BAB I
PENDAHULUAN
Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum (rechtsstaat) dan tidak
menjunjung tinggi hak asasi manusia dan menjamin segala warga negara
Republik Indonesia
hukum yang berlaku. Maka dari itu setiap tingkah laku warga negara tidak boleh
Sehingga hukum bersifat memaksa dan memiliki sanksi yang tegas bagi siapapun
yang melanggar.
yang adil, makmur dan sejahtera. Untuk mencapai suatu tujuan tersebut maka
seluruh warga negara baik itu rakyat, maupun pemerintah harus berkerja bersama-
sama. Keadilan yang dimaksud dapat kita lihat melalui badan-badan peradilan
1
C.S.T. Kansil. 1989. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.
Hal. 346
1
2
negara tersebut.
Ubi Societes Ibi Ius adalah ungkapan yang di kemukakan oleh Marcus
Tulius cicero yang artinya”dimana ada masyarakat disitu ada hukum”. Ungkapan
klasik tersebut memberikan gambaran bahwa kapan hukum pertama kali tercipta,
pertanyaan tersebut mengandung pengertian yaitu bahwa hukum tercipta pada saat
manusia juga, karena pada saat itulah hukum sudah ada. Jawabannya adalah sejak
Setiap negara yang berdasar atas negara hukum (rechtstaat), memiliki tiga
prinsip dasar yang dapat kita lihat diantaranya yaitu supremasi hukum (supremacy
of law), kesetaraan di hadapan hukum (equality before the law), dan penegakan
hukum dengan cara yang tidak bertentangan dengan hukum (due process of law).
meningkat, artinya kejahatan di tengah masyarakat bukan lagi hal yang aneh dan
teknologi informasi.
2
Peter Mahmud Marzuki. 2013. Pengantar Ilmu Hukum (Edisi Revisi). Jakarta : Kencana Prenanda
Media Group. Hal. 41.
3
beraktivitas sehari-hari. Padahal sudah jelas di dalam Pasal 28 G ayat (1) Undang-
tindak pidana. Salah satu tindak pidana adalah pengeroyokan. Tindak pidana
kepada orang lain dari luar batas kewajaran. Tindak pidana yang sering terjadi
yaitu Pasal 170 KHUP. Biasanya tindak pidana pengeroyokan dilakukan lebih
dari satu orang pelaku dan sudah di rencanakan menggunakan alat seperti balok,
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana pada pasal 170 KUHP yang
menyatakan bahwa:
3
Leden Marpaung. 1992. Proses Penanganan Perkara Pidana. Jakarta : Sinar Grafika. Hal 21
4
tersinggung. Tindak pidana pengeroyokan juga biasa terjadi pada saat masyarakat
menangkap pencuri di jalan maka masyarakat akan main hakim sendiri dengan
biasa kita lihat pada saat demonstrasi, para demonstrasi melakukan pengeroyokan
terhadap aparat bahkan merusak fasilitas yang ada ketika apa yang mereka
sampai hilangnya nyawa seseorang. Maka dari itu penjatuhan sanksi terhadap
tindak pidana pengeroyokan yang terjadi pada hari senin tanggal 1 Februari 2021
sekitar jam, 04.15 WITA atau setidak-tidaknya pada suatu waktu dalam bulan
Februari 2021 bertempat di Cafe Queen Tiara di Jalan Aloei Saboe Kelurahan
Wongkaditi Timur, Kecamatan Kota Utara, Kota Gorontalo atau setidaknya pada
suatu tempat yang masih daerah hukum Pengadilan Negeri Gorontalo, dengan
5
orang yang mengakibatkan luka berat, yang sebagaimana di atur dan diancam
Pidana sesuai pasal 170 ayat (2) ke-2 KUHP, sebagaimana dakwaan primair
Penuntut Umum.
masing, Khusus Terdakwa I. Rinto Djako alias Rinto Selama 7 (Tujuh) tahun,
Terdakwa II. Renaldi Paera, dan Terdakwa III. Hermanto Idrus alias Andi,
masing-masing 6 (enam) tahun dan 6 (bulan) Terdakwa IV. Saprin Kaharu alias
Apin, Terdakwa V. Meykel Djako Kodir, Terdakwa VI. Stevan Aldi Lesar alias
aldi dan Terdakwa VII. Mujahid Febrian Paera alias Ian masing-masing dengan
pidana penjara selama 6 (enam) tahun penjara dikurangi dengan penahanan yang
telah dijalanin.
Terdakwa I. Rinto Djako alias Rinto oleh karena itu dengan pidana penjara selama
6 (enam) tahun dan kepada Terdakwa II. Renaldi Paera alias Bayu, Terdakwa III.
Hermanto Idrus alias Andi, Terdakwa IV. Saprin Kaharu alias Apin, Terdakwa V.
Meykel Djako alias Kodir, Terdakwa VI. Stevan Aldi Lesar alias Aldi serta
Terdakwa VII. Mujahid Febrian Paera alias Iyan oleh karena itu dengan pidana
penjara masing-masing selama 4 (empat) tahun. Karena telah terbukti secara sah
dan menyakini bersalah melakukan tindak pidana “Di muka umum dengan tenaga
berulang-ulang;
adil ketika hanya terdakwa I Rinto Djako saja yang lebih diberatkan pidana
satu orang. Apabila mereka yang melakukan dan yang turut serta melakukan
sendiri atas segala perbuatan yan dilakukan. Maka dari itu tidaklah adil ketika
dengan terdakwa lainnya padahal terdakwa II Renaldi Paera lah penyebab mula
7
menggunakan alat berupa stick pancing untuk memukul secara berulang kali dan
bahkan ketika korban sudah tidak berdaya lagi terdakwa II Renaldi Paera tetap
memukul korban menggunakan stick pancing sampai korban tak sadarkan diri.
