Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH TINDAK PIDANA KORUPSI

Tindak korupsi di Badan Pertanahan Nasional

Disusun Oleh :
Dikna Saputra (201910115354)
(2-C2)

Program Studi Ilmu Hukum


Fakultas Hukum
Universitas Bhayangkara Jakarta Raya Bekasi
2020
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah yang dikaruniakanNya, akhirnya penulis dapat menyelesaikan makalah ini yang
berjudul Hukum Perdata di Indonesia. Sesuai dengan namanya, sebuah makalah memang tidak
dimaksudkan sebagai buku materi atau buku panduan, melainkan didalamnya terdapat
pembahasan dan rincian-rincian mengenai hasil dari beberapa sumber yang telah penulis
dapatkan.
Penulis memahami dan menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna. Namun,
penulis telah berusaha menyusun makalah dengan usaha terbaik yang penulis memiliki.
Akhirnya penulis menyampaikan terima kasih atas Berkat Rahmat KuasaNya yang telah
memberi kemudahan dalam memperoleh berbagai pokok bahasan sehingga terselesaikannya
makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini sesuai dengan yang diharapkan. Amiin Ya Allah
Ya Rabbal Alamiin.

Bekasi, 02 November 2020

Dikna Saputra.
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL……………………………………………………………………………………...Error!
Bookmark not defined.
KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………………….2
DAFTAR ISI…………….……………………………...…………………………………………………3
BAB 1 : PENDAHULUAN…………………………...…………………………………………………..4
A. LATAR
BELAKAN…………………………………………………………………………………Error!
Bookmark not defined.
B. TUJUAN ....................................................................................................................................... 4
C. METODE PENULISAN ............................................................................................................... 4
D. MAMPAAT .................................................................................................................................. 4
BAB II : PEMBAHASAN .................................................................................................................... 5
1 PERMASALAHN DAN FAKTA .............................................................................................. 5
2. JENIS KORUPSI PADA KASUS ................................................ Error! Bookmark not defined.
3. UNSUR UNSUR GRATIFIKASI ................................................ Error! Bookmark not defined.
4. DAYA RUSAK GRATIFIKASI .................................................. Error! Bookmark not defined.
5. ANALISIS DAN ANALISIS ...................................................................................................... 8
BAB III : PENUTUP………………………………………………………………………………..……9
KESIMPULAN ...............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Hasil survey transparency international Indonesia mencatat Tindak pidana korupsi di
Indonesia berada pada posisi ke 96 dalam hal ( Coruption perception indek ) jelas posisi ini
merupakan permasalahan yang sifatnya global , karna korupsi merupakan ancaman yang
dapat mengakibatkan rapuhnya stabilitas dan keamanan masyarakat, lembaga lembaga
negara, nilai nilai demokrasi, nilai nilai etika, keadilan serta menghambat pembangunan
berkelanjutan serta penegak hukum jelas semua itu bagian dari ancaman korupsi.

Dari data di atas saya mencoba mengkaji permasalahan tentang tindak pidana
korupsi khusunya di BPN ( Badan Pertanahan Nasional .

B. TUJUAN
Adapun tujuan pembahasan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memperoleh
gambaran mengenai Tindak Pidana Korupsi untuk memenuhi nilai dari tugas Mata Kuliah.

C. METODE PENULISAN
Metode yang kami gunakan dalam penyusunan makalah ini dengan cara study pustaka dan
bantuan Internet.
D. MAMFAAT

 Untuk menambah ilmu dan memperluas wawasan mengenai hal yang berkaitan
dengan Hukum Perdata
 Untuk melatih dan membiasakan diri membuat dan menyusun Makalah sebagai bekal
pendidikan kami dimasa yang akan datang.
BAB II

PEMBAHASAN
1. PERMASALAHAN DAN FAKTA
BPN ( Badan Pertanahan Nasional ) adalah lembaga pemerintahan Non
Kementrian di Indonesia yang mempunyai tugas dan melaksanakan tugas pemerintahan
di bidang pertanahan sesuai dengan ketentuan ketentuan peraturan perundang
undangan.

Saya sebagai penulis tertarik dengan suatu lembaga ini di mana ada sering terjadi
kasus korupsi di lembaga ini saya mengutif satu kasus di mana yang saya ambil dari
situs CNN INDONESIA di mana Mantan Kepala Badan Pertahanan Nasional (BPN)
Kota Denpasar, Tri Nugraha bunuh diri dengan menembak dirinya sendiri saat hendak
dibawa ke Lapas Kerobokan pada Senin (31/8) untuk menjalani masa penahanan.
Diketahui, Tri merupakan tersangka penerimaan gratifikasi dan tindak pidana
pencucian uang (TPPU).

Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) menemukan dugaan


transaksi tidak wajar yang dilakukan Tri. Dugaan transaksi tidak wajar itu terjadi saat
Tri menjabat Kepala BPN Kota Denpasar periode 2007-2011 dan Kepala BPN
Kabupaten Badung periode 2011-2013, Temuan PPATK tersebut kemudian
ditindaklanjuti Kejati Bali. Kajati Bali, Idianto, menetapkan Tri sebagai tersangka
dengan surat perintah penyidikan (sprindik) nomor: PRINT- 03/N.1.1/FDd.1/08/2019
tanggal 15 Agustus 2019, Tri dijerat Pasal 12B atau Pasal 11 UU Tipikor dengan
ancaman pidana 20 tahun penjara, Kejati Bali terus mengumpulkan bukti kasus dugaan
korupsi Tri. Berdasarkan hasil penyidikan, Tri diduga melakukan korupsi dan
menerima gratifikasi selama menjabat senilai Rp 5,46 miliar. Selain itu, Tri diduga
melakukan pencucian uang senilai Rp 60 miliar, Alhasil, Kejati menyita 12 sepeda
motor, 4 mobil, 11 aset tanah dan bangunan, serta 250 hektare perkebunan karet di
Lubuk Linggau, Sumatera Selatan, telah disita. Namun khusus 250 hektare lahan
perkebunan batal disita karena berkaitan dengan sebuah koperasi.

Dia ditahan lantaran mencoba melarikan diri saat sedang menjalani pemeriksaan.
Lokasi penahan terhadap Tri adalah rutan di lapas Kerobokan, Denpasar.

“Ada insiden bunuh diri atas nama tersangka Tri Nugraha yang terjadi di
Kejaksaan Tinggi Bali terkait dengan penanganan perkara,” kata Kepala Pusat
Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejaksaan Agung, Hari Setiyono melalui
keterangan resmi, Senin (31/8).

Hari menuturkan bahwa kejadian itu terjadi sekitar pukul 20.00 WITA. Di mana,
tersangka yang sedang digiring menuju lapas dari ruang penyidikan meminta izin untuk
pergi ke toilet. Dia pun disebutkan mendapat pengawalan ketat dari anggota Polda Bali,
Tri kemudian meminta pengacaranya untuk mengambil sebuah tas kecil yang disimpan
di loker. Setelah itu, tersangka memasuki toilet dengan membawa tas kecil tersebut.
Namun sekitar dua menit berlalu dari dalam toilet terdengar bunyi ledakan sebanyak
satu kali dan setelah dilakukan pendobrakan pada pintu toilet diketahui Tersangka
terluka," lanjut Hari, Saat ditemukan penyidik, tersangka terluka di bagian dada sebelah
kiri dan ditemukan senjata api di dekat tubuhnya. Dia pun langsung dievakuasi ke
Rumah Sakit terdekat, Hari menjelaskan bahwa sebelum nekat bunuh diri, Tri tengah
menjalani pemeriksaan dan dimintai keterangan sebagai tersangka oleh Jaksa Penyidik
Tipikor Kejaksaan Tinggi Bali. Pemeriksaan itu berjalan sejak pagi tadi sekitar pukul
10.00 WITA, Hanya saja, saat itu penyidik belum memutuskan untuk menahan Tri.
Berselang dua jam kemudian, Tri mencoba melarikan diri dengan berdalih hendak
melakukan kegiatan sholat, namun tidak kembali, “Tersangka tidak ditemukan, maka
Tim Penyidik melakukan konsolidasi dan sepakat untuk dilakukan penangkapan
dengan menyiapkan surat perintah penangkapan,” jelas Hari.

Sekitar pukul 16.00 WIB, tersangka pun ditemukan oleh penyidik sedang berada
di rumahnya. Dia pun langsung dibawa ke Kantor Kejati Bali untuk dilakukan
penahanan, Setelah itu, pihak penyidik pun melakukan serangkaian tes kesehatan untuk
memasukkan Tri ke balik jeruji besi. Rapid test yang dilakukan terhadap Tri
menunjukkan hasil non reaktif.

