S.H., M.H.
Fines Fatimah, S.H., M.H.

Disusun Oleh :
Karim Resnangmadita Mahks
NIM. 185010100111050 (01)

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
FAKULTAS HUKUM
MALANG
2021
A. Kronologi Kasus

Pada sekitaran bulan Agustus 2019, tersangka Abdul Munir selaku Kepala
Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Bali,
membuatkan surat keterangan kematian palsu atas nama Diah Suartini berusia 54
tahun. Surat tersebut menerangkan bahwa Diah Suartini telah meninggal dunia,
padahal yang bersangkutan masih hidup dan sehat walafiat hingga kini.

Selain surat-surat tersebut, tersangka memalsukan KTP dan KK seorang


tersangka yang berprofesi sebagai wiraswasta bernama Suraji berusia 56 tahun dan
Hernanik. Surat-surat tersebut kemudian digunakan oleh Suraji sebagai lampiran
persyaratan pengurusan perkawinan antara Suraji dengan Hernanik. Padahal
tersangka Suraji masih berstatus suami sah Diah Suartini.

Abdul Munir yang sebagai kepala KUA membantu tersangka Suraji


mempersiapkan semua persyaratan pernikahan dengan cara memalsukan surat
keterangan kematian, KTP dan KK lalu menikahkan Suraji dan Hernanik, lalu
mendapat uang Rp 1,5 juta dari Suraji.

Pada Tanggal 30 Agustus 2019, tersangka Suraji menikah dengan Hernanik


dengan menggunakan surat – surat yang dipalsukan oleh tersangka Abdul Munir agar
dapat memenuhi syarat – syarat pernikahan. Padahal, tersangka Suraji statusnya
masih menjadi suami sah dari korban Diah Suartini. perbuatan tersangka Abdul
Munir dan tersangka Suraji menimbulkan kerugian bagi korban Diah Suartini.

Diah Suartini kemudian mengecek ke KUA Petang, disana dia diperlihatkan


berkas administrasi pernikahan suaminya oleh staf KUA dan saksi terkejut melihat
ada surat keterangan kematian yang menerangkan bahwa dirinya telah meninggal
pada tahun 2016. Selain itu korban juga melihat ada KTP dan KK palsu yang
menyatakan bahwa terdakwa Suraji berdomisili di Desa Petang. Mengetahui hal
tersebut Diah kemuadian melaporkannya ke kepolisian.1

1
kompas.com, https://regional.kompas.com/read/2021/11/24/195411578/demi-menikah-lagi-pria-
di-bali-nekat-palsukan-surat-kematian-istri-dan-ktp?page=all diakses pada tanggal 16 Desember 2021
B. Analisis Kasus

Tindak pidana berupa pemalsuan suatu surat dapat kita jumpai ketentuannya
dalam Pasal 263 Kitab Undang Undang Hukum Pidana (“KUHP”) yang berbunyi:

(1) Barang siapa membuat surat palsu atau memalsukan surat yang dapat
menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan hutang, atau yang
diperuntukkan sebagai bukti daripada sesuatu hal dengan maksud untuk memakai
atau menyuruh orang lain memakai surat tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak
dipalsu, diancam jika pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian, karena
pemalsuan surat, dengan pidana penjara paling lama enam tahun.

(2) Diancam dengan pidana yang sama, barang siapa dengan sengaja memakai surat
palsu atau yang dipalsukan seolah-olah sejati, jika pemakaian surat itu dapat
menimbulkan kerugian.2

Dengan demikian, unsur – unsur dari pemalsuan surat dalam Pasal 263 Ayat
(1) KUHP adalah meliputi :

1) Barangsiapa;
2) Membuat surat palsu atau memalsukan surat;
3) dapat menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan hutang, atau yang
diperuntukkan sebagai bukti daripada sesuatu hal;
4) dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat
tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak dipalsu;
5) pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian.

