Anda di halaman 1dari 31

Hukum Pembuktian

Dalam Perkara Pidana


(materi Hukum Acara Pidana)

Oleh :

DR. DWI SENO WIJANARKO, SH., MH


Teori sistem pembuktian
• Sistem pembuktian keyakinan belaka (bloot
gemoed lijke overtuinging, conviction intime).
• Sistem pembuktian menurut undang-undang
secara positif (positief wettwlijke bewijs theorie).
• Sistem pembuktian menurut undang-undang
secara negatif (negatief wettwlijke bewijs theorie).
• Sistem pembuktian berdasarkan keyakinan hakim
atas alasan yang logis (laconviction raisonnee). [1]

• [1] Martiman Prodjohamidjojo, Pembahasan Hukum Acara Pidana Dalam Teori dan
Praktek, op.cit. hlm. 133-134.
Pembuktian berdasarkan keyakinan hakim
bloot gemoed lijke overtuinging, conviction intime

• Pemidanaan tanpa didasarkan kepada alat-alat bukti


dalam uu, karena aliran ini didasarkan semata-mata atas
keyakinan hakim belaka dan tidak terikat kepada aturan-
aturan tentang pembuktian dan menyerahkan segala
sesuatu kepada kebijaksanaan sehingga ada anggapan
hakim bersifat subjektif.
• Dalam sistem ini pula hakim dapat menurut keyakinan
hakim yang menentukan wujud kebenaran dalam sistem
pembuktian ini perasaan belaka dalam menentukan
apakah keadaan harus dianggap telah terbukti.
• keyakinan hakim yang menentukan wujud kebenaran sejati
dalam sistem pembuktian ini
Pembuktian menurut uu positif
positief wettwlijke bewijs theorie
• sistem ini apabila alat-alat bukti sudah dipakai secara yang
ditetapkan undang-undang maka hakim harus menetapkan
keadaan sudah terbukti, walaupun hakim mungkin
berkeyakinan bahwa yang harus dianggap terbukti itu tidak
benar
• hakim tetap menyatakan terdakwa tidak terbukti, walaupun
mungkin hakim berkeyakinan bahwa terdakwa itu
melakukan tindak pidana.
• Suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan
kekuatan ketentuan perundang-undangan pidana yang
telah ada sebelumnya (ps.1 ayat (1) KUHPid)
Doktrin
• Pendukung:
• D. Simons bahwa sistem positief wettelijk
Eropa dipakai pada waktu masih
berlakunya hap yang bersifat inkuisitor.
• Andi Hamzah, bahwa sistem atau teori
pembuktian berdasar undang-undang
secara positif untuk menghindari
pertimbangan subjektif hakim.
Kelemahan

• Yahya Harahap dalam sistem


pembuktian ini keyakinan hakim tidak ikut
ambil bagian dalam membuktikan
kesalahan terdakwa.
• Wirjono Projodikoro bahwa sistem ini
bertentangan dengan prinsip, bahwa
dalam acara pidana suatu putusan hakim
harus berdasar atas kebenaran.
Pembuktian menurut UU secara negatif
negatief wettwlijke bewijs theorie

• perpaduan antara sistem pembuktian


menurut undang-undang secara positif
dan sistem pembuktian keyakinan hakim
belaka .
• negatief wettelijk stelsel: “salah tidaknya
seorang terdakwa ditentukan oleh
keyakinan hakim yang didasarkan pada
cara dan dengan alat-alat bukti yang sah
menurut UU”
Doktrin

• Martiman Prodjohamidjojo
• wettelijk, sesuai dgn alat-alat bukti
yang sah yang ditetapkan oleh undang;
• negatief, oleh karena dengan alat-alat
bukti yang sah dan ditetapkan undang-
undang saja belum cukup untuk
membuat hakim pidana menganggap
bukti sudah diberikan, akan tetapi
masih dibutuhkan adanya keyakinan
hakim.
Mr. Kwee Oen Goan
• Hakim harus memakai alat-alat bukti
yang sah, ditentukan oleh UU.
• Apabila Hakim tidak jakin tentang
kesalahan terdakwa, maka ia tidak wajib
menjatuhkan hukuman.
Pasal 183

• Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana


kepada seorang kecuali apabila dengan
sekurang-kurangnya dua alat bukti yang
sah ia memperoleh keyakinan bahwa
suatu tindak pidana benar-benar terjadi
dan bahwa terdakwalah yang bersalah
melakukannya.
Pasal 184(1)
Alat bukti yang sah
(1) Alat bukti yang sah ialah
• a. keterangan saksi;
• b. keterangan ahli;
• c. surat;
• d. petunjuk;
• e. keterangan terdakwa.
(2) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak
perlu dibuktikan.
Keterangan Saksi:
(1) Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi
nyatakan di sidang pengadilan.
(2) Keterangan seorang saksi saja tidak cukup untuk membuktikan
bahwa terdakwa bersalah terhadap perbuatan yang didakwakan
kepadanya.
(3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak berlaku
apabila disertai dengan suatu alat bukti yang sah lainnya.
(4) Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri tentang
suatu kejadian atau keadaan dapat digunakan sebagai suatu alat
bukti yang sah apabila keterangan saksi itu ada hubungannya
satu dengan yang lain sedemikian rupa, sehingga dapat
membenarkan adanya suatu kejadian atau keadaan tertentu.
(5) Baik pendapat maupun rekaan, yang diperoleh dari hasil
pemikiran saja, bukan merupakan keterangan ahli.
Penilaian thd Saksi:
a. persesuaian antara keterangan saksi satu
dengan yang lain;
b. persesuaian antara keterangan saksi dengan
alat bukti lain;
c. alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi
untuk memberi keterangan yang tertentu;
d. cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala
sesuatu yang pada umumnya dapat
mempengaruhi dapat tidaknya keterangan itu
dipercaya;
Penilaian thd saksi yg tidak disumpah:

• meskipun sesuai satu dengan yang lain,


tidak merupakan alat bukti, namun
apabila keterangan itu sesuai dengan
keterangan dari saksi yang disumpah
dapat dipergunakan sebagai tambahan
alat bukti sah yang lain.
Keterangan Ahli (ps.186-187)

• Keterangan ahli ialah apa yang seorang


ahli nyatakan di sidang pengadilan;

Surat (ps.187)
a. berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat
oleh pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat di
hadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian
atau keadaan yang didengar, dilihat atau yang dialaminya
sendiri, disertai dengan alasan yang jelas dan tegas
tentang keterangannya itu
b. surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan atau surat yang dibuat oleh pejabat mengenai
hal yang termasuk dalam tata laksana yang menjadi
tanggung jawabnya dan yang diperuntukkan bagi
pembuktian sesuatu hal atau sesuatu keadaan;
c. surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat
berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau
sesuatu keadaan yang diminta secara resmi dari padanya;
d. surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya
dengan isi dari alat pembuktian yang lain.
Keterangan terdakwa (ps.189)
(1) Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan di
sidang tentang perbuatan yang ia lakukan atau yang ia
ketahui sendiri atau alami sendiri.
(2) Keterangan terdakwa yang diberikan di luar sidang dapat
digunakan untuk membantu menemukan bukti di sidang,
asalkan keterangan itu didukung oleh suatu alat bukti yang
sah sepanjang mengenai hal yang didakwakan kepadanya.
(3) Keterangan terdakwa hanya dapat digunakan terhadap
dirinya sendiri.
(4) Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan
bahwa ia bersalah melakukan perbuatan yang didakwakan
kepadanya, melainkan harus disertai dengan alat bukti
yang lain.
Petunjuk (ps.188)
• Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau
keadaan, yang karena persesuaiannya, baik
antara yang satu dengan yang lain, maupun
dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan
bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan
siapa pelakunya.
• Sumber:
• a. keterangan saksi;
• b. surat;
• c. keterangan terdakwa.
Penilaian petunjuk:

• Penilaian atas kekuatan pembuktian dari


suatu petunjuk dalam setiap keadaan
tertentu dilakukan oleh hakim dengan arif
lagi bidjaksana setelah ia mengadakan
pemeriksaan dengan penuh kecermatan
dan kesaksamaan berdasarkan hati
nuraninya.
RUU KUHAP
(1) Alat bukti yang sah mencakup:
a. barang bukti ;
b. surat-surat;
c. bukti elektronik;
d. keterangan seorang ahli;
e. keterangan seorang saksi;
f. keterangan terdakwa; dan.
g. pengamatan Hakim.
(2) Alat bukti yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
harus diperoleh secara tidak melawan hukum.
(3) Hal yang secara umum sudah diketahui tidak perlu
dibuktikan. (ps.177)
Pasal 180 RKUHAP
(1) Keterangan saksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
177 ayat (1) huruf e sebagai alat bukti adalah segala hal
yang dinyatakan oleh saksi di sidang pengadilan.
(2) Dalam hal saksi tidak dapat dihadirkan dalam
pemeriksaan di sidang pengadilan, keterangan saksi dapat
diberikan secara jarak jauh melalui alat komunikasi audio
visualdengan dihadiri oleh penasihat hukum dan penuntut
umum.
(3) Keterangan 1 (satu) orang saksi tidak cukup untuk
membuktikan bahwa terdakwa bersalah terhadap
perbuatan yang didakwakan kepadanya.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) tidak
berlaku apabila keteranganseorang saksi diperkuat dengan
alat bukti lain.
Lanjutanps.180
(5) Keterangan beberapa saksi yang berdiri sendiri-sendiri tentang suatu
kejadian atau keadaan dapat digunakan sebagai alat bukti yang sah.
(6) Keterangan beberapa saksi sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
harus salingberhubungan satu sama lain sehingga dapat
membenarkan adanya suatu kejadian atau keadaan tertentu.
(7) Pendapat atau rekaan yang diperoleh dari hasil pemikiran belaka
bukan merupakan keterangan saksi.
(8) Dalam menilai kebenaran keterangan saksi, hakim wajib
memperhatikan :
a. persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain;
b. persesuaian antara keterangan saksi dengan alat bukti yang lain;
c. alasan yang mungkin dipergunakan oleh saksi untuk memberi
keterangan tertentu;
d. cara hidup dan kesusilaan saksi serta segala sesuatu yang pada
umumnya dapat mempengaruhi dipercayanya keterangan tersebut;
dan/atau
e. keterangan saksi sebelum dan pada waktu sidang.
Lanjutan ps.180
(9) Keterangan saksi yang tidak disumpah yang
sesuai satu dengan yang lain, walaupun tidak
merupakan alat bukti, dapat dipergunakan
sebagai tambahan alat bukti yang sah apabila
keterangan tersebut sesuai dengan keterangan
dari saksi yang disumpah.
(10) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara
dan syarat pemberian kesaksian secara jarak
jauh sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 181 RKUHAP
(1) Keterangan terdakwa sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 177 ayat (1) huruf f adalah segala
hal yang dinyatakan oleh terdakwa di dalam
sidang pengadilan tentang perbuatan yang
dilakukan atau diketahui sendiri atau dialami
sendiri.
(2) Keterangan terdakwa yang diberikan di luar
sidang pengadilan dapat digunakan untuk
membantu menemukan bukti di sidang
pengadilan, dengan ketentuan bahwa
keterangantersebut didukung oleh suatu alat
bukti yang sah sepanjang mengenai hal
yangdidakwakan kepadanya.
Lanjutan ps.181
(3) Keterangan terdakwa hanya dapat
digunakan terhadap dirinya sendiri.
(4) Keterangan terdakwa saja tidak cukup
untuk membuktikan bahwa terdakwa
bersalah melakukan perbuatan yang
didakwakan kepadanya, melainkan harus
disertai dengan alat bukti yang sah
lainnya.
Pengamatan Hakim (ps.182):
1) Pengamatan hakim selama sidang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 177 ayat (1)huruf g adalah didasarkan pada
perbuatan, kejadian, keadaan, atau barang bukti yang
karena persesuaiannya, baik antara yang satu dengan
yang lain, maupun dengan tindak pidana itu sendiri yang
menandakan telah terjadi suatu tindak pidana dan siapa
pelakunya.
(2) Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu
pengamatan hakim selama siding dilakukan oleh hakim
dengan arif dan bijaksana, setelah hakim mengadakan
pemeriksaan dengan cermat dan seksama berdasarkan
hati nurani.
Alat Bukti Negara lain (ps.183)
(1) Alat bukti yang diberikan oleh pemerintah, orang, atau
perusahaan negara lain dipertimbangkan sebagai bukti
yang sah apabila diperoleh secara sah berdasarkan
peraturan perundang-undangan negara lain tersebut.
(2) Alat bukti sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat juga
dipertimbangkan jika terdapat perbedaan prosedur untuk
mendapatkan alat bukti tersebut antara peraturan
perundangundangan yang berlaku di Indonesia dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku di negara
tempat alat bukti tersebut diperoleh, sepanjang tidak
melanggar peraturan perundang-undangan atau perjanjian
internasional.
Beban Pembuktian (ps.4):
• Acara pidana yang diatur dalam Undang-
Undang ini dilaksanakan secara wajar dan
perpaduan antara sistem hakim aktif dan para
pihak berlawanan secara berimbang.
Pasal 173
(1) Sesudah kesaksian dan bukti disampaikan
oleh kedua belah pihak, Penuntut Umum dan
penasihat hukum diberi kesempatan untuk
menyampaikan keterangan lisan yang
menjelaskan tentang bukti yang diajukan di
persidangan mendukung pendapat mereka
mengenai perkara tersebut.
RKUHAP:negatief wettelijk stelsel

