Anda di halaman 1dari 5

Memahami aturan hukum Islam dan dalil-dalil terkait dengan

pembunuhan.

1. Menganalisis pengertian pembunuhan


2. Membedakan macam-macam pembunuhan
3. Menganalisis dasar hukum larangan membunuh
4. Menganalisis hukuman pelaku pembunuhan
5. Menganalisis hikmah larangan pembunuhan

1. Pengertian pembunuhan
2. Macam-macam pembunuhan
3. Dasar hukum larangan membunuh
4. Hukuman pelaku pembunuhan
5. Hikmah larangan pembunuhan

1
URAIAN MATERI

A. Pengertian Pembunuhan
Manusia merupakan mahluk yang paling dimuliakan oleh Allah swt. Ia dicipta-
kan sendiri dan ditiupkan roh dari-Nya kepadanya. Ia diberikan hak-hak seperti hak
hidup, pemilikan, memelihara kehormatan, kemerdekaan, persamaan, menuntut ilmu
pengetahuan, dan hak-hak lainnya. Semua itu diberikan kepada seluruh manusia tanpa
membedakan warna kulit, agama, suku, dan bangsa untuk menjamin kelangsungan
hidupnya.
Di antara hak-hak yang diberikan kepada manusia itu, hak hidup merupakan hak
yang paling utama dan paling perlu mendapat perhatian. Hak ini tidak dibenarkan
secara hukum untuk dilanggar kemuliaan dan eksistensinya. Oleh karena itu, Islam
memberikan perlindungan terhadap hak hidup ini dengan menjadikan penghilangan
jiwa atau pembunuhan sebagai bentuk kejahatan, baik dilakukan sendiri maupun orang
lain
Pembunuhan secara bahasa adalah menghilangkan nyawa seseorang. Sedangkan
secara istilah pembunuh adalah pebuatan manusia yang mengakibatkan hilangnya
nyawa seseorang, baik dengan sengaja ataupun tidak sengaja, baik dengan alat yang
mematikan ataupun dengan alat yang tidak mematikan atau dengan kata lain
melenyapkan nyawa seseorang dengan sengaja atau tidak sengaja, dengan
menggunakan alat mematikan ataupun tidak mematikan. Sejalan dengan itu, Wahbah
al-Zuhailiy mendefinisikan pembunuhan adalah suatu tindakan yang menghilangkan
nyawa atau mematikan, atau suatu tindakan oleh manusia yang menyebabkan
hilangnya kehidupan, yakni tindakan yang merobohkan formasi bangunan yang
disebut manusia.

B. Macam-macam Pembunuhan
Di dalam Islam, pembunuhan ada dua macam, yaitu: pertama, pembunuhan
dengan hak, yaitu perbuatan menghilangkan nyawa dengan alasan yang dibenarkan
oleh syarak. Pembunuhan yang masuk dalam jenis ini adalah pembunuhan oleh
eksekutor/algojo terhadap orang yang dikenakan hukuman mati atau rajam dan
pembunuhan yang terjadi dalam situasi peperangan. Pembunuhan jenis ini tidak
termasuk sebagai kejahatan atau tindak pidana. Kedua, pembunuhan dengan tidak hak,
yaitu perbuatan menghilangkan nyawa seseorang tanpa alasan yang dibenarkan oleh
syarak. Pembunuhan jenis inilah yang termasuk dalam perbuatan kejahatan dan
diancam dengan sanksi kisas atau diat.
Menurut mazhab Malikiyah, pembunuhan terbagi kepada dua macam, yaitu:
pembunuhan sengaja dan pembunuhan tersalah. Sedangkan menurut jumhur fukaha
(Hanafiyah, Syafi’iyah, dan Hanabilah) membagi kepada tiga macam, yaitu: pembu-
nuhan sengaja, pembunuhan seperti sengaja, dan pembunuhan tersalah.

