NIM : 20501010011035
No. Absen : 03 (Kasus Pembunuhan di Sumatera)
NOTA PEMBELAAN
No. Reg Perkara : PDM-93/SLWSTGH/04/2018
Atas Nama Terdakwa ANTON SUPRIYADI bin ADE ILHAM
Kepada Yth.
Majelis Hakim Pemeriksa Perkara A Quo
Yang bertandatangan di bawah ini,
1. Sesilia Della, S.H., M.H.
2. Bima Geraldi, S.H.
Kesemuanya adalah Advokat pada LAW FIRM DELLA & ASSOCIATES yang
berkantor di Gedung Griya Shanta Lt. 2, Jalan Soekarno Hatta II Nomor 41, Kota Palu,
dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama serta kepentingan klien kami berdasarkan
Surat Kuasa Khusus tertanggal 1 Mei 2018 atas nama :
Nama Lengkap : ANTON SUPRIYADI bin ADE ILHAM
Tempat Lahir : Palu
Umur/Tanggal Lahir : 36 Tahun/ 01 Maret 1986
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Jalan Harapan No. 23, Kota Palu, Sulawesi Tengah
Agama : Islam
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan : SMA
Dengan ini perkenankan kami selaku Penasihat Hukum dalam perkara ini menjalankan
hak kami untuk menyampaikan pembelaan (Pledoi) atas Surat Tuntutan (Requisitoir)
Sdr. Jaksa Penuntut Umum.
Bahwa Terdakwa telah didakwa oleh Sdr. Jaksa Penuntut Umum dalam surat
dakwaannya dengan dakwaan yang berbentuk Subsidair-Primair, dengan uraian sebagai
berikut :
PRIMAIR
Pasal 354 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
SUBSIDAIR
Pasal 351 ayat (2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana
PENDAHULUAN
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah
memberikan kekuatan fisik dan mental kepada kita semua, hingga pada akhirnya kami
selaku Penasihat Hukum dari Terdakwa dapat menyusun dan membacakan Pledoi ini.
Selanjutnya, kami sampaikan ucapan terima kasih kepada Majelis Hakim yang telah
memberikan kesempatan kepada kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa untuk
menyampaikan Nota Pembelaan (pledoi) atas tuntutan Jaksa Penuntut Umum
sebelumnya.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa dalam bertetangga kita harus saling menghormati.
Dalam kasus ini, Korban menyetel musik terlalu keras pada malam hari sehingga
membuat Terdakwa sebagai tetangga dari Korban merasa terganggu. Padahal dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana tersendiri ada pasal soal membuat riuh yang
mengganggu waktu tidur orang lain. Aturan tersebut diatur dalam Pasal 503 Angka 1
KUHP yang berbunyi, “Diancam dengan pidana kurungan paling lama tiga hari atau
pidana denda paling banyak dua ratus dua puluh lima rupiah: 1. Barangsiapa
membikin ingar atau riuh, sehingga ketentraman malam hari dapat terganggu.”
Dalam surat dakwaannya, Penuntut Umum menyebutkan bahwa Terdakwa sudah
mendatangi rumah Korban untuk memperingatinya agar tidak menyetel musik terlalu
keras. Terhitung sudah tiga kali Terdakwa memperingati Korban namun Korban tidak
mengindahkan peringatan Terdakwa.
Setelah membaca Surat Tuntutan JPU dengan teliti dan seksama serta berdasarkan
fakta-fakta yang terungkap di persidangan, kami menyatakan tidak sependapat dengan
tuntutan JPU tersebut karena Terdakwa terlanjur kesal Korban tidak beritikad baik
untuk menghargai lingkungan sekitar dengan membuat kebisingan pada larut malam.
Majelis Hakim Yang Mulia,
Saudara Jaksa Penuntut Umum Yang Kami Hormati,
Berdasarkan hasil pemeriksaan saksi-saksi, saksi ahli, pemeriksaan Terdakwa dan bukti-
bukti yang diajukan dalam perkara ini, kami selaku Penasihat Hukum dari Terdakwa
berkewajiban mengemukakan apa yang benar dan apa yang salah, apa yang masuk akal
dan apa yang tidak masuk akal. Karena dengan demikianlah kebenaran baru dapat
terungkap dalam persidangan yang terhormat ini.
Setelah mendengar dan mempelajari surat tuntutan (Repuisitoir) dari Jaksa Penuntut
Umum, maka kami selaku Penasihat Hukum Terdakwa menyampaikan pembelaan
sebagai berikut:
C. Surat-Surat
- 1 (satu) lembar Asli surat keterangan Visum et Repertum dari Rumah
Sakit Siloam Palu tertanggal 22 April 2018.
