Anda di halaman 1dari 7

TIM 10

PENDAPAT HUKUM
(Legal Opinion)

Analisis Dugaan Kasus Penyebaran Berita Bohong (hoax) oleh


Saudara Danu Praja

TIM 10
2022
TIM 10

A. Posisi Kasus ( Statement of Facts )

1. Bahwa sedang terjadi Demonstrasi Mahasiswa pada bulan April 2022, dimana salah
satu poin yang diangkat adalah Big Data milik Luhut Binsar Padjaitan, M.P.A.
Dimana 60% dari 110 responden menyatakan kesetujuannya dengan pengangkatan
Jokowi selama 3 periode.
2. Penyebaran berita palsu dengan narasi “JOKOWI ANCAM MAHASISWA YANG
DEMO TOLAK 3 PERIODE DENGAN DROP OUT (DO) DARI KAMPUS Buntut
dari demo Mahasiswa BEM se-Indonesia Akhirnya Jokowi murka & ancam
Mahasiswa akan Men-Drop Out (DO) dari Kampus. Apakah para Mahasiswa akan
Gentar?
3. Bahwa berita bohong yang disebarkan telah menimbulkan kesalahpahaman,
kegelisahan, dan kericuhan pada demonstrasi yang terjadi.
4. Bahwa hasil penelusuran polisi menemukan akun Instagram dengan nama Suas34910
dioperasikan oleh Muhammad Alif, yang berlokasi di Jl. Tidar No. 30 Jakarta
Selatan.
5. Bahwa hasil penyidikan polisi terhadap Muhammad Alif menghasilkan 2 nama: Arya
Setiawan dan Danu Praja.
6. Bahwa Polisi mendatangi rumah kedua tersangka tanpa surat penyidikan. Namun,
Danu menolak ditangkap karena merasa tidak melakukan tindakan tersebut.
7. Bahwa kemudian ditemukan bukti cuplikan layar obrolan Danu dengan Alif yang
berisi perencanaan pembuatan berita hoax di ponsel pintar Danu, yang kemudian
dijelaskan bahwa cuplikan tersebut merupakan lelucon antar teman yang sering
diguraukan diantara Danu dan Alif.

B. Isu Hukum

Apakah saudara Danu Praja telah melakukan perbuatan penyebaran berita bohong dan/atau
penyebaran ujaran kebencian menurut Pasal 14 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946
tentang Peraturan Hukum Pidana dan atau apabila tidak apakah yang bisa Saudara Danu
lakukan?

C. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana


2. Putusan Mahkamah Konstitusi bernomor 21/PUU-XII/2014
TIM 10

3. Undang-Undang No. 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara


Pidana (KUHAP)
4. Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
1 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik
5. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bab XVI
6. Undang Undang No. 39 tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
7. Undang Undang Dasar 1945

D. Analisis

Menimbang, bahwa:
1. Penangkapan Saudara Danu Praja dilakukan tanpa surat penyidikan maka penyidikan
tersebut tidak sesuai dengan Undang-Undang sebagai berikut:
a. Putusan Mahkamah Konstitusi bernomor 21/PUU-XII/2014 Pasal 17 Undang-Undang
No. 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP) yang
menyatakan inkonstitusional bersyarat terhadap frasa “bukti permulaan”, “bukti
permulaan yang cukup”, dan “bukti yang cukup” dalam Pasal 1 angka 14, Pasal 17 yang
berbunyi “Perintah penangkapan dilakukan terhadap seorang yang diduga keras
melakukan tindak pidana berdasarkan bukti permulaan yang cukup.”, dan Pasal 21 ayat
(1) KUHAP sepanjang dimaknai minimal dua alat bukti sesuai Pasal 184 KUHAP. Alat
bukti yang sah menurut Pasal 184 ayat (1) KUHAP adalah: Keterangan Saksi;
Keterangan ahli; Surat; Petunjuk; dan Keterangan terdakwa.

Berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi bernomor 21/PUU-XII/2014 Pasal 17


Undang-Undang No. 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP, dapat diketahui bahwa diperlukan dua barang bukti yang kuat agar dapat
melanjutkan kasus yang ada. Menurut Pasal 184 Ayat (1) KUHAP barang bukti tersebut
dapat mencangkup keterangan saksi, keterangan ahli, surat, petunjuk dan keterangan
terdakwa. Pada kasus ini, hanya terdapat satu barang bukti, yaitu kesaksian Alif. Oleh karena
itu, berdasarkan berlakunya Putusan Mahkamah Konstitusi bernomor 21/PUU-XII/2014
Pasal 17 Undang-Undang No. 8 tahun 1981 dan Pasal 184 Ayat (1) KUHAP, kasus ini
seharusnya tidak ditindaklanjuti sejak awal karena tidak memiliki barang bukti yang
mencukupi. Selain itu, juga terdapat Pasal 112 ayat 2 KUHP yang mengatur bahwa orang
yang dapat dijemput secara paksa adalah tersangka atau saksi. Pasal tersebut
TIM 10

berbunyi:”Orang yang dipanggil wajib datang kepada penyidik dan jika ia tidak datang
penyidik memanggil sekali lagi, dengan perintah kepada petugas untuk membawa
kepadanya”.

