Anda di halaman 1dari 6

PROSES PEMBUKTIAN DALAM HUKUM

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH


Hukum Acara
Yang diampu oleh Ibu Desinta Dwi Rapita , S.Pd, S.H., M.H.

Disusun Oleh :

M. Jamaludin Al Ayubi 190711637330


Puspita Anugerah Yuliana 180711638523
Salsabila Yara Maula 190711637325
Shellin Nourmalia 190711637269
Tika Khoirun Nisa’ 190711637239
Voltadana Luckytasari 190711637209

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
S1 PENDIDIKAN PANCASILA DAN
KEWARGANEGARAAN
FEBRUARI 2022
4.1 Pengertian Pembuktian
Subekti yang berpandangan bahwa membuktikan adalah upaya untuk meyakinkan
hakim tentang kebenaran dalil atau dalil-dalil yang dikemukakan dalam suatu persengketaan..
Sudikno Mertokusumo memiliki pendapat berbeda yakni, yang disebut dalam arti yuridis dari
konteks pembuktian adalah upaya untuk memberi dasar-dasar yang cukup kepada hakim
yang memeriksa perkara yang bersangkutan guna memberi kepastian tentang kebenaran
peristiwa hokum yang diajukan tersebut.
Hukum pembuktian merupakan upaya hukum yang dilakukan guna memberikan
kejelasan berkaitan tentang kedudukan hukum bagi pihak-pihak dengan dilandasi dengan
dalil-dalil hukum yang di utarakan oleh para pihak, Sehingga dapat memberikan gambaran
jelas pada hakim untuk membuat kesimpulan dan keputusan tentang kebenaran dan kesalahan
para pihak-pihak yang berperkara tersebut.
Pembuktian mengandung arti bahwa benar suatu peristiwa pidana telah terjadi dan
terdakwalah yang bersalah melakukannya, sehingga harus mempertanggungjawabkannya.
Pembuktian adalah ketentuan-ketentuan yang berisi penggarisan dan pedoman tentang cara-
cara yang dibenarkan undang-undang membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada
terdakwa. Pembuktian juga merupakan ketentuan yang mengatur alat-alat bukti yang
dibenarkan undang-undang dan boleh dipergunakan hakim membuktikan kesalahan yang
didakwakan.
Pada pasal 183 KUHAP dapat disimpulkan bahwa KUHAP di Indonesia memiliki
sitem pembuktian yang bersifat negative wettelijk yang artinya sistem pembuktian
berdasarkan Undang-Undang secara negative yang mana hakim tidak boleh menjatuhkan
pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya terdapat dua alat bukti
yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan
terdakwalah yang bersalah melakukannya. Hal ini, dapat dilihat dari praktik beracara yang
lumrah terjadi pada pengadilan Indonesia yakni upaya pembuktian dari masing-masing pihak
dengan menghadirkan berbagaimacam bukti-bukti beserta keyakinan hakim terhadap suatu
kesalahan berdsarkan bukti-bukti tersebut
4.2 Tujuan Pembuktian
Tujuan dari pembuktian adalah untuk memberikan gambaran berkaitan tentang
kebenaran atas suatu peristiwa, sehingga dari peristiwa tersebut dapat diperoleh kebenaran
yang dapat diterima oleh akal. Pembuktian mengandung arti bahwa benar suatu peristiwa
pidana telah terjadi dan terdakwalah yang bersalah melakukannya, sehingga harus
mempertanggungjawabkannya.4 Pembuktian adalah ketentuan-ketentuan yang berisi
penggarisan dan pedoman tentang cara-cara yang dibenarkan undang-undang membuktikan
kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa. Pembuktian juga merupakan ketentuan yang
mengatur alat-alat bukti yang dibenarkan undang-undang dan boleh dipergunakan hakim
membuktikan kesalahan yang didakwakan.
4.3 Macam-macam alat bukti dalam perkara perdata
Dalam pasal 1866 KUHP yang terdiri dari beberapa alat-alat bukti dalam perkara perdata,
yaitu :
a. Alat bukti surat : surat adalah alat bukti yang paling nyata dan yang paling bisa
dibuktikan. alat bukti surat dapat dibagi menjadi 2, yaitu surat surat berupa akta dan
surat yang tidak berupa akta.
b. Alat bukti keterangan saksi : merupakan kesaksian yang ditujukan kepada hakim
dipersidangan tentang suatu peristiwa yang sedang disengketakan dengan cara
memberitahu secara langsung maupun secara lisan
c. Alat bukti persangkaan : alat bukti persangkaan yang tidak bisa berdiri sendiri karena
sifatya yang tidak langsung, sehingga harus memerlukan alat bukti lain.
d. Alat bukti pengakuan : alat bukti pengakuan merupakan suatu keterangan yang
membenarkan suatu peristiwa hukum yang diajukan oleh pihak lawan.
e. Alat bukti sumpah : merupakan suatu pernyataan yang diucapkan ketika memberikan
sebuah janji dengan mengingat Tuhan Yang Maha Esa atau berjanji kepada Tuhan
bahwa segala yang diucapkan adalah sebuah kebenaran tanpa adanya kebohongan.
4.4 Macam-macam alat bukti dalam perkara pidana
KUHAP macam-macam jenis alat bukti yang dapat digunakan dalam sidang pengadilan.
Pasal 184 ayat 1 menyebutkan alat bukti yang sah meliputi:
1. Keterangan Saksi : keterangan seorang saksi dapat dianggap sah sebagai alat bukti harus
memenuhi beberapa aturan ketentuan sebagai berikut:
a. Pertama, harusmengucapkansumpahataujanji (Pasal 160 ayat 3)
b. Kedua, keterangansaksi yang bernilaisebagaibukti (Pasal 1 angka 27)
c. Ketiga, keterangansaksiharusdiberikandisidangpengadilan (Pasal 185 ayat 1)
d. Keempat, keteranganseorangsaksisajadianggaptidakcukup (Pasal 185 ayat 2)
e. Kelima, keteranganbeberapasaksi yang berdirisendiri (Pasal 185 ayat 4)

