Anda di halaman 1dari 18

61

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA TERHADAP TEST DNA

SEBAGAI ALAT BUKTI PERADILAN

A. Teori Pembuktian

Forensik (berasal dari bahasa Latin forensis yang berarti “dari luar”,

dan serumpun dengan kata forum yang berarti “tempat umum”) yang

merupakan bidang ilmu pengetahuan yang digunakan untuk membantu

proses penegakan keadilan melalui proses penerapan ilmu atau sains

diantaranya ilmu forensik, ilmu kimia forensik, ilmu psikologi forensik, ilmu

kedokteran forensik, ilmu toksikologi forensik, ilmu psikiatri forensik,

komputer forensik dan sebagainya. Forensik memiliki arti kata

“menyajikan ke pengadilan”, “istilah forensik memaksudkan suatu proses

ilmiah (didasari oleh ilmu pengetahuan) dalam mengumpulkan,

menganalisa, dan menghadirkan berbagai bukti dalam sidang pengadilan

dikarenakan suatu kasus hukum.1 Kekuatan forensik memungkinkan

proses analisa dan mendapatkan kembali fakta dari kejadian dan

lingkungan. Tidak mudah mendapatkan atau lebih tepatnya menemukan

fakta, karena fakta itu sifatnya tersembunyi. Berbagai fakta dan bukti

tersembunyi untuk ditemukan misalnya: darah, struktur gigi, riwayat

kesehatan, sidik jari, dan lainnya. Dianalisa sedemikian rupa sehingga

didapatkan fakta yang layak untuk diajukan sebagai pembuktian.

1
Feri Sulianta, 2014, Teknik Forensik Cara Jitu Mengatasi Problematika Komputer, PT.
Elex Media Komputindo, Jakarta, hlm. 1.
62

Serangkaian proses ini dikenak dengan istilah forensic. 2 Deoxcyribose

Nucleic Acid (DNA) adalah singkatan dari deoxyribo nucleat acid yang

terdiri dari kata “deoxyribosa” berarti gula pentosa, “nucleic” berasal dari

kata nucleus yang berarti inti, dalam bahasaIndonesia disebut nukleat.

Karena zat itu berada dalam inti sel, maka nama ini kemudian diubah

menjadi asam nukleat dan “acid” yang berarti asam.3 Deoxyribose Nucleic

Acid (DNA) adalah asam nukleat yang menyimpan semua informasi

tentang genetika. DNA inilah yang menentukan jenis rambut, warna kulit

dan sifat-sifat khusus manusia. DNA ini akan menjadi cetak biru (blue

print) ciri khas manusia yang dapat diturunkan kepada generasi

selanjutnya. Sehingga, komposisi DNA dalam tubuh seorang anak sama

dengan tipe DNA yang diturunkan dari orang tuanya.H. M Nurchalis Bakry

berpendapat “bahwa di dalam DNA terkandung informasi keturunan suatu

makhluk hidup yang akan mengatur program keturunan selanjutnya4.

Pembuktian merupakan bagian penting dalam pencarian

kebenaran materiil dalam proses pemeriksaan perkara pidana. Sistem

Eropa Kontinental yang dianut oleh Indonesia menggunakan keyakinan

hakim untuk menilai alat bukti dengan keyakinannya sendiri. Hakim dalam

pembuktian ini harus memperhatikan kepentingan masyarakat dan

2
Feri Sulianta, 2008, Komputer Forensik, PT. Elex Media Komputindo, Jakarta, hlm. 2.
3
Ulil El Azmi, 2019, “Pemanfaatan Tes Deoxyribo Nucleat Acid (DNA) Oleh
Penyidikan Untuk Identifikasi Pelaku dan Korban Terorisme (Studi Kasus di Laboratorium
Forensik Polri Cabang Medan di Kepolisian Daerah Sumatera Utara)”, Skripsi, Fakultas Hukum
Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, Medan, hlm. 32.
4
Ali Muhtarom, 2009, “Tes DNA (Deoxyribo Nucleic Acid) Sebagai Alat Bukti
Hubungan Nasab Dalam Perspektif Hukum Islam” Skripsi, Fakultas Syari’ah Universitas Islam
Negeri Sunan Kalijaga, Yogyakarta, hlm. 53.
63