i. Dalam hal ini, polisi salah dalam melaksanakan prosedur penyidikan yang ada. Tanpa
adanya bukti yang mencukupi ataupun surat perintah penyidikan, polisi seharusnya tidak
berhak untuk mendatangi rumah Danu dan melakukan penyidikan. Dampaknya, polisi
telah melanggar hak berpendapat Danu pula yang terjadi karena penyidikan Danu yang
disebabkan oleh pendapatnya dia saja. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa polisi
telah melaksanakan prosedur dengan tidak tepat dan melanggar hak berpendapat
manusia.
ii. Pada kasus Danu, saudara tidak menerima panggilan apapun. Dia langsung didatangi
oleh pihak kepolisian untuk proses penyidikan. Oleh karena itu, berdasarkan Pasal 112
ayat 2 KUHP yang menyatakan bahwa proses pemanggilan tersangka atau saksi
seharusnya dimulai dengan pemanggilan terlebih dahulu sebelum dilakukan jemput
paksa, prosedur polisi sekali lagi salah dan tidak sesuai dengan undang-undang yang ada.
iii. Pasal 18 ayat 1 Undang-Undang No. 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang
Hukum Acara Pidana (KUHAP) berbunyi:

“Pelaksanaan tugas penangkapan. dilakukan oleh petugas kepolisian negara Republik


Indonesia dengan memperlihatkan surat tugas serta memberikan kepada
tersangka surat perintah penangkapan yang mencantumkan identitas
tersangka dan menyebutkan alasan penangkapan serta uraian singkat
perkara kejahatan yang dipersangkakan serta tempat ia diperiksa”

2. Tindakan dari Saudara Muhammad Alif yang telah menyebar berita bohong dengan kata-kata
seperti yang tertulis dalam Posisi Kasus, telah menyebabkan kesalah pahaman antar pemerintah
dan mahasiswa, serta menyebabkan kericuhan pada saat berlangsungnya demonstrasi maka
tindakan Saudara Muhammad Alif:
a. Dapat dikenakan Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946, yang dituliskan
seperti kata kata yang bertuliskan pada kasus, unsur kesengajaan bersifat tujuan karena;
Berdasarkan kasus Saudara Muhammad Alif Ia melakukan penyebaran hoaks ini dengan
kesengajaan yang bersifat tujuan karena narasi berita bohong yang ia sebarkan secara jelas
mengatakan “Apakah para mahasiswa akan gentar?”. Kalimat tersebut secara tersirat telah
TIM 10

menjelaskan bahwa Pelaku sadar bahwa berita tersebut memicu kekacauan dan keonaran
dalam kalangan rakyat dan mahasiswa, dan Menerbitkan keonaran di kalangan masyarakat.
Penafsiran menurut adat bahasa yang umum dapat dilakukan dengan Kamus Besar Bahasa
Indonesia, yang merupakan bahan hukum tersier. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Keonaran adalah Kegemparan, Kerusuhan, dan Keributan. Unsur ini menunjukkan bahwa
tindakan yang dilakukan oleh Saudara Muhammad Alif menimbulkan suatu akibat tertentu
yang pada kasus ini adalah kesalahpahaman mahasiswa dan pemerintah serta kericuhan
pada demonstrasi yang berlangsung.
3. Dalam Undang-Undang No. 19 Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, bagian Penjelasan Pasal demi
Pasal, Pasal 27 ayat (3), menyebutkan bahwa ketentuan pada ayat ini mengacu pada
ketentuan pencemaran nama baik dan/atau fitnah yang diatur dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Pidana (KUHP). Dalam hal ini, merujuk pada Kitab Undang-Undang Hukum
Pidana, Bab XVI Pasal 310.
a. Dengan merujuk Pasal 310 ayat (1) KUHP, pencemaran nama baik diartikan sebagai
perbuatan menyerang kehormatan atau nama baik seseorang dengan menuduhkan
sesuatu hal yang maksudnya terang supaya hal itu diketahui umum.
Perbuatan Saudara Muhammad Alif disini tentunya menyerang nama baik
Presiden RI, Joko Widodo dan menuduhkan suatu hal yang tidak dapat dibuktikan.
Saudara Muhammad Alif mengatakan bahwa Jokowi murka dan akan mengancam
mahasiswa untuk di drop out dari kampus. Dimana tentunya Jokowi pada nyatanya
tetap menghargai semua demonstrasi yang dilakukan karena merupakan hak rakyat
untuk menyuarakan pendapatnya sesuai dengan Undang-Undang No. 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia, dan memperbolehkan semua demonstran untuk
mengenyam pendidikan sesuai dengan Pasal 22 ayat Undang-Undang Dasar 1945
Pasal 31 ayat (1) yang berbunyi Setiap warga negara berhak mendapat pendidikan.