Sebelum bunuh diri, Hari menjelaskan bahwa Tri sempat menunaikan ibadah
sholat Magrib di ruang Kepala Seksi Penuntutan. Dia pun sempat berbuka puasa
lantaran kondisinya yang sedang melaksanakan ibadah puasa sunah.
"Atas insiden tersebut, Jaksa Agung memerintahkan Jaksa Agung Muda Bidang
Pengawasan Kejaksaan Agung RI untuk melakukan klarifikasi/pemeriksaan terhadap
pihak-pihak yg terkait dalam insiden itu untuk memastikan apakah terdapat
pelanggaran SOP atau tidak," pungkas Hari.

2. JENIS KORUPSI PADA KASUS


setelah mempelajari kasus di atas kita bisa menyimpulkan bahwa Tri nugraha
sebagai tersangka kasus korupsi masuk kategori korupsi jenis grativikasi.
Gratifikasi adalah pemberian dalam arti luas yakni uang barang jabat komisi
pinjaman tanpa bunga tiket perjalanan fasilitas penginapan perjalanan wisata pengobatan
cuma-cuma dan fasilitas lainnya.
gratifikasi tergolong kejahatan korupsi atau suap berdasarkan pasal 12b ayat 1
undang-undang nomor 31 tahun 1999 undang-undang nomor 20 tahun 2001 setiap
gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara dianggap pemberian suap
apabila berhubungan dengan jabatannya.
Sedangkan Perbuatannya adalah menerima pemberian hadiah dalam arti luas
sebagaimana telah diuraikan diatas berkenaan dengan pengertian gratifikasi, yang
berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban atau tugasnya,
dengan ketentuan kalau nilai gratifikasi tersebut bernilai Rp10.000.000,- atau lebih
kewajiban pembuktian pemberian gratifikasi tersebut berada pada penerima gratifikasi,
sedangkan kalau nilainya kurang dari Rp10.000.000,- kewajiban pembuktiannya berada
pada penuntut umum.
3. UNSUR UNSUR GRATIFIKASI

Menyimak ketentuan pada Pasal 12 B Ayat (1) UU Korupsi Tahun 2001, (Marwan
Mas, 2014: 79) maka unsur-unsur gratifikasi yang termasuk perbuatan melawan hukum adalah
sebagai berikut:
a. Subjek hukum (pelaku) yang dapat dipidana sebagai penerima gratifikasi adalah pegawai
negeri atau penyelenggara negara. Yang dimaksud dengan pegawai negeri diatur dalam Pasal 1
butir 2 UU Korupsi, yang meliputi sebagai berikut:
1. Pegawai negeri sebagaimana yang dimaksud dalam undang-undang tentang
kepegawaian.
2. Pegawai negeri sebagaimana yang dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana (KUHP).
3. Orang yang menerima gaji atau upah dari keuangan negara atau daerah.
4. Orang menerima gaji atau upah dari suatu koorporasi yang menerima bantuan dari
keuangan negara atau daerah.
5. Orang yang menerima gaji atau upah dari koorporasi lain yang mepergunakan modal
dan fasilitas dari negara atau masyarakat.

Sedangkan yang dimaksud dengan penyelenggara negara diatur dalam Pasal 1 butir 1
UU No. 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggara Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi,
Kolusi, dan Nepotisme, yaitu penyelenggara negara adalah pejabat negara yang menjalankan
fungsi eksekutif, legislatif, dan yudikatif dan pejabat lain yang fungsi dan tugas pokoknya
berkaitan dengan penyelenggaraan negara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

Penyelenggara negara yang bersih ditegaskan dalam Pasal 1 butir 2 UU No. 28


Tahun 2009, yaitu penyelenggara negara yang menaati asas-asas umum penyelenggaraan
negara dan bebas dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme, serta perbuatan tercela lainnya.
Penyelenggara negara meliputi sebagaimana yang diatur dalam Pasal 2 UU No. 28 Tahun
1999 sebagai berikut:
1. Pejabat negara pada lembaga tertinggi negara (tidak lagi dikenal istilah ini setelah
empat kali UUD 1945 diamandemen, tetapi hanya disebut lembaga negara.
2. Pejabat negara pada lembaga tinggi negara.
3. Menteri
4. DAYA RUSAK GRATIVIKASI

Kerusakan mental dimulai dari mengambil atau mencuri sesuatu (uang) yang bukan
miliknya Bagi negara berkembang, korupsi gratifikasi menjadi penghambat yang serius, bagi
kemajuan bangsa di Indonesia dan daya rusak korupsi grativikasi meliputi sebagai berikut :

1.kurangya professional kerja karna pejaba t pejabat sibuk mengambil keuntungan


keuntungan dari pihak pemberi gratifikasi

2. Permasalahan masyarakat yang majemuk semakin dipertajam oleh korupsi dan


bersamaan dengan itu kesatuan negara juga melemah. Martabat pemerintah menurun maka
korupsi juga bertendensi turut membahayakan stabilitas politik.