terdakwa. Kepentingan masyarakat berarti orang yang telah melakukan

tindak pidana harus mendapatkan sanksi demi tercapainya keamanan,

kesejahteraan, dan stabilitas dalam masyarakat. Sedangkan kepentingan

terdakwa berarti bahwa ia harus diperlakukan dengan adil sesuai dengan

asas Presumption of Innocence. Sehingga hukuman yang diterima

olehterdakwa seimbang dengan kesalahannya. menolak dan menilai

suatu pembuktian. Adapun sumber-sumber hukum pembuktian adalah,

sebagai berikut:

a. Undang-undang

b. Doktrin atau ajaran

c. Yurisprudensi.5

Kekuatan pembuktian dalam hukum acara pidana terletak didalam

Pasal 183 Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara

Pidana, yang berbunyi ‚ hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada

sesorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang

sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar

terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.‛

Berdasarkan ketentuan tersebut bahwa seorang hakim dalam

memutuskan suatu perkara pidana harus berdasarkan minimal dua alat

bukti yang sah. Apabila sebaliknya maka terdakwa tidak dapat diajutuhi

hukuman atas tindakannya. Menurut Andi Hamzah, teori dalam sistem

pembuktian, yakni sebagai berikut:

5
Hari Sasongko dan Lili Rosita,Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana untuk
ahasiswadan Praktisi ( Bandung: Mandar Maju, 2003), 10
64

a. Sistem atau teori berdasarkan berdasarkan Undang-undang

secara psoitif (positive wetteljik bewijstheorie)

b. Sistem atau teori pembuktian berdasarkan keyakinan hakim

saja (conviction intime)

c. Sistem atau teori pembuktian berdasarkan keyakinan hakim

atas alas an yang logis (laconviction raisonnee)

d. Sistem atau teori pembuktian berdasarkan Undang-undang

secara negatif (negatief wettellijk bewijs theotrie)

Adapun pembahasan lebih lanjut mengenai keempat teori dalam

sistem pembuktian hukum acara pidana, sebagaimana yang telah

dijelaskan oleh pakar ahli hukum pidana, yakni sebagai berikut:

a. Pembuktian menurut undang-undang secara positif (positive

wetteljik bewijstheorie).Menurut Simons, bahwa sistem atau teori

pembuktian berdasarundang-undang secara positif (positif

wettelijke bewijs theorie). Untuk menyingkirkan semua

pertimbangan subjektif hakim dan mengikat hakim secara ketat

menurut peraturan pembuktian yang keras.6

b. Pembuktian berdasarkan keyakinan hakim saja ( conviction

intime)

Merupakan suatu pembuktian dimana proses-proses

menentukan salah atau tidaknya terdakwa semata-mata ditentukan

oleh penilaian keyakinan hakim. Seorang hakim tidak terikat oleh

macam-macam alat bukti yang ada, hakim dapat memakai alat


6
Andi Sofyan, Hukum Acara Pidana Suatu Pengantar...,245.
65

bukti tersebut untuk memperoleh keyakinan atas kesalahan

terdakwa, atau mengabaikan alat bukti dengan hanya

menggunakan keyakinan yang disimpulkan dari keterangan saksi

dan pegakuan terdakwa.7

c. Pembuktian berdasarkan keyakinan hakim secara logis

( conviction raisonnee)

Bahwa suatu pembuktian yang menekankan kepada

keyakinan seoranng hakim berdasarkan alasan yang jelas. Jika

sistem pembuktian conviction intime memberikan keluasan kepada

seorang hakim tanpa adanya pembatasan darimana keyakinan

tersebut muncul, sedangkan pada sistem pembuktian conviction

raisonnee merupakan suatu pembuktian yang memberikan

pembatasan keyakinan seorang hakim haruslah berdasarkan

alasan yang jelas. Hakim wajib menguraikan dan menjelaskan atas

setiap alasa-alasan apa yang mendasari keyakinannya atas

kesalahan seorang terdakwa.

d. Pembuktian berdasarkan Undang-undang secara negatif

( negatief wettellijk bewijs theotrie) Merupakan suatu percampuran

antara pembuktian conviction raisonnee dengan system

pembuktian menurut undang-udanng secara psoitif. Rumusan dari

sitem pembuktian ini adalah, salah atau tidaknya seorang terdakwa

7
olib Effendi, Dasar Dasar Hukum Acara Pidana (Perkembangan dan Pembaharuan di
Indonesia) (Malang: Setara Press, 2014), 171
66

ditentukan keyakinan hakim yang didasarkan kepada cara dan

dengan alat-alat bukti yang sah menurut undang-undang.