2. Keterangan Ahli : Tata cara pemberian keterangan ahli berdasarkan ketentuan Pasal
133 dihubungkan dengan penjelasan Pasal 186, jenis dan tata cara pemberian
keterangan ahli sebagai alat bukti yang sah dapat melalui prosedur sebagai berikut:
diminta penyidik pada taraf pemeriksaan penyidikan, keterangan ahli yang diminta
dan diberikan dan disidang. Keterangan ahli sebagai alat bukti yang sah menurut
undang-undang, hanya diatur dalam satu pasal saja pada bagian keempat dirumuskan
dalam Pasal 186.
3. Surat : Bentuk-bentuk surat yang dapat dianggap mempunyai nilai sebagai alat bukti :
a. “Berita acara” dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat pejabat umum yang
berwewenang.
b. Surat keterangan dari seorang ahli.
c. Surat lain.
4. Petunjuk : Menurut Pasal 188 ayat 2, petunjuk hanya dapat diperoleh dari : keterangan
saksi, surat, keterangan terdakwa.
5. Keterangan Terdakwa : Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan di
siding pengadilan tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia ketahui sendiri atau
alami sendiri. (Pasal189 ayat 1).

4.5 kewajiban membuktikan dalam perkata perdata dan pidana


Perkara Perdata:
Menurut pasal 1865 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata:
“Setiap orang yang mendalilkan bahwa ia mempunyai sesuatu hak, atau, guna meneguhkan
haknya sendiri maupun membantah suatu hak orang lain, menunjukkan pada suatu peristiwa,
diwajibkan membuktikan adanya hak atau peristiwa tersebut”.
Perkara Pidana:
Menurut _mper pembuktian perkara pidana dalam KUHAP, pihak yang wajibmembuktikan
tentang kesalahan terdakwa melakukan tindak pidana yang didakwakan berada pada pihak
penuntut umum. Pihak terdakwa pasif, dalam arti untuk menolak dakwaan dan membela diri
adalah hak dasar yang dimilikinya. Sebagaimana sifat hak, ialah fakultatif boleh digunakan
boleh juga tidak. Bagi penuntut umum untuk membuktikan kesalahan terdakwa adalah
kewajiban, bukan hak. Karena itu membuktikan tentang kesalahan terdakwa bagi penuntut
umum sifatnya _mperative. Namun begitu hasil pembuktian penuntut umum bukanlah
bersifat final, karena yang mencantumkan pada tahap akhir dari seluruh kegiatan pembuktian
ada pada kepala dan tangan hakim. Pada tahap akhir kegiatan pembuktian hakim berpijak
pada ketentuan Pasal 183 KUHAP. Ketentuan pasal ini sebagai standar pengujinya. Dalam
Pasal 183 terdapat ketentuan tentang standar pembuktian disingkat standar bukti
4.6 Studi Kasus
Gaga Muhammad Divonis 4,5 Tahun Penjara

Gaga Muhammad divonis 4,5 tahun penjara atas kasus kecelakaan yang
melibatkannya. Putusan ini dibacakan dalam sidang yang digelar di Pengadilan Negeri
Jakarta Timur, Rabu (19/1/2022). Vonis tersebut sesuai dengan apa yang dituntut Jaksa
Penuntut Umum dalam sidang sebelumnya. Pada sidang tersebut, Jaksa Penuntut Umum
menuntut pria yang akrab disapa Gaga ini dengan hukuman 4,5 tahun penjara. Selain
itu,  Gaga Muhammad juga harus membayar denda Rp10 juta. Berikut kronologi kasus Gaga
Muhammad.

