PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tertentu.
menetapkan peristiwa apa yang telah terjadi dimasa lampau yang pada saat
adalah peristiwa yang relevan, karena peristiwa yang irrelevan tidak perlu
ini adalah peristiwa – peristiwa yang menuju pada kebenaran yang relevan
menurut hukum.
hukum antara kedua belah pihak yang berperkara dipengadilan untuk dapat
memberi kepastian dan keyakinan kepada hakim atas dalil yang disertai
alat bukti yang diajukan di pengadilan, pada tahap ini hakim dapat
1
Sistem hukum pembuktian yang dianut di Indonesia adalah sistem
tertutup dan terbatas dimana para pihak tidak bebas mengajukan jenis atau
menentukan secara tegas apa saja yang sah dan bernilai sebagai alat bukti.
Pembatasan kebebasan juga berlaku bagi hakim dimana hakim tidak bebas
dan leluasa menerima apa saja yang diajukan para pihak sebagai alat bukti.
yang digunakan dalam perkara perdata yaitu alat bukti tertulis, alat bukti
Dalam proses perkara perdata dari kelima alat bukti yang dapat
diajukan, alat bukti tertulis merupakan alat bukti yang di utamakan, karena
secara tertulis yang dilakukan secara terang dan konkrit agar dapat
2
B. Rumusan Masalah
C. Tujan
3
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pembuktian
Pembuktian adalah penyajian alat-alat bukti yang sah menurut hukum oleh
para pihak yang beperkara kepada hakim dalam suatu persidangan, dengan tujuan
untuk memperkuat kebenaran dalil tentang fakta hukum yang menjadi pokok
adalah tahap menetukan dalam proses perkara, karena dapat diketahui benar atau
1
Bahtiar Effendie, Masdari Tasmin, dan A.Chodari, Surat Gugat Dan Hukum
Pembuktian Dalam Perkara Perdata (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), h. 50.
2
Subekti, . Hukum Pembuktian (Jakarta: Pradnya Paramita, 1991), h. 7.
4
B. Tujuan Pembuktian
menyatakan salah satun pihak menang, dan pihak yang lain kalah atau untuk
kepastian bahwa suatu peristiwa atau fakta yang diajukan itu benar – benar terjadi,
guna mendapatkan putusan hakim yang benar dan adil. Hakim tidak dapat
menjatuhkan suatu putusan sebelum nyata baginya bahwa fakta atau peristiwa
yang diajukan itu benar – benar tejadi, yakni dibuktikan kebenarannya, sehingga
bukti atau pembuktian adalah alat atau upaya yang bisa dipergunakan oleh pihak-
pandang dari sudut hakim memeriksa perkara, alat bukti artinya alat atau upaya
yang bisa dipergunakan oleh hakim untuk memutus perkara. Jadi alat bukti
berdasarkan alat bukti yang ada agar seorang terdakwa bersalah sesuai
3
Achmad Ali, Wiwie Heryani, Asas-Asas Hukum Pembuktian Perdata, Jakarta: PT
Karisma Putra Utama, 2012. H 57
5
menyatakan seorang terdakwa bebas/ dilepaskan dari segala tuntutan
3. Bagi hakim , atas dasar pembuktian tersebut yakni dengan adanya alat-
C. Teori Pembuktian
oleh para pihak ke persidangan akan dilakukan penilaian, yang dalam hal ini yang
pada alat-alat bukti tertentu (misalnya alat bukti surat), sehingga Hakim tidak
bebas menilainya. Salah satu contohnya adalah alat bukti surat yang mempunyai
kebebasan pada Hakim dalam menilai pembuktian terhadap alat bukti, misalnya
diserahkan pada Hakim untuk menilai pembuktiannya, Hakim boleh terikat atau
4
Efa Laela Fakhriah, 2013. Bukti Elektronik dalam Sistem Pembuktian Perdata.
(Bandung: PT Alumni), hlm. 40.
