NIM : 321029
Mata Kuliah : Hukum Pembuktian Pidana
Dosen : RUSNIDAR SAFITRI, S.H., M.H.
Tugas : Rangkuman
1
negatief wettelijk stelsel: “salah tidaknya seorang terdakwa ditentukan oleh
keyakinan hakim yang didasarkan pada cara dan dengan alat-alat bukti yang sah
menurut UU”
4. Sistem pembuktian berdasarkan keyakinan hakim atas alasan yang logis
(laconviction raisonnee). 1
1
Martiman Prodjohamidjojo, Pembahasan Hukum Acara Pidana Dalam Teori dan Praktek, op.cit.
hlm
2
Dalam sistem pembuktian hukum acara pidana yang menganut stelsel
negatief wettelijk, hanya alat2 bukti yang sah menruut UU yang dapat
dipergunakan untuk pembuktian.
3
- Sesuatu atau peristiwa yang diketahui umum bahwa sesuatu atau peristiwa
tersebut memang sudah demikian halnya atau semestinya demikian. Yang
dimaksud sesuatu misalnya, harga emas lebih mahal dari perak. yang
dimaksud dengan peristiwa misalnya, pada tanggal Agustus diadakan
peringatan hari Kemerdekaan Indonesia.
-Sesuatu kenyataan atau pengalaman yang selamanya dan selalu
mengakibatkan demikian atau selalu merupakan kesimpulan demikian.
Misalnya, arak adalah termasuk minuman keras yang dalam takaran
tertentu bisa menyebabkan seseorang mabuk.
2. Kewajiban seorang saksi Kewajiban seseorang menjadi saksi diatur pada
penjelasan Pasal 159 ayat (2) KUHAP yang menyebutkan: Orang yang
menjadi saksi setelah dipanggil ke suatu sidang pengadilan untuk
memberikan keterangan tetapi dengan menolak kewajiban itu ia dapat
dikenakan pidana berdasarkan ketentuan undang-undang yang berlaku,
demikian pula dengan ahli.
3. Satu saksi bukan saksi (unus testis nut/us testis) Prinsip ini terdapat pada
Pasal 185 ayat (2) KUHAP yang menegaskan bahwa keterangan seorang
saksi saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa terdakwa bersalah
terhadap perbuatan yang didakwakan kepadanya. Berdasarkan KUHAP,
keterangan satu saksi bukan saksi tidak berlaku bagi pemeriksaan cepat. Hal
ml dapat disimpulkan dari penjelasan Pasal 184 KUHAP sebagai berikut:
"Dalam acara pemeriksaan cepat, keyakinan hakim cukup didukung satu gat
bukti yang sah".
4. Pengakuan terdakwa tidak menghapuskan kewajiban penuntut umum
membuktikan kesalahan terdakwa. Prinsip ini merupakan penegasan dari
lawan prinsip "pembuktian terbalik" yang tidak dikenai oleh hukum acara
pidana yang berlaku di Indonesia. Menurut Pasal 189 ayat (4) KUHAP yang
berbunyi keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan bahwa
ia bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan kepadanya, melainkan
harus disertai dengan alat bukti lain.
5. Keterangan terdakwa hanya mengikat pada dirinya sendiri Prinsip ini diatur
pada Pasal 189 ayat (3) KUHAP yang menentukan bahwa : "Keterangan
4
terdakwa hanya dapat digunakan terhadap dirinya sendiri". Ini berarti apa
yang diterangkan terdakwa di sidang pengadilan hanya boleh diterima dan
diakui sebagai alat bukti yang berlaku dan mengikat bagi did terdakwa
sendiri.
F. Kesimpulan
Ketentuan Pasal 183 KUHAP ini maka dapat disimpulkan bahwa KUHAP
memakai sistem pembuktian menurut undang-undang yang negatif. Ini berarti
bahwa dalam hat pembuktian harus dilakukan penelitian, apakah terdakwa
cukup alasan yang didukung oleh alat pembuktian yang ditentukan oleh undang-
undang (minimal dua alat bukti) dari kalau ía cukup, maka baru dipersoalkan
tentang ada atau tidaknya keyakinan hakim akan kesalahan terdakwa.