Anda di halaman 1dari 22

BAB VII

DEMOKRASI INDONESIA

Sejak digulirkannya Reformasi tahun 1998, wacana, pemikiran dan gerakan


demokrasi terus berkembang. Demokrasi adalah sistem pemerintahan dari rakyat, oleh
rakyat, dan untuk rakyat. Sistem pemerintahan dari rakyat, dalam arti rakyat sebagai asal
mula kekuasaan negara, sehingga rakyat harus ikut serta dalam pemerintahan untuk
mewujudkan cita-citanya. Suatu pemerintahan dari rakyat, harus sesuai dengan filsafat
hidup rakyat negara tersebut. Bagi rakyat Indonesia filsafat hidup bangsa kita adalah
filsafat Pancasila dan inilah dasar filsafat Demokrasi Indonesia.

Hampir seluruh negara di dunia meyakini Demokrasi sebagai tolok ukur dari
keabsahan politik. Keyakinan bahwa kehendak rakyat adalah dasar utama kewenangan
Pemerintah menjadi landasan bagi tegaknya sistem politik demokrasi.

Pada saat ini hampir seluruh negara di dunia mengakui, bahwa sistem
pemerintahannya adalah Demokrasi. Hal ini menunjukkan bahwa rakyat diletakkan pada
posisi penting, walaupun secara operasional implikasinya di berbagai negara tidaklah
sama. Tidak ada satu negarapun yang ingin dikatakan bahwa negaranya adalah sebagai
negara yang tidak demokratis atau negara otoriter. Ada sejumlah faktor yang
memengaruhi pelaksanaan demokrasi di suatu negara, antara lain ideologi, latar belakang
sejarah, kondisi sosial budaya, tingkat kemajuan ekonomi dan lain sebagainya.

7.1 Hakikat Demokrasi


Kata Demokrasi dapat ditinjau dari dua pengertian, yaitu pengertian secara bahasa
atau etimologis dan pengertian secara istilah atau terminologis.

a. Pengertian secara Etimologis


Demokrasi berasal dari Bahasa Yunani, yaitu demos yang berarti rakyat dan
cratos yang berarti pemerintahan atau kekuasaan. Jadi secara bahasa demos dan
cratos bararti Pemerintahan Rakyat atau Kekuasaan Rakyat (Budi Yuliardi,2018).

90
Konsep Demokrasi lahir dari Yunani Kuno yang dipraktekkan dalam hidup
bernegara antara abad ke IV SM s/d abad ke VI M. Demokrasi yang dipraktekkan saat
itu adalah demokrasi langsung. Artinya, hak rakyat untuk membuat keputusan-
keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh rakyat atau warga negara.
Hal ini dapat dilakukan karena pada saat itu masih berupa negara kota yang
penduduknya hanya sekitar 100.000 (seratus ribu) orang saja, dan tidak seluruh warga
dapat ikut serta dalam pengambilan keputusan-keputusan, karena masih dikurangi
lagi, anak-anak dan wanita, serta para budak yang tidak berhak berpartisipasi dalam
pemerintahan. Pemerintahan di Yunani terdiri atas ratusan Polis. Polis adalah suatu
kesatuan masyarakat yang mampu mencukupi kebutuhan sendiri warganya. Karena
mandiri, Rajapun memberikan layanan informasi menyeluruh kepada segenap warga
Polis melalui Kurir Raja yang selalu bergegas dan berlari berkeliling ke seluruh Polis
untuk menyampaikan warta kerajaan secara berkala. Keadaan tersebut selain
merupakan demokrasi langsung, juga merupakan awal inspirasi olah raga dunia dan
saat ini dilestarikan menjadi Lari Marathon.

Namun, dengan semakin berkembangnya jumlah penduduk, demokrasi langsung


seperti diuraikan di atas, tidak mungkin lagi dapat dilaksanakan. Ada beberapa alasan
yang dapat dikemukakan, yaitu :

1) Tidak ada tempat yang dapat menampung jumlah warga yang cukup banyak
jumlahnya,

2) Untuk melakukan musyawarah dengan jumlah warga yang banyak, tidak


mungkin dapat dilaksanakan dengan baik,

3) Hasil persetujuan secara bulat dengan mufakat, sulit dicapai, karena sulit
memungut suara dari jumlah warga yang banyak, dan

4) Masalah yang dihadapi negara semakin kompleks dan rumit, sehingga


membutuhkan orang-orang yang secara khusus bekerja dalam penyelesaian
masalah.

Untuk menghindari kesulitan-kesulitan tersebut dan agar hak rakyat tetap sebagai
pemegang kedaulatan tertinggi, dibentuklah sebuah badan yang disebut Badan
Permusyawaratan Rakyat. Badan inilah yang menjalankan demokrasi. Namun pada

91
prinsipnya, rakyat tetap sebagai pemegang kekuasaan tertinggi, sehingga mulai
dikenal adanya istilah Demokrasi tidak langsung atau Demokrasi Perwakilan.

Jadi, demokrasi atas dasar penyaluran kehendak rakyat ada dua macam, yaitu :

1) Demokrasi langsung yaitu faham demokrasi yang mengikutsertakan setiap


warga negaranya dalam permusyawaratan untuk menentukan kebijakan
umum dan undang-undang, dan
2) Demokrasi tidak langsung adalah faham demokrasi yang dilaksanakan
melalui sistem perwakilan.

b. Pengertian secara Terminologis


Dari sudut terminologis, banyak definisi Demokrasi yang dikemukakan oleh para
ahli. Masing-masing memberikan definisi sesuai dengan sudut pandang yang
berbeda. Diantara sekian banyak definisi demokrasi, ada definisi yang sangat
popular, yaitu dari Abraham Lincoln pada tahun 1863 yang menyatakan Demokrasi
adalah Pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat (Government of the
people, by the people and for the people).