B. Teori Penegakan Hukum

Ilmu kedokteran forensik 8merupakan cabang ilmu kedokteran yang

memanfaatkan ilmu kedokteran dan ilmu lain yang terkait untuk

kepentingan penegakan hukum. Pasal 133 ayat (1) KUHAP yang

menegaskan dalam hal penyidik untuk kepentingan peradilan menangani

seorang korban baik luka, keracunan ataupun mati yang diduga karena

peristiwa yang merupakan tindak pidana, ia berwenang mengajukan

permintaan keterangan ahli kepada ahli kedokteran kehakiman atau

dokter dan atau ahli lainnya. Untuk menemukan kebenaran yang hakiki

dalam pemeriksaan perkara pidana pada saat diketemukannya alat bukti

berupa tubuh manusia atau bagian dari tubuh manusia, maka diperlukan

adanya penjelasaan lebih lanjut tentang keberadaan dari surat alat bukti.

Untuk memastikan keadaan sebenarnya dari tubuh manusia yang

berakibat pada terjadinya suatu peristiwa itulah yang memerlukan bantuan

pemeriksaan kedokteran forensic.

Teori Penegakan Hukum Menurut Soejono Soekanto adalah proses

yang pada hakikatnya berupa penerapan diskresi yang menyangkut

membuat keputusan yang tidak diatur oleh kaidah-kaidah hukum, tetapi

mempunyai unsur penilaian pribadi. Penegakan hukum yang dilakukan

8
https://fkkmk.ugm.ac.id/mengenal-dunia-forensik/
67

oleh aparatur penegak hukum menggunakan tindakan preventif dan

tindakan represif. Penegakan hukum preventif adalah tindakan

pencegahan suatu tindak pidana oleh penegak hukum, sedangkan

penegakan hukum represif adalah suatu tindakan oleh penegak hukum

setelah terjadinya suatu tindak pidana yang bertujuan untuk memulihkan

kembali keadaan sebelum terjadinya tindak pidana. Menurut Soejono

Soekanto faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum9 sebagai

berikut :

a. Faktor Hukum Itu Sendiri yaitu Undang-Undang berupa

peraturan perundang-undangan. Kemungkinannya adalah bahwa

terjadi ketidakcocokan dalam Peraturan Perundang-undangan

mengenai bidang kehidupan tertentu. Kemungkinan lain adalah

ketidakcocokan Peraturan Perundang-undangan dengan hukum

tidak tertulis atau hukum kebiasaan.

b. Faktor Penegak Hukum yaitu pihak-pihak yang membentuk

dan menerapkan hukum. Mentalitas petugas yang menegakkan

hukum antara lain yang mencakupi hakim, polisi, pembela dan

petugas.

c. Faktor Masyarakat yaitu lingkungan dimana hukum tersebut

berlaku dan diterapkan.

9
Faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan hukum / oleh Soerjono Soekanto
68

d. Faktor Sarana dan Fasilitas yang Mendukung Penegakan

Hukum.

e. Faktor Kebudayaan yaitu sebagai hasil karya, cipta dan rasa

yang didasarkan pada karsa manusia didalam pergaulan hidup.

Efektifitas merupakan suatu kegiatan yang memperlihatkan suatu

strategi perumusan masalah yang bersifat umum, yaitu perbandingan

realitas hukum dan ideal hukum. Secara khusus terlihat jenjang antara

hukum dalam tindakan (law in action) dengan hukum dalam teori (law in

theory). Terdapat beberapa pendapat para ahli mengenai teori efektifitas,

yaitu:

a. Abdurrahmat, Efektifitas adalah pemanfaatan sumber daya

sarana dan prasarana dalam jumlah tertentu yang secara sadar

ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah pekerjaan

tetap pada waktunya.

b. Hidayat, Efektifittas adalah suatu ukuran yang menyatakan

seberapa jauh target (kuantitas, kualitas, dan waktu) telah tercapai.

Dimana makin besar presentasi target yang dicapai, makin tinggi

efektifitasnya.

