Anda di halaman 1dari 12

Nama : Sesilia Della

NIM : 20501010011035
No. Absen : 03 (Kasus Pembunuhan di Sumatera)

NOTA PEMBELAAN
No. Reg Perkara : PDM-93/SLWSTGH/04/2018
Atas Nama Terdakwa ANTON SUPRIYADI bin ADE ILHAM

Kepada Yth.
Majelis Hakim Pemeriksa Perkara A Quo
Yang bertandatangan di bawah ini,
1. Sesilia Della, S.H., M.H.
2. Bima Geraldi, S.H.
Kesemuanya adalah Advokat pada LAW FIRM DELLA & ASSOCIATES yang
berkantor di Gedung Griya Shanta Lt. 2, Jalan Soekarno Hatta II Nomor 41, Kota Palu,
dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama serta kepentingan klien kami berdasarkan
Surat Kuasa Khusus tertanggal 1 Mei 2018 atas nama :
Nama Lengkap : ANTON SUPRIYADI bin ADE ILHAM
Tempat Lahir : Palu
Umur/Tanggal Lahir : 36 Tahun/ 01 Maret 1986
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jalan Harapan No. 23, Kota Palu, Sulawesi Tengah
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SMA
Dengan ini perkenankan kami selaku Penasihat Hukum dalam perkara ini menjalankan
hak kami untuk menyampaikan pembelaan (Pledoi) atas Surat Tuntutan (Requisitoir)
Sdr. Jaksa Penuntut Umum.
Bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Sdr. Jaksa Penuntut Umum dalam surat
dakwaannya dengan dakwaan yang berbentuk Subsidair-Primair, dengan uraian sebagai
berikut :
PRIMAIR
Pasal 354 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
SUBSIDAIR
Pasal 351 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

Majelis Hakim Yang Mulia,


Saudara Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati
Bahwa surat tuntutan (Requisitoir) Sdr. Jaksa Penuntut Umum telah dibacakan pada
persidangan di Pengadilan Negeri Palu yang terbuka untuk umum, dimana Terdakwa
telah dinyatakan terbukti melakukan perbuatan pidana sebagaimana yang diatur dan
diancam Pasal 354 ayat (1) dan Pasal 351 ayat (2) KUHP, maka pada kesempatan ini
izinkanlah kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa menyampaikan Pledoi yang kami
bagi menjadi beberapa bagian sebagai berikut :

PENDAHULUAN
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan kekuatan fisik dan mental kepada kita semua, hingga pada akhirnya kami
selaku Penasihat Hukum dari Terdakwa dapat menyusun dan membacakan Pledoi ini.
Selanjutnya, kami sampaikan ucapan terima kasih kepada Majelis Hakim yang telah
memberikan kesempatan kepada kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa untuk
menyampaikan Nota Pembelaan (pledoi) atas tuntutan Jaksa Penuntut Umum
sebelumnya.

Majelis Hakim Yang Mulia,


Saudara Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati,

Sudah menjadi rahasia umum bahwa dalam bertetangga kita harus saling menghormati.
Dalam kasus ini, Korban menyetel musik terlalu keras pada malam hari sehingga
membuat Terdakwa sebagai tetangga dari Korban merasa terganggu. Padahal dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tersendiri ada pasal soal membuat riuh yang
mengganggu waktu tidur orang lain. Aturan tersebut diatur dalam Pasal 503 Angka 1
KUHP yang berbunyi, “Diancam dengan pidana kurungan paling lama tiga hari atau
pidana denda paling banyak dua ratus dua puluh lima rupiah: 1. Barangsiapa
membikin ingar atau riuh, sehingga ketentraman malam hari dapat terganggu.”
Dalam surat dakwaannya, Penuntut Umum menyebutkan bahwa Terdakwa sudah
mendatangi rumah Korban untuk memperingatinya agar tidak menyetel musik terlalu
keras. Terhitung sudah tiga kali Terdakwa memperingati Korban namun Korban tidak
mengindahkan peringatan Terdakwa.
Setelah membaca Surat Tuntutan JPU dengan teliti dan seksama serta berdasarkan
fakta-fakta yang terungkap di persidangan, kami menyatakan tidak sependapat dengan
tuntutan JPU tersebut karena Terdakwa terlanjur kesal Korban tidak beritikad baik
untuk menghargai lingkungan sekitar dengan membuat kebisingan pada larut malam.
Majelis Hakim Yang Mulia,
Saudara Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati,