50/Pid.B/2021/PN Gto?
50/Pid.B/2021/PN Gto.
8
atas, maka usulan penelitian ini di harapkan agar bermanfaat sebagai berikut:
1. Manfaat Teorits
2. Manfaat Praktis
Dalam usulan penelitian ini dapat dijadikan sebagai suatu masukan atau
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Istilah ini pertama kali dikemukakan oleh Prof. Wirjono Prodjodikoro, S.H.,
digunakan secara resmi dalam UUD Sementara 1950, yaitu dalam Pasal 14 yat
(1). Secara substansif, pengertian dari istilah “peristiwa pidana” lebih munjuk
kepada suatu kejadian yang dapat ditimbulkan baik oleh perbuatan manusia
pada makna adanya suatu kelakuan manusia yang menimbulkan akbat tertentu
yang dilarang hukum di mana pelaku nya dapat dikenakan sanksi pidana.6
yang bulat, tidak memisahkan antara perbuatan dan akibatnya di satu pihak dan
kekuatan yang diancam dengan pidana, yang bersifat melawan hukum yang
4
Tegus Prasetyo. 2011. Hukum Pidana. Jakarta : Rajalawi Pers. Hal. 49
5 9
Ibid. Hal. 48.
6
Ibid. Hal. 48.
10
bertanggung jawab.7
a. Unsur objektif.
3) Kausalitas
b. Unsur subjektif.
Unsur yang terdapat atau melekat pada diri si pelaku, atau yang
7
PAF Lamintang. 1984. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia. Bandung : Sinar Baru Hal. 172.
8
Teguh Prasetyo. Op Cit. Hal. 50.
11
Menurut Prof. Moelyanto, S.H. unsur atau elemen perbuatan pidana terdiri
dari:9
Misalnya pada Pasal 418 KUHP, jika syarat seorang PNS tindak
pada pasal tersebut tidak mungkin ada, jadi dapat dikatakan bahwa
perbuatan pidana pada Pasal 418 KHUP ini ada jika pelakunya adalah
PNS.
Misalnya pada pasal 160 KHUP, ditentukan bahwa penghasutan itu harus
dilakukan di muka umum, jadi hal ini menentukan bahwa keadaan yang
umum.
9
Ibid. Hal. 52.
12
itu sendiri. Misalnya pada Pasal 362 KHUP, terdapat kalimat “dengan
perbuatan tidak dinyatakan dari hal-hal lahir, tetapi tergantung pada niat
tindak pidana:11
10
Ibid. Hal. 59.
11
Ibid. Hal.58.
14
kesalahannya
omit = meniadakan).
sebagainya.
b. Delik omissionis dapat kita jumpai pada Pasal 522 (tidak dating
air susu kepada anaknya yang masih bayi dengan maksud agar anak
kereta api yang tidak menutup pintu itu sehingga terjadi kecelakaan
(Pasal 164).
delik aduan ini tidak banyak terdapat di dalam KHUP. Siapa yang
Terdapat dua jenis delik aduan, yaitu delik aduan absolute, yang
misalnya pencurian dalam keluarga (Pasal 367 ayat (2) dan (3)).
Selanjutnya terdapat jenis-jenis delik yang lain menurut dari mana kita
berat (Pasal 351 ayat 3 dan 4). Hendaknya tidak dikacaukan dengan
pidana subversi.
f. Delik propia, yaitu tindak pidana yang di lakukan oleh orang yang
KHUP
Pidana merupakan suatu reaksi atau delik (punishment) dan berwujud suatu
nestapa yang sengaja ditimpahkan oleh Negara atau lembaga Negara terhadap
pembuat delik.12 Dapat diartikan pula bahwa pidana merupakan hukuman yang
diperbuat dan dijatuhkan vonis oleh hakim kepada orang-orang yang melangar
hukum.13
(reaksi adat) sehingga konflik yang ada dapat selesai, dan tujuan yang bersifat
12
Moeljatno. 2000. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakart: Rineka Cipta. Hal. 1.
13
Ibid. Hal. 8.
18
Adapun jenis-jenis pidana atau ancaman hukuman pidana diatur dalam Pasal
10, yaitu:15
a. Pidana Pokok:
1) Pidana Mati;
2) Pidana Penjara;
3) Pidana Kurungan;
4) Pidana Denda;
5) Pidana Tutupan
b. Pidana Tambahan:
a. Teori Pembalasan
melakukan tindak pidana. Penganjur teori ini antara lain Imanuel kant yang
mengatakan “Fiat justitia rust coelom” (walaupun besok dunia akan kiamat,
adalah tantangan kepada hukum dan keadilan. Karena itu, menurutnya penjahat
Tuhan karena itu harus dilakukan pembalasan kepada penjahat. Teori absolute
16
Erdianto Efendi. Op. Cit. Hal. 141
20
b. Teori Tujuan
antara lain Paul Anselm van Feurbach yang mengemukakan hanya dengan
teori yaitu:
1) Untuk menakuti
2) Untuk memperbaiki
3) Untuk melindungi
Teori relative atau tujuan yang tertua adalah teori pencegahan umum.