2
1. Pembunuhan Sengaja (Qatl al-‘Amd)
Pembunuhan sengaja yaitu pembunuhan yang telah direncanakan dengan meng-
gunakan alat yang mematikan, baik yang melukai ataupun memberatkan (mutsaqal).
Dikatakan pembunuhan sengaja apabila ada niat dari pelaku sebelumnya dengan
menggunakan alat atau senjata yang mematikan. Si pembunuh termasuk orang yang
baligh dan yang dibunuh (korban) adalah orang yang baik.
2. Pembunuhan Seperti Sengaja (Qatl Syibhu al-‘Amd)
Pembunuhan seperti sengaja adalah pembunuhan yang dilakukan seseorang
tanpa niat membunuh dan menggunakan alat yang biasanya tidak mematikan, namun
menyebabkan hilangnya nyawa seseorang.
3. Pembunuhan Tersalah atau Tidak Sengaja (Qatl al-Khata’)
Pembunuhan tersalah yaitu pembunuhan yang terjadi karena salah satu dari tiga
kemungkinan. Pertama, perbuatan tanpa maksud melakukan kejahatan, tetapi meng-
akibatkan kematian seseorang. Kedua, perbuatan yang mempunyai niat membunuh,
namun ternyata orang tersebut tidak boleh dibunuh. Ketiga, perbuatan yang pelakunya
tidak bermaksud jahat, tetapi akibat kelalaiannya dapat menyebabkan kematian
seseorang.
Misalnya, seorang menggali parit untuk jalanan air memotong jalan tanpa
memberikan rambu-rambu peringatan. Pada waktu malam, seorang pengendara motor
terperosok ke dalam parit itu dan mengakibatkannya meninggal. Pada contoh ini,
penggali parit sesungguhnya tidak menghendaki terperosoknya pengendara motor dan
tidak menghendaki kematiannya. Akan tetapi, karena ia lalai memberi tanda peringat-
an agar orang yang lewat dapat mengetahui adanya parit itu, maka ia dipandang seba-
gai pelaku pembunuhan dan karenanya, dimintai pertanggungjawaban atas kelalaian-
nya itu

C. Dasar Hukum Larangan Membunuh


Membunuh adalah perbuatan yang dilarang dalam Islam, karena Islam
menghormati dan melindungi hak hidup setiap manusia. Firman Allah swt.
-٣٣- ً‫اّللُ إيالَّ يِبحلَ يهق‬
‫س الَّيِت َحَّرَم ه‬
َ ‫َوالَ تَ ْقتُلُواْ النَّ ْف‬
Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya)
melainkan dengan suatu alasan yang benar. (QS al-Isra’/17: 33).
Karena ada ketegasan mengenai larangan pembunuhan, maka jika ada dua pihak
yang saling membunuh tanpa alasan yang dibenarkan oleh syara’, maka orang yang
membunuh maupun yang terbunuh sama-sama akan masuk neraka. Nabi saw. ber-
sabda:
) ‫قال رسول هللا صلى هللا عليه و سلم ( القاتل واملقتول يف املنار‬
Pembunuh dan yang terbunuh masuk neraka. (HR. Muslim)