3. Adanya kesenjangan di antara para pejabat untuk menerima gratifikasi dan


menyalahgunakan kekuasaan (abuse of power) yang mereka miliki, maka disiplin sosial
menjadi kendur sementara efisiensi akan merosot.

5. KOMENTAR DAN ANALISIS

Dari data di atas, bisa kita cermati dan analisis bahwa di Badan Pertanahan Nasionan ( BPN )
sebagai lembaga pemerintahan bisa menjadi tempat di mana terjadinya kasus korupsi gratifikasi contoh
kasus nya pada kasus Tri Nugroho yang diduga menerima uang senilai Rp 5,46 miliar. Selain itu, Tri
diduga melakukan pencucian uang senilai Rp 60 miliar,

Dari kasus di atas juga bisa kita ketahui bahwa tersangka Tri Nugroho telah melanggar
hukum menyimak Pasal 12 B Ayat (1) UU Korupsi Tahun 2001 di mana dari segi melihat unsur
unsur gratifikasi jelas melanggar karna pak tri nugroho bisa di sebut subjek hukum di mana tri
nugroho sebagai kepala pejabat BPN telah menyimpang dari tugasnya dan hanya memntingkan
keuntungan pribadi.

Dan dari di atas juga bisa menjadi contoh dampak daya rusaknya gratifikasi selain
merugikan Negara dan pihak lain bahkan sampai merugikan diri sendiri , apalagi sampai terjadi
kasus tri nugroho ini sampai bunuh diri .
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan :

Gratifikasi merupakan bagian dari korupsi yang pada pratiknya banyak terjadi di
lingkungan birokrasi oleh pegawai negeri atau penyelenggara negara. Dalam menjalankan tugas
dan kewenangannya banyak terjadi sogok menyogok atau suap yang dilakukan oleh seorang
kepada pegawai negeri atau penyelenggara negara demi memperlancar urusannya.

Dari data di atas, bisa kita cermati dan analisis bahwa di Badan Pertanahan Nasionan (
BPN ) sebagai lembaga pemerintahan bisa menjadi tempat di mana terjadinya kasus korupsi
gratifikasi contoh kasus nya pada kasus Tri Nugroho yang diduga menerima uang senilai Rp
5,46 miliar. Selain itu, Tri diduga melakukan pencucian uang senilai Rp 60 miliar,

Dari kasus di atas juga bisa kita ketahui bahwa tersangka Tri Nugroho telah melanggar
hukum menyimak Pasal 12 B Ayat (1) UU Korupsi Tahun 2001 di mana dari segi melihat unsur
unsur gratifikasi jelas melanggar karna pak tri nugroho bisa di sebut subjek hukum di mana tri
nugroho sebagai kepala pejabat BPN telah menyimpang dari tugasnya dan hanya memntingkan
keuntungan pribadi.

Dan dari di atas juga bisa menjadi contoh dampak daya rusaknya gratifikasi selain
merugikan Negara dan pihak lain bahkan sampai merugikan diri sendiri , apalagi sampai terjadi
kasus tri nugroho ini sampai bunuh diri .

DAFTAR PUSTAKA

1. berita : https://www.cnbcindonesia.com/news/20191129193332-4-119221/diduga-
terima-rp22-m-kpk-tetapkan-pejabat-bpn-jadi-tersangka

2. Hartati Evi. 2007. Tindak Pidana Korupsi. Edisi kedua. Jakarta: Sinar Grafika.

3. Makalah :https://ekazai.wordpress.com/makalahartikel-hukum/hukum-pidana/makalah-
gratifikasi/

4. Hamzah, Andi. 2006. Pemberantasan Korupsi Melalui Hukum Pidana Nasional dan
Internasional. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

5. Situmorang, Victor M. 1994. Tindak Pidana Pegawai Negeri Sipil. Jakarta: PT Rineka
Cipta.

Anda mungkin juga menyukai