Anda di halaman 1dari 9

Tugas MK Hukum Pembuktian Tahap pertama

Nama : Anjas Prima Wijaya

NPM : 1974201058

1.Sebutkan dasar hukum pembuktian perkara pidana

A. Sistem Pembuktian dalam Proses Persidangan pada Perkara Tindak Pidana. Bahwa pada
dasarnya sistem pembuktian adalah pengaturan tentang macam-macam alat bukti yang boleh
dipergunakan, penguraian alat bukti, dan dengan cara-cara bagaimana alat-alat bukti itu
dipergunakan serta dengan cara bagaimana haim harus membentuk keyakinannya di depan
sidang pengadilan.

B. Alat bukti dalam proses pembuktian pada perkara tindak pidana.

Berdasarkan teori pembuktian undang undang secara negatif, keputusan para hakim dalam suatu
perkara harus didasarkan keyakinan hakim sendiri serta dua dari lima alat bukti. Pasal 183
KUHAP berbunyi sebagai berikut: pidana kepada seorang, kecuali apabila dengan sekurang-
kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-
benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah Sesuai dengan ketentuan pasal 184 Ayat (1)
KUHAP, UU menentukan 5 (lima) jenis alat bukti yang sah, diluar ini tidak dapat dipergunakan
sebagai alat bukti yang sah. Jika ketentuan pasal 183 KUHAP dihubungkan dengan jenis alat
bukti itu terdakwa dapat dijatuhi hukuman pidana, apabila kesalahan dapat dibuktikan paling
sedikit dua 2 (dua) jenis alat bukti yang disebut dalam pasal 184 Ayat (1) KUHAP. Bahwa dari 5
(lima) alat bukti dimaksud dapat penulis uraiankan urgensinya masing-masing sebagai berikut:

a. keterangan saksi
b. keterangan ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. keterangan terdakwa

P.A.F Lamintang menyatakan bahwa sistam pembuktian dalam KUHAP, disebut2 :

1. Wettelijk atau menurut undang-undang karena untuk pembuktian undangundanglah yang


menentukan tentang jenis dan banyaknya alat bukti yang harus ada.

2. Negatief, karena adanya jenis-jenis dan banyaknya alat-alat bukti yang ditentukan oleh
undang-undang itu belum dapat membuat hakim harus menjatuhkan putusan pidana bagi seorang
terdakwa apabila jenis-jenis dan banyaknya alat-alat bukti itu belum dapat menimbulkan
keyakinan pada dirinya bahwa suatu tindak pidana itu benar-benar telah terjadi dan bahwa
terdakwa telah bersalah melakukan tindak pidana tersebut.

2. Berikan penjelasan tentang KUHAP menganut Pembuktian Negatif


Jawaaban :

Hakim dalam memutuskan suatu perkara didasarkan pada alat bukti yang telah ditentukan
oleh Undang-undang dan keyakinan (Nurani) hakim itu sendiri. Yang pada prinsipnya, system
pembuktian menurut undang-undang secara negative menentukan bahwa hakim hanya boleh
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa apabila alat bukti tersebut secara limitative ditentukan
oleh undangundnag dan didukung pula oleh adanya keyakinan hakim terhadap eksistensinya
alat-alat bukti tersebut. Didalam pembuktian apakah tedakwa bersalah atau tidak dalam suatu
perkara pidana, menurut Lilik Mulyadi KUHAP di Indonesia menganut system pembuktian
menurut undang-undang secara negatif. Dalam system pembuktian menurut undang-undang
secara negative (negatief wettelijke bewijs theorie) terdapat unsur dominan berupa sekurng-
kurangnya dua alat bukti,