6
Pada saat menilai alat bukti, hakim dapat bertindak bebas atau terikat oleh
Hakim bebas menilai alat-alat bukti yang diajukan oleh para pihak yang
b. Teori
Pembuktian Terikat
Hakim terikat dengan alat pembuktian yang diajukan oleh para pihak yang
beperkara. Putusan yang dijatuhkan, harus selaras dengan alat-alat bukti yang
Hakim bebas dan terikat dalam menilai hasil pembuktian. Dalam menilai
5
Ibid, hlm. 53
7
Kekuatan pembuktian alat bukti surat dapat dibedakan antara yang
berbentuk akta dengan bukan akta. Surat yang berbentuk akta juga dapat
dibedakan menjadi akta otentik dan akta di bawah tangan. Kekuatan pembuktian
sebagai akta otentik, kecuali dapat dibuktikan sebaliknya bahwa akta itu bukan
akta otentik. Selama tidak dapat dibuktikan sebaliknya pada akta tersebut melekat
kekuatan bukti luar. Maksud dari kata memiliki daya pembuktian luar adalah
melekatkan prinsip anggapan hukum bahwa setiap akta otentik harus dianggap
benar sebagai akta otentik sampai pihak lawan mampu membuktikan sebaliknya.
yang membuatnya. Oleh karena itu segala keterangan yang diberikan penanda
tangan dalam akta otentik dianggap benar sebagai keterangan yang dituturkan dan
benar dari orang yang menandatanganinya tetapi meliputi pula kebenaran formil
6
M. Yahya Harahap, hukum acara perdata,jakarta: sinar grafika, 2005. h. 152.
8
dalamnya, sehingga tanggal tersebut harus dianggap benar, dan tanggal
pembuatan akta tidak dapat lagi digugurkan oleh para pihak dan hakim.
karena itu, kekuatan pembuktian materiil adalah persoalan pokok akta otentik.
D. Beban pembuktian
bahwa ia mempunyai suatu hak atau guna meneguhkan haknya sendiri maupun
membatah hak orang lain, menunjuk pada suatu diwajibkan membuktikan adanya
hak atau peristiwa tersebut.7 Dari ketentuan di atas, maka beban pembuktian harus
dilakukan dengan adil dan tidak berat sebelah, karena suatu pembagian beban
pembuktian yang berat sebelah berarti secara mutlak menjerumuskan pihak yang
Dalam praktik merupakan hal yang sukar untuk menentukan secara tepat
siapa yang harus dibebani kewajiban untuk membuktikan sesatu.8 Menurut penulis
dalam menjatuhkan beban pembuktian, hakim harus bertindak arif dan bijaksana
serta tidak boleh berat sebelah karena semua peristiwa dan kejadian nyata harus
9
keabsahan penggunaan alat bukti di dalam hukum acara pidana, terdapat prinsip
yang sama dengan yang diatur dalam hukum acara perdata sebagaimana dimaksud
Pasal 294 ayat (1) HIR. Pasal 183 KUHAP, pada asasnya mengatur tentang:
”Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seseorang kecuali apabila dengan
sesuatu tindak pidana benar-benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukanya”.
keabsahan penggunaan alat bukti tidak terdapat ketentuan semacam di atas, dan
suatu peristiwa untuk meneguhkan haknya, ataupun menyangkal hak orang lain,
maka orang itu harus membuktikannya” Dari peristiwa itu, yang harus dibuktikan
adalah kebenarannya.
Dalam hukum acara perdata, kebenaran yang harus dicari oleh hakim
adalah kebenaran formal, artinya bahwa hakim tidak boleh melampaui batas-batas
yang diajukan oleh pihak-pihak yang beperkara. Pasal 178 ayat (3) HIR/Pasal 189
ayat (3) RBg, melarang hakim untuk menjatuhkan putusan atas perkara yang tidak
9
Efa Laela Fakhriah, Sistem Pembuktian Terbuka Dalam Penyelesaian Sengketa Perdata
Secara Litigasi. http://pustaka.unpad.ac.id/wp-content/uploads/2012/05/pustaka_unpad_ sistem_
pembuktian.pdf., dikutip pada 14 April 2014.