Berdasarkan hasil pemeriksaan saksi-saksi, saksi ahli, pemeriksaan Terdakwa dan bukti-
bukti yang diajukan dalam perkara ini, kami selaku Penasihat Hukum dari Terdakwa
berkewajiban mengemukakan apa yang benar dan apa yang salah, apa yang masuk akal
dan apa yang tidak masuk akal. Karena dengan demikianlah kebenaran baru dapat
terungkap dalam persidangan yang terhormat ini.
Setelah mendengar dan mempelajari surat tuntutan (Repuisitoir) dari Jaksa Penuntut
Umum, maka kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa menyampaikan pembelaan
sebagai berikut:

I. DAKWAAN JAKSA PENUNTUT UMUM


Bahwa saudara Jaksa Penuntut Umum dalam surat dakwaannya telah mendakwa
ANTON SUPRIYADI bin ADE ILHAM dengan dakwaan sebagaimana diatur dan
diancam dengan pidana pada Pasal 354 ayat (1) dan Pasal 351 ayat (2) Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana, dan saudara Jaksa Penuntut Umum telah menjelaskan unsur-
unsur tersebut dan menurut Jaksa Penuntut Umum unsur-unsur tersebut telah terbukti
dengan jelas. Saudara Jaksa Penuntut Umum telah mendakwa terdakwa ANTON
SUPRIYADI bin ADE ILHAM bersalah dan dapat dikategorikan sebagai orang jahat
yang melanggar hukum dan patut dihukum karena telah melakukan tindak pidana Pasal
354 ayat (1) dan Pasal 351 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Akan tetapi,
apakah benar saudara ANTON SUPRIYADI bin ADE ILHAM telah melakukan
kejahatan itu? Sebelum menyampaikan pembelaan, terlebih dahulu kami mencoba untuk
menggali dan memahami kronologis perkara ini yaitu melihat dengan seksama duduk
perkara ini dengan seksama duduk perkara ini dengan menempatkan kebenaran di atas
segalanya demi terciptanya penegakan hukum yang adil berdasarkan Ketuhanan Yang
Maha Esa.
II. FAKTA-FAKTA DALAM PERSIDANGAN
A. Keterangan Saksi-Saksi
1. Saksi Korban BUDI UTAMA : di bawah sumpah pada pokoknya
menerangkan sebagai berikut :
- Bahwa saksi membenarkan keterangannya di BAP yang dibuat dan
ditandatangani di Penyidik.
- Saksi merupakan tetangga dengan terdakwa dan tidak ada hubungan
keluarga maupun pekerjaan.
- Bahwa benar pada saat kejadian saksi berada di dalam rumahnya di
Jalan Harapan No. 22, Kota Palu sedang asyik berkaraoke dengan
saudara saksi JOKO NINGRAT yang sedang menginap di rumah
saksi korban.
- Bahwa benar pada hari Minggu tanggal 19 April 2018 sekitar pukul
23.00 WITA terdakwa mendatangi rumah saksi korban untuk
memperingati tidak menyetel musik terlalu keras
- Bahwa benar pada hari Senin tanggal 20 April 2018 sekitar pukul
00.35 WITA terdakwa kembali mendatangi rumah saksi korban
untuk kedua kalinya.
- Bahwa benar bahwa saksi korban tidak mengurangi volume musik
karaoke setelah diperingatkan oleh terdakwa
- Bahwa benar pada hari Senin tanggal 20 April 2018 sekita pukul
02.00 WITA terdakwa kembali mendatangi rumah saksi korban
untuk ketiga kalinya dan memukuli saksi korban di bagian kepala.
Tanggapan terdakwa ANTON SUPRIYADI bin ADE ILHAM

- Terdakwa datang ke rumah saudara BUDI UTAMA untuk


memperingatkannya untuk tidak menyetel musik terlalu keras karena
sudah larut malam
- Korban telah membuat terdakwa kesal karena tidak menghiraukan
peringatannya sebanyak dua kali.
- Korban tidak beritikad baik untuk menghargai lingkungan sekitar
dengan membuat kebisingan pada larut malam.
- Terdakwa mengakui telah memukuli korban di bagian kepala sampai
hilang kesadarannya.

