I. Pendahuluan
“Negara membuat Undang-Undang tetapi tidak memberikan
kekuasaan untuk menentukan siapa yang melanggar Undang-Undang,
akan tetapi, hal itu harus dilakukan oleh Pihak Ke-3, yaitu Hakim”.
Mengutip dari Buku “Teori-Teori dan Kebijakan Pidana” (Muladi dan
Barda Nawawi) ucapan yang terkenal dari SENECA seorang filsuf Romawi
yang mengatakan “tidak seorang normal pun dipidana karena telah
melakukan suatu perbuatan jahat, tetapi ia dipidana agar tidak ada
perbuatan jahat” selanjutnya selaras dengan hal tersebut BECCARIA juga
mengatakan “Let the punishment fit the crime” yang memiliki muatan arti
“skala keadilan tidak ditergantungkan pada prasangka-prasangka
perseorangan (personal prejudices) yang tentu saja itu bersifat buta”.
Melalui hal tersebut di atas Pasal 4 ayat (1) dan Pasal 6 ayat (2)
Undang-Undang No.48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman
menentukan:
Pasal 4 ayat (1):
“Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-
bedakan orang”.
Pasal 6 ayat (2)
“Tidak seorang pun dapat dijatuhi pidana kecuali apabila
pengadilan karena alat pembuktian yang sah menurut
Undang-Undang, mendapat keyakinan bahwa seseorang yang
dianggap dapat bertanggung jawab, telah bersalah atas
perbuatan yang didakwakan atas dirinya”.
C. Keterangan Terdakwa
10) Bahwa terdakwa tidak lari dari tempat kejadian dan menutup
wajah korban dengan jaket milik terdakwa setelah memeriksa
apakah korban masih hidup atau telah meninggal;
Berdasarkan Keterangan Saksi Agus Septiana:
Bahwa Saksi melihat terdakwa mengusap wajah korban;
Bahwa reaksi saksi mundur kemudian melihat terdakwa membuka
jaket menutup tubuh korban kemudian diam berdiri di dekat
korban;
Bahwa Terdakwa tidak kabur dan diam diluar kelas;
V. KESIMPULAN