PEMBUKTIAN PERDATA
Pasal 163 HIR, bahwa barang siapa mengaku mempunyai suatu hak,
atau menyebutkan suatu kejadian perbuatan untuk meneguhkan hak itu
atau untuk membantah hak orang lain, maka ia harus membuktikan
adanya hak itu atau adanya kejadian itu.
PEMBUKTIAN PIDANA
Dalam perkara pidana, barang siapa yang menjadi korban tindak pidana
atas perbuatan orang lain, mempunyai hak untuk melaporkan orang
tersebut kepada penegak hukum, untuk dilakukan upaya hukum yang
dimulai dari proses penyelidikan, penyidikan, penuntutan dan
persidangan di pengadilan.
Dalam perkara perdata, alat bukti utama yaitu alat bukti tertulis (surat),
disebabkan dalam hukum perdata yang menyangkut masalah
keperdataan dimana para pihak melaksanakannya dengan membuat
surat bukti yang berupa tanda tulis yang dimaksudkan sebagai alat
bukti.
Dalam perkara pidana, alat bukti utama adalah keterangan saksi yaitu
keterangan terhadap hal-hal/keadaan yang dilihat, didengar, dialami
sendiri oleh orang yang memberikan keterangan yang digunakan untuk
membuktikan bahwa benar terdakwa yang melakukan tindak pidana
tersebut.
PERBEDAAN ALAT BUKTI PERDATA
DAN PIDANA
Dalam perkara pidana dikenal alat bukti petunjuk yaitu perbuatan, kejadian
atau keadaan yang karena kesesuaiannya menandakan bahwa telah terjadi
suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.
“FIAT JUSTITIA RUAT COELUM”