Srg
Kepada Yth.
Majelis Hakim Pengadilan Negeri Serang
Pemeriksa Perkara Pidana No. 41/Pid.Sus/2018/PN.Srg
Di –
Serang
Dan Yth
Jaksa Penuntut Umum
Dari Kejaksaan Negeri Cilegon.
Kami masing-masing penasehat hukum /advokat pada Kantor Hukum (Law Office) LKBH
FPP yang dahulu berlamat di Jl. Stasiun No. 45 RT.02 RW.01 Link. Jombang Masjid
Kelurahan Jombang Wetan Kecamatan Jombang Kota Cilegon, dan sekarang beralamat di Jl.
Sultan Ageng Tirtayasa, Basement Gedung Cilegon Plaza mandiri Kota Cilegon, berdasarkan
Surat Kuasa tertanggal 20 Desember 2018, bertindak untuk dan atas nama;
I. PENDAHULUAN
Pertama-tama, marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Allah Swt, Tuhan Yang
Maha Esa karena berkat rahmat serta hidayah-Nya kita semua dapat menjalankan
persidangan TERDAKWA AGUS GUNAWAN tanpa halangan berarti dan semoga hingga
akhir persidangan ini rahmat serta hidayah-Nya tetap tercurahkan kepada kita semua
sehingga kebenaran dan keadilan dapat kita tegakkan baik demi kepentingan hukum maupun
masyarakat, khususnya bagi kepentingan TERDAKWA yang berada dalam posisi sebagai
pelaku karena duduk di “bangku Panas” setelah didakwa oleh Penuntut Umum melakukan
Tindak Pidana pencurian dengan pemberatan pasal 363 ayat (1) ke-4 dan ke-5 KUHP.
Keterangan Saksi
1. Bahwa fakta hukum yang terungkap di persidangan, bahwa dari keterangan para saksi
yang dihadirkan oleh Jaksa Penuntut umum (Ade Putri, Surati Binti Abdul Manan,
Anisa Nur Safitri, Desiawan Budi eko Sanjaya, Hamdan Ahfendi, Brigadir warudin,
Serda Meirzan) hanya saksi korban saja (Ade Putri) saja yang mengetahui dugaan
adanya persetubuhan yang dilakukan oleh terrdakwa, selebihnya hanya mengetahui
dari cerita saksi korban
3. Bahwa saksi korban mengatakan terdakwalah yang pertama kali menghubungi dan
mengajak korban untuk pergi ke Krakatau Junction namun hal tersebut dibantah oleh
terdakwa karena korban sendiri yang menghubungi terdakwa dan mengajak untuk
pergi ke krakatau junction
4. Bahwa menurut keterangan saksi korban, bahwa setelah makan dan minum di
Krakatau junction terkawa mengajak korban ke rumah terdakwa untuk dikenalkan
sama orang tua terdakwa, namun hal tyersebut disangkal oleh terdakwa karena pada
saat itu terdakwalah yang mengajak pulang korban namun korban sendiri yang
menolak untuk diajak pulang dan korban sendiri yang mengajak terkawa ke rumah
terdakwa dengan dalih ingin tahu rumah terdakwa
5. Bahwa pada keterangan saksi menyebutkan bahwa pada saat musyawarah yang
dilakukan di rumah ketua RT, terdakwa mengakui atas perbuatan yang dilakukan
terhadap korban namun hal tersebut dibantah karena pada saat musyawarah tersebut
dilakukan, terdakwa sama sekali tidak diberikan kesempatan untuk menjelaskan
permasalahan yang sebenarnya, terdakwa merasa takut dan merasa tertekan
Bahawa yang dimaksud dengan unsur ini adalah semua orang yang bisa
mempertangungjawabkan perbuatannya di Pengadilan, dengan keadaan tubuh sehat
jasmani dan rohani, bahwa Terdakwa Aditya Pravasta bin Samsul Rijal termasuk
didalamnya; (unsur ini TERBUKTI)
Bahwa apabila Jaksa Penuntut Umum (JPU) memaksakan saksi korban Ade Putri
mengalami kejadian persetubuhan yang dilakukan oleh Terdakwa sebagaimana uraian
pernyataan saksi dalam surat Tuntutannya, hal tersebut tidak dapat dijadikan sebagai
patokan oleh Majelis Hakim dalam memutus perkara yang meyakinkan bahwa
Terdakwa secara sah dan meyakinkan bersalah telah melakukan persetubuhan. karena
sifatnya ULUS TENTI NULUS TESTI (satu saksi bukan saksi) sebagaimana uraian
Pasal 185 ayat (2) yang menyatakan bahwa “keterangan seorang saksi saja tidak
cukup untuk membuktikan bahwa Terdakwa bersalah terhadap perbuatan
yang didakwakan kepadanya”. Selanjutnya dalam Pasal 1 ayat (26) KUHAP
menyatakan bahwa “saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan
guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang statu perkara
pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri, dan ia alami sendiri”. Dalam
uraian tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) setelah dibaca dan dipahami secara
seksama, dinyatakan hanya saksi korban yang mengetahui adanya tuduhan
persetubuhan yang dilakukan oleh terdakwa terhadap saksi korban, sementara saksi-
saski yang lain yakni Surati Binti Abdul Manan, Anisa Nur Safitri, Desiawan Budi
eko Sanjaya, Hamdan Ahfendi, Brigadir warudin, Serda Meirzan hanya mengetahui
berdasarka cerita saksi korban. Hal tersebut tidak dapat dibenarkan dalam hukum
pidana yang berlaku di negara kita, apalagi Terdakwa membantah dengan tegas
tuduhan tersebut.