Kriteria atau ukuran tentang pencapaian tujuan secara efektif atau

tidak menurut Sondang P Siagian 10(antara lain:

10
Sistem Informasi Manajemen pencapaian tujuan 2006 hal.112
69

a. Kejelasan tujuan yang hendak dicapai, hal ini dimaksudkan

agar karyawan dalam pelaksanaan tugas mencapai sasaran yang

terarah dan tujuan organisasi dapat tercapai.

b. Kejelasan strategi pencapaian tujuan, telah diketahui bahwa

strategi adalah jalan yang diikuti dalam melakukan berbagai upaya

dalam mencapai sasaran-sasaran yang ditentukan agar para

implementer tidak tersesat dalam pencapaian tujuan organisasi.

c. Kejelasan analisa dan perumusan kebijaksanaan yang

mantap, berkaitan dengan tujuan yang hendak dicapai dan strategi

yang telah ditetapkan artinya kebijakan harus mampu

menjembatani tujuan-tujuan dengan usaha-usaha pelaksanaan

kegiatan operasional.

d. Perencanaan yang mantap, pada hakekatnya berarti

memutuskan sekarang apa yang dikerjakan oleh organisasi dimasa

depan.

e. Penyusunan program yang tepat suatu rencana yang baik

masih perlu dijabarkan dalam program pelaksanaan yang tepat

sebab apabila tidak, para pelaksanaan akan kurang memiliki

pedoman bertindak dan bekerja.

f. Tersedianya saran dan prasarana kerja, salah satu indikator

efektivitas program adalah kemampuan bekerja secara produktif.

Dengan sarana dan prasarana yang tersedia dan mungkin

disediakan oleh organisasi.


70

g. Pelaksanaan yang secara efektif dan efesien, bagaimana

baiknya suatu program apabila tidak dilaksanakan secara efektif

dan efesien maka organisasi tersebut tidak akan mencapai

sasarannya, karena dengan pelaksanaan organisasi semakin

didekatkan pada tujuannya.

h. Sistem pengawasan dan pengendalian yang bersifat

mendidik, mengingat sifat manusia yang tidak sempurna maka

efektivitas suatu program menuntut terdapatnya sistem

pengawasan dan pengendalian agar program yang dibuat dapat

terlaksana dengan baik.

Penegakan hukum sendiri dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang

menserasikan hubungan antara nilai-nilai yang terdapat di dalam kaidah-

kaidah hukum yang ada di dalam masyarakat dan mengejawantahkan

sikap tidak menghargai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk

memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup di


11
masyarakat. Penegakan hukum dapat terpenuhi jika hukum dapat

berjalan dengan baik. Penegakan hukum tersebut antara lain yang

pertama adalah penegak hukum yang baik adalah aparat penegak hukum

yang tangguh dan mampu menjalankan penegakan hukum dengan baik

sesuai dengan aturan perundang-undangan. Kedua adalah peralatan

hukum yang memadai. Ketiga adalah masyarakat yang sadar akan hukum

dan mematuhi semua aturan perundang- undang yang berlaku dan yang

11
Penegakan hukum / Soerjono Soekanto pengertian penegakkan hukum
71

terakhir adalah birokrasi pemerintahan yang mendukung penegakan

hukum.

Selain itu ada beberapa faktor yang mempengaruhi penegakan hukum

yang negatif, yang pertama adalah faktor yang ada di dalam sistem

hukum itu sendiri mulai dari hukumnya, penegak hukumnya serta sarana

prasarana untuk penegakan hukum. Kedua adalah faktor yang ada di luar

sistem hukum yang meliputi kesadaran hukum masyarakat itu sendiri.

Perkembangan hukum di masyarakat sosial politik dan budaya yang

mempengaruhi hal tersebut. Ada beberapa faktor permasalahan

penegakan hukum, yang pertama adalah faktor kualitas penegak hukum

secara professional, kedua lemahnya wawasan pemikiran bagi penegak

hukum dalam memahami hukum itu sendiri yang ketiga adalah minimnya

keterampilan untuk bekerja memenuhi kebutuhan hukum yang keempat

rendahnya motivasi kerja, yang kelima adalah rusaknya moralitas personil

aparat penegak hukum yang membuat hukum itu menjadi tidak dapat

ditegakkan, yang kenam adalah tingkat pendidikannya hukum yang

rendah perlunya perbaikan pendidikan hukum sejak dini, yang ketujuh

adalah sangat sedikitnya program- program pengembangan sumber daya

manusia di kalangan organisasi-organisasi penegak hukum untuk

meningkatkan kemampuan dalam ilmu hukum.