1) Pemerintahan dari Rakyat

Pemerintahan dari rakyat berarti pemerintahan negara tersebut mendapat


mandat dari rakyat untuk menyelenggarakan pemerintahan. Rakyat adalah
pemegang kedaulatan dan kekuasaan tertinggi dalam negara Demokrasi.
Apabila pemerintahan telah mendapat mandat dari rakyat untuk memimpin
penyelenggaraan bernegara, maka pemerintahan tersebut sah.

Seorang pemimpin seperti Presiden, Gubernur, Bupati / Walikota dan


pemimpin-pemimpin yang telah dipilih oleh rakyat secara langsung. Artinya,
mereka telah mendapat mandat secara sah dari rakyat.

2) Pemerintahan oleh Rakyat

Pemerintahan oleh rakyat berarti pemerintahan negara itu dijalankan oleh


rakyat, meskipun dalam prakteknya yang menjalankan penyelenggaraan
bernegara itu pemerintah. Tetapi orang-orang itu pada hakikatnya yang telah
dipilih dan mendapat mandat dari rakyat. Pemerintahan oleh rakyat berarti

92
pemerintahan negara itu diawasi oleh rakyat. Dalam negara Demokrasi,
pemerintahan oleh rakyat itu dijalankan oleh sekelompok orang yang disebut
Wakil Rakyat, sebab apabila semua rakyat menjalankan pemerintahan hal itu
tidak mungkin bisa dilakukan. Wakil Rakyat inilah yang akan memilih dan
menentukan Pemerintah Negara sekaligus yang akan mengawasi
penyelenggaraan pemerintahan. Rakyat secara tidak langsung melalui Wakil-
wakilnya membentuk pemerintahan dan mengawasi jalannya Pemerintahan.
Inilah yang disebut dengan istilah demokrasi tidak langsung.

3) Pemerintahan untuk Rakyat

Pemerintahan untuk rakyat berarti pemerintahan itu menghasilkan dan


menjalankan kebijakan-kebijakan yang ditujukan untuk kepentingan dan
kesejahteraan rakyat. Apabila kebijakan-kebijakan yang dihasilkan hanya
untuk kepentingan sekelompok orang/ golongan dan tidak berdasarkan
kepentingan dan kesejahteraan rakyat, maka pemerintahan itu bukan
pemerintahan demokratis. Oleh karena itu, dalam negara Demokratis,
Pemerintahan harus berusaha agar kebijakan-kebijakan yang dibuat, berasal
dari aspirasi rakyat dan demi kepentingan rakyat. Agar kebijakan-kebijakan itu
aspiratif dan demi kepentingan dan kesejahteraan rakyat, maka pemerintah
harus bertanggungjawab kepada rakyat dan diawasi oleh rakyat. Dalam
Demokrasi, kekuasaan pemerintahan di negara itu berada di tangan rakyat.
Rakyat adalah pemegang kekuasaan tertinggi. Pemerintahan yang
menempatkan rakyat sebagai pemegang kekuasaan tertinggi disebut
pemerintahan demokrasi. Pemerintahan demokrasi dapat dinyatakan juga
sebagai sistem pemerintahan yang berkedaulatan rakyat.

7.2 Prinsip-prinsip Demokrasi


1. Prinsip-prinsip Demokrasi Teori Pertama
Ada empat prinsip yang menandakan suatu negara atau lembaga di Indonesia
menerapkan demokrasi. Keempat prinsip yang dimaksud adalah Persamaan,
Menghargai Nilai-nilai Luhur Manusia, Menghormati Hak-hak Sipil dan Kebebasan,
dan Fair Play atau Permainan yang Adil.

93
Penjelasan dari keempat prinsip yang dimaksud diuraikan sebagai berikut :
a. Persamaan
Prinsip persamaan, setiap orang dianggap sama, tanpa dibeda-bedakan
dalam memperoleh akses dan kesempatan untuk mengembangkan diri sesuai
dengan potensi dirinya. Semua orang itu sama derajat dan hak-haknya, sehingga
harus diperlakukan sama. Layanan tidak ada keberpihakan, semua diberi
pelayanan sesuai dengan porsinya. Misalnya layanan di suatu lembaga telah
mengharuskan antri dengan baik dan dipanggil sesuai nomor urut, maka prinsip
persamaan sudah dilaksanakan. Contohnya adalah antrian di bank, puskesmas,
poliklinik, layanan di kantor BPJS, kantor Layanan Pajak dan sebagainya
cenderung terlaksana dengan baik (mudah, ramah, cepat) dan selesai dengan
tuntas.

b. Menghargai Nilai-nilai Luhur Manusia


Layanan ini sebagai cerminan negara menghargai nilai luhur manusia, misal
layanan di Mass Rapid Transit (MRT), Light Rapid Transit (LRT), Trans Jakarta
dan sebagainya yang menyiapkan kursi prioritas untuk mereka yang membawa
bayi, anak-anak, ibu hamil, mereka yang lanjut usia, mereka yang sakit dan
mereka yang berkebutuhan khusus. Diharapkan para penumpang yang masih
muda, kuat, sehat merelakan tempat duduknya bagi golongan yang di
prioritaskan.

c. Menghormati Hak Sipil dan Kebebasan


Kebebasan di negara demokrasi diutamakan. Apabila terjadi beda pendapat
maka hak sipil atau pendapat seseorang dihargai dan tidak memaksakan
keputusan dengan kekerasan, tidak mengutamakan militer bersenjata. Apabila
ada demonstrasi dari penduduk atau dari warga, maka tidak harus disikapi
pemerintah dengan kekerasan, atau militer tidak dikedepankan. Lebih
diutamakan adanya solusi secara persuasif dengan musyawarah untuk mufakat.
Contoh yang berlawanan adalah kejadian di lapangan Tiananmen (China)
dimana mahasiswa (sipil) akan memberikan saran dengan duduk rapi di lapangan
tersebut, namun disikapi oleh Pemerintah China yang diktator dengan menggilas
ratusan mahasiswa dengan kendaraan berat militer (James A.R Miles, 2000)