2. Saksi JOKO NIGRAT : di bawah sumpah pada pokoknya menerangkan


sebagai berikut :
- Bahwa saksi membenarkan keterangan di BAP yang dibuat dan
ditandatangani di Penyidik
- Saksi tidak kenal dengan terdakwa tidak ada hubungan keluarga
maupun pekerjaan.
- Bahwa benar pada saat kejadian saksi Bersama korban ANTON
SUPRIYADI bin ADE ILHAM berada di rumahnya saksi korban.
- Bahwa benar pada hari Minggu tanggal 19 April 2018 sekitar pukul
23.00 WITA terdakwa mendatangi rumah saksi korban untuk
memperingati tidak menyetel musik terlalu keras
- Bahwa benar pada hari Senin tanggal 20 April 2018 sekitar pukul
00.35 WITA terdakwa kembali mendatangi rumah saksi korban
untuk kedua kalinya.
- Bahwa benar bahwa saksi dan saksi korban tidak mengurangi volume
musik karaoke setelah diperingatkan oleh terdakwa
- Bahwa benar pada hari Senin tanggal 20 April 2018 sekitar pukul
02.00 WITA terdakwa kembali mendatangi rumah saksi korban
untuk ketiga kalinya dan memukuli saksi korban ANTON
SUPRIYADI bin ADE ILHAM di bagian kepala sampai hilang
kesadarannya.
Tanggapan terdakwa ANTON SUPRIYADI bin ADE ILHAM

- Terdakwa membenarkan seluruh keterangan saksi

B. Keterangan Saksi Ahli


1. Saksi Ahli dr. Vina Gst : dibawah sumpah pada pokoknya menerangkan
sebagai berikut:
- Bahwa benar saksi sebagai dokter di Rumah Sakit Siloam Palu.
- Bahwa benar saksi tidak mengenal terdakwa dan korban serta tidak
mempunyai hubungan keluarga maupun pekerjaan.
- Bahwa benar pada hari Selasa tanggal 21 April 2018 saksi
menangani visum et repertum korban BUDI UTAMA.
- Bahwa benar terdapat luka bekas hantaman benda tumpul pada
pelipis kiri, pipi sebelah kiri, mulut, serta gigi seri patah pada korban
BUDI UTAMA
Tanggapan terdakwa ANTON SUPRIYADI bin ADE ILHAM

- Terdakwa tidak menggunakan benda tumpul dalam memukuli


korban, terdakwa hanya menggunakan tangan kosong.

C. Surat-Surat
- 1 (satu) lembar Asli surat keterangan Visum et Repertum dari Rumah
Sakit Siloam Palu tertanggal 22 April 2018.
D. Keterangan Terdakwa
Keterangan terdakwa ANTON SUPRIYADI bin ADE ILHAM di
persidangan pada pokoknya sebagai berikut:

- Terdakwa pernah diperiksa dan memberikan keterangan di


penyidikan dan masih membenarkan keterangannya dalam
penyidikan.
- Terdakwa pada hari Minggu tanggal 19 April 2018 mulai dari pukul
23.00 sampai 00.35 sudah memperingati korban untuk tidak
membuat kebisingan sebanyak dua kali tapi dihiraukan oleh korban
- Terdakwa terlanjur kesal pada saat mendatangi rumah korban untuk
ketigakalinya dan langsung memukuli korban.