10
Dengan demikian, berdasarkan rumusan Pasal 163 HIR/283 RBg jo. Pasal
1865 KUHPerdata tersebut, maka kedua belah pihak, baik itu penggugat maupun
kepada penggugat untuk membuktikan dalil atau peristiwa yang dapat mendukung
dalil tersebut, yang diajukan oleh penggugat, sedangkan bagi tergugat, hakim
demikian, jika penggugat tidak bisa membuktikan dalil atau peristiwa yang
D. ALAT BUKTI
sebagai berikut :
a. Surat
b. Saksi
c. Persangkaan
d. Sumpah
10
Sudikno Mertokusumo, Hukum Acara Perdata Indonesia, Yogyakarta: Liberty, 2002, H. 114.
11
Sedangkan menurut pasal 100 UU No. 5 Tahun1986 tentang
b. Keterangan ahali
c. Keterangan saksi
e. Pengetahuan hakim
Menurut Paton, alat bukti dapat bersifat oral, documentary atau material.
Alat buki yang bersifat oral merupakan kata-kata yang diucapkan oleh seorang
persidangan : kesaksian tentang suatu pristiwa merpakan alat bukti yang bersifat
oral. Termasuk dalam alat bukti yang bersifat documentari adalah surat.
Sedangkan termasuk dalam alat bukti yang bersifat material adalah barang fisik
selain dokmen.
Alat bukti tulisan atau surat diatur pada pasal 165-167 HIR/282-
305 RBG dan pasal 1867-1894 KUHperdata. Alat bukti tulisan atau surat
yang dimaksud minsalnya hurf latin, huruf arab, hurf kanji dan lain
sebagainya.
Alat bukti tulisan atau surat terbagi atas dua macam yaitu :
- akta
12
Akta ini ada da macam pula yaitu :
membuat surat itu, memberikan bukti yang cukup bagi kedua belah pihak
dan ahli warisnya dan sekalian orang yang mendapat hak darinya tentang
merupakan alat bukti yang cukup mengikat dan sempurna. Akta dibawah
tangan adalah akta yang dibuat dan ditanda tangani oleh pihak-pihak yang
1. Saksi
2. Persangkaan
KUHPerdata.
13
Persangkaan ialah kesimpulan yang oleh undang-undang atau
KUHPerdata)
berdasarkan undang-undang.
3. Pengakuan
4. Sumpah
KUHPerdata.
14
Dalam pemeriksaan perkara perdata, sumpah diucapkan
dengan sumpah.
15
E. PENYUSUNAN ALAT BUKTI
Buktitulis – sederhana
NO.
PERDATA DIBAWAH
==========================================================
========
====================================
……………………….
16
P-3 :AktaJualbeli No. ………../……/ Coblong/ …….tanggal
……………………..
keseluruhansekeloa, atasnama
…………………………………………………………….
setempatdikenalsebagaiblokciheulangkotamadyabandung, wilayahchibunying,
…………………………………………………..
Kuasa Pembantah,
17
BAB III
PENTUP
A. KESIMPULAN
menurut hukum oleh para pihak yang beperkara kepada hakim dalam suatu
diperkarakan.
menyatakan salah satun pihak menang, dan pihak yang lain kalah atau untuk
kepastian bahwa suatu peristiwa atau fakta yang diajukan itu benar – benar terjadi,
guna mendapatkan putusan hakim yang benar dan adil. Hakim tidak dapat
menjatuhkan suatu putusan sebelum nyata baginya bahwa fakta atau peristiwa
yang diajukan itu benar – benar tejadi, yakni dibuktikan kebenarannya, sehingga
Bahtiar Effendie, Masdari Tasmin, dan A.Chodari, Surat Gugat Dan Hukum
11
Pembuktian Dalam Perkara Perdata (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1999), h. 50.
18
.13 Menurut penulis dalam menjatuhkan beban pembuktian, hakim harus
bertindak arif dan bijaksana serta tidak boleh berat sebelah karena semua
peristiwa dan kejadian nyata harus diperhatikan secara seksama oleh hakim.
hukum acara pidana, terdapat prinsip yang sama dengan yang diatur dalam hukum
acara perdata sebagaimana dimaksud Pasal 294 ayat (1) HIR. Pasal 183 KUHAP,
pada asasnya mengatur tentang: ”Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada
seseorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah ia
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Retnowulan Sutantio Dan Iskandar, Hukum Acara Perdata Dalam Teori Dan Praktek,
13
19