Instrumen penegakan hukum menggunakan sanksi administrasi.


12
Upaya awal penegakan hukum secara preventif yaitu sanksi administrasi

12
SANKSI ADMINISTRATIF SEBAGAI SALAH SATU INSTRUMEN PENEGAKAN HUKUM DALAM PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN Oleh: Wicipto Setiadi∗
72

tersebut melanggar hukum terutama melanggar hukum lingkungan agar

tidak melakukan atau mengulangi perbuatannya. Selain dari sanksi

administrasi, sanksi perdata atau gugatan perdata bagian dari instrumen

penegakan hukum lingkungan. Di dalam penegakan hukum lingkungan

instrumen-instrumen hukum yang digunakan yaitu sanksi penegakan

hukum secara administrasi, sanksi perdata dan sanksi pidana yang telah

diatur di dalam peraturan perundang-undangan.Penegakan hukum

lingkungan mulai dari sanksi administrasi, sanksi perdata maupun sanksi

pidana merupakan upaya dalam penegakan hukum yang dilakukan oleh

pemerintah dalam melakukan penegakan hukum lingkungan. Persoalan

yang mendasar terhadap penanganan tindak pidana lingkungan adalah

penegakan hukum secara administrasi. Selain penegakan hukum secara

administrasi, perdata maupun pidana, tidak semua persoalan lingkungan

harus diselesaikan dengan hukum pidana, tetapi upaya awal adalah

sanksi administrasi dan sanksi administrasi inilah yang digunakan

pemerintah untuk melakukan penegakan hukum terhadap pelanggaran

pencemaran lingkungan. Penegakan hukum dengan menurunkan sanksi

administrasi merupakan upaya awal untuk menggunakan instrumen yang

diatur dalam peraturan perundang-undangan untuk melakukan penegakan

hukum.

Sanksi administrasi ini merupakan bagian dari upaya yang dilakukan

pemerintah guna menekan tindak pidana lingkungan yang dilakukan oleh

masyarakat. Selain dari sanksi administrasi, instrumen lain yang


73

digunakan adalah menggunakan sanksi perdata. Gugatan perdata di

pengadilan kepada perusahaan atau orang yang telah melakukan

pelanggaran lingkungan akan memberikan efek jera kepada pelaku-

pelaku kejahatan lingkungan. Denda yang begitu besar yang diatur dalam

peraturan perundang-undangan akan memberikan efek jera kepada

perusahaan ataupun orang yang telah melakukan kejahatan pencemaran

lingkungan. Selain itu upaya terakhir adalah pidana, pidana ini merupakan

instrumen terakhir yang digunakan dalam penegakan hukum lingkungan


13
Sanksi pidana memberikan efek jera bagi pelaku atau korporasi yang

telah melakukan kejahatan lingkungan.

C. Teori Keadilan bermartabat

Ilmu forensik atau biasa disingkat forensik adalah penerapan

berbagai ilmu untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penting terhadap

sistem hukum yang mungkin terlibat dalam tindak pidana. Namun,

disamping keterkaitannya dengan sistem hukum, forensik umumnya

mencakup sesuatu atau metode yang bersifat ilmiah (bersifat ilmu) dan

juga aturan-aturan yang dibentuk dari fakta-fakta berbagai kejadian, untuk

Mengidentifikasi bukti-bukti fisik, seperti mayat, bangkai, dan lain

sebagainya14. Dalam pengertian yang lebih sederhana, ilmu forensik

dalah ilmu untuk melakukan pemeriksaan dan pengumpulan bukti-bukti


13
Jurnal Unisulla Azas Ultimatum Remedium
14
Juansih dkk, 2020, Polwan Untuk Negeri: Bunga Rampai Pemikiran dan Pengalam
yang Menginspirasi, Rayyana Komunikasindo, Jakarta, hlm. 381. 13 Marchel R. Maramis, Op.
Cit, hlm. 43.
74