sedangkan unsur keyakinan hakim hanya merupakan unsur pelengkap. Jadi dalam
menentukan orang bersalah atau tidak bagi yang didakwa, haruslah kesalahannya dapat
dibuktikan paling sedikit dengan dua alat bukti seperti yang tertuang di dalam KUHAP Pasal 183
“hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-
kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-
benar terjadi dan terdakwalah yang bersalah melakukannya”. Menurut Yahya Harahap hanya alat
bukti yang mencapai batas minimal yang memiliki nilai kekuatan pembuktian untuk
membuktikan kesalahan terdakwa. Apabila alat bukti tidak mencapai sekurang-kurangnya dua
alat bukti yang sah dalam KUHAP, maka pelanggaran itu dengan sendirinya menyampingkan
“Standar Beyond a reasonable doubt” (patokan penerapan standar terbukti secara sah dan
meyakinkan), dan pemidanaan yang dijatuhkan adalah dapat dianggap sebagai bentuk
kesewenang-wenangan. Kemudian dilihat dari perspektif system peradilan pidana, perihal
pembuktian merupakan hal yang sangat determinan bagi setiap pihak yang terlibat secara
langsung dalam proses pemeriksaan perkara pidana, khususnya

( Jurnal : https://jdihn.go.id/files/414/HUKUM%20PEMBUKTIAN.pdf)

3.Sebutkan macam2 alat-alat bukti dalam KUHAP

Jawaban:
A. Alat Bukti Dalam Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(”KUHAP”) disebutkan bahwa alat bukti yang sah adalah:
keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa. Dalam
sistem pembuktian hukum acara pidana yang menganut stelsel negatief wettelijk, hanya
alat-alat bukti yang sah menurut undang-undang yang dapat dipergunakan untuk
pembuktian (Martiman Prodjohamidjojo, Sistem Pembuktian dan Alat-alat Bukti, hal.
19). Hal ini berarti bahwa di luar dari ketentuan tersebut tidak dapat dipergunakan
sebagai alat bukti yang sah.

B. Barang Bukti Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana memang tidak


menyebutkan secara jelas tentang apa yang dimaksud dengan barang bukti. Namun
dalam Pasal 39 ayat (1) KUHAP disebutkan mengenai apa-apa saja yang dapat disita,
yaitu: a. benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga
diperoleh dari tindakan pidana atau sebagai hasil dari tindak pidana; b. benda yang telah
dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak pidana atau untuk
mempersiapkannya; c. benda yang digunakan untuk menghalang-halangi penyelidikan
tindak pidana; d. benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak
pidana; e. benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang
dilakukan

4. Apakah yang dimaksud dengan

a. Saksi

Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan,
penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri
dan ia alami sendiri”.

b. Keterangan saksi

“Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang
berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat
sendiri dan ia alami sendiri dengan menyebut alasan pengetahuannya itu”.

c. Keterangan Ahli

Keterangan ahli adalah suatu penghargaan dan kenyataan dan/atau kesimpulan atas penghargaan
itu berdasarkan keahliannya. Apabila keterangan ahli diberikan pada tingkat penyidikan, maka
sebelum memberikan keterangan, ahli harus mengucapkan sumpah atau janji terlebih dahulu.

d. Tersangka

Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti
permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana (Pasal 1 angka 14 KUHAP);
e. Terdakwa

Terdakwa adalah seorang tersangka yang diproses di pengadilan (Pasal 1 angka 15 KUHAP);
dan
Tugas MK Hukum Pembuktian Tahap pertama
Nama : Anjas Prima Wijaya
NPM : 1974201058
 