D. Keterangan Terdakwa
Keterangan terdakwa ANTON SUPRIYADI bin ADE ILHAM di
persidangan pada pokoknya sebagai berikut:
1. Barangsiapa
2. Kesengajaan
3. Melukai berat orang lain
Bahwa berdasarkan keterangan saksi ahli dr. Vina Gst dan bukti berupa surat
keterangan Visum et Repertum dari Rumah Sakit Siloam Palu tertanggal 22
April 2018, Korban tidak memenuhi definisi luka berat sebagaimana dijelaskan
pada Pasal 90 KUHP, dengan analisis sebagai berikut:
a. Jatuh sakit atau luka yang tak dapat diharapkan akan sembuh lagi dengan
sempurna atau yang dapat mendatangkan bahaya maut.
Korban BUDI UTAMA memang mengalami masa koma selama seminggu
dan menderita gegar otak serta menerima 5 jahitan di kepalanya, namun
Korban tetap mempunyai kemungkinan untuk sembuh, dan perbuatan
Terdakwa tidak mendatangkan bahaya maut bagi korban.
b. Senantiasa tidak cakap mengerjakan pekerjaan jabatan atau pekerjaan
pencaharian.
Karena Korban hanya mengalami masa koma selama seminggu, dapat
disimpulkan bahwa Korban masih dapat atau cakap untuk mengerjakan
pekerjaan jabatan atau pekerjaan pencaharian setelah melewati masa
penyembuhan.
c. Tidak dapat lagi memakai salah satu panca indra.
Bahwa berdasarkan surat keterangan Visum et Repertum, Korban tidak
mengalami cedera yang menyebabkan panca indranya tidak dapat lagi
digunakan.
d. Mendapat cacat besar.
Bahwa berdasarkan Keterangan Saksi Ahli Dr. Vina Gst, Korban
mendapatkan luka bekas hantaman benda tumpul pada pelipis kiri, pipi
sebelah kiri, mulut, serta gigi seri patah. Namun hal ini tidak dapat
digolongkan sebagai cacat besar.
e. Lumpuh (kelumpuhan).
Bahwa berdasarkan Keterangan Saksi Ahli dan Surat Keterangan Visum et
Repertum, Korban tidak mengalami kelumpuhan.
f. Akal (tenaga faham) tidak sempurna lebih lama dari empat minggu.
Bahwa berdasarkan Keterangan Saksi Ahli dan Surat Keterangan Visum et
Repertum, akal (tenaga faham) Korban tetap normal.
g. Gugurnya atau matinya kandungan seorang perempuan.
Bahwa Korban adalah seorang laki-laki maka unsur ini tidak akan menjadi
pertimbangan.
Bahwa berdasarkan fakta hukum yang terungkap di persidangan dan Analisa
Yuridis sebagaimana telah diuraikan di atas, maka Penasihat Hukum
berpendapat perbuatan terdakwa tersebut di atas secara kontekstual tidak
memenuhi maksud dan tujuan dari unsur ke-3 Pasal 354 ayat (1) KUHP, atau
menurut hemat Penasihat Hukum unsur ini tidak terpenuhi oleh perbuatan
Terdakwa.
Bahwa oleh karena salah satu unsur dalam Dakwaan Kesatu tidak terpenuhi,
maka unsur ke-2 tidak perlu dipertimbangkan lagi kebenarannya dan kepada
Terdakwa haruslah dinyatakan tidak terbukti secara sah dan meyakinkan
bersalah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan dalam
Dakwaan Kesatu tersebut.
Berdasarkan semua alasan diatas kami Penasihat Hukum Terdakwa memohon dengan
segala hormat kepada Majelis Hakim Yang Mulia, yang memeriksa dan mengadili
perkara a quo, kiranya berkenan memutus yang amarnya sebagai berikut :
Primair
1. Menerima Nota Pembelaan/Pledoi Penasihat Hukum Terdakwa ANTON
SUPRIYADI bin ADE ILHAM untuk seluruhnya;
2. Menolak Surat Dakwaan yang masuk dalam Surat Tuntutan No. Reg Perkara :
PDM-93/SLWSTGH/04/2018.
3. Menyatakan Terdakwa ANTON SUPRIYADI bin ADE ILHAM tidak terbukti
secara sah melakukan tindak pidana sebagaimana yang didakwakan dan dituntut
oleh Jaksa Penuntut Umum berdasarkan Pasal 354 ayat (1) Kitab Undang-
Undang Hukum Pidana.
4. Menyatakan bahwa Terdakwa ANTON SUPRIYADI bin ADE ILHAM, tidak
dijatuhkan pidana berdasarkan Pasal 354 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana melainkan Pasal 351 ayat (2) KUHP sebagai tindak pidana Penganiayaan
Biasa yang mengakibatkan luka berat dengan menjatuhkan hukuman yang
seringan-ringannya.
Subsidair
Apabila Majelis Hakim Yang Mulia berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-
adilnya (ex aequo et bono).
Demikianlah Nota Pembelaan atau Pledoi ini kami bacakan pada persidangan hari
ini, atas perhatian dan pertimbangan Majelis Hakim Yang Mulia kami ucapkan
terima kasih.
Hormat Kami
Kuasa Hukum TERDAKWA,