1
Ebta Setiawan, ‚arti atau makna pembuktian‛ dalam http:// KBBI.web.id/arti
atau makna pembuktian. diakses pada 10 Maret 2020.
Pembuktian dalam perkara pidana berbeda dengan pembuktian
batas yang diajukan oleh para pihak yang berperkara. Jadi hakim dalam
a. Penyidikan
b. Penuntutan
c. Pemeriksaan di persidangan
2
Andi Sofyan, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar (Yogyakarta: Rangkang
Education, 2013),hal 241.
d. Pelaksanaan, pengamatan, dan pengawasan
agar supaya dapat dipakai oleh hakim sebagai bahan untuk memberikan
3
Martiman Prodjohamidjojo, Sistem Pembuktian dan Alat-Alat Bukti (Jakarta:
Ghalia, 1983), hal. 12.
4
Andi Sofyan, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar, Jakarta :
Prenadamedia group. 2014, hal. 242.
5
Ibid, hal. 242.
melainkan kepastian yang nisbi atau relatif, sifatnya yang
mempunyai tingkatantingkatan:
a. Undang-undang
c. Yurisprudensi.
bukti yang sah. Apabila sebaliknya maka terdakwa tidak dapat diajutuhi
sebagai berikut:
(conviction intime)
timbul atau didasarkan pada alat bukti yang ada. Sekalipun alat
bukti sudah cukup kalau hakim tidak yakin, hakim tidak boleh
6
Andi Hamzah, Pengantar Hukum Acara Pidana Indonesia, Jakarta: Ghana
Indonesia, 1985, hal. 241
ditetapkan oleh undang-undang tetapi hakim bisa menggunakan
Wettwlijks theode).
7
Munir Fuady, Teori Hukum Pembuktian: Pidana dan Perdata, Citra Aditya,
Bandung, 2006, hal. 56
undang maka terdakwa harus dibebaskan. Umumnya bila
perlengkapan saja.8
(negative wettelijk).
8
Darwin Prinst, Op.Cit. hal. 65
undang-undang itu ada, ditambah dengan keyakinan hakim
yang didapat dari adanya alat-alat bukti itu. Dalam pasal 183
(minimal dua alat bukti) dan kalau ia cukup, maka baru dipersoalkan
9
Supriyadi Widodo Eddyono, Catatan Kritis Terhadap Undang-Undang No 13
tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan Korban , Elsam, Jakarta. hal 3
memperoleh suatu keyakinan yang sah bahwa tindak pidana telah
benar-benar terjadi.
disingapura. yaitu :
pidana.