Diantara teori pencegahan umum ini yang tertua adalah teori yang bersifat
(masyarakat) terhadap suatu tindak pidana maka pelaku yang tertangkap harus
dijadikan contoh dengan pidana yang sedemikian rupa sehingga orang menjadi
taubat karenanya.
Teori relative yang lebih modern dengan teori pencegahan khusus. Teori ini
berpandangan bahwa tujuan dari pidana adalah untuk mencegah niat jahat dari si
pelaku tindak pidana yang telah dijatuhi pidana agar tidak melakukan tindak
pidana lagi.
c. Teori Gabungan
Dasar pemikiran teori gabungan adalah bahwa pemidanaan bukan saja untuk
masa lalu tetapu juga untuk masa yang akan datang, karena pemidanaannya harus
dapat memberi kepuasan bagi hakim, penjahat itu sendiri maupun kepada
masyarakat.
menyebutkan bahwa:
KUHAP bahwa:
Hakim adalah orang yang memiliki tugas atau wewenang untuk mengadili,
seseorang yang memiliki tugas dan fungsi dala mengadili suatu perkara serta
serta memeriksa perkara pidana, yang dalam hal ini pedomannya yaitu KUHAP
sebagai pejabat negara yang telah diberi wewenang untuk itu, yang diucapkan
menyebutkan bahwa:
lepas dari segala tuntutan hakim dalam hal serta menurut cara yang datur dalam
undang-undang ini”.21
Putusan pengadilan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum apabila diucapkan
sebagai berikut:
a) Tahap Mengkonstatir
Pada tahap ini, hakim akan mengkonstatir atau melihat untuk membenarkan
ada tidaknya suatu peristiwa yang diajukan kepadanya. Untuk memastikan hal
tersebut, maka hal yang diperlukan yaitu pembuktian, oleh karena itu hakim harus
berdasarkan pada alat-alat bukti yang sah menurut hukum, dimana dalam perkara
b) Tahap Mengkualifikasi
c) Tahap Mengkonstituir
21
Pasal 1 Butir 11 KUHAP
22
Ahmad Rifai’i. 2011. Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Prespektif Hukum Progresif.
Jakarta: Sinar Grafika. Hal. 54
23
Ibid. Hal. 55
24
Pada tahap ini hakim dalam menentukan hukumnya terhadap suatu peristiwa
bersangkutan.24
1) Pertimbangan Yuridis
oleh undang-undang telah ditetapkan sebagai hal yang harus dimuat dalam
b. Tuntutan Pidana
c. Keterangan Saksi
d. Keterangan Terdakwa
2) Pertimbangan Non-Yuridis/Sosiologis
24
Ibid. Hal. 56.
25
Sudarto. 1986. Hukum Dan Hukum Pidana. Alumni Bandung. Hal.74
25
karena itu pengetahuan tentang sosiologis dan psikologis perlu dimiliki oleh
seorang hakim.
1. Putusan Pemidanaan
berisikan suatu perintah kepada terdakwa untuk menjalani hukuman atas suatu
perbuatan yang telah dilakukannya sesuai dengan amar putusan. Apabila hakim
telah menjatuhkan putusan pemidanaan, maka hakim telah yakin berdasarkan alat-
alat bukti yang sah serta fakta-fakta yang ada dipersidangan, bahwa terdakwa
teoatnya lagi, bahwa hakim tidak melanggar ketentuan Pasal 183 KUHAP.26
antara pidana minimum sampai maksimum terhadap pasal yang terbukti dalam
wewenang dari yudex-facti yang tidak tunduk pada kasasi, kecuali apabila yudex-
26
Lilik Mulyadi. 2002. Hukum Acara Pidana Suatu Tinjauan Terhadap: Surat Dakwaan, Eksepsi,
dan Putusan Pengadilan. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti. Hal. 127
27
Yurisprudensi Mahkamah Agung-RI. 1994. Mahkamah Agung-RI. Hal.59.
26
menentukan batas maximum dan minimum lama pidana yang harus dijalan
terdakwa, hal ini tidak berarti hakim dapat dengan seenaknya menjatuhkan pidana
tanpa ada dasar pertimbangan yang jelas. Penjatuhan pidana tersebut hanya cukup
“acquittal” maka terdakwa tidak dipidana atau tidak menjalani hukuman, karena
jaksa/penuntut umum dalam surat dakwaan tidak terbukti secara sah dan
meyakinkan menurut hukum. Atau secara yuridis dapat dikatakan bahwa majelis
pada ketentuan Pasal 183 KUHAP.28 Seperti yang dijelaskan dalam Pasal 191 ayat
vertvolging
Pada putusan jenis ini dapat disebutkan bahwa apa yang didakwakan
Penutut Umum kepada terdakwa terbukti secara sah dan menyakinkan menurut
hukum akan tetapi terdakwa tidak dapat di pidana oleh karena perbuatan yang
28
Lilik Mulyadi. Op.Cit. Hal. 129
29
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981, Pasal 191 ayat (1) KUHAP.
27
dilakukan bukan perbuatan tindak pidana.30 Putusan lepas dari segala tuntutan
hukum juga diatur dalam Pasal 191 ayat (2) KUHAP, yang berbunyi:
hukuman atau tindak pidana. Selain itu baik putusan bebas dan putusan lepas dari
segala tuntutan hukum apabila telah mempunyai kekuatan hukum tetap, maka
diberikan dan dicantumkan dalam putusan hakim dengan amar yang berbunyi,
martabatnya”.
4. Putusan Sela
“Putusan Sela” sebagai ketentuan dari pasal 156 ayat (1) KUHAP, maka dalam
yang tidak dapat diterima”, oleh karena itu mengenai tuntutan penuntut umum
harus dibatalkan.32 Adapun prosedur yang harus diperhatikan oleh majelis hakim
dalam menjatuhkan putusan sela, yang identik dengan acara penjatuhan atu
penetapan dimuka yaitu adanya keberatan dari terdakwa atau penasihat hukum
hal ini baik berupa ancaman saja maupun sudah merupakan tindakan nyata dan
Melakukan kekerasan;
Bersama-sama;
merupakan alat atau daya upaya untuk mencapai suatu kekerasan, yang
36
Andi Hamzah. 2015. Delik-Delik KHUP. Jakarta:Sinar Grafika. Hal. 6.
30
Dalam arti kata kekerasan juga di atur dalam Pasal 89 yang dimana berbunyi:
Komentator:
tidak kecil secara yang tidak sah” misalnya memukul dengan tanga atau dengan
memberi minuman racun kecubung atau lain-lain obat, sehingga orangnya tidak
ingat lagi. Orang yang pingsan itu tidak dapat mengetahui apa yang terjadi akan
dirinya.
,,Tidak berdaya” artinya tidak mempunyai kekuatan atau tenaga sama skali,
dengan tali kaki dan tangannya, mengurungi dalam kamar, memberikan suntikan,
sehingga orang itu lumpuh, orang yang tidak berdaya itu masih dapat mengetahui
apa yang terjadi atas dirinya. Perlu dicatat disini bahwa mengancam orang dengan
akan membuat orang itu pingsan atau tidak berdaya itu tidak boleh disamakan
31
Dan dalam ketentuan Pasal 170 ayat (2) ke-2 yang berbunyi:
Jatuh sakit atau mendapat luka yang tidak memberi harapan akan sembuh
sama sekali, atau yang menimbulkan bahaya maut;
Tidak mampu terus-menerus untuk menjalankan tugas atau jabatan atau
pekerjaan pencairan;
Kehilangan salah satu panca indra;
Mendapat cacat berat;
Menderita sakit lumpuh;
Terganggunya daya pikir selama empat minggu lebih;
Gugur atau matinya kandungan seorang perempuan.
Pengeroyokan juga termasuk dalam penganiayaan. Penganiyaan merupakan
perbuatan yang dilakukan dengan sengaja yang menimbulkan rasa tidak enak
(nyaman) rasa sakit atau luka pada korban. Ketentuan dalam Pasal 351 KHUP,
menyebutkan:
Komentator:
perasaan tidak enak (penderitaan), rasa sakit, atau luka. Menurut alinea 4
dari pasal ini, masuk pula dalam pengertian penganiayaan ialah ,,sengaja
lebih berat, apabila penganiayaan biasa berakibat luka berat atau mati.
Tentang ,,luka berat” lihat pasal 90. Luka berat atau mati disini harus
“Mereka yang sengaja turut serta dalam penyerangan atau perkelahian di mana
terlibat beberapa orang, selain tanggung jawab masing-masing terhadap apa yang
khusus dilakukan olehnya, diancam:
33
1. dengan pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan, jika akibat
penyerangan atau perkelahian itu ada yang luka-luka berat;
2. dengan pidana penjara paling lama empat tahun, jika akibatnya ada yang
mati”.
Komentar:
1. Pasal ini dipakai dalam hal terdiri suatu perkelahian atau penyerangan
yang dilakukan oleh beberapa orang (lebih dari dua), dimana ada akibat
orang luka parah (lihat pasal 90) atau mati, akan tetapi tidak dapat
diketahui siapakah dan orang banya itu yang telah melukai parah atau
tidak dapat diketahui siapakah dari orang banyak itu yang telah melukai
mengakibatkan luka parah atau mati, orang tidak, dapat dikenakan pasal
ini.
parah atau mati itu, maka orang-orang itu selain dituntut menurut pasal ini,
itu untuk memisah atau melindungi golongan yang lemah tidak dapat
jahat tetapi agar pelaku kejahatan tidak lagi berbuat jahat dan orang lain
ancaman (sanksi) yang berupa pidana tertentu, bagi barang siapa yang
sakit atau luka pada tubuh orang lain yang dilakukan secara bersama-
sama.
36
putusan.
10. Anggota TNI adalah orang yang bergabung menjadi Tentara Negara
dapat dilaksanakan.
37
BAB III
METODE PENEITIAN
norma atau ketentuan yang berlaku. Juga dapat di katakan sebagai penelitian yang
37
Irwansyah. 2020. Penelitian Hukum Pilihan Metode & Praktik Penulisan Artikel. Yogyakarta :
Mirra Buana Media. Hal.42.
38
adalah:
penelitian. Studi dokumen ini berguna untuk mendapatkan landasan teori dengan
38
Peter Mahmud Marzuki.2005. Penelitian Hukum. Jakarta : Kencana Hal.181.
39
laporan, putusan, arsip dan hasil penelitian lainnya yang berhubungan dengan
objrk penelitian.
Gto. serta jurnal dan buku-buku yang terkait dengan objek penelitian dan
pendapat Ahli Hukum Pidana. Nantinya akan disajikan secara normative agar
mengkaidahi.
BAB IV
Posisi kasus adalah urutan peristiwa yang terkait dengan perkara tindak
pidana, yang tersusun dari penyebab atau sebab terjadinya suatu tindak pidana
sampai akibat yang di timbulkan dari terjadinya tindak pidana. Posisi kasus juga
Paera alias Bayu, Terdakwa III Hermanto Idrus alias Andi, Terdakwa IV Saprin
Kaharu alias Apin, Terdakwa V Meykel Djaki alias Kodir, Terdakwa VI Steven
Aldi Lesar alias Aldi, dan Terdakwa VII Mujahid Febrian Paera alias Iyan
Februari 2021 sekira jam 04.15 WITA bertempat di Cafe Queen Tiara di Jalan
pengaruh minuman keras jenis Anggur Merah yang telah mereka konsumsi
terhadap 2 (dua) orang anggota TNI yang sehingga salah satu dari anggota TNI
luka berat.
batu batako dan memukul belakang saksi korban menggunakan stick pancing.
saksi Mohammad Renaldi Djako alias Enal, saksi Korban Miftahul Ihsan Rambe
dalam melaksanakan tugas sebagai Anggota TNI AD pada Yonif Raider 715
41
Motuliato tidak dapat bekerja secara maksimal karena memerlukan waktu yang
lama untuk memulihkan kondsi fisik dan kesehatannya kembali pada kondisi
yang normal seperti sebelum terjadi pengeroyokan, padahal saksi Miftahul Ihsan
sama yang dilakukan para terdakwa sampai mengakibatkan luka berat terhadap
anggota TNI melanggar ketentuan pasal 28 G ayat (1) UUD Tahun 1945 yang
berbunyi :
Dari bunyi ayat tersebut diatas bahwa yang dilakukan para terdakwa
melanggar ketentuan pasal 28 G ayat (1) yang dimana saksi korban berhak
mendapatkan perlindungan atas diri pribadi dan perlindungan dari ancaman dan
dilakukan para terdakwa harus dijatuhi hukuman tergantung dari seberapa berat
Menurut Adami Chazawi, surat dakwaan adalah surat yang dibuat jaksa
penuntut umum (JPU) atas dasar BAP yang diterimanya dari penyidik yang
memuat uraian secara cermat, jelas, dan lengkap tentang rumusan tindak pidana
yang telah dilakukan oleh seseorang atau beberapa orang. Surat dakwaan
tersebut dengan suatu peristiwa tertentu dengan cara mengurai unsur-unsur dari
1) Dakwaan Primair
Anggota TNI AD pada Yonif Raider 715 Motuliato tidak dapat bekerja
2) Dakwaan Subsidair
pidana dalam Pasal 351 ayat (2) KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke (1)
KUHP.
pidana dalam Pasal 351 ayat (1) KUHP jo Pasal 55 ayat (1) ke-1
KUHP.
44
surat dakwaan penuntut umum harus teliti dan cermat dengan memperhatikan
syarat materil dan formil yang di atur di dalam Pasal 143 ayat (2) KUHAP
menyatakan:
Uraian secara cermat, jelas dan lengkap sebagaimana dimaksud dalam pasal
143 ayat (2) KUHAP bermakna bahwa penuntut umum harus teliti dalam
jelas dalam menguraikan unsur-unsur tindak pidana yang didakwakan seta harus
Akibat kurangnya syarat materill atau tidak sesuai dengan syarat materill di
dalam dakwaan. Akibatnya bisa menjadikan surat dakwaan tersebut batal demi
hukum. Kata-kata batal demi hukum disebutkan dalam Pasal 143 ayat (2) KUHAP
yang berbunyi:
diancam pidana dalam Pasal 170 ayat (2) ke-2 KUHP. Dakwaan Subsidair,
perbuatan para terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 170
ayat (2) ke-1 KUHP. Dakwaan lebih subsidair, dimana perbuatan para terdakwa
sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 351 ayat (2) KUHP jo Pasal
55 ayat (1) ke-1 KUHP. Dakwaan lebih-lebih subsidair, dimana perbuatan para
terdakwa sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal 351 ayat (1) KUHP
Dalam dakwaan ini, meskipun dakwaan terdiri dari beberapa lapisan hanya
satu dakwaan saja yang dibuktikan tanpa harus memperhatikan urutannya dan jika
salah satu terbukti maka dakwaan pada lapisan lainnya tidak perlu dibuktikan lagi.
Dalam kasus ini, dakwaan jaksa penuntut umum telah memiliki sifat hakekat
dalam suatu dakwaan, yang diuraikan secara tertulis dengan Bahasa mudah
mengenai delik yang dilakukan, sehingga menjadi dasar hakim dalam melakukan
39
Wirjono Prodjodikoro. 2013. Asas-Asas Hukum Pidana di Indonesia. Refrika Aditama:Bandung.
Hlm.34.
46
Umum Menuntut para terdakwa agar Hakim yang memeriksa dan mengadili
berikut:
alias Kodir, Terdakwa VI Steven Aldi Lesar Alias Aldi, Terdakwa VII
Mujahid Febrian Paera alias Iyan terbukti secara sah dan meyakinkan
ancam pidana dalam Pasal 170 ayat (2) ke-2 KUHP, ssebagaimana
Kadir, Terdakwa VI Steven Aldi Lesar alias Aldi dan Terdakwa VII
dijalani.
47
Polisi : DM 1713 AO
- 1 (satu) Unit Mobil Daihatsu Ayla warna merah dengan No. Rangka
Polisi : DM 1548 AK
- 1 (satu) Buah batu batako dengan ukuran yakni panjang 30cm, lebar
- 1 (satu) buah flash disk merek vivan warna merah silver yang di
diuraikan diatas, yang mana terdakwa I Rinto Djako, terdakwa II Bayu Renaldi
Saputra Paera alias Bayu, terdakwa III Hermanto Idrus alias Andi, terdakwa IV
Saprin Kaharu alias Apin, terdakwa V Meykel Djako, terdakwa VI Steven Aldi
48
Lesar alias Aldi, dan terdakwa VII Mujahid Febrian Paera alias Iyan bersama-
sama dengan Anak Saksi Mohammad Renaldi Djako alias Enal (dilakukan
Sehingga barang bukti dalam perkara pidana merupakan hak penting dalam
keputusan atas suatu perkara yang sedang diproses baik penyidikan maupun di
penyelesaian suatu perkara, barang bukti menjadi faktor penentu dalam delik
sebagaimana dalam dakwaan primar Pasal 170 ayat (2) ke-2 KUHP. Adapun
ketentuan pada pasal 170 ayat (2) ke-2 KUHP tentang tindak pidana
dengan pidana penjara paling lama Sembilan tahun, jika kekerasan tersebut
1. Barang siapa
2. Di muka umum
atau barang
persidangan menggunakan alat bukti yang diajukan oleh jaksa penuntut umum
yang meliputi keterangan para terdakwa, keterangan saksi-saksi, dan bukti surat:
Aldi, dan terdakwa VII Mujahid Febrian Paera alias Iyan bersama-
50
b) Keterangan Saksi-saksi
alias Lukas, Danial Ombie alias Ombi, Dedi Bausin alias Dedi,
Jefri Kaluku alias Jefri, Rianto Rahim aias Rian, Lukman Dunggio
alias Coce, dr. Rizky Eko Saptyanry Asri, SpB., dr. Akbar Patuti,
c) Petunjuk
melakukakannya.
51
oleh Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. RS. Aloei Saboe
pengeroyokan.
perorangan atau badan hukum atau subyek hukum sebagai pendukung hak
Bayu, terdakwa III Hermanto Idrus alias Andi, terdakwa IV Saprin Kaharu
alias Aldi, dan terdakwa VII Mujahid Febrian Paera alias Iyan yang
dan tidak pula ditemukan adanya perilaku jasmani maupun rohani yang
(error in persona).
terlihat oleh umum atau dengan kata lain secara terang-terangan (openlijk)
Queen Cafe, saksi Danial Ombi merupakan kasir Queen Cafe, saksi Dedi
53
karyawan Queen Cafe dan saksi Lukman Dunggio yang merupakan teman
saksi korban Miftahul Ihsan Rambe di tempat parkir Queen Cafe secara
bersama-sama.
beralkohol jenis bir sambil menikmati alunan music Cafe. Saksi Lukman
Queen C9afe, saksi Jefri kaluku yang merupakan mananger Queen Cafe,
oleh umum termasuk (Para Terdakwa dan Saksi Korban Mifttahul Ihsan
Rambe) atau oleh orang lain yang membutuhkan hiburan baik menikmati
sehingga tempat atau Queen cafe adalah tempat yang sifatnya umum.
Sifat dimuka umum dari unsur ini adalah dapa terlihat oleh umum.
menyaksikan dan melihat segala sesuatu yang terjadi sehingga tempat atau
Atau Barang
bahwa dua orang atau sudah cukup dikatakan Tindakan itu dilakukan
secara kebetuln atau seketika itu juga serta adanya suatu kesadaran dari
pelaku, bahwa mereka itu melakukan suatu kerja sama (bewuste samen-
suatu alat atau daya upaa untuk mencapai suatu akan tetapi merupakan
suatu tujuan.
Maksud kata “orang atau barang” dalam unsur ini adalah kekerasan
itu harus ditujukan kepada orang atau barang termasuk hewan atau
binatang.
saksi korban Miftahul Ihsan Rambe terjatuh dan meskipun sudah terjatuh
merupakan suatu alat atau daya upaya untuk mencapai kekerasan namun
perbuatan para terdakwa di gunakan asas in culpa yang artinya orang tidak
56
jawab atas akibat dari perbuatan itu. Dengan kata lain seharusnya dengan
kesadaran yang ada pada dirinya minuman beralkohol adalah suatu yang
terpenuhi.
KUHP adalah penyakit atau luka yang tidak diharapkan akan ssembuh lagi
menerus tidak cakap lagi melakukan jabatan atau pekerjaan, tidak lagi
memakai salah satu panca indra, kudung (romping)/ cacat sehingga jelek
rupanya karena adanya anggota badan yang putus, lumph, berubah pikiran
kandungan;
Ihsan Rambe tidak tampak kelainan di dalam otak besar dan otak kecil,
bedah) dan saksi dr. Akbar Patuti, SpBS., (spesialis bedah saraf) yang
Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe dan ditandatangani
oleh dr. Amelia Secil selaku dokter yang memeriksa dengan kesimpulan
ditemukan luka robek pada belakang kepala dan daun telinga kanan koma
dan luka memar pada pinggang belakang akibat kekerasan benda tumpul.
dan saksi korban Miftahul Ihsan Rambe akibat kekerasan yang ia terima,
mengalami luka robe berdarah pada bagian belakang kepala dimana bagian
kepala merupakan salah satu alat vital pada manusia, maka perbuatan
terdakwa V Meyke Djako alias Kodir, terdakwa VI Steven Aldi Lesar alias
aldi, terdakwa VII Mujahid Febrian Paera alias Iyan, yang melakukan
Paera alias Bayu, terdakwa III Hermanto Idrus alias Andi, terdakwa IV
Saprin Kaharu alias Apin, terdakwa V Meyke Djako alias Kodir, terdakwa
VI Steven Aldi Lesar alias aldi, terdakwa VII Mujahid Febrian Paera alias
robek berdarah pada bagian belakang kepala adalah luka pada alat vital
mengakibatkan pingsan.
dikeluarkan oleh Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe
dengan kesimpulan ditemukan luka robek pada belakang kepala dan daun
59
telinga kanan koma serta luka lecet pada perut kanan atas koma bagian
belakang koma dan luka memar pada pinggang belakang akibat kekerasan
Meykel Djako alias Kodir, Terdakwa VI. Steven Aldi Lesar alias
aldi dana Terdakwa VII. Mujahid Febrian Paera alias Iyan, telah
Aldi Lesar alias aldi dana Terdakwa VII. Mujahid Febrian Paera
dijatuhkan;
61
50/Pid.B/2020/PN.Gto
dasar putusan. Adapun yang dimuat dalam bagian perimbangan dari putusan
Peradilan Umum, Peradilan Agama, Peradilan Militer dan Peradilan Tata Usaha
segala aspek yang bersifat filosofis, yuridis, dan sosiologis, sehingga keadilan
hakim adalah keadilan yang berorientasi pada keadilan hukum (legal justice),
Aspek Yuridis adalah aspek yang pertama dan utama dengan berpatokan
memeriksa, dan memutus suatu perkara pidana, hakim harus berbuat adil dalam
banyak hal baik yang ada pada dirinya maupun sekitarnya antara lain agama,
Namun yang perlu diperhatikan adalah putusan yang ideal adalah putusan
pelaku jera atas tindak pidana yang telah diperbuatnya, namun disisi lain hak-
hak sebagai pelaku tetap terpenuhi serta membuat ketertiban hukum dalam
praktek peradilan sangat sulit bagi seorang Profesi Hakim untuk mengkomodir
ketiga Asas tersebut dalam 1 (satu) putusan. Jika di ibaratkan dalam sebuah
garis, Hakim dalam memeriksa dan memutuskan suatu perkara berada diantara 2
(dua) titik pembatas dalam garis tersebut, yang mana berdiri pada titik Keadilan
40
Bambang Sutiyoso, 2006, Metode Penemuan Upaya Mewujudkan Hukum Yang Pasti dan
Berkeadilan, Yogyakarta: UIIIS, Hal.6
63
mengatur bahwa anak yang melakukan tindak pidana dijatuhi dengan pidana
kebiasaan dan ketentuan hukum yang tidak tertulis. Penekanan pada Asas
bahwa hukum itu ada untuk manusia, sehingga tujuan hukum itu harus berguna
bagi masyarakat.
berpedoman pada ketentuan Undang-undang. Namun lebih dari itu hakim harus
therapy bagi terdakwa dengan harapan tidak mengulangi tindak pidana di masa
yang akan datang, sehingga putusan hakim membaa kemanfaatan bagi terdakwa.
Ada dua indikator yang harus diperhatikan hakim yakni bagaimana hakim
hukum yang tepat sesuai dengan rasa keadilan individu (pelaku), masyarakat
sangat sulit sebab tidak terikat pada sistem. Pencantuman ketiga unsur tersebut
tidak lain agar putusan dianggap adil dan dapat diterima masyarakat. 42
dakwaan, tuntutan, eksepsi terdakwa yang terkait dengan alat bukti yang
memenuhi persyaratan formal dan material, yang disampaikan dalam alat bukti,
formil. Hakim secara yuridis, tidak boleh menjatuhkan pidana tersebut kecuali
apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, sehingga hakim
terdakwalah yang bersalah melakukannya (Pasal 183 KUHAP). Alat bukti sah
41
Al. Wisnubroto. 2014. Praktik Persidangan Pidana. Yogyakarta: Universitas Atmajaya. Hal.151
42
Ahmad Rifai. 2010. Penemuan Hukum oleh Hukum dalam Presfektif. Jakarta: Sinar Grafika.
Hal.126.
43
Danang. 9 September 2016. Definisi Pertimbingan Hukum. dalam http://www.damang.web.id
65
petunjuk; e) Keterangan terdakwa atau hal yang secara umum sudah diketahui
fakta yuridis yang diungkapkan dalam persidangan dan telah ditetapkan oleh
persidangan.
2) Keterangan Terdakwa
44
Lilik Mulyadi. Hukum Acara Pidana Indonesia. Hal 193.
45
Rusli Muhammad. 2002. Hukum Acara Pidana Kontemporer. Jakarta. PT. Cipta Bakti, Hal. 212
66
3) Keterangan Saksi
dalam putusannya.
4) Barang-Barang Bukti
Barang bukti adalah segala benda yang dapat disita dan di simpan
tindak pidana.
kriminal.
dakwaan, hakim belum bisa memberikan putusan karena hakim belum bisa
persidangan.
Saksi Dedi Bausin alias Dedi, Saksi Jefri Kaluku alias Jefri, Saksi
Rianto Rahim aias Rian, Saksi Lukman Dunggio alias Coce, Saksi
dr. Rizky Eko Saptyanry Asri, SpB., Saksi dr. Akbar Patuti, SpBS,
Daihatsu
Dakwaan Primair: Para Terdakwa melanggar Pasal 170 ayat (2) ke-2
KUHP.
Dakwaan Subsidair: Para Terdakwa melanggar Pasal 170 ayat (2) ke-1
KUHP.
Dakwaan Lebih Subsidair: Para Terdakwa melanggar Pasal 351 ayat (2)
Bahwa dari keterangan para saksi terkait dengan keterangan terdakwa, alat
bukti surat dan barang bukti dipersidangan yang dianggap saling berkaitan,
kiri
mengakibatkan kematian
kanan koma serta luka lecet pada perut kanan atas koma bagian
Paera alias Bayu, terdakwa III Hermanto Idrus alias Andi, terdakwa IV Saprin
Kaharu alias Apin, terdakwa V Meyke Djako alias Kodir, terdakwa VI Steven
Aldi Lesar alias aldi, terdakwa VII Mujahid Febrian Paera alias Iyan terbukti
73
atur dan di ancam pidana dalam Pasal 170 ayat (2) ke-2 KUHP yang unsur-
1. Barangsiapa
2. Di muka umum
atau barang
badan hukum atau subyek hukum sebagai pendukung hak dan kewajiban yang
kemampuan untuk mengikuti jalannya persidangan dengan baik dan tidak pula
alasan pembenar dan pemaaf yang dapat melepaskannya dari kemampuan untuk
bertanggung jawab serta tidak terdapat satu pun petunjuk bahwa akan terjadi
masyarakat umum atau orang banyak dapat melihatnya atau terlihat oleh umum
atau dengan kata lain secara terang-terangan (openlijk) yakni tidak secara
Karena Queen cafe terbuka untuk umum yang dapat dikunjungi oleh
umum termasuk (Para Terdakwa dan Saksi Korban Mifttahul Ihsan Rambe) atau
beralkohol dan alunan music Cafe sambil berjoget sehingga tempat atau Queen
café adalah tempat yang sifatnya umum. Bahwa dengan demikian unsur
alat atau daya upaa untuk mencapai suatu akan tetapi merupakan suatu tujuan.
Maksud kata “orang atau barang” dalam unsur ini adalah kekerasan itu
harus ditujukan kepada orang atau barang termasuk hewan atau binatang.
terhadap saksi korban Miftahul Ihsan Rambe yang dilakukan dengan cara
Rumah Sakit Umum Daerah Prof. Dr. H. Aloei Saboe dengan kesimpulan
75
ditemukan luka robek pada belakang kepala dan daun telinga kanan koma serta
luka lecet pada perut kanan atas koma bagian belakang koma dan luka memar
yang diderita saksi korban Miftahul Ihsan Rambe sampai dengan pemeriksaan
pencagarian dalam jangka waktu lama, maka akibat perbuatan para terdakwa
tersebut juga telah memenuhi unsur yang mengakibatkan luka berat. Sehingga
kurangnya dua alat bukti yang sah, ia memperoleh keyakinan bahwa suatu
melakukannya. Dengan dua alat bukti yang sah itu bertujuan untuk membangun
184 ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana disebutkan bahwa alat
bukti yang sah itu adalah: (a) Keterangan Saksi; (b) Keterangan Ahli; (c) Surat;
(d) Petunjuk; (e) Keterangan Terdakwa dan Hal yang secara umum sudah
pidana dengan menggunakan dua alat bukti yaitu, terdakwa 1 Rinto Djako,
76
Terdakwa II Renaldi Paera alias Bayu, terdakwa III Hermanto Idrus alias Andi,
terdakwa IV Saprin Kaharu alias Apin, terdakwa V Meyke Djako alias Kodir,
terdakwa VI Steven Aldi Lesar alias aldi, terdakwa VII Mujahid Febrian Paera
alias Iyan dan keterangan sakis-saksi lainnya, selain itu terdapat barang bukti
penuntut umum, keterangan terdakwa, keterangan saksi, barang bukti dan Pasal
Pertimbangan sosiologis hakim yang diatur dalam pasal 5 ayat (1) Undang-
bahwa hakim wajib menggali, mengikuti dan memahami nilai-nilai hukum dan
motif dari Para Terdakwa melakukan tindak pidana, seberