a. Ayah
1. Nama : Hendriyatno
2. Tempat, Tgl Lahir : Cirebon/6 juni 1969
3. Alamat : jl.Batu Agung no.7 Simpang Pulai Kota Solok
4. Agama : Islam
5. No Hp : 081374208374
b. Ibu
1. Nama : Ismar
2. Tempat, Tgl Lahir : Solok/14 maret 1976
3. Alamat : jl.Batu Agung no.7 Simpang Pulai Kota Solok
4. Agama : Islam
5. No Hp : 082170437447
JINAYAH
I. PENGERTIAN JINAYAH
Jinayah artinya perbuatan dosa, perbuatan salah atau jahat. Jinayah adalah
masdhar dari kata kerja janaa yang mengandung arti suatu kerja yang
diperuntukkan bagi satuan laki-laki yang telah berbuat dosa atau salah.sebutan bagi
pelaku kejahatan wanita adalah Jaaniah,
Menurut Bahasa
Merupakan nama bagi suatu perbuatan jelek seseorang
Menurut istilah
Adalah nama bagi suatu perbuatan yang diharamkan syara’, baik perbuatan
tersebut mengenai jiwa, harta benda, maupun selain jiwa dan harta benda”.
Menurut aliran Mazhab Hanafi, ada pemisah dalam pengertian jinayah ini.
Kata jinayah hanya diperuntukkan bagi semua perbuatan yang dilakukan manusia
dengan objek anggota badan dan jiwa saja, seperti melukai atau membunuh.
Adapun perbuatan dosa atau perbuatan salah yang berkaitan dengan objek atau
sasaran barag atau harta benda diamakan dengan ghasab. Oleh karena itu
pembahasan mengenai pencurian dipisahkan dari pembahasan jinayah, yang hanya
membahas kejahatan atau pelanggaran terhadap jiwa atau anggota tubuh.
Ayat mengenai jinayah
5. Perzinahan
Zina adalah melakukan hubungan seksual di luar ikatan perkawinan
yang sah, baik dilakukan secara sukarela maupun paksaan.
Sanksi hukum bagi yang melakukan perzinahan adalah dirajam
(dilempari dengan batu sampai mati) bagi pezina mukhshan; yaitu
perzinahan yang dilakukan oleh orang yang telah melakukan
hubungan seksual dalam ikatan perkawinan yang sah. Atau dicambuk
100 kali bagi pezina ghairu mukhshan; yaitu perzinahan yang
dilakukan oleh orang yang belum pernah melakukan hubungan
seksual dalam ikatan perkawinan yang sah.
Sanksi hukum tersebut baru dapat dijatuhkan apabila sudah terbukti
melakukan perzinahan baik dengan pengakuan, 4 orang saksi atau alat
bukti.
6. Qadzaf
Qadzaf adalah menuduh orang lain melakukan perzinahan. Sangsi
hukumnya adalah dicambuk 80 kali. Sangsi ini bisa dijatuhkan
apabila tuduhan itu dialamatkan kepada orang Islam, baligh, berakal,
dan orang yang senantiasa menjaga diri dari perbuatan dosa besar
terutama dosa yang dituduhkan. Namun ia akan terbebas dari sangsi
tersebut apabila dapat mengemukakan 4 orang saksi dan atau bukti
yang jelas. Suami yang menuduh isterinya berzina juga dapat terbebas
dari sangsi tersebut apabila dapat mengemukakan saksi dan bukti atau
me-li’an isterinya yang berakibat putusnya hubungan perkawinan
sampai hari kiamat.
7. Muharobah
Muharobah adalah aksi bersenjata dari seseorang atau sekelompok
orang untuk menciptakan kekacauan, menumpahkan darah,
merampas harta, merusak harta benda, ladang pertanian dan
peternakan serta menentang aturan perundang-undangan.
Latar belakang aksi ini bisa bermotif ekonomi yang berbentuk
perampokan, penodongan baik di dalam maupun diluar rumah atau
bermotif politik yang berbentuk perlawanan terhadap peraturan
perundang-undangan yang berlaku dengan melakukan gerakan yang
mengacaukan ketentraman dan ketertiban umum.
Sangsi hukum pelaku muharobah adalah :
a. Dipotong tangan dan kakinya secara bersilang apabila ia atau
mereka hanya mengambil atau merusak harta benda.
b. Dibunuh atau disalib apabila dalam aksinya itu ia membunuh
orang.
c. Dipenjara atau dibuang dari tempat tinggalnya apabila dalam
aksinya hanya melakukan kekacauan saja tanpa mengambil
atau merusak harta-benda dan tanpa membunuh.
III. Unsur Jinayah
A. Adanya nash, yang melarang perbuatan-perbuatan tertentu yang disertai
ancaman hukuman atas perbuatan-perbuatan diatas. Unsur ini dikenal dengan
istilah unsur formal ( Al-Rukn Al-Syar’i)
B. Adanya unsur perbuatan yang membentuk jinayah, baik berupa melakukan
perbuatan yang dilarang atau meningggalkan perbuatan yang diharuskan.
Unsur ini dikenal dengan istilah unsur material ( Al-Rukn Al-Madi)
C. Pelaku kejahatan dalah orang yang dapat menerima khitbah atau dapat
memahami talif, artinya pelaku kejahatan tadi adalah mukallaf, sehingga
mereka dapat dituntut atas kejahatan yang mereka lakukan. Unsur ini dikenal
dengan istilah “unsur moral” (al-rukn al-Adabi)
IV. KESIMPULAN
Mengenai ruang lingkup fiqih jinayah, dilihat dari beberapa pengertian diatas,
secara garis besar dapat diambil kesimpulan bahwa pembahasan fiqih jinayah
adalah hukum-hukum syara` yang menyangkut masalah tindak pidana dan
hukumannya. Dengan kata lain, masalah yang dibahas dalam fiqih jinayah dan juga
hukum pidana pada umumnya adalah tindak pidana dan hukumannya.