fisik yang ditemukan di tempat kejadian perkara (TKP) dan kemudian

dihadirkan di dalam sidang pengadilan. Ruang lingkup ilmu kedokteran

forensik berkembang dari waktu ke waktu. Pada mulanya hanya pada

kematian korban kejahatan, kematian yang tidak terduga, mayat tidak

dikenal hingga kejahatan korban yang masih hidup, bahkan pemeriksaan

kerangka atau bagian dari tubuh manusia. Jenis perkaranyapun semakin

meluas dari pembunuhan, penganiayaan, kejahatan seksual, kekerasan

dalam rumah tangga, pembuangan bayi, pelanggaran hak asasi manusia

dan lainnya.15 Teori keadilan bermartabat adalah suatu ilmu, dalam hal ini

ilmu hukum. Sebagai suatu ilmu hukum, cakupan atau scope dari teori

keadilan bermartabat dapat dilihat dari susunan atau lapisan dalam ilmu

hukum yang meliputi filsafat hukum (philosophy of law) ditempat pertama,

lapisan kedua terdapat teori hukum (legal theory), lapisan ketiga terdapat

dogmatika hukum (jurisprudence), sedangkan susunan atau lapisan yang

keempat terdapat hukum dan praktik hukum (law and legal practice).16

Teori keadilan bermartabat berasal-usul dari terik menarik antara

lex eterna (arus atas) dan volksgeist (arus bawah), dalam memahami

hukum sebagai usaha untuk mendekati pikiran Tuhan menurut sistem

hukum berdasarkan Pancasila. Teori keadilan bermartabat menggunakan

pendekatan hukum sebagai filsafat hukum, teori hukum, dogmatik hukum

15
Muhammad Khairuna SyahPutra, id.scribd.com. Ruang Lingkup Kedokteran Forensik
[Online] Tersedia di: https://id.scribd.com/doc/312244049/Ruang-Lingkup-Kedokteran- Forensik
(Diakses pada hari Senin, 11 April 2022).
16
Teguh Prasetyo dan Abdul Halim Barakatullah, Ilmu Hukum dan Filsafat Hukum,
StudiPemikiran Ahli Hukum Sepanjang Zaman, Cetakan Keempat, Pustaka Pelajar, Yogyakarta,
2011,hlm., 21
75

maupun hukum dan praktik hukum, berdialektika secara sistematik.

Tujuan dari keadilan bermartabat yaitu menjelaskan apa itu hukum.

Tujuan hukum dalam teori keadilan bermartabat menekankan pada

keadilan, yang dimaknai sebagai tercapainya hukum yang memanusiakan

manusia.

Keadilan dalam pengertian membangun kesadaran bahwa manusia

itu adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang mulia, tidak sama dengan

pandangan Barat, misalnya yang dikembangkan oleh Thomas Hobbes,

bahwa manusia itu adalah hewan, hewan politik, serigala, yang siap

memangsa sesama serigala dalam kehidupan, termasuk kehidupan

berpolitik, ekonomi, sosial, budaya dan lain sebagainya. 17 Keadilan

bermartabat adalah suatu teori hukum atau apa yang dikenal dalam

literature berbahasa Inggris dengan konsep legal theory, jurisprudence

atau philosophy of law dan pengetahuan mengenai hukum substansif dari

suatu system hukum. Teori keadilan bermartabat mengungkap pula

semua kaidah dan asas-asas hukum yang berlaku di dalam sistem

hukum, dalam hal ini sistem hukum yang dimaksud yaitu sistem hukum

positif Indonesia; atau sistem hukum berdasarkan Pancasila.17 Sistem

Hukum

Pancasila adalah sistem yang bermartabat, karena berbasis pada

jiwa bangsa (volksgeist). Pancasila sebagai etika positif yang menjadi

sumber dari segala sumber hukum, jiwa bangsa (volksgeist) telah berisi
17
Prof. Dr. Teguh Prasetyo, SH, M. Si., Keadilan Bermartabat Perspektif Teori Hukum,
Cetakan Kedua, Nusa Media, Bandung, 2015, hlm., 30-31.
76