94
d. Fairplay atau Permainan yang Adil
Kalau tidak mau “dicubit” jangan “mencubit” . Ingat hukum sebab akibat,
misalnya :
1) Apabila ada illegal logging, maka balasannya adalah banjir besar.
2) Seseorang yang melakukan kecurangan, meski secara diam-diam, Allah
Maha Mengetahui. Maka suatu ketika perbuatan yang kurang baik akan
mendapat balasan berlipat ganda. Balasan tidak harus kepada yang
bersangkutan , namun bisa menimpa keluarga, orang tua atau keturunannya.
3) Seseorang yang melakukan kebaikan meski sedikit, maka akan dibalas
Allah berlipat ganda pula. Termasuk balasan kebaikan untuk orang tua,
lingkungan, keluarga dan keturunannya.

Demokrasi adalah perwujudan konsep Kedaulatan Rakyat.


Perwujudan lain dari konsep Kedaulatan Rakyat adalah pengawasan oleh
rakyat, karena demokrasi tidak mempercayai kebaikan hati para penguasa.
Betapapun niat baik penguasa, tetapi apabila mereka tidak menghiraukan
kontrol Rakyat, maka ada dua kemungkinan yang terjadi, yaitu :

1. Kebijakan yang dibuat pemerintah tidak sesuai dengan kebutuhan rakyat


dan lebih buruk lagi yaitu, kebijakan itu korup dan hanya demi
kepentingan para penguasa saja, dan
2. Demokrasi memiliki arti penting bagi masyarakat yang menggunakannya,
sebab dengan demokrasi hak masyarakat untuk menentukan sendiri
jalannya organisasi negara dijamin. Namun demikian implementasi
demokrasi di setiap negara tidaklah sama.

2. Prinsip-prinsip Demokrasi Teori ke Dua


a. Kebebasan atau Persamaan
Kebebasan dianggap sebagai sarana untuk mencapai kemajuan dengan
memberikan hasil maksimal dari usaha orang tanpa adanya pembatasan dari
penguasa. Demokrasi adalah sistem politik yang melindungi kebebasan warganya
sekaligus memberikan tugas kepada pemerintah untuk menjamin kebebasan
tersebut.
95
Persamaan merupakan sarana penting untuk kemajuan orang. Dengan prinsip
persamaan, setiap orang dianggap sama, tanpa dibeda-bedakan dalam memperoleh
akses dan kesempatan untuk mengembangkan diri sesuai dengan potemnsi dirinya.
Demokrasi berasumsi bahwa semua orang itu sama derajat dan hak-haknya,
sehingga harus diperlakukan sama.

b. Konsep Kedaulatan Rakyat


Pada hakikatnya kebijakan yang dibuat adalah kehendak / aspirasi rakyat dan untuk
kepentingan rakyat. Mekanisme ini untuk mengurangi penyalahgunaan kekuasaan
dan terjaminnya kepentingan rakyat dalam tugas-tugas pemerintahan. Perwujudan
lain dari konsep Kedaulatan Rakyat adalah pengawasan oleh rakyat, karena
demokrasi tidak mempercayai kebaikan hati para penguasa. Betapapun niat baik
penguasa, tetapi apabila mereka tidak menghiraukan kontrol/ kendali Rakyat, maka
ada dua kemungkinan buruk yang terjadi, yaitu : 1) Kebijakan yang dibuat
pemerintah tidak sesuai dengan kebutuhan rakyat dan lebih buruk lagi, dan 2)
kebijakan itu korup dan hanya demi kepentingan para penguasa saja.

Demokrasi memiliki arti penting bagi masyarakat yang menggunakannya, sebab


dengan demokrasi hak masyarakat untuk menentukan sendiri jalannya organisasi
negara dijamin. Namun demikian, implementasi demokrasi di setiap negara
tidaklah sama.

7.3 Demokrasi sebagai Suatu Sistem Politik


Saat ini demokrasi dipahami tidak hanya sebagai suatu bentuk pemerintahan tetapi
juga sebagai suatu sistem politik yang cakupannya lebih luas. Henry B.Mayo, dalam
Kaelan (2010), menyatakan bahwa Demokrasi sebagai sistem politik, merupakan suatu
sistem yang menunjukkan bahwa kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh
wakil-wakil yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan secara berkala yang
didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya
kebebasan politik. Dikatakan bahwa sistem politik sebagai demokratis, sejauh para
pembuat keputusan kolektif yang paling kuat dalam sistem itu dipilih melalui pemilihan

96
umum yang adil, jujur dan secara berkala. Dalam sistem ini para calon bebas bersaing
untuk memperoleh suara dan semua penduduk dewasa berhak memberikan suaranya.

Sistem politik dewasa ini dibedakan menjadi dua, yaitu sistem politik demokrasi
dan sistem politik non demokrasi. Dalam sistem politik demokrasi, pemerintahan
melaksanakan sistem demokrasi sedangkan yang termasuk ke dalam sistem politik non
demokrasi adalah pemerintahan yang Otoriter, Totaliter, Diktator, Rezim Militer,
Monarki Absolut dan Komunis. Jadi, secara umum dapat dikatakan bahwa prinsip
kediktatoran adalah lawan dari prinsip demokrasi.

Sukarna, dalam Kaelan (2016), menyampaikan gagasan tentang prinsip Sistem Politik
Demokrasi sebagai berikut :
a. Pembagian kekuasaan Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif merupakan badan yang
berbeda (tidak berada dalam satu badan),
b. Bentuk Pemerintahan Konstitusional,
c. Pemerintahan berdasar atas hukum,
d. Pemerintahan mayoritas,
e. Musyawarah untuk mufakat,
f. Pemilihan umum yang bebas, jujur dan adil,
g. Multi partai,
h. Manajemen terbuka,
i. Kebebasan pers,
j. Pengakuan terhadap minoritas,
k. Pengakuan terhadap Hak Asasi Manusia,
l. Peradilan yang bebas dan tidak memihak,
m. Pengawasan terhadap administrasi negara,
n. Kebijakan pemerintah dibuat oleh badan perwakilan,
o. Jaminan atas kebebasan individu dalam batas-batas tertentu,
p. Konstitusi / UUD, dan
q. Penyelesaian masalah secara damai dan musyawarah bukan dengan kompromi.