4. Merujuk pada Asas Presumption of Innocence dan unus testis nullus testis, maka bukti akun
yang dikatakan menurut Saudara Danu Praja ialah tidak sah karena; akun tersebut hanya
beratasnamakan Danu dan tidak ada bukti yang absah bahwa operator akum tersebut adalah
Danu, kesaksian Alif juga tidak membuat bukti akun tersebut menjadi absah karena Pasal 21
ayat (1) KUHAP sepanjang dimaknai minimal dua alat bukti sesuai Pasal 184 KUHAP.
Meskipun terdapat saksi maupun bukti lain yang dapat mendukung keabsahan akun tersebut
TIM 10

sebagai barang bukti, akun tersebut diperoleh tanpa adanya Surat Penyidikan sehingga bukti
akun palsu ini adalah tidak absah.

E. Kesimpulan dan Rekomendasi


1. Merujuk pada Putusan Mahkamah Konstitusi bernomor 21/PUU-XII/2014 Pasal 17
Undang-Undang No. 8 tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana
(KUHAP) Saudara Danu Praja tidaklah bersalah dan tidak dapat ditahan oleh pihak
kepolisian. Sejak awal, penahanan Danu dikarenakan prosedur petugas kepolisian yang
tidak benar, tanpa adanya alat bukti yang memenuhi syarat maupun pemanggilan terlebih
dahulu.
2. Sebaliknya, Alif sebagai pelaku lah yang seharusnya ditangkap atas pelanggaran terhadap
Pasal 14 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1946 dan atau Undang-Undang No. 19
Tahun 2016 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik.
3. Dalam kasus ini sebaiknya Saudara Danu Praja juga mencari bukti lebih lanjut untuk
menghindari adanya bukti-bukti yang memutar balikkan fakta seperti akun palsu tersebut
untuk menghindari penyidikan lebih lanjut dan apabila ditemukan bukti yang absah bahwa
akun tersebut merupakan buatan Muhammad Alif maka bisa menggugat tersangka dengan
Pasal 35 Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik.
4. Akhir kata, kami sangat direkomendasikan untuk mengajukan permohonan pra pengadilan
berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) Nomor 21/PUU-XII/2014 Tentang
Pengujian Undang-Undang (UU) 8/1981 tentang Kitab Hukum Acara Pidana (KUHAP),
dan menuntut sah atau tidaknya penangkapan, penahanan, penghentian penyidikan; dan
ganti kerugian berupa pemulihan nama baik dan pencabutan status tersangka Saudara Danu
Praja. yang didasari oleh kesalahan prosedur petugas kepolisian dalam menahan dan
menyidik Saudara Danu Praja.
Hormat Kami,
Advokat Lembaga Bantuan Hukum Ada Asa
TIM 10

Lampiran
A
1. Asas unus testis nullus (Ketentuan asas unus testis nullus testis mengartikan jika
keterangan saksi hanya berdiri sendiri tanpa dukungan alat bukti lainnya maka tidak
memiliki kekuatan pembuktian. Keterkaitan keterangan saksi dengan alat bukti
lainnya sangatlah penting untuk mendukung suatu pembuktian.)
O
1. opzet bij mogelijkheids- bewustzijn (Kesengajaan ini dianggap terjadi apabila dalam
gagasan si pelaku hanya ada bayangan kemungkinan belaka, bahwa akan terjadi
akibat yang bersangkutan tanpa dituju.)
2. opzet bij zekerheids- bewustzijn), (Kesengajaan semacam ini ada apabila si pelaku
dengan perbuatannya tidak bertujuan untuk mencapai akibat yang menjadi dasar dari
delict, tapi ia tahu benar bahwa akibat itu pasti akan mengikuti perbuatan itu)
3. opzet als oogmerk), (Kesengajaan ini dapat dikatakan bahwa si pelaku benar-benar
menghendaki mencapai akibat)
P
1. Presumption of Innocence ( asas yang fundamental. Asas ini menetapkan seorang
tersangka atau terdakwa sebagai orang yang tidak bersalah sampai adanya putusan
hakim yang menyatakan kesalahannya dan memiliki kekuatan hukum tetap.)
S
1. Sosial Media (merupakan platform digital komunikasi elektronik yang dapat
mempermudah kebutuhan apapun saat ini, kehadirannya menjadikan Warga Negara
Indonesia lebih muda untuk mengakses berita dan informasi sehingga memberikan
akses lebih untuk berpendapat, sosial media juga memiliki dampak buruk yang
mengakibatkan konflik apabila disalahgunakan)

Anda mungkin juga menyukai