Apabila dikaitkan dengan kasus pemalsuan surat keterangan kematian yang


dilakukan oleh Abdul Munir, maka dapat dijabarkan fakta – fakta terjadi yaitu :

1) Barangsiapa;
 Penjelasannya : Barangsiapa merupakan unsur pelaku atau subjek dari
tindak pidana (delik). Dengan menggunakan kata “barangsiapa”

2
Kitab Undang – Undang Hukum Pidana
berarti pelakunya adalah dapat siapa saja, siapa pun dapat menjadi
pelaku.3
 Fakta Hukum : Abdul Munir selaku kepala KUA membantu
tersangka Suraji mempersiapkan semua persyaratan pernikahan
dengan cara memalsukan surat keterangan kematian, KTP dan KK.

2) Membuat surat palsu atau memalsukan surat;


 Penjelasannya : pemalsuan surat itu menurut R. Soesilo dilakukan
dengan cara :
o membuat surat palsu: membuat isinya bukan semestinya (tidak
benar).
o memalsu surat: mengubah surat sedemikian rupa sehingga isinya
menjadi lain dari isi yang asli. Caranya bermacam-macam, tidak
senantiasa surat itu diganti dengan yang lain, dapat pula dengan
cara mengurangkan, menambah atau merubah sesuatu dari surat
itu.
o memalsu tanda tangan juga termasuk pengertian memalsu surat.
o penempelan foto orang lain dari pemegang yang berhak.
 Fakta Hukum : Tersangka Abdul Munir selaku Kepala Kantor
Urusan Agama (KUA) Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Bali,
membuatkan surat keterangan kematian palsu atas nama Diah Suartini
berusia 54 tahun. Surat tersebut menerangkan bahwa Diah Suartini
telah meninggal dunia dan surat – surat lainnya sebagai syarat
pernikahan tersangka Suraji.

3) dapat menimbulkan sesuatu hak, perikatan atau pembebasan hutang, atau yang
diperuntukkan sebagai bukti daripada sesuatu hal;
 Penjelasannya : Surat yang dipalsu itu harus suatu surat yang :

3
Rony A Walandouw, UNSUR MELAWAN HUKUM YANG SUBJEKTIF DALAM TINDAK
PIDANA PENCURIAN PASAL 362 KUHP, Jurnal Lex Crimen Vol. IX/No. 3/Jul-Sep/2020, hlm 252
o Dapat menerbitkan suatu hak ( misalnya : ijazah, karcis tanda
masuk, surat andil dan lain -lain)
o Dapat menerbitkan suatu perjanjian ( misalnya : surat perjanjian
piutang, perjanjian jual beli, perjanjian sewa dan sebagainya )
o Dapat menerbitkan suatu pembebasan utang ( kwitansi atau surat
semacam ) atau
o Suatu surat yang boleh dipergunakan sebagai suatu keterangan
bagi sesuatu perbuatan atau peristiwa ( misalnya : surat tanda
kelahiran, buku tabungan pos, buku kas, buku harian kapal, surat
angkutan, obligasi dan masih banyak lagi ).
o Walaupun pada umumnya sebuah surat tidak melahirkan secara
langsung adanya suatu hak, melainkan hak itu timbul dari adanya
perikatan hukum ( perjanjian ) yang tertuang dalam surat itu,
tetapi ada surat-surat tertentu yang disebut surat formil yang
langsung melahirkan suatu hak tertentu misalnya, cek, bilyet
giro, wesel, surat izin mengemudi, ijazah dan lain sebagainya.
 Fakta Hukum : Abdul Munir yang sebagai kepala KUA membantu
tersangka Suraji mempersiapkan semua persyaratan pernikahan
dengan cara memalsukan surat keterangan kematian, KTP dan KK
korban Diah Suartini lalu menikahkan Suraji dan Hernanik.

