Anda di halaman 1dari 5

LEGAL OPINION (Pendapat Hukum)

Kasus Tindak Pidana Penganiyayaan


Kronologi Kasus Penganiayaan:

1. Bahwa telah terjadi tindak pidana ringan (penganiayaan) yang diduga dilakuka oleh
Johny alias John kepada Iskandar pada hari sabtu, 2 Agustus 2020 jam 19.00 di
sekitaran Kebun Jalan Merdeka Kelurahan Medayu Utara Rungkut Surabaya.
2. Dakwaan Pasal 352 KUHP Saksi Mulyanto menerangkan, bahwa saksi pada tanggal 2
Agustus 2020 sekitar pukul 17.30 Wib diajak oleh Johny untuk menjemput saudara
iskandar, utuk menanyakan terkait permasalahan tuduhan yang ditujukan terhadap
Johny terkait proyek pembangunan gapura kelurahan yang dinilai tidak sesuai
anggaran.
3. Bahwa pada tanggal 2 Agustus 2020 sekitar Pukul 18.00 saudara iskandar memenuhi
keinginan Johny untuk masuk mobil ditemani Mulyanto untuk menceritakan kejadian
sebenarnya, dengan nada tinggi dan mendesak stersangka Johny menanyakan siapa
yang menyebar fitnah tersebut, dan akhirnya mengakui bahwa iskandar yang
menyebarkan fitnah tersebut.
4. Bahwa pada tanggal 2 Agustus 2020 jam 19.00 menuju arah pulang kerumah Iskandar
menurut keterangan saksi Mulyanto, ketiganya (termasuk Saksi) berhenti di sekitaran
Kebun Jalan Merdeka Kelurahan Medayu Utara Rungkut Surabaya untuk istirahat
pada saat itu saudara Iskandar berlari untuk kabur dari sekitaran mobil, dengan reflek
Johny mengejar dan menarik Iskandar yang mengakibatkan dua kacing baju yang
dikenakan Iskandar lepas.
5. Bahwa menurut keterangan saksi Mulyanto, alasan Saudara Tersangka (Johny)
menarik saudara iskandar guna menghindari hal hal yang menimbulkan kepanikan
dan kegaduhan disekitaran warga.
6. Barang bukti berupa satu buah baju dengan kancing lepas yang dikenakan oleh
saudara iskandar pada saat kejadian di TKP.

Isu Hukum:

1. Apakah tindak pidana ringan (penganiayaan) yang diduga dilakuka oleh Johny alias
John kepada Iskandar pada hari sabtu, 2 Agustus 2020 jam 19.00 di sekitaran Kebun
Jalan Merdeka Kelurahan Medayu Utara Rungkut Surabaya. Sesuai dengan ketentuan
atau unsur yang tercantum dalam pasal 352 KUHP?
2. Apakah dengan satu buah baju dengan kancing terlepas yang dikenakan oleh iskandar
dan saksi mata Mulyanto dapat dijadikan sebagai bukti untuk menjadikan johny
seorang terdakwa?
3. Bagaimana upaya hukum yang dapat diperoleh iskandar sebagai korban dalam kasus
tersebut?

Bahan Hukum:

1. Pasal 352 ayat (1) KUHP Tentang Penganiyaan ringan;


2. Pasal 184 KUHAP ;
3. Pasal 352 ayat (1) KUHP disesuaikan dengan pasal 3 Peraturan Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Penyesuaian Batasan Tindak
Pidana Ringan dan Jumlah Denda dalam KUHP. Dan Pasal 21 KUHAP jo. Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 21/PUU-XII/2014. Spesifik pasal 21 Ayat (4) huruf b
KUHAP (Penahanan);

Analisis Hukum:

2. Terkait masalah alat bukti dan barang bukti bahwa pada kasus penganiyayaan yang diduga
dilakukan oleh Jhony alias john kepda Iskandar untuk dapat menjadikan Jhony sebagai
terdakwa apakah sudah sudah bisa seperti ketentuan Undang-Undang Hukum Acara Pidana.
Dengan adanya bukti sebuah baju dengan 2 (dua) kancing terlepas yang disebutkan pada
kronologi diatas dan saksi mata bernama Mulyanto apakah sesuai dengan ketentuan Undang-
Undang Hukum Acara Pidana dalam hal alat bukti sehingga mampu pelaku yang bernama
Jhony bisa dijadikan terdakwa.

Mengenai alat bukti di dalam acara pidana Pasal 184 dengan ururt berdasarkan kekuatan
disebutkan bahwa alat bukti yang sah di dalam KUHAP adalah :

a) Keterangan saksi
b) Keterangan Ahli
c) Surat
d) Petunjuk
e) Keterangan Terdakwa

Bisa dipahami bahwa alat bukti yang diakui didalam acara pida adalah apa yang disebutkan
diatas, mengenai sebuah baju yang kancing bajunya terlepas maka itu tidak bisa
dikategorikan sebagai alat bukti, namun baju tersebut masuk sebagai barang bukti yang dapat
mendukung alat bukti dalam persidangan. Untuk saksi mata Mulyanto itu bisa masuk
kategori Keterangan saksi namun 1 saksi didalam persidangan bisa dikatakan lemah karena
hanya berdasarkan saksi tunggal yang susah mencari kaitanya dengan alat bukti yang lain.

Namun didalam Penjelasan Pasal 184 KUHAP didalam acara pemeriksaan cepat, keyakinan
Hakim cukup didukung satu alat bukti yang sah itu diperbolehkan, namun ini lemah jikalau
hanya mengandalkan saksi mata tunggal Mulyanto. Oleh karena itu untuk bisa dikatakan alat
bukti hanya keterangan dari Mulyanto yang hanya bisa dijadkan alat bukti didalam
persidangan dengan didukung barang bukti sebuah kaos yang 2 kancingnya terlepas tadi. Bisa
juga mendatangkan saksi ahli untuk bisa menambah alat bukti sehingga bisa masuk minimal
2 alat bukti.

Mengenai permasalahan diatas yang berkaitan dengan alat bukti didalam Pasal 183 KUHAP
yang dalam menjatuhkan pidana harus sekurang-kurangnya minimal 2 alat bukti dan itu
didukung dengan keyakinan Hakim. Bisa dipahami disini bahwa untuk mendapatkan status
terpidana harus mendapatkan putusan hakim dengan minimal 2 alat bukti ditambah hakim
harus yakin dengan itu. Status terdakwa yang dipertanyakan diatas apakah juga harus
minimal 2 alat bukti mengikuti Pasal 183 KUHAP tersebut. Untuk masuk status tersangka
dan terdakwa hanya membutuhkan bukti-bukti yang dirasa cukup, yang dirasa cukup disini
maksudnya adalah untuk mendapatkan kesempitan bukti yang mengarah kepada Jhony
sehingga hanya Jhonylah yang disangka dan didakwa dengan perbuatan penganiyayaan
tersebut berdasarkan bukti-bukti yang dikumpulkan selama masa penyelidikan dan
penyidikan. Sebuah barang bukti kaos dan 1 alat bukti saksi tunggal Mulyanto akan sangat
sulit untuk meyakinkan hakim namun hal tersebut bisa membawa Jhony kepada status
terdakwa, akan tetapi untuk membawa ke status terpidana tidak bisa karena kurangnya alat
bukti minimal untuk penjatuhan pidana. Alternatif yang bisa dilakukan terhadap masalah
untuk bisa membawa masuk Jhony kepada status terpidana butuh saksi dari pihak yang
bersangkutan dalam tindak pidan penganiyayaan tersebut dan perlu mem-visum luka yang
diderita tersebut di rumah sakit dan mengeluarkan surat yang bisa dibuktikan dan didapatkan
legalitasnya, sehingga bisa menambah kemungkinan untuk membuat hakim percaya karena
surat tersebut dikeluarkan oleh instansi yang berwenang dan ahli.

4. Upaya hukum yang bisa dilakukan oleh iskandar adalah :


a. Membuat laporan

Setelah apa yang dialami oleh iskandar yaitu penganiyayaan lebih baik nya iskandar
membuat laporan dan pengaduan di kantor polisi untuk menangani kasus penganiyayaan
dan menjadi dasar penanganan pidana.

Laporan (pasal 1 Angka 24 KUHAP), adalah pemberitahuan yang di sampaikan oleh


seseorang karena hak atau kewajiban berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang
berwenang tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadinya peristiwa pidana.

Pengaduan (Pasal 1 Angka 25 KUHAP), adalah pemberitahuan disertai permintaan oleh


pihak yang berkepentingan kepada pejabat yang berwenang untuk menindak menurut
hukum seorang yang telah melakukan tindak pidana aduan yag merugikannya.

Berdasarkan laporan dan pengaduan yang menjadi dasar penanganan pidana, bahwa
laporan hanya pemberitahuan yang disampaikan kepada polisi dan pengaduan meminta
pihak yang di rasa dirugikan dengan adanya peristiwa pidana tersebut yang tidak lain
adalah iskandar. Permintaan penindakan dari iskandar kepada polisi bisa menjadi jhony
dimintai keterangan atas penganiyayaan tersebut, sehingga bisa dilanjutkan pada tahap
penyelidikan dan penyidikan.

b. Melakukan visum

setelah melapor kepada pihak kepolisian ,penyidik dari kepolisian atau hakim akan
megajukan permintan visum kepada layanan kesehatan tertentu kepada korban.Visum
adalah laporan tertulis yang dikeluarkan oleh penyedia layanan kesehatan (ditanda
tangani oleh dokter yang berwenang ) berdasarkan pemeriksaan terhadap korban
kekerasan seksual,fisik,atau mental . Dalam laporan tersebut terdapat rincian kesehatan
korban yang diperiksa.Biasanya penyedia layanan kesehatan ini akan ditunjuk oleh
penyidik.Prosedur pemeriksaan visum yaitu : A.kondisi korban secara umum ketika tiba
dilayanan kesehatan umum,ketika tiba dilayanan penyedia kesehatan

B. pemeriksaan luar

C. Pemeriksaan dalam
D.Analisis Foreknsi

E.Pemeriksaan psikiatrik

F.Pembuatan kesimpulan

Dengan ini surat laporan ini bisa dijadikan sebuah alat bukti yang sah berdasarkan
KUHAP.Dasar adanya visum pasal 13 ayat 1 KUHAP “Dalam hal penyidik untuk
kepentingan peradilan menangani seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang
diduga karena perstiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan permintaan
keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau dokter dan atau ahli lainnya”.

Bisa dipahami laporan dasar tersebut dapat digunakan untuk kepentingan mencari kebenaran
materi.

Anda mungkin juga menyukai