1.Sebutkan dasar hukum pembuktian perkara pidana
A. Sistem Pembuktian dalam Proses Persidangan pada Perkara Tindak Pidana. Bahwa pada
dasarnya sistem pembuktian adalah pengaturan tentang macam-macam alat bukti yang boleh
dipergunakan, penguraian alat bukti, dan dengan cara-cara bagaimana alat-alat bukti itu
dipergunakan serta dengan cara bagaimana haim harus membentuk keyakinannya di depan
sidang pengadilan.
B. Alat bukti dalam proses pembuktian pada perkara tindak pidana.
Berdasarkan teori pembuktian undang undang secara negatif, keputusan para hakim dalam suatu
perkara harus didasarkan keyakinan hakim sendiri serta dua dari lima alat bukti. Pasal 183
KUHAP berbunyi sebagai berikut: pidana kepada seorang, kecuali apabila dengan sekurang-
kurangnya dua alat bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-
benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah Sesuai dengan ketentuan pasal 184 Ayat (1)
KUHAP, UU menentukan 5 (lima) jenis alat bukti yang sah, diluar ini tidak dapat dipergunakan
sebagai alat bukti yang sah. Jika ketentuan pasal 183 KUHAP dihubungkan dengan jenis alat
bukti itu terdakwa dapat dijatuhi hukuman pidana, apabila kesalahan dapat dibuktikan paling
sedikit dua 2 (dua) jenis alat bukti yang disebut dalam pasal 184 Ayat (1) KUHAP. Bahwa dari 5
(lima) alat bukti dimaksud dapat penulis uraiankan urgensinya masing-masing sebagai berikut:
a. keterangan saksi
b. keterangan ahli
c. Surat
d. Petunjuk
e. keterangan terdakwa
 
P.A.F Lamintang menyatakan bahwa sistam pembuktian dalam KUHAP, disebut2 :
1. Wettelijk atau menurut undang-undang karena untuk pembuktian undangundanglah yang
menentukan tentang jenis dan banyaknya alat bukti yang harus ada.
2. Negatief, karena adanya jenis-jenis dan banyaknya alat-alat bukti yang ditentukan oleh
undang-undang itu belum dapat membuat hakim harus menjatuhkan putusan pidana bagi seorang
terdakwa apabila jenis-jenis dan banyaknya alat-alat bukti itu belum dapat menimbulkan
keyakinan pada dirinya bahwa suatu tindak pidana itu benar-benar telah terjadi dan bahwa
terdakwa telah bersalah melakukan tindak pidana tersebut.
 
2. Berikan penjelasan tentang KUHAP menganut Pembuktian Negatif
Jawaaban :
Hakim dalam memutuskan suatu perkara didasarkan pada alat bukti yang telah ditentukan oleh
Undang-undang dan keyakinan (Nurani) hakim itu sendiri. Yang pada prinsipnya, system
pembuktian menurut undang-undang secara negative menentukan bahwa hakim hanya boleh
menjatuhkan pidana terhadap terdakwa apabila alat bukti tersebut secara limitative ditentukan
oleh undangundnag dan didukung pula oleh adanya keyakinan hakim terhadap eksistensinya
alat-alat bukti tersebut. Didalam pembuktian apakah tedakwa bersalah atau tidak dalam suatu
perkara pidana, menurut Lilik Mulyadi KUHAP di Indonesia menganut system pembuktian
menurut undang-undang secara negatif. Dalam system pembuktian menurut undang-undang
secara negative (negatief wettelijke bewijs theorie) terdapat unsur dominan berupa sekurng-
kurangnya dua alat bukti,
sedangkan unsur keyakinan hakim hanya merupakan unsur pelengkap. Jadi dalam menentukan
orang bersalah atau tidak bagi yang didakwa, haruslah kesalahannya dapat dibuktikan paling
sedikit dengan dua alat bukti seperti yang tertuang di dalam KUHAP Pasal 183 “hakim tidak
boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat
bukti yang sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan
terdakwalah yang bersalah melakukannya”. Menurut Yahya Harahap hanya alat bukti yang
mencapai batas minimal yang memiliki nilai kekuatan pembuktian untuk membuktikan
kesalahan terdakwa. Apabila alat bukti tidak mencapai sekurang-kurangnya dua alat bukti yang
sah dalam KUHAP, maka pelanggaran itu dengan sendirinya menyampingkan “Standar Beyond
a reasonable doubt” (patokan penerapan standar terbukti secara sah dan meyakinkan), dan
pemidanaan yang dijatuhkan adalah dapat dianggap sebagai bentuk kesewenang-wenangan.
Kemudian dilihat dari perspektif system peradilan pidana, perihal pembuktian merupakan hal
yang sangat determinan bagi setiap pihak yang terlibat secara langsung dalam proses
pemeriksaan perkara pidana, khususnya
( Jurnal : https://jdihn.go.id/files/414/HUKUM%20PEMBUKTIAN.pdf)