4) dengan maksud untuk memakai atau menyuruh orang lain memakai surat
tersebut seolah-olah isinya benar dan tidak dipalsu;
 Penjelasannya : Menurut Soenarto Soerodibroto, yang dimaksud
pemalsuan surat itu harus dengan maksud akan menggunakan atau
suruh orang lain menggunakan surat itu seolah-olah asli dan tidak
palsu adalah :
o Adanya orang-orang yang terpedaya dengan digunakannya surat-
surat yang demikian.
o Surat itu berupa alat yang digunakan untuk memperdaya orang,
orang mana adalah orang yang menganggap surat itu asli dan
tidak dipalsu, orang terhadap siapa maksud surat itu digunakan,
bisa orang-orang pada umumnya dan bisa juga orang tertentu.
 Fakta Hukum : Diah Suartini mengecek ke KUA Petang, disana dia
diperlihatkan berkas administrasi pernikahan suaminya oleh staf KUA
dan korban terkejut melihat ada surat keterangan kematian yang
menerangkan bahwa dirinya telah meninggal pada tahun 2016. Selain
itu saksi juga melihat ada KTP dan KK palsu yang menyatakan bahwa
terdakwa Suraji berdomisili di Desa Petang.

5) pemakaian tersebut dapat menimbulkan kerugian


 Penjelasannya : Menurut R. Soesilo penggunaannya harus dapat
mendatangkan kerugian. Kata “dapat” maksudnya tidak perlu kerugian
itu betul-betul ada, baru kemungkinan saja akan adanya kerugian itu
sudah cukup;
 Fakta Hukum : pemalsuan surat kematian dan surat – surat lainnya
sebagai persyaratan pernikahan yang dilakukan oleh tersangka Abdul
Munir dan tersangka Suraji menimbulkan kerugian bagi korban yaitu
berdampak psikologis bagi korban yang masih sampai saat ini dalam
keadaan hidup dan tersangka Suraji masih berstatus sebagai suami
korban.
C. Kesimpulan

Berdasarkan analisis kasus diatas maka tersangka Abdul Munir selaku Kepala
Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Petang, Kabupaten Badung, Bali telah
memenuhi unsur – unsur perbuatan pemalsuan surat yang terdapat dalam Pasal 263
KUHP yang perbuatannya adalah membuatkan surat keterangan kematian palsu atas
nama Diah Suartini berusia 54 tahun. Surat tersebut menerangkan bahwa Diah
Suartini telah meninggal dunia dan surat – surat lainnya sebagai syarat pernikahan
tersangka Suraji.

Tersangka juga menikahkan Suraji dan Hernanik pada tanggal 30 Agustus


2019, lalu mendapat uang Rp 1,5 juta dari Suraji. Hal tersebut mengakibatkan
kerugian bagi korban Diah Suartini karena tersangka Suraji statusnya masih sah
sebagai suami korban, lantas setelah mengetahui kejadian tersebut korban kemudian
melaporkan perbuatan tersangka Abdul Munir dan suaminya Suraji ke kepolisian.
D. Daftar Pustaka

Kitab Undang – Undang Hukum Pidana

Rony A Walandouw, UNSUR MELAWAN HUKUM YANG SUBJEKTIF DALAM

TINDAK PIDANA PENCURIAN PASAL 362 KUHP, Jurnal Lex Crimen Vol.

IX/No. 3/Jul-Sep/2020

R. Soesilo. 1991. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Serta Komentar-

Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal. Politeia: Bogor.

Soenarto Soerodibroto, 1994, KUHP dan KUHAP Dilengkapi Yurisprudensi

Mahkamah Agung dan Hage Raad, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta

kompas.com, https://regional.kompas.com/read/2021/11/24/195411578/demi-
menikah-lagi-pria-di-bali-nekat-palsukan-surat-kematian-istri-dan-ktp?page=all
diakses pada tanggal 16 Desember 2021
E. Lampiran Artikel/ Berita

Anda mungkin juga menyukai