kelengkapan yang dibutuhkan untuk penyelenggaraan negara. Sebagai

etika positif, Pancasila berisi etik, nilai-nilai tertinggi dan dijunjung tinggi

(values and virtues), termasuk etika politik, sebagai landasan moral, yang

pada dasarnya diharapkan bukan semata-mata mencerahkan, tetapi

memberikan jalan bagi perjalan kehidupan suatu bangsa dan negara.18

Teori Keadilan Bermartabat sebagai legal theory atau teori hukum,

adalah suatu sistem filsafat hukum yang mengarah seluruh kaidah dan

asas atau substantive legal disciplines. Termasuk di dalam substantive

legal disciplines yaitu jejaring nilai (value) yang saling terikat, dan

mengikat satu sama lain. Jejaring nilai yang saling kait-mengkait itu dapat

ditemukan dalan berbagai kaidah, asas-asas atau jejaring kaidah dan

asas yang inheren di dalamnya nilai-nilai serta virtues yang kait-mengkait

dan mengikat satu sama lain itu berada. 19 Keadilan bermartabat sebagai

suatu grand theory hukum memandang Pancasila sebagai postulat dasar

tertinggi, yaitu sebagai sumber dari segala sumber inspirasi yuridis untuk

menjadikan etika politik (demokrasi), khususnya etika kelembagaan

Penyelenggaraan Pemilu sebagai manifestasi paling konkret dari

demokrasi yang dapat menciptakan masyarakat bermartabat.

Dengan begitu hukum mampu memanusiakan manusia; bahwa

hukum (termasuk kaidah dan asas-asas yang mengatur etika

penyelenggaraan Pemilu, berikut penegakannya) seluruhnya sebagai


18
eguh Prasetyo, DKPP RI Penegak Etik Penyelenggara Pemilu Bermartabat. Op. Cit.,
hlm., 3.
19
Prof. Dr. Teguh Prasetyo, SH, M. Si., Keadilan Bermartabat Perspektif Teori Hukum,
Op.Cit., hlm., 34.
77

suatu sistem memperlakukan dan menjunjung tinggi nilai-nilai

kemanusiaan menurut hakikat dan tujuan hidupnya. Dikemukakan, bahwa:

Hal ini dikarenakan manusia adalah makhluk yang mulia sebagai ciptaan

Tuhan Yang Maha Esa sebagaimana tercantum dalam sila ke-2

Pancasila, yaitu kemanusiaan yang adil dan beradab. Dalam sila itu

terkandung nilai pengakuan terhadap harkat dan martabat manusia

dengan segala hak dan kewajibannya serta manusia juga mendapatkan

perlakuan yang adil dari manusia lainnya, dan mendapatkan hal yang

sama terhadap diri sendiri, alam sekitar dan terhadap Tuhan.20

Teori Kedilan Bermartabat, atau Keadilan Bermartabat (dignified

justice) berisi pandangan teoretis dengan suatu postulat bahwa semua

aktivitas dalam suatu negara itu harus berdasarkan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Pancasila, dalam perspektif keadilan bermartabat

adalah peraturan perundangan yang tertinggi, sumber dari segala sumber

hukum. Dikatakan peraturan perundang- undangan yang tertinggi karena

dalam perspektif keadilan bermartabat, Pancasila itu adalah Perjanjian

Pertama. Mereka yang belajar hukum memahami hal ini dalam ungkapan

pacta sut servanda (perjanjian itu adalah undang-undang mengikat

sebagaimana layaknya undang-undang bagi mereka yang membuatnya).

Sebagai suatu undang-undang, maka undang-undang itu dapat

dipaksakan, bagi mereka yang tidak mau mematuhi dan

20
Teguh Prasetyo, Hukum dan Sistem Hukum Berdasarkan Pancasila, Cetakan Pertama,
Media Perkasa, Yogyakarta, 2013, hlm. 93.
78

melaksanakannya.21 Sebagai sumber dari segala sumber hukum, maka

dalam perspektif keadilan bermartabat, semua peraturan perundangan

dan putusan hakim di Indonesia merupakan derivasi (“belahan jiwa”) dari

Pancasila. Dengan perkataan lain, semua peraturan perundang-undangan

dan putusan pengadilan berkekuatan hukum tetap itu adalah Pancasila

juga, karena sejiwa dengan Pancasila, tidak bertentangan dengan

Pancasila, tidak melawan Pancasila.

21
Teguh Prasetyo, DKPP RI Penegak Etik Penyelenggara Pemilu Bermartabat, Op. Cit.,
hlm., 22.

Anda mungkin juga menyukai