3
D. Hukuman Pelaku Pemembunuhan
Pelaku atau orang yang melakukan pembunuhan setidaknya telah melangggar
tiga macam hak, yaitu: hak Allah, hak ahli waris, dan hak orang yang terbunuh.
Artinya, balasan di dunia diserahkan kepada ahli waris korban, apakah pembunuh akan
dikisas atau dimaafkan. Jika pembunuh dimaafkan, maka wajib baginya membayar
diyat kepada ahli waris korban.
Sedangkan mengenai hak Allah, akan diberikan di akhirat nanti, apakah
pembunuh akan dimaafkan oleh Allah swt. karena telah melaksanakan kaffarah atau
akan disiksa di akhirat kelak. Berikut keterangan singkat tentang hukuman bagi
pembunuh sesuai dengan macamnya.
1. Pembunuhan Sengaja (Qatl al-‘Amd)
Hukuman bagi pelaku pembunuhan sengaja adalah kisas yaitu pelaku harus
diberikan sanksi yang berat. Melalui putusan pengadilan, hakim menetapkan hukuman
kisas kepada pelaku pembunuhan, dan keluarga korban tidak diperbolehkan main
hakim sendiri. Jika keluarga korban memaafkan pelaku pembunuhan, maka
hukumannya adalah membayar diyat mughalladzah (denda berat) yang diambilkan
dari harta pembunuh dan dibayarkan secara tunai kepada pihak keluarga. Selain itu,
pembunuh juga harus menunaikan kaffarah.
2. Pembunuhan Seperti Sengaja (Qatl Syibhu al-‘Amd)
Pelaku pembunuhan seperti sengaja tidak dikisas. Ia dihukum dengan membayar
diyat mughaladzah (denda berat) yang diambilkan dari harta keluarganya dan dapat
dibayarkan secara bertahap selama tiga tahun kepada keluarga korban, setiap tahunnya
sepertiga. Selain itu, pembunuh juga harus melaksanakan kaffarah sesuai dengan sabda
Rasulullah saw.
‫ال « َم ْن قَتَ َل ُمتَ َع هيمداً ُدفي َع إي ََل أ َْولييَ ياء الْ َقتي ييل فَإي ْن‬ َ َ‫ ق‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫َِّب‬ ٍ ‫َع ْن َع ْم يرو بْ ين ُش َعْي‬
َّ ‫ب أ‬
َّ ‫َن الني‬
ً‫َخ ُذوا ال هيديَةَ َويه َى ثَالَثُو َن يح َّقةً َوثَالَثُو َن َج َذ َعةً َوأ َْربَعُو َن َخلي َفة‬
َ ‫َشاءُوا قَتَ لُوهُ َوإي ْن َشاءُوا أ‬
Dari Amru bin Syu’aib bahwasanya Nabi saw. bersabda: Barang siapa membu-
nuh dengan sengaja, ia diserahkan kepada keluarga terbunuh. Jika mereka
(keluarga terbunuh) menghendaki, mereka dapat mengambil kisas. Dan jika
mereka menghendaki (tidak mengambil kisas), mereka dapat mengambil diyat
berupa 30 ekor hiqqah, 30 ekor jazd’ah, dan 40 ekor khilfah. (HR. Ahmad)
Hadis Rasulullah tersebut merupakan dalil diwajibkannya diyat mughaladzah
bagi pelaku tindak pembunuhan sengaja (yang dimaafkan keluarga korban) dan pelaku
tindak pembunuhan seperti sengaja.
3. Pembunuhan Tersalah atau Tidak Sengaja (Qatl al-Khata’)
Hukuman bagi pembunuhan tersalah adalah membayar diyat mukhaffafah
(denda ringan) yang diambilkan dari harta keluarga pembunuh dan dapat dibayarkan
secara bertahap selama tiga tahun kepada keluarga korban, setiap tahunnya sepertiga.
Rasulullah saw. bersabda:

4
‫ « يِف يديَية ا ْْلَطَإي عي ْش ُرو َن يح َّقةً َوعي ْش ُرو َن‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫اّللي‬ َّ ‫ول‬ُ ‫ال َر ُس‬َ َ‫ال ق‬ ٍ ‫اّللي ب ين مسع‬
َ َ‫ود ق‬ ‫ي‬
ُ ْ َ ْ َّ ‫َع ْن َعْبد‬
ٍ َ‫ون َوعي ْش ُرو َن بَيِن ََم‬
‫اض ذُ ُكر‬ ٍ ‫اض وعي ْشرو َن بيْنت لَب‬
ُ َ ُ َ ٍ َ‫ت ََم‬
‫ي‬
َ ‫َج َذ َعةً َوع ْش ُرو َن بيْن‬
Dari Abdullah bin Mas’ud berkata, Bersabda Rasulullah saw. Diyat khata’ itu
terdiri dari 20 ekor unta berumur empat tahun, 20 ekor unta berumur limat tahun,
20 ekor unta betina berumur 1 tahun, 20 ekor unta betina berumur dua tahun,
dan 20 ekor unta jantan berumur dua tahun. (HR. Abu Dawud)
Selain itu pembunuh juga harus melaksanakan kaffarat, sesuai dengan firman
Allah swt.:
-٩٢- ‫َوَمن قَتَ َل ُم ْؤيمناً َخطَئاً فَتَ ْح ير ُير َرقَبَ ٍة ُّم ْؤيمنَ ٍة َويديَة ُّم َسلَّ َمة إي ََل أ َْهلي يه‬
Dan barang siapa membunuh seorang mu’min karena tersalah (hendaklah) ia
harus memerdekakan seorang hamba sahaya yang beriman serta membayar diyat
yang diserahkan kepada keluarganya (yang terbunuh). (QS al-Nisa’/4: 92)
Apabila sekelompok orang secara bersama-sama membunuh seseorang, maka
mereka harus dihukum kisas. Hal ini disandarkan pada pernyataan Umar bin Khattab
terkait praktik pembunuhan secara berkelompok yang diriwayatkan Imam Bukhari
berikut:
‫عن ابن عمر رضي هللا عنهما أن غالما قتل غيلة فقال عمر لو اشرتك فيها أهل صنعاء لقتلتهم‬
Dari Ibnu Umar r.a. Sa’id bin Musayyab bahwa seorang lelaki membunuh secara
zalim, lalu Umar berkata, “Seandainya semua penduduk Sun’a secara bersama-
sama membunuhnya niscaya akan aku bunuh semua. (HR. al- Bukhari)

E. Hikmah Larangan Pembunuhan


Islam menerapkan hukuman bagi pelaku pembunuhan tiada lain untuk
memelihara kehormatan dan keselamatan jiwa manusia. Pelaku tindak pembunuhan
diancam dengan hukuman yang setimpal sesuai perbuatannya. Di antara dalil yang
menjelaskan tentang hukuman bagi pembunuh adalah firman Allah Ta’ala dalam QS
al-Nisa’/4: 93
-٩٣- ً‫َع َّد لَهُ َع َذاِبً َع يظيما‬ ‫ي‬ ‫ي‬ ‫ي ي‬ ‫ي‬ ‫ي‬
َ ‫اّللُ َعلَْيه َولَ َعنَهُ َوأ‬
‫ب ه‬ َ ‫َوَمن يَ ْقتُ ْل ُم ْؤمناً ُّمتَ َع همداً فَ َجَز ُآؤهُ َج َهن َُّم َخالداً ف َيها َوغَض‬
Dan barang siapa membunuh seorang mukmin dengan sengaja, maka balasannya
adalah neraka jahannam, ia kekal di dalamnya, dan Allah murka kepadanya,
mengutuknya, dan menyediakan azab yang besar baginya.”(QS al-Nisa’/4:
93)
Sabda Rasulullah saw.:
‫َل الْم ْقتُ ي‬
‫ي‬ ‫ي‬ ‫ول َّي‬ ٍ َّ‫َع ين ابْ ين َعب‬
» ‫ول‬ َ ُّ ‫ « الْ َع ْم ُد قَ َود إالَّ أَ ْن يَ ْع ُف َو َو‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫اّلل‬ ُ ‫ال َر ُس‬
َ َ‫ال ق‬
َ َ‫اس ق‬
Dari Ibnu Abbas r.a bersabda. Rasulullah saw. bersabda: Pembunuhan sengaja
(hukumannya) adalah kisas, kecuali jika wali korban memaafkan. (HR.
Daraquthni).
Penerapan hukuman yang berat bagi pembunuh dimaksudkan agar tak seorang
pun melakukan tindakan kejahatan yang menyebabkan hilangnya nyawa orang lain.

Anda mungkin juga menyukai