Unsur ini dapat diartikan bahwa terdakwa memaksa terdakwa memaksa korban
melakukan pemaksaan untuk melakukan persetubuhan.
Unsur ini TIDAK TERBUKTI.
7. Bahwa berdasarkan fakta-fakta hukum yang terurai diatas, dapat disimpulkan bahwa
Jaksa penuntut umum tidak mampu membuktikan tuntutannya, Jaksa Penuntut Umum
(JPU) dalam pembuktiannya tidak mendasarkan kepada alat bukti yang sah menurut
hukum yang bersumber dari fakta-fakta hukum yang terungkap di persidangan dalam
perkara aquo sebagaimana yang diperintahkan oleh ketentuan dalam Pasal 184-189
Kitab Undang-undan Hukum Acara Pidana (KUHAP). Oleh karena itu tidak lah tepat
apabila Majelis Hakim menjadikan rujukan dalam putusannya, hal ini diertegas dan
diatur dalam ketentuan Pasal 183 Kitab Undang-undang Hukum acara Pidana.
Selengkapnya berbunyi: “Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada
seorang kecuali apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, ia
memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi dan
bahwa Terdakwa yang bersalah melakukannya”.
8. Bahwa dalam tuntutan Jaksa Penuntut Umum (JPU) terdapat hal-hal yang
memberatkan Terdakwa dalam persidangan, diantaranya adalah: bahwa Terdakwa
tidak mengakui perbuatannya. Bahwa terdakwa yang diadili mempunyai hak ingkar
didepan pengadilan yang dijamin oleh Undang-Undang tersebut, jika JPU
menyatakan terdakwa tidak mengakui perbuatannya dipersidangan, sehingga
memberatkan terdakwa maka hal itu tidak benar, karena bertentangan dengan pasal
29 Undang-Undang No. 4 Tahun 2004 Tentang Pokok Kekuasaan Kehakiman;
9. Bahwa berdasarkan Pasal 3 (1) & Pasal 3 (2) Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004
tentang Pokok Kekuasaan Kehakiman menyatakan bahwa “semua peradilan di
seluruh Republik Indonesia adalah peradilan Negara yang ditetapkan Undang-
Undang, Peradilan Negara menerapkan dan menegakkan hukum dan keadilan
berdasarkan Pancasila”. Mohon Majelis Hakim menerapkan hukum demi keadilan
yang benar;
Bahwa dari uraian pledooi diatas, mohon kiranya Majelis Hakim Pengadilan Negeri
Serang yang mengadili perkara aquo, berkenan dapat memberikan putusan sebagai berikut:
1. Menyatakan Terdakwa tidak secara sah dan meyakinkan melakukan Tindak Pidana
sebagaimana yang dituduhkan oleh Jaksa Penuntun Umum;
2. Membebaskan Terdakwa dari segala dakwaan;
3. Memulihkan dan merehabilitasi nama baik Terdakwa dalam kemampuan, kedudukan
dan harkat serta martabatnya;
4. Membebankan semua biaya perkara kepada negara;
Atau ;
Apabila Majelis Hakim yang terhormat, mempunyai pendapat hukum yang
berbeda, Mohon Terdakwa diberikan Putusan hukuman yang seadil-adilnya;