Hakim dilarang menjatuhkan pidana


kepada terdakwa, kecuali apabila hakim
memperoleh keyakinan dengan
sekurang-kurangnya 2 (dua) alat bukti
yang sah bahwa suatu tindak pidana
benar-benar terjadi dan terdakwalah
yang bersalah melakukannya (ps.176)
Saksi Mahkota (ps.198 RKUHAP)
(1) Salah seorang tersangka atau terdakwa yang peranannya
paling ringan dapat dijadikan Saksi dalam perkara yang
sama dan dapat dibebaskan dari penuntutan pidana,
apabilaSaksi membantu mengungkapkan keterlibatan
tersangka lain yang patut dipidana dalam tindak pidana
tersebut.
(2) Apabila tidak ada tersangka atau terdakwa yang
peranannya ringan dalam tindak pidana sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) maka tersangka atau terdakwa
yang mengaku bersalah berdasarkan Pasal 197 dan
membantu secara substantif mengungkap tindak pidana
dan peran tersangka lain dapat dikurangi pidananya
dengan kebijaksanaan hakim pengadilan negeri.
(3) Penuntut Umum menentukan tersangka atau terdakwa
sebagai saksi mahkota.
Adagium Hukum
CUM ADSUNT TESTIMONIA
RERUM, QUID OPUS EST VERBIST –
saat bukti dari fakta-fakta ada, apa gunanya
kata-kata. karena nya Sebagai praktisi
Hukum harus handal. Kita harus
komprehensif dalam mengolah alat bukti
dan membuat terang nya suatu perkara
By Dr. DSW Praktisi/Dosen yang cinta Perdamaian

Anda mungkin juga menyukai