Kecelakaan nahas yang dialami Gaga Muhammad dan Laura Anna itu terjadi pada 8
Desember 2019. Saat itu, Gaga dan Laura baru akan pulang dari salah satu tempat hiburan di
kawasan SCBD. Ketika perjalanan sampai di Tol Jagorawi KM 10, kecelakaan itu terjadi.
Gaga menyebut, ia menyetir dalam kondisi mabuk dan sempat terkantuk sehingga tak sadar
menabrak truk hingga terbalik. Akibat kecelakaan itu, Laura Anna mengalami cedera spinal
cord yang membuat dirinya harus beraktivitas dari atas kursi roda. Hingga akhirnya
selebgram serta YouTuber ini meninggal dunia pada 15 Desember 2021.
Meski menderita banyak kerugian, Laura Anna dan keluarga tidak langsung
melaporkan Gaga Muhammad ke polisi setelah kecelakaan itu. Pun ketika Laura didiagnosa
mengalami lumpuh. Meski begitu, Laura hanya melayangkan somasi kepada Gaga untuk
mempertanggungjawabkan perbuatannya. Baru 2 tahun kemudian, Laura Anna melaporkan
Gaga Muhammad ke polisi. Kasus ini kemudian dilimpahkan ke Kejaksaan Negeri Jakarta
Timur pada 21 Oktober 2021. Kemudian jaksa mendaftarkan perkara tersebut ke Pengadilan
Negeri Jakarta Timur pada 1 November 2021.

Pada 2 Desember 2021, Laura Anna akhirnya menjalani sidang perdana atas
gugatannya kepada Gaga Muhammad di Pengadilan Negeri Jakarta Timur. Ia datang dengan
menggunakan kursi roda beserta ditemani oleh keluarga dan teman baiknya. Di media sosial,
tagar #JusticeForLaura mengiri perjuangan Laura Anna di pengadilan. Banyak warganet dan
rekan-rekan artis dan selebgram yang memberikan dukungan lewat tagar tersebut.

Pada sidang yang telah dilakukan beberapa kali di Pengadilan Negeri Jakarta Timur,
Gaga mengakui beberapa hal, termasuk sempat meminum minuman alkohol sebelum
menyetir dan mengantuk sebelum kecelakaan terjadi. Gaga juga membicarakan soal somasi
yang dilayangkan keluarga Laura Anna kepadanya. Ia menyebut Ayah Laura meminta uang
ganti rugi sebesar Rp12,6 miliar atas kecelakaan putrinya. Namun, permintaan itu tidak
disanggupi keluarga Gaga, karena nominalnya yang terlalu besar. Dokter yang pertama kali
menangani Laura Anna dan Gaga Muhammad pasca-kecelakaan, dr. Pungky Dianitasari, juga
dihadirkan pada sidang tersebut. Disebutkan dr. Pungky, kondisi Laura memang lebih parah
dari Gaga usai kejadian. Sang dokter juga membantah membolehkan Laura Anna langsung
pulang usai mendapat perawatan pertama, karena pasien harus lebih dulu diobservasi. Pada
diagnosa awal, dr. Pungki menyebut Laura Anna mengalami cedera kepala ringan dan belum
ada tanda-tanda cedera berat, meski ada luka robek di kepala, tangan kanan, dan lecet leher.

Setelah melalui beberapa kali persidangan, Gaga Muhammad dituntut 4 tahun 6 bulan
penjara dan denda sebesar Rp10 juta oleh Jaksa Penuntut Umum. Atas tuntutan jaksa, kuasa
hukum Gaga, Fahmi Bachmid, meminta waktu untuk mengajukan nota pembelaan atau
pledoi. Majelis Hakim Pengadilan Negeri Jakarta Timur akhirnya menjatuhi vonis hukuman
penjara selama 4,5 tahun kepada Gaga Muhammad, pada Rabu (19/1/2022). Selain hukuman
penjara, Gaga juga dikenakan denda sebesar Rp10 juta. Hakim menilai, Gaga tidak
menunjukkan rasa bersalah atas apa yang dilakukannya dan itikad baik dalam membantu
korban dan keluarganya. Hal ini menjadi salah satu faktor yang memberatkan putusan hakim.
Keluarga Gaga Muhammad belum diketahui akan melakukan banding atau tidak atas putusan
ini. Sementara keluarga Laura Anna mengaku cukup puas, karena akhirnya mendiang
mendapat keadilan.
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, B. (2017). Peranan Alat Bukti Dalam Perkara Pidana Dalam Putusan Hakim
Menurut KUHAP. Yuridika, 32(1), 17-36. (Online) https://www.e-
journal.unair.ac.id/YDK/article/download/4780/3515 di akses pada tanggal 29
Februari 2022
Imron Ali dan Iqbal Muhamad.2019.Hukum Pembuktian.Tangerang Selatan:UNPAM
PRESS.
I Gede Pastika Juniartha, dkk. 2021. Keabsahan Hasil Cetak Screenshot Sebagai Alat Bukti
Dalam Pemeriksaan Perkata Perdata. Jurnal Konstruksi Hukum, 2(2),401-405
Adami Chazawi, 2018. Hukum Pembuktian Tindak Pidana Korupsi: Edisi Revisi. Malang:
Media Nusa Creative
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, 2017. Jakarta Timur: PT. Balai Pustaka

Anda mungkin juga menyukai