Kebalikan dari prinsip demokrasi adalah prinsip kediktatoran yang berlaku dalam
sistem politik otoriter/ totaliter (prinsip non demokrasi). Ciri-ciri prinsip ini adalah :

97
a. Pemusatan kekuasaan : Lembaga Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif menjadi satu,
yang dilaksanakan oleh satu Lembaga,
b. Pemerintahan tidak berdasarkan konstitusi tetapi berdasarkan kekuasaan,
c. Prinsip negara kekuasaan ditandai dengan supremasi kekuasaan dan ketidaksamaan
di depan hukum,
d. Pembentukan pemerintahan tidak atas dasar musyawarah, akan tetapi melalui
dekrit,
e. Pemilihan umum tidak bebas, tidak demokratis. Pemilihan umum dilaksanakan
hanya untuk memperkuat keabsahan penguasa atau pemerintah negara,
f. Terdapat hanya satu partai (partai yang memonopoli kekuasaan),
g. Manajemen tertutup,
h. Menekan dan tidak mengakui hak minoritas,
i. Tidak adanya kebebasan berpendapat, baik secara individu maupun kelembagaan,
j. Tidak ada perlindungan terhadap hak asasi manusia,
k. Badan peradilan dapat diintervensi oleh penguasa,
l. Tidak ada kontrol terhadap administrasi maupun birokrasi,
m. Menggunakan kekerasan dalam penyelesaian masalah,
n. Banyak doktrin, dan
o. Tidak ada kebebasaan mengeluarkan pendapat, yang ada hanya rasa takut kepada
penguasa.

7.4 Demokrasi sebagai Sikap Hidup


Perkembangan saat ini menunjukkan bahwa demokrasi tidak hanya dipahami
sebagai bentuk pemerintahan dan sistem politik saja. Akan tetapi, demokrasi juga berarti
sebagai sikap hidup atau pandangan hidup yang demokratis. Pemerintahan atau sistem
politik demokrasi tidak mungkin akan dapat tumbuh dan berkembang dengan sendirinya,
akan tetapi dibutuhkan usaha nyata dari setiap warga negara maupun penyelenggara
negara untuk berperilaku demokratis dalam mendukung pemerintahan atau sistem politik
demokrasi. Perilaku demokratis terkait dengan nilai-nilai demokrasi, yaitu perilaku yang
senantiasa berlandaskan nilai-nilai demokrasi.

Menjadi demokratis membutuhkan norma dan rujukan praktis dari negara-negara


yang telah maju dalam berdemokrasi. Menurut cendekiawan muslim Nurcholis Madjid

98
pandangan hidup demokratis dapat bersandar pada bahan-bahan yang telah berkembang,
baik secara teoretis maupun pengalaman praktis di negara-negara yang demokrasinya
telah mapan. Ada enam norma atau unsur pokok yang dibutuhkan oleh masyarakat yang
demokratis (A.Ubaedillah dan Abdul Rozak, 2010).

Keenam Unsur Pokok tersebut diuraikan sebagai berikut :

Pertama adalah kesadaran akan pluralisme. Kesadaran akan kemajemukan


menghendaki tanggapan dan sikap positif terhadap kemajemukan secara aktif.
Pengakuan akan kenyataan perbedaan harus diwujudkan dalam sikap dan perilaku
menghargai dan menghormati beragam pandangan sikap orang dan kelompok lain
sebagai bagian dari kewajiban warga negara dan negara untuk menjaga dan melindungi
hak orang/kelompok lain untuk diakui keberadaannya.

Kedua adalah musyawarah. Makna dan semangat musyawarah , mengharuskan adanya


keinsyafan dan kedewasaan warga negara untuk secara tulus menerima kemungkinan
untuk melakukan negosiasi dan kompromi-kompromi sosial dan politik secara damai dan
bebas dalam setiap keputusan bersama. Semangat musyawarah menuntut agar setiap
orang menerima kemungkinan terjadinya “partial functioning of ideals” yaitu pandangan
dasar bahwa belum tentu dan tidak harus, seluruh keinginan atau pikiran seseorang /
kelompok akan diterima dan dilaksanakan sepenuhnya. Konsekuensi dan prinsip ini
adalah tidak memaksakan kehendak atau kesediaan untuk menerima pandangan/pendapat
yang berbeda melalui jalan musyawarah secara aman dan damai.

Ketiga adalah cara harus sejalan dengan tujuan. Norma ini menekankan bahwa hidup
demokratis mewajibkan adanya keyakinan bahwa cara harus sejalan dengan tujuan.
Demokrasi pada hakikatnya tidak hanya sebatas pelaksanaan prosedur-prosedur
demokrasi saja (pemilu, aturan-aturan main) tetapi harus dilakukan secara santun dan
beradab, yakni melalui proses demokrasi yang dilakukan tanpa paksaan, tekanan dan
ancaman dari dan oleh siapapun, akan tetapi dilakukan secara suka rela, dialogis dan
saling menguntungkan.

Keempat adalah norma kejujuran dalam permufakatan. Suasana masyarakat


demokratis dituntut untuk menguasai dan menjalankan seni permusyawaratan yang jujur
dan sehat untuk mencapai kesepakatasn yang memberi keuntungan bagi semua pihak
(win-win solution) Karena itu faktor ketulusan dalam upaya bersama merupakan hal yang
99
sangat penting dalam membangun tradisi demokrasi. Musyawarah yang baik dan benar
hanya akan berlangsung jika masing-masing pribadi atau kelompok memiliki pandangan
positif terhadap perbedaan pendapat dengan orang lain.

