Anda di halaman 1dari 9

TUGAS HUKUM JUNAYAT

TENTANG

PEMBUNUHAN

Ditunjukan Kepada Dosen Mata Kuliah Hukum Jinayat

Dr. Tolhah Toha, S.H., M.H.

Oleh :

AFWIN ADE SAPUTRA

321029

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM GUNUNG JATI

Jl. Besi Raya Kav. No.1 Perumnas II Tangerang,

kabupaten/kota Tangerang, Provinsi Banten, Indonesia.

2023
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hukum pidana menurut syariat islam merupakan bagian yang tidak dapat
dipisahkan dalam kehidupan setiap muslim dimanapun ia berada. Syariat islam
merupakan hukum yang harus dilaksanakan oleh setiap muslim, karena syariat
islam merupakan bagian ibadah kepada Allah SWT. Namun dalam kenyataannya,
masih banyak umat islam yang belum tahu dan paham tentang apa dan bagaimana
hukum pidana islam itu, serta bagaimana keetentuan-ketentuan hukum tersebut
seharusnya disikapi dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Indonesia adalah negara demokrasi yang begitu menjujung tinggi Hak Asasi
Manusia (HAM) dimana realitas agama masyarakatnya bersifat heterogen
meskipun mayoritas penduduknya memeluk agama Islam. Namun disisi lain,
sebagaimana termaktub dalam QS. Al-Baqarah: 208, ada perintah bagi setiap
muslim untuk melaksanakan ajaran Islam secara kaffah yang di dalamnya
mengatur juga tentang Hukum Pidana Islam (HPI) sehingga memunculkan
gerakan-gerakan untuk membentuk KUHP Islam yang berbasis syari’at Islam.
Adanya ancaman hukuman atas tindak kejahatan adalah untuk melindungi
manusia dari kebinasaan terhadap lima hal yang mutlak pada manusia, yaitu:
agama, jiwa, akal, harta, dan keturunana atau harga diri. Jiwa manusia dan
darahnya adalah perkara yang sangat dijaga dalam syari’at Islam. Demikian juga
kegunaan dan fungsi anggota tubuh pun tak lepas dari penjagaan syari’at.

1.2 Rumusan Masalah


Dari Latar Belakang diatas, maka Rumusan Masalah Makalah adalah sebagai
berikut :
1. Apa saja pembagian 3 cara pembunuhan?
2. Apa saja syarat-syarat wajib Qisas (hukum bunuh)?
3. Apa yang dimaksud dengan Diyat (denda) dan ketentuannya?
4. Bagaimana hukum dakwaan pembunuhan dengan tidak ada saksi?

2
1.3 Tujuan Penulisan Makalah
Dari Rumusan Masalah diata, maka Tujuan Penulisan Makalah adalah sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui 3 cara apa saja penggolongan pembunuhan.
2. Untuk mengetahui syarat-syarat wajib Qisas (hukum membunuh).
3. Untuk mengetahui pengertian Diyat (denda) beserta ketentuannya.
4. Utuk mengetahui hukum dakwaan pembunuhan apabila tidak ada saksi

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Penggolongan Pembunuhan dalam Jinayat


Bentuk perbuatan Jinayat berdasarkan cara melakukannya ada berbagai
macam, antara lain: pembunuhan, minuman keras (Khamr), zina, qadzaf (menuduh
orang berbuat zina), mencuri, berbuat kekacuan. Tetapi yang akan dibahas secara
khusus adalah pembunuhan.
Pembunuhan adalah suatu perbuatan yang menyebabkan hilangnya nyawa
seseorang, baik itu disengaja maupun tidak disengaja. Pembunuhan biasanya
memiliki motif yang berbeda, misalnya politik, kecemburuan, dendam, membela
diri dan sebagainya.
Pembunuhan ada 3 cara, yaitu :
a. Pembunuhan sengaja
Yaitu dilakukan oleh yang membunuh guna membunuh orang yang dibunuhnya
itu dengan alat yang biasanya dapat digunakan untuk membunuh orang. Contoh :
membunuh dengan cara menembak, melukai dengan benda tajam, dengan
diracun. Pembunuh diqishash dengan syarat si pelaku adalah baligh, berakal
sehat, disengaja dan yang dibunuhnya orang baik. Hukum ini wajib di-qisas.
Berarti dia wajib dibunuh pula, kecuali apabila dimaafkan oleh ahli waris yang
terbunuh dengan membayar diyat (denda) atau dimaafkan sama sekali.
b. Pembunuhan seperti sengaja
Yaitu sengaja memukul orang, tetapi dengan alat yang enteng (biasanya tidak
untuk membunuh orang) misalnya dengan cemeti, kemudian orang itu mati
dengan cemeti itu. Contoh: memukul seseorang dengan sapu lidi, kemudian mati,
membakar petasan dan melukai orang di sekitarya, Menakut-nakuti seseorang
yang menyebabkan orang tersebut meninggal karena jantungan atau kaget
Hikmah dilarangnya pembunuhan, antara lain:
a. Menjaga harkat, martabat dan penghargaan terhadap jiwa manusia itu sendiri;
b. Terciptanya kehidupan yang aman, damai dan tenteram;

4
c. Efek jera, artinya pelaku akan berpikir tentang sanksi yang akan diterima

2.2 Syarat-syarat Wajib Qishash


Hukum qisas adalah salah satu bagian dari hukum pidana Islam atau biasa
diistilahkan dengan fiqh al-jinayah. Hukum pidana Islam adalah segala ketentuan
hukum mengenai tindak pidana atau perbuatan kriminal yang dilakukan oleh manusia
khususnya mukallaf yang merupakan hasil dari pemahaman atas dalil-dalil hukum
yang terinci di dalam al-Qur‟an dan hadis.

Syarat-syarat yang dimaksud


adalah sebagai berikut:
1) Pelaku seorang mukalaf (balig atau berakal) Oleh sebab itu, kisas tidak dapat
dilaksanakan pada anak kecil atau orang gila. Adapun terhadap orang yang
membunuh dalam keadaan mabuk, ulama mazhab yang empat berpendapat
bahwa jika orang yang mabuk itu melakukan pembunuhan sengaja, maka ia tetap
dikenai qisas; tidak ada pengaruh keadaan mabuknya tersebut terhadap tindak
pembunuhan yang dilakukannya.
2) Pembunuhan itu dilakukan dengan sengaja;
3) Unsur kesengajaan dalam pembunuhan tidak diragukan;
4) Menurut ulama Mazhab Hanafi, pelaku pembunuhan itu melakukannya dengan
kesadaran sendiri, tanpa paksaan dari orang lain. Akan tetapi, jumhur ulama fikih
menyatakan bahwa sekalipun pembunuhan itu dilakukan oleh orang yang terpaksa
di bawah ancaman, tetap dikenai hukuman qisas.

Sedangkan Syarat-syarat wajib qisas, antara lain:


a) Orang yang membunuh sudah balig dan berakal;
b) Yang membunuh bukan bapak dari yang dibunuh;
c) Orang yang dibunuh tidak kurang derajatnya dari yang dibunuh. Yang dimaksud
dengan derajat disini ialah agama dan merdeka atau tidaknya. Oleh karenanya,
bagi orang islam yang membunuh orang kafir tidak berlaku qisas.

5
2.3 Diyat (Denda) dan Ketentuannya
Kata diyat secara etimologi berasal dari kata “wadâ yadî wadyanwa diyatan”.
Sedangkan diyat secara terminologi syariat adalah harta yang wajib dibayar dan
diberikan oleh pelaku jinayat kepada korban atau walinya sebagai ganti rugi,
disebabkan jinayat yang dilakukan oleh si pelaku kepada korban. Definisi ini
mencakup diyat pembunuhan dan diyat anggota tubuh yang dicederai, sebab harta
ganti rugi ini diberikan kepada korban bila jinayatnya tidak sampai membunuhnya
dan diberikan kepada walinya bila korban terbunuh.
Diyat ada dua macam yaitu:
1. Diyat kabir (denda besar) yaitu seratus ekor onta, dengan perincian: 30 ekor unta
betina umur 3 tahun masuk empat tahun, 30 ekor unta betina umur empat tahun
masuk lima tahun, dan 40 ekor unta betina yang sudah hamil. Diwajibkan denda
berat karena:
a. sebagai ganti hukum bunuh (qisas) yang dimaafkan pada pembunuhan yang
betul-betul disengaja. Denda ini wajib dibayar tunai oleh yang membunuh
sendiri.
b. melakukan pembunuhan “semi sengaja”. Denda ini wajib dibayar oleh
keluarganya, diangsur dalam waktu selama tiga tahun, tiap-tiap akhir tahun
wajib dibayar sepertiga.
2. Diyat Shaghir (denda ringan) banyaknya seratus ekor unta, tetapi dibagi lima:
20 ekor unta betina umur satu masuk dua tahun, 20 ekor unta betina umur dua
tahun masuk tiga, 20 ekor unta jantan umur dua tahun masuk tiga tahun, 20 ekor
unta betina umur tiga tahun masuk empat, 20 ekor unta jantan umur empat tahun
masuk lima. Denda ini wajib dibayar keluarga yang membunuh dalam masa tiga
tahun, tiap akhir tahun dibayar sepertiganya. Jika denda tidak dapat dibayar
dengan unta, wajib dibayar dengan uang sebanyak harga unta tersebut.

2.4 Hukum Dakwaan Pembunuhan dengan Tidak Ada Saksi


Misalnya ada seseorang terbunuh, tetapi tidak diketahui siapa yang
membunuhnya, saksipun tidak ada. Keluarganya mendakwa soseorang sedangkan

6
dakwaannya itu disertai dengan qarinah (tanda-tanda) yang kuat, sampai
menimbulkan sangkaan boleh jadi dakwaannya itu benar. Untuk menguatkan
dakwaannya itu dimuka hakim, dia boleh bersumpah lima puluh kali. Sesudah
bersumpah dia berhak mengambil diyat (denda). Tetapi kalau tidak ada tanda-tanda
yang kuat, maka orang yang terdakwa itu berhak bersumpah. Hal itu menurut aturan
dakwaan yang tidak bersaksi. Adapun dakwaan yang lain dari membunuh, tidak dapat
dengan sumpah, tetapi meski ada saksi.

7
BAB III
PENUTUP’

3.1 Kesimpulan
Membunuh orang adalah dosa besar selain dari ingkar karena kejinya
perbuatan itu, juga untuk menjaga keselamatan dan ketentraman umum, Allah yang
Maha Adil dan Maha Mengetahui memberikan balasan yang layak (setimpal) dengan
kesalahan yang besar itu, yaitu hukuman berat di dunia atau dimasukkan ke dalam
neraka di akhirat nanti. Terdapat tiga cara melakukan pembunihan yaitu Betul – betul
disengaja, Ketidaksengajaan semata – mata dan Seperti sengaja. Orang yang
melakukan Jinayat ini bisa di Qisas atau dikenakan Diyat. Qisas yang berasal dari
bahasa Arab al-qisās (yaf’ala bil-fā’il misla mā fa’ala) yang berarti melakukan seperti
apa yang telah dilakukan pelakunya.
Secara istilah, qishash adalah memberikan balasan kepada pelaku, sesuai
dengan perbuatannya. Menurut Abdul Mujieb dan Ibrahim Unais mendefinisikan
qishash sebagai hukuman kepada pelaku kejahatan persis seperti apa yang
dilakukannya. Jika perbuatan yang dilakukan oleh pelaku adalah menghilangkan
nyawa yang lain (membunuh), maka hukuman yang setimpal adalah dibunuh atau
hukuman mati. Diyat secara etimologi berasal dari kata “wadâ yadî wadyanwa
diyatan”. Sedangkan diyat secara terminologi syariat adalah harta yang wajib dibayar
dan diberikan oleh pelaku jinayat kepada korban atau walinya sebagai ganti rugi,
disebabkan jinayat yang dilakukan oleh si pelaku kepada korban. Definisi ini
mencakup diyat pembunuhan dan diyat anggota tubuh yang dicederai, sebab harta
ganti rugi ini diberikan kepada korban bila jinayatnya tidak sampai membunuhnya
dan diberikan kepada walinya bila korban terbunuh.

3.2 Saran
Jinayat adalah suatu pelanggaran terhadap badan yang didalamnya dikenakan
qisas dan diyat atau sanksi yang dijatuhkan atas penganiayaan atas badan atau

8
dengan lebih jelasnya merusak atau melukai seseorang baik orang itu cedera begitu
juga orang itu meninggal dunia. Dalam makalah ini penulis ingin memberikan saran
kepada pembaca Sebagai umat muslim kita harus selalu mendekatkan diri kepada
Allah SWT agar terhidar dari melakukan hal – hal yang termasuk dosa besar salah
satunya adalah Jinayat. Selain hukuman di Akhirat, ada hukuman di dunia yang dapat
merugikan semua pihak yang melakukan Jinayat ini baik itu dari pihak korban
maupun pelaku Jinayat.

Anda mungkin juga menyukai