3.Sebutkan macam2 alat-alat bukti dalam KUHAP


Jawaban:
A. Alat Bukti Dalam Pasal 184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(”KUHAP”) disebutkan bahwa alat bukti yang sah adalah:
keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan terdakwa. Dalam sistem
pembuktian hukum acara pidana yang menganut stelsel negatief wettelijk, hanya alat-alat bukti
yang sah menurut undang-undang yang dapat dipergunakan untuk pembuktian (Martiman
Prodjohamidjojo, Sistem Pembuktian dan Alat-alat Bukti, hal. 19). Hal ini berarti bahwa di luar
dari ketentuan tersebut tidak dapat dipergunakan sebagai alat bukti yang sah.

B. Barang Bukti Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana memang tidak menyebutkan secara
jelas tentang apa yang dimaksud dengan barang bukti. Namun dalam Pasal 39 ayat (1) KUHAP
disebutkan mengenai apa-apa saja yang dapat disita, yaitu: a. benda atau tagihan tersangka atau
terdakwa yang seluruh atau sebagian diduga diperoleh dari tindakan pidana atau sebagai hasil
dari tindak pidana; b. benda yang telah dipergunakan secara langsung untuk melakukan tindak
pidana atau untuk mempersiapkannya; c. benda yang digunakan untuk menghalang-halangi
penyelidikan tindak pidana; d. benda yang khusus dibuat atau diperuntukkan melakukan tindak
pidana; e. benda lain yang mempunyai hubungan langsung dengan tindak pidana yang dilakukan
 
4. Apakah yang dimaksud dengan
a. Saksi
Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna kepentingan penyidikan,
penuntutan, dan peradilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri
dan ia alami sendiri”.
b. Keterangan saksi
“Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang berupa keterangan dari
saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri
dengan menyebut alasan pengetahuannya itu”.
c. Keterangan Ahli
Keterangan ahli adalah suatu penghargaan dan kenyataan dan/atau kesimpulan atas penghargaan
itu berdasarkan keahliannya. Apabila keterangan ahli diberikan pada tingkat penyidikan, maka
sebelum memberikan keterangan, ahli harus mengucapkan sumpah atau janji terlebih dahulu.
d. Tersangka
Tersangka adalah seorang yang karena perbuatannya atau keadaannya, berdasarkan bukti
permulaan patut diduga sebagai pelaku tindak pidana (Pasal 1 angka 14 KUHAP);
e. Terdakwa
Terdakwa adalah seorang tersangka yang diproses di pengadilan (Pasal 1 angka 15 KUHAP);
dan

  
Tugas MK Hukum Pembuktian Tahap kedua

Kuliah 29 Maret 2022

Nama : Anjas Prima Wijaya

NPM : 1974201058

1. Sebutkan pasal 193 KUHAP

Jawaban :

Pasal 193

(1) Apabila hakim atau penuntut umum berhalangan, ketua pengadilan atau pejabat kejaksaan
yang berwenang wajib menunjuk pengganti pejabat yang berhalangan tersebut dalam waktu
paling lambat 1 (satu) hari.

(2) Apabila penasihat hukum berhalangan, terdakwa atau asosiasi penasihat hukum menunjuk
penggantinya.

(3) Apabila pengganti sebagaimana dimaksud pada ayat (2) ternyata tidak ada atau juga
berhalangan, maka sidang dapat dilanjutkan.