Kelima adalah kebebasan nurani, persamaan hak dan kewajiban. Pengakuan akan
kebebasan nurani (freedom of conscience), persamaan hak dan kewajiban bagi semua
(egalitarianism) merupakan norma demokrasi yang harus diintegrasikan dengan sikap
percaya pada itikad baik orang dan kelompok lain. (trust attitude). Norma ini akan
berkembang dengan baik apabila ditopang oleh pandangan positif dan optimis terhadap
sesama. Sebaliknya pandangan negatif dan pesimis terhadap manusia dengan mudah
akan melahirkan sikap dan perilaku curiga dan tidak percaya kepada orang lain. Sikap
dan perilaku ini akan sangat berpotensi melahirkan sikap enggan untuk saling terbuka,
saling berbagi untuk kemaslahatan bersama atau untuk melakukan kompromi dengan
pihak yang berbeda pandangan/pendapat.

Keenam adalah trial and error (coba-coba) dalam berdemokrasi. Demokrasi


bukanlah sesuatu yang sudah selesai dan siap untuk dilakukan. Akan tetapi demokrasi
merupakan sebuah proses tanpa henti. Dalam kondisi seperti ini maka demokrasi
membutuhkan percobaan-percobaan dan kesediaan semua pihak untuk menerima
kemungkinan ketidakpastian, ketidaktepatan, atau kesalahan dalam praktek
berdemokrasi.

Untuk meminimalkan unsur-unsur negatif, partisipasi warga negara mutlak


diperlukan. Namun demokrasipun membutuhkan ketegasan dan dukungan pemerintah
untuk menjaga dan mengembangkan demokrasi. Contohnya adalah Pemerintah harus
bisa tegas terhadap mereka yang bertindak anarkis terhadap warga negara lainnya.

Dalam negara demokrasi alat keamanan negara adalah satu-satunya aparat hukum
yang berwenang atas ketertiban umum. Demokrasi tidak datang, tumbuh dan
berkembang dengan sendirinya, akan tetapi perlu ditanamkan, difahami dan dilaksanakan
dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal ini berarti bahwa sikap
dan perilaku demokrasi itu harus menjadi pola dan pandangan hidup warganegaranya
dalam kehidupan sehari-hari.

100
7.5 Demokratisasi
Selain kata demokrasi. Dikenal juga istilah demokratisasi, yang berarti penerapan
kaidah-kaidah, aturan-aturan atau prinsip-prinsip demokrasi dalam setiap kegiatan politik
kenegaraan. Tujuan demokratisasi adalah terbentuknya kehidupan politik yang bercirikan
demokrasi. Pengertian demokratisasi merujuk pada proses perubahan menuju pada
sistem pemerintahan yang lebih demokratis.
a. Tahapan dalam Proses Demokratisasi
Ada empat tahap proses demokrasi, yaitu :

1) Tahap pertama adalah pergantian dari penguasa non demokratis ke penguasa


demokratis,

2) Tahap kedua adalah pembentukan lenbaga-lembaga demokrasi dan tertib politik


demokrasi,

3) Tahap ketiga adalah konsolidasi politik demokrasi, dan

4) Tahap keempat adalah praktik demokrasi sebagai budaya politik demokrasi.

Selanjutnya menurut Samuel Huntington, dalam Kaelan (2016), proses demokratisasi


itu melalui tiga tahapan penting, yaitu :

1) Pengakhiran rezim non demokratis,

2) Pengukuhan rezim demokratis, dan

3) Konsolidasi rezim demokratis.

b. Ciri-ciri Demokratisasi
Ciri-ciri demokrasi ada tiga, yaitu :

1) Berlangsung secara evolusioner, bertahap dan membutuhkan waktu yang cukup


lama,

2) Proses perubahan secara persuasif, karena demokratisasi bukan paksaan,


kekerasan atau dengan tekanan. Prosesnya melalui musyawarah dengan
melibatkan seluruh warga negara. Sikap pemaksaan, kekerasan dan perusakan
bukan merupakan sikap dan perilaku yang demokratis, dan

101
3) Proses yang tidak pernah selesai. Demokratisasi merupakan proses yang
berlangsung terus menerus bersinambungan.

7.6 Nilai-nilai (Kultur) Demokrasi Menurut para Ahli :


Ada sejumlah ahli yang menyampaikan nilai-nilai demokrasi. Berikut adalah pendapat-
pendapat ahli yang dimaksud.

1. Henry B.Mayo menyatakan ada delapan nilai demokrasi, yaitu :

a. Menyelesaikan pertikaian secara damai dan sukarela,


b. Menjamin terjadinya perubahan secara damai dalam masyarakat yang selalu
berubah,
c. Pergantian penguasa dengan teratur,
d. Sesedikit mungkin menggunakan paksaan,
e. Pengakuan dan penghormatan terhadap keberagaman,
f. Penegakan keadilan,
g. Memajukan ilmu pengetahuan, dan
h. Pengakuan dan penghormatan terhadap kebebasan.

2. Zamroni menyatakan bahwa kultur demokrasi terdiri atas hal-hal berikut :

a. Toleransi,
b. Kebebasan mengemukakan pendapat,
c. Menghormati perbedaan,
d. Memahami keanekaragaman dalam masyarakat,
e. Terbuka dan komunikasi,
f. Menjunjung nilai dan martabat kemanusiaan,
g. Percaya diri,
h. Mandiri,
i. Saling menghargai,
j. Mampu mengekang diri,
k. Kebersamaan, dan
l. Keseimbangan.

102
3. Nucholis Madjid menyatakan ada tujuh norma atau pandangan hidup demokratis,
yaitu :

a. Kesadaran akan pluralisme,


b. Prinsip musyawarah,
c. Adanya pertimbangan moral,
d. Permufakatan yang jujur dan adil,
e. Pemenuhan segi-segi ekonomi,
f. Kerjasama antar warga, dan
g. Pandangan hidup demokrasi sebagai unsur yang menyatu dengan sistem
Pendidikan.

Masih banyak lagi pendapat para pakar tentang budaya (kultur) demokratisasi
sesuai dengan para ahli dan sudut pandang masing-masing. Namun, di pahami bahwa
nilai-nilai yang terkandung dalam demokrasi harus menjadi sikap dan perilaku serta
budaya yang dimiliki serta dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

7.7 Perkembangan Demokrasi di Indonesia


Sejalan dengan berkembangnya pengertian dan paham serta asas demokrasi yang
dianut oleh suatu negara, maka dalam perkembangannya saat ini, demokrasi tidak hanya
meliputi bidang pemerintahan saja, tetapi juga meliputi bidang-bidang ekonomi, sosial
budaya dan pertahanan/keamanan.

Indonesia pernah menggunakan istilah Demokrasi Terpimpin yang makna


sesungguhnya (semula) dimaksudkan sebagai demokrasi sesuai dengan sila-sila yang ada
dalam Pancasila. Namun, dalam pelaksanaannya terjadi penyimpangan dan
penyelewengan terhadap Pancasila dan UUD 1945 yang berakibat terjadi stagnasi dalam
menjalankan demokrasi atau pemerintahan yaitu diwarnai adanya kultus individu
terhadap pemimpin negara serta tidak berfungsinya DPR/MPR seperti diamanatkan oleh
UUD 1945. Puncaknya adalah terjadinya tragedi G-30S-PKI pada tanggal 30 September
1965.

103
Sejalan dengan perkembangan jaman, dengan lahirnya apa yang dikenal dengan
sebutan Orde Baru di tahun 1966. Demokrasi Terpimpin mulai ditinggalkan dan diganti
dengan istilah Demokrasi Pancasila. Ini sesuai dengan tekad Orde Baru untuk
melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen.
Dengan tumbangnya pemerintahan Orde Baru dan digantikan dengan Orde
Reformasi pada tahun 1998, dapat diungkap bahwa semboyan Orde Baru, hanyalah
semboyan politik saja. Mengapa dapat dinyatakan demikian? karena dalam praktiknya
tidak bermuara pada pemberdayaan kedaulatan rakyat, melainkan diarahkan demi
memperkuat kedudukan dan melindungi kepentingan-kepentingan segelintir pejabat atau
penguasa saja.

a. Demokrasi Pancasila.
Demokrasi Pancasila adalah paham demokrasi yang dijiwai dan disemangati
oleh sila-sila Pancasila. Paham Demokrasi Pancasila bersumber pada kepribadian
bangsa dan falsafah hidup bangsa Indonesia yang diwujudkan dalam ketentuan-
ketentuan sesuai dengan misi dan makna Pembukaan dan Batang Tubuh UUD 1945
yang dijabarkan kedalam segenap ketentuan dan peraturan perundang-undangan
pelaksanaannya.

Dasar dari Demokrasi Pancasila adalah Kedaulatan Rakyat sebagaimana


dimaksud dalam Pembukaan UUD 1945 yang berbunyi : “…Kedaulatan adalah
ditangan Rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar”. Asasnya
tercantum dalam sila ke empat yang berbunyi “Kerakyatan yang dipimpin oleh
hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan”.

Berdasarkan asas tersebut, rakyat ditempatkan sebagai subjek demokrasi.


Artinya, rakyat (keseluruhan) berhak ikut serta secara aktif menentukan keinginan-
keinginannya dengan berperanserta secara aktif untuk mencapai tujuan nasional,
memilih wakil-wakilnya yang akan duduk di DPR dan menentukan Pimpinan
Nasional yang akan memimpin rakyat dalam upaya pencapaian tujuan nasional
tersebut.

104
Demokrasi sebagai sebuah sistem pemerintahan dari rakyat. Dalam hal ini
rakyat sebagai asal mula kekuasaan negara sehingga rakyat harus ikut serta dalam
pemerintahan untuk mewujudkan cita-citanya.

Suatu pemerintahan dari rakyat, harus sesuai dengan falsafah hidup rakyatnya
dan falsafah hidup rakyat Indonesia adalah Pancasila. Inilah yang menjadi dasar
falsafah demokrasi di Indonesia. Demokrasi di Indonesia tertuang dalam UUD 1945.
Selain mengakui adanya kebebasan dan persamaan hak demokrasi juga mengakui
adanya perbedaan serta keanekaragaman, mengingat Indonesia adalah Bhineka
Tunggal Ika, berdasar pada moral Persatuan, Ketuhanan dan Kemanusiaan yang adil
dan beradab.

Secara filosofis, Demokrasi Indonesia mendasarkan rakyat sebagai asal mula


kekuasaan negara dan sekaligus sebagai tujuan kekuasaan negara. Rakyat merupakan
penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai mahluk individu dan sekaligus sebagai
mahluk sosial. Oleh karena itu, dalam pengertian demokrasi, kebebasan individu
harus diletakkan dalam kerangka tujuan bersama, bukan hanya mendasarkan pada
kebebasan individu dan juga bukan pada demokrasi kelas. Kebebasan individu yang
diletakkan demi tujuan kesejahteraan bersama ini, menurut para pendiri negara
disebut sebagai asas kebersamaan, asas kekeluargaan akan tetapi bukan nepotisme.
Secara umum dalam sistem pemerintahan yang demokratis, mengandung unsur-unsur
yang dianggap paling penting dan mendasar, yaitu :
a. Keterlibatan warganegara dalam pembuatan keputusan-keputusan politik,
b. Tingkat persamaan tertentu di antara warganegara,
c. Tingkat kebebasan atau kemerdekaan tertentu yang diakui dan digunakan oleh
warganegara,
d. Suatu sistem perwakilan, dan
e. Suatu sistem pemilihan kekuasaan mayoritas.

Berdasarkan unsur-unsur tersebut, ciri sistem demokrasi adalah ide bahwa


warganegara harus terlibat dalam bidang pembuatan keputusan-keputusan politik,
baik secara langsung maupun tidak langsung melalui wakil-wakil pilihan mereka.
Ciri lain yang tidak boleh diabaikan adalah adanya keterlibatan atau partisipasi

105
warga negara baik langsung maupun tidak langsung dalam proses pemerintahan
negara. Dalam kehidupan kenegaraan yang menganut sistem demokrasi, akan selalu
ditemui adanya Supra Struktur Politik dan Infra Struktur Politik sebagai komponen
tegaknya demokrasi.

Supra Struktur Politik, meliputi Lembaga-lembaga negara seperti Lembaga


Eksekutif, Legislatif dan Yudikatif. Di Indonesia Lembaga-lembaga negara atau alat
perlengkapan negara, berdasarkan UUD 1945, terdiri atas :
a. Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR),
b. Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
c. Presiden dan Wakil Presiden,
d. Mahkamah Agung, dan
e. Badan Pemeriksa Keuangan.

Adapun Infra Struktur Politik suatu negara terdiri atas komponen-komponen


berikut :
a. Partai politik,
b. Golongan-golongan (yang tidak berdasarkan hasil Pemilu),
c. Golongan Penekan (LSM, Mahasiswa, Buruh dan lain-lain),
d. Alat-alat Komunikasi Politik (organisasi di bawah partai politik), dan
e. Tokoh-tokoh Politik, Agama, Budayawan dan lain-lain.

Dalam sistem demokrasi, mekanisme interaksi antara Supra Struktur dan


Infra Struktur politik, dapat dilihat dalam proses pembentukan kebijakan umum
atau proses menetapkan keputusan politik. Di Indonesia, baik Pemerintah maupun
DPR memiliki kekuasaan untuk membentuk Undang-Undang, akan tetapi harus
dibahas dan disetujui bersama. Artinya, adanya keseimbangan antara prakarsa
pemerintah dan partisipasi aktif rakyat atau warganegara dalam hal pengambilan
keputusan politik.

106
b. Ketentuan-ketentuan yang Berkaitan dengan Demokrasi Menurut UUD 1945
Hasil Amandemen 1999 – 2002
1) Konsep Kekuasaan
Kekuasaan ditangan Rakyat : Alinea IV Pembukaan UUD 1945 “…maka
disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu, dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat…”

Pokok pikiran ketiga dalam Pembukaan UUD 1945 “…negara yang


berkedaulatan rakyat berdasarkan atas kerakyatan dan permusyawaratan
perwakilan...”

UUD 1945 pasal 1 ayat (2) “…kedaulatan adalah di tangan rakyat dan
dilakukan menurut Undang-Undang Dasar…”. Berdasarkan ketentuan tersebut
dikemukakan bahwa dalam negara Republik Indonesia pemegang kekuasaan
tertinggi atau kedaulatan tertinggi adalah di tangan rakyat dan realisasinya
diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara. Perlu diketahui bahwa sebelum
Amandemen UUD 1945 dilakukan, pasal ini berbunyi “…kekuasaan tertinggi
dilakukan oleh MPR”.

2) Pembagian Kekuasaan
Pembagian Kekuasaan sebagaimana tercantum dalam UUD 1945, adalah :
a. Kekuasaan Eksekutif didelegasikan kepada Presiden, pasal 4 ayat (1),
b. Kekuasaan Legislatif didelegasikan kepada Presiden, DPRdan DPD, pasal 5
ayat (1), pasal 19 dan pasal 22,
c. Kekuasaan Yudikatif didelegasikan kepada Mahkamah Agung pasal 24
ayat (1), dan
d. Kekuasaan Inspektif atau Pengawasan didelegasikan kepada Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) dan DPR, pasal 20 a ayat (1), DPR melakukan
pengawasan terhadap Presiden selaku penguasa Eksekutif.

Hasil Amandemen UUD 1945 menghapuskan Lembaga Dewan Pertimbangan


Agung (DPA) sebagai pemegang kekuasaan Konsultatif, karena fungsinya

107
dianggap tidak jelas. Pada dasarnya Presiden selaku pemegang kekuasaan
Eksekutif membentuk kelompok penasehat Presiden sesuai dengan kebutuhan.

3) Pembatasan Kekuasaan
Pembatasan kekuasaan menurut UUD 1945, melalui proses atau mekanisme
lima tahunan. Hal ini dapat dilihat dalam :

Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 “…Kedaulatan di tangan rakyat…” Kedaulatan


politik rakyat dilaksanakan melalui Pemilu untuk membentuk DPR dan MPR
setiap 5 (lima) tahun sekali.

MPR memiliki kekuasaan melakukan perubahan UUD, melantik Presiden dan


Wakil Presiden, serta dapat memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden atas
usul DPR apabila memang benar-benar melanggar hukum, seperti
Penghianatan terhadap Negara, Korupsi, Penyuapan, Tindak Pidana
Berat, Perbuatan Tercela dan Tidak Lagi Memenuhi Persyaratan, dengan
mekanisme :

Usul pemberhentian dapat diajukan oleh DPR kepada MPR dengan


terlebih dahulu mengajukan permintaan kepada Mahkamah Konstitusi
yang akan memeriksa, mengadili dan memutuskan, apakah benar
Presiden dan atau Wakil Presiden telah melakukan pelanggaran hukum
berat.

Pasal 7 menyatakan “…Presiden dan Wakil Presiden memegang jabatan selama


5 (lima) tahun dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama,
hanya untuk satu kali masa jabatan”.

Pasal 20a ayat (1) berbunyi “…DPR memiliki fungsi pengawasan…” Artinya,
DPR melakukan pengawasan terhadap jalannya pemerintahan yang dijalankan
oleh Presiden dalam jangka waktu 5 tahun”.

108
4) Konsep Pengambilan Keputusan.
Konsep Pengambilan Keputusan dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Penjelasan UUD 1945 tentang Pokok Pikiran III “…Oleh karena itu, sistem
negara yang terbentuk dalam UUD 1945 harus berdasar atas kedaulatan
rakyat dan berdasar atas permusyawaratan perwakilan…”.
b. Keputusan MPR ditetapkan dengan suara terbanyak.
c. Hal ini berarti bahwa keputusan didasarkan pada suatu musyawarah sebagai
asasnya. Artinya keputusan diambil sejauh mungkin diusahakan dengan
musyawarah untuk mencapai mufakat. Namun demikian, apabila mufakat
itu tidak tercapai, maka dimungkinkan pengambilan keputusan berdasarkan
suara terbanyak.

5) Konsep Partisipasi
Konsep Partisipasi diuraikan dalam tiga pasal, yaitu :
a. Pasal 27 ayat (1) UUD 1945 berbunyi “…Segala warga negara bersamaan
kedudukannya di dalam hukum dan pemerintahan dan wajib menjunjung
hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada kecualinya”.
b. Pasal 28 UUD 1945 berbunyi “…Kemerdekaan berserikat dan berkumpul,
mengeluarkan pikiran dengan lisan dan tulisan dan sebagainya ditetapkan
dengan undang-undang”, dan
c. Pasal 30 ayat (1) UUD 1945 berbunyi “...Tiap-tiap warganegara berhak
dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara”.

6) Konsep Pengawasan
Uraian atas konsep pengawasan dapat diuraikan sebagai berikut :
a. Pasal 1 ayat (2) UUD 1945 … Kedaulatan adalah ditangan rakyat dan
dilakukan menurut Undang-undang Dasar, artinya : Rakyat memiliki
kekuasaan tertinggi namun dilaksanakan dan didistribusikan berdasarkan
UUD. Sebelum Amandemen, kekuasaan tertinggi adalah MPR, sebagai
penjelmaan kekuasaan rakyat. Dengan adanya Amandemen, kekuasaan
MPR menjadi terbatas yaitu, hanya : mengubah UUD, melantik Presiden
dan Wakil Presiden dan memberhentikan Presiden dan atau Wakil Presiden
sesuai masa jabatannya atau apabila melanggar UUD.

109
b. Anggota MPR dipilih melalui Pemilu berarti, setiap anggota MPR juga
menjadi anggota DPR, yang mengawasi tindakan-tindakan Presiden.

7) Sistem Pemerintahan Negara menurut UUD 1945 Hasil Amandemen.


Menurut UUD 1945 hasil Amandemen, Indonesia adalah Negara yang
berdasarkan atas hukum dan bukan berdasar atas kekuasaan belaka, artinya
segala tindakan harus berdasarkan atas hukum dan harus dapat
dipertanggungjawabkan secara hukum. Pengertian negara hukum, baik dalam
arti fomal, yang melindungi seluruh warga dan seluruh tumpah darah, juga
berarti negara hukum material, yaitu negara harus bertanggungjawab atas
kesejahteraan dan kecerdasan seluruh warganya.

Ciri Negara Hukum adalah adanya Pengakuan dan perlindungan hak-hak asasi
yang mengandung persamaan dalam bidang politik, hukum, sosial, ekonomi
dan kebudayaan. Peradilan yang bebas dari pengaruh kekuasaan atau kekuatan
lain dan tidak memihak. Jaminan kepastian hukum, yaitu jaminan bahwa
ketentuan hukumnya dapat difahami, dapat dilaksanakan dan aman dalam
melaksanakannya.

Sistem Konstitusional. Pemerintahan berdasarkan pada sistem konstitusi


(hukum dasar) tidak bersifat absolut. Sistem ini memberikan penegasan bahwa
cara pengendalian pemerintahan dibatasi oleh ketentuan-ketentuan konstitusi,
yang berarti ketentuan-ketentuan hukum sebagai produk konstitusional, seperti
Ketetapan MPR, UU dan lain-lain.Kekuasaan negara yang tertinggi di tangan
rakyat dan dilaksanakan berdasarkan Undang-undang Dasar.. Baik Presiden
maupun anggota MPR dipilih oleh rakyat dalam Pemilu yang dilaksanakan
setiap 5 tahunan. Presiden ialah Penyelenggara Pemerintahan Negara yang
tertinggi disamping MPR dan DPR.

Presiden tidak bertanggungjawab kepada DPR. Artinya, segala tindakan


Presiden harus mendapatkan persetujuan DPR, karena DPR mempunyai fungsi
pengawasan. Kedudukan Presiden tidak tergantung kepada DPR. Menteri

110
Negara ialah Pembantu Presiden, Menteri Negara tidak bertanggungjawab
kepada DPR, tetapi kepada Presiden.

Kekuasaan Kepala Negara tidak tak terbatas. Artinya, Presiden dan Wakil
Presiden dipilih oleh rakyat secara langsung. Dengan demikian, dalam sistem
kelembagaan negara, Presiden tidak lagi merupakan Mandataris MPR, bahkan
sejajar dengan DPR dan MPR. Namun demikian, apabila Presiden melanggar
UUD maupun UU, maka MPR dapat melakukan impeachment, atas usul DPR.

Meskipun Kepala Negara tidak bertanggungjawab kepada DPR, negara


bukan diktator (kekuasaannya tidak tak terbatas). Presiden tidak dapat
membubarkan DPR maupun MPR, Presidenpun harus memperhatikan dengan
sungguh-sungguh suara DPR. Jadi dalam sistem ini kebijakan atau tindakan
Presiden dibatasi dengan adanya pengawasan yang efektif dari DPR.

111

Anda mungkin juga menyukai