III. TANGGAPAN ATAS FAKTA YANG TERUNGKAP DI PERSIDANGAN


Bahwa berdasarkan keterangan saksi, keterangan saksi ahli, dan keterangan
terdakwa, tidak ada satupun yang menyebutkan bahwa Terdakwa memiliki niat untuk
melukai berat orang lain.

IV. ANALISA YURIDIS


Bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam Persidangan, perkenankan
kami menyampaikan pembelaan kami terhadap Terdakwa. Maka selanjutnya kami
akan menguraikan serta menganalisa satu persatu unsur Pasal 354 ayat (1) dan Pasal
351 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang dikaitkan dari fakta-fakta
persidangan dan Analisa fakta serta analisa yuridis dalam setiap unsur pasal dengan
mengacu kepada dakwaan yang dituntut oleh Jaksa Penuntut Umum kepada
Terdakwa, yaitu sebagai berikut :
Pasal 354 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana yang berbunyi :
“Barangsiapa dengan sengaja melukai berat orang lain, dihukum karena
menganiaya berat, dengan hukuman penjara selama-lamanya delapan tahun.”
Unsur-unsur yang terdapat dalam pasal ini yaitu :

1. Barangsiapa
2. Kesengajaan
3. Melukai berat orang lain

Ad. 1 Unsur Barang Siapa


“Barang siapa" dimaksud adalah orang atau subyek hukum yang mempunyai
tanggungjawab dan dapat dipertanggungjawabkan menururt hukum atas
perbuatan yang dilakukannya. bahwa terbukti dipersidangan yang bernama
terdakwa ANTON SUPRIYADI bin ADE ILHAM adalah subyek hukum yang
dimaksud yang identitasnya telah sesuai dengan yang disebutkan dalam surat
dakwaan. Oleh karena selama dipersidangan ternyata terdakwa dalam keadaan
sehat, baik jasmani maupun rohani maka tidak ada satupun alasan yang
diemukan dalam diri terdakwa yang dapat meniadakan untuk menghapuskan
kesalahan terdakwa dan dipandang cakap sebagai subyek hukum.
Bahwa dalam surat Perintah Penangkapan, surat Penahanan, surat Dakwaan, dan
surat Tuntutan Jaksa Penuntut Umum kemudian pemeriksaan Identitas
Terdakwa pada sidang pertama yang telah dibenarkan oleh Terdakwa adalah
benar Bernama ADE SUPRIYADI bin ADE ILHAM sehingga tidak terjadi
error in persona. Namun demikian unsur tersebut tidak dapat berdiri sendiri,
maka untuk menentukan kapasitas atau dapat dipandang sebagai pelaku tindak
pidana, harus dibuktikan dahulu unsur yang lainnya, yang sudah dirumuskan
dalam pasal tersebut.

Ad. 2 Unsur Kesengajaan


Bahwa Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tidak memberikan definisi tentang
apa yang maksud "dengan sengaja" namun DaIam MvT "sengaja" berarti
"Willens en weten" (menghendaki dan mengetahui), yang berarti bahwa
sipembuat menghendaki apa yang dilakukannya dan harus mengetahui apa yang
dikehendakinya. Artinya seseorang yang melakukan suatu tindakan dengan
sengaja harus menghendaki atau menginsyafi tindakan tersebut dan / atau
akibatnya (EY. Kanter, Azas-azas Hukum Pidana Indonesia dan Penerapannya,
halaman 167). Kemudian para pakar hukum pidana membagi tiga bentuk
tingkatan sengaja, yaitu :
1. Sengaja sebagai niat (Opzet als oormeerk), yakni bila orang sengaja
melakukan suatu tindak pidana dengan maksud untuk mencapai tujuan
yang dikehendakinya;
2. Sengaja dengan kesadaran Pasti terjadi (Opzet bij zekerheids bewijzijn),
yaitu bila orang melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan yang
dikehendaki, sedang ia menyadari bahwa suatu hal lain yang tidak
dimaksudkan sebagai tujuan pasti akan terjadi;
3. Sengaja dengan insyaf akan kemungkinan (Dolus eventuQlis), yaitubila
orang melakukan suatu perbuatan, sedang ia mengetahui bahwa
mungkin perbuatan yang dilakukannya itu akan menimbulkan akibat
lain yang tidak dimaksudkan.
Bahwa kesengajaan yang dimaksudkan dalam pasal 354 ayat (1) KUHP adalah
bentuk kesengajaan yang dilakukan dengan niat yang memang diinginkan oleh si
pelaku agar menimbulkan luka berat (Opzet Als Ooormeerk).
Namun dalam surat dakwaannya, Jaksa Penuntut Umum tidak menguraikan
bahwa Terdakwa memiliki kesengajaan yang dilakukan dengan niat untuk
menimbulkan luka berat. Jaksa Penuntut Umum hanya menjelaskan bahwa
Terdakwa kesal karena Korban tidak mengindahkan permintaannya untuk tidak
menyetel musik keras-keras. Karena merasa kesal itu kemudian Terdakwa
memukul Korban, disini jelas terbukti bahwa Terdakwa tidak memiliki unsur
kesengajaan untuk menimbulkan luka berat pada korban. Dalam tanggapan
Terdakwa terhadap keterangan saksi, Terdakwa menjelaskan bahwa ia tidak
menggunakan benda tumpul dalam memukuli korban, terdakwa hanya
menggunakan tangan kosong.
Bahwa walaupun Terdakwa tidak memiliki kesengajaan untuk menimbulkan
luka berat pada Korban, namun Korban tetap saja mengalami luka berat akibat
perbuatan yang dilakukan oleh Terdakwa.
Bahwa unsur ini berkaitan erat dengan unsur berikutnya, sehingga untuk dapat
menilai apakah terdakwa melakukan perbuatannya dengan kesengajaan
tersebutlah haruslah terlebih dahulu dipertimbangkan unsur berikutnya. Karena
unsur ini masih bergantung kepada salah satu bentuk perbuatan yang terdapat
dalam unsur ke-3 yaitu “Melukai berat orang lain.”
Bahwa dengan demikian unsur ke-2 akan dipertimbangkan setelah
mempertimbangkan unsur ke-3.

Ad 3. Unsur Melukai Berat Orang Lain


Mengenai luka berat disini bersifat abstrak bagaimana bentuknya luka berat,
luka berat yang telah di jelaskan pada Pasal 90 KUHP sebagai berikut:
Luka berat berarti :
a. Jatuh sakit atau luka yang tak dapat diharapkan akan sembuh lagi dengan
sempurna atau yang dapat mendatangkan bahaya maut.
b. Senantiasa tidak cakap mengerjakan pekerjaan jabatan atau pekerjaan
pencaharian.
c. Tidak dapat lagi memakai salah satu panca indra.
d. Mendapat cacat besar.
e. Lumpuh (kelumpuhan).
f. Akal (tenaga faham) tidak sempurna lebih lama dari empat minggu.
g. Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan.
Berdasarkan uraian pasal di atas, dalam hal ini mengandung pengertian bahwa
perbuatan terdakwa ANTON SUPRIYADI bin ADE ILHAM menyebabkan
korban BUDI UTAMA melewati masa koma selama seminggu dan menderita
gegar otak serta menerima 5 jahitan di kepalanya.

Bahwa berdasarkan keterangan saksi ahli dr. Vina Gst dan bukti berupa surat
keterangan Visum et Repertum dari Rumah Sakit Siloam Palu tertanggal 22
April 2018, Korban tidak memenuhi definisi luka berat sebagaimana dijelaskan
pada Pasal 90 KUHP, dengan analisis sebagai berikut:
a. Jatuh sakit atau luka yang tak dapat diharapkan akan sembuh lagi dengan
sempurna atau yang dapat mendatangkan bahaya maut.
Korban BUDI UTAMA memang mengalami masa koma selama seminggu
dan menderita gegar otak serta menerima 5 jahitan di kepalanya, namun
Korban tetap mempunyai kemungkinan untuk sembuh, dan perbuatan
Terdakwa tidak mendatangkan bahaya maut bagi korban.
b. Senantiasa tidak cakap mengerjakan pekerjaan jabatan atau pekerjaan
pencaharian.
Karena Korban hanya mengalami masa koma selama seminggu, dapat
disimpulkan bahwa Korban masih dapat atau cakap untuk mengerjakan
pekerjaan jabatan atau pekerjaan pencaharian setelah melewati masa
penyembuhan.
c. Tidak dapat lagi memakai salah satu panca indra.
Bahwa berdasarkan surat keterangan Visum et Repertum, Korban tidak
mengalami cedera yang menyebabkan panca indranya tidak dapat lagi
digunakan.
d. Mendapat cacat besar.
Bahwa berdasarkan Keterangan Saksi Ahli Dr. Vina Gst, Korban
mendapatkan luka bekas hantaman benda tumpul pada pelipis kiri, pipi
sebelah kiri, mulut, serta gigi seri patah. Namun hal ini tidak dapat
digolongkan sebagai cacat besar.
e. Lumpuh (kelumpuhan).
Bahwa berdasarkan Keterangan Saksi Ahli dan Surat Keterangan Visum et
Repertum, Korban tidak mengalami kelumpuhan.
f. Akal (tenaga faham) tidak sempurna lebih lama dari empat minggu.
Bahwa berdasarkan Keterangan Saksi Ahli dan Surat Keterangan Visum et
Repertum, akal (tenaga faham) Korban tetap normal.
g. Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan.
Bahwa Korban adalah seorang laki-laki maka unsur ini tidak akan menjadi
pertimbangan.
Bahwa berdasarkan fakta hukum yang terungkap di persidangan dan Analisa
Yuridis sebagaimana telah diuraikan di atas, maka Penasihat Hukum
berpendapat perbuatan terdakwa tersebut di atas secara kontekstual tidak
memenuhi maksud dan tujuan dari unsur ke-3 Pasal 354 ayat (1) KUHP, atau
menurut hemat Penasihat Hukum unsur ini tidak terpenuhi oleh perbuatan
Terdakwa.
Bahwa oleh karena salah satu unsur dalam Dakwaan Kesatu tidak terpenuhi,
maka unsur ke-2 tidak perlu dipertimbangkan lagi kebenarannya dan kepada
Terdakwa haruslah dinyatakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan dalam
Dakwaan Kesatu tersebut.

Pasal 351 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana


Bahwa unsur-unsur dalam dakwaan subsidair Pasal 351 ayat (2) KUHP hampir
sama seperti unsur-unsur dalam dakwaan primair Pasal 354 ayat (1), maka unsur
pada Pasal ini tidak perlu dibuktikan.

Majelis Hakim yang Terhormat,


Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati,
Serta Sidang Yang Kami Muliakan,

Bahwa berdasarkan keterangan semua saksi-saksi seperti Korban BUDI UTAMA,


Saksi JOKO NIGRAT, dan Saksi Ahli dr. Vina Gst, semuanya tidak ada yang
memberikan keterangan adanya perbuatan Terdakwa memiliki niat untuk melukai berat
atau menimbulkan luka berat pada Korban. Hal ini selaras dengan keterangan Terdakwa
bahwa ia merasa kesal pada Korban sehingga memukulnya, tanpa memiliki niat untuk
melukai berat atau menimbulkan luka berat.
Bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut dan mengacu pada Pasal 354 ayat (1) dan 351
ayat (2) KUHP, Penuntut umum terlalu memaksakan kehendak dengan melihat secara
sempit unsur-unsur yang terkandung dalam kedua Pasal tersebut, tanpa memperhatikan
bahwa memang Terdakwa tidak pernah memiliki niat untuk melukai berat atau
menimbulkan luka berat.

KESIMPULAN DAN PENUTUP


Proses peradilan pidana adalah suatu persidangan yang sangat berbeda dengan proses
persidangan lainnya, karena dalam suatu proses persidangan pidana haruslah dapat
diukur seberapa jauh kesalahan (schuld) yang terdapat pada diri seorang Terdakwa pada
dugaan tindak pidana yang didakwakan tanpa ada sedikitpun keraguan pada Hakim
Pemeriksa suatu perkara tentang hal tersebut, untuk kemudian berdasarkan hal ini dapat
pula diukur dan dimintakan seberapa besar pertanggungjawaban pidana dilekatkan pada
seorang Terdakwa, hal ini pula yang disampaikan Curzon LB Cuzon dalam bukunya
“Criminal Law” yang menjelaskan “bahwa untuk dapat mempertanggungjawabkan
seseorang dan karenanya mengenakan pidana terhadapnya, tidak boleh ada keraguan
sedikitpun pada diri Hakim tentang kesalahan Terdakwa” hal ini pula yang disampaikan
oleh Prof Moeljatno dalam Bukunya “Asas-Asas Hukum Pidana” dengan menerangkan
“orang-orang tidak mungkin dipertanggungjawabkan (dijatuhi pidana) kalau dia tidak
melakukan perbuatan pidana”;
Bahwa berdasarkan fakta yang telah terungkap dimuka persidangan dan penelitian
secara hukum yang kami berikan, kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa bukan ingin
mengaburkan, melainkan Mohon kepada Majelis Hakim Yang Mulia agar dapat
memberikan pertimbangan secara objektif dengan melihat semua bukti-bukti dan fakta-
fakta dalam persidangan;
Bahwa Jaksa Penuntut Umum telah menuntut Terdakwa ANTON SUPRIYADI bin
ADE ILHAM dengan pidana penjara selama LIMA TAHUN dan membayar biaya
perkara sebesar Rp. 2.500, (dua ribu lima ratus rupiah) adalah BATAL DEMI
HUKUM, oleh karena berdasarkan fakta dalam persidangan tidak ada satu alat
buktipun, baik bukti saksi dan bukti surat yang menyatakan Terdakwa bernama
ANTON SUPRIYADI bin ADE ILHAM terbukti secara sah melakukan tindak pidana
sebagaimana tindak pidana “sengaja melukai berat orang lain” yang didakwakan oleh
Jaksa Penuntut Umum dalam tuntutannya yakni Pasal 354 ayat 1 KUHP.

Majelis Hakim yang Terhormat,


Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati,
Serta Sidang Yang Kami Muliakan,

Berdasarkan semua alasan diatas kami Penasihat Hukum Terdakwa memohon dengan
segala hormat kepada Majelis Hakim Yang Mulia, yang memeriksa dan mengadili
perkara a quo, kiranya berkenan memutus yang amarnya sebagai berikut :
Primair
1. Menerima Nota Pembelaan/Pledoi Penasihat Hukum Terdakwa ANTON
SUPRIYADI bin ADE ILHAM untuk seluruhnya;
2. Menolak Surat Dakwaan yang masuk dalam Surat Tuntutan No. Reg Perkara :
PDM-93/SLWSTGH/04/2018.
3. Menyatakan Terdakwa ANTON SUPRIYADI bin ADE ILHAM tidak terbukti
secara sah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan dan dituntut
oleh Jaksa Penuntut Umum berdasarkan Pasal 354 ayat (1) Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana.
4. Menyatakan bahwa Terdakwa ANTON SUPRIYADI bin ADE ILHAM, tidak
dijatuhkan pidana berdasarkan Pasal 354 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana melainkan Pasal 351 ayat (2) KUHP sebagai tindak pidana Penganiayaan
Biasa yang mengakibatkan luka berat dengan menjatuhkan hukuman yang
seringan-ringannya.

Subsidair
Apabila Majelis Hakim Yang Mulia berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-
adilnya (ex aequo et bono).
Demikianlah Nota Pembelaan atau Pledoi ini kami bacakan pada persidangan hari
ini, atas perhatian dan pertimbangan Majelis Hakim Yang Mulia kami ucapkan
terima kasih.

Hormat Kami
Kuasa Hukum TERDAKWA,

Sesilia Della, S.H., M.H.


Bima Geraldi, S.H.

Anda mungkin juga menyukai