This entry was posted in BAB XII PEMERIKSAAN DI SIDANG PENGADILAN, Bagian
Keempat Pembuktian dan Putusan, RUU on 02/06/2014 by ruu.

2. Jelaskan pengertian

a. unus testis nullus testis ( lihat pasal 185 ayat 2 KUHAP)

Ketentuan asas unus testis nullus testis mengartikan jika keterangan saksi hanya berdiri sendiri
tanpa dukungan alat bukti lainnya maka tidak memiliki kekuatan pembuktian. Keterkaitan
keterangan saksi dengan alat bukti lainnya sangatlah penting untuk mendukung suatu
pembuktian.

Dalam Hukum Acara di lingkungan peradilan umum, dikenal istilah Unus Testum Nullus
Testum, artinya “satu saksi sama dengan bukan kesaksian”, maksudnya kalau hanya
mendasarkan alat bukti satu orang saksi saja maka hakim tidak dapat langsung memutus. Ini
sejalan dengan prinsip kesaksian menurut Islam bahwa hukum asal saksi adalah dua orang, kalau
kurang dari dua orang harus ditambah dengan alat bukti lain sebagai menggantikannya (Roihan
A. Rasyid, 2010: 172).
b. Bukti petunjuk ( lihat pasal 188 KUHAP)

Sesuai ketentuan pasal 188 KUHAP, alat bukti petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau
keadaan yang karena kesesuaiannya menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan
siapa pelakunya. Petunjuk hanya dapat diperoleh dari keterangan saksi, surat dan keterangan
terdakwa.

c. Alat Bukti

Alat Bukti adalah segala sesuatu yang ada hubungannya dengan suatu perbuatan , dimana
dengan alat –alat bukti tersebut , dapat di pergunakan sebagai bahan pembuktian guna
menimbulkan keyakinan hakim atas kebenaran adanya suatu tindak pidana yang telah dilakukan
oleh terdakwa.

2.Bukti petunjuk hanya dapat diperoleh dari apa saja (lihat pasal 188 KUHAP)

Sesuai ketentuan pasal 188 KUHAP, alat bukti petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau


keadaan yang karena kesesuaiannya menandakan bahwa telah terjadi suatu tindak pidana dan
siapa pelakunya. Petunjuk hanya dapat diperoleh dari keterangan saksi, surat dan keterangan
terdakwa.

3.Berikan penjelasan tentang saksi yang tidak disumpah dalam persidangan perkara pidana

Persyaratan Saksi Wajib Disumpah Perlu diketahui, sebagaimana dijelaskan dalam penjelasan
Pasal 161 ayat (2) KUHAP, bahwa"Keterangan saksi atau ahli yang tidak disumpah atau
mengucapkan janji, tidak dapat dianggap sebagai alat bukti yang sah, tetapi hanyalah merupakan
keterangan yang dapat menguatkan keyakinan hakim."Oleh karena itu, dalam hal ini apabila
orang-orang memberikan keterangan tanpa sumpah maka keterangan mereka hanya dapat
dipergunakan untuk mendukung keterangan saksi lainnya, yang diberikan di bawah sumpah
(Pasal 185 ayat (7)).Dengan demikian, apabila dalam suatu perkara pidana hanya terhadap satu
saksi, tetapi saksi tersebut tidak disumpah, maka dapat dikatakan dalam kasus tersebut tidak ada
bukti keterangan saksi.

5. Bagaimana menilai kebenaran keterangan saksi (lihat pasal 185 ayat 6 KUHAP)

Pasal 185 ayat (6) KUHAP, mengatur bahwa dalam menilai kebenaran


keterangan seorang saksi, hakim harus sungguh-sungguh memperhatikan hal-hal sebagai
berikut: 1. Persesuaian antara keterangan saksi satu dengan yang lain. 2. Persesuaian
antara keterangan saksi dengan alat bukti lain.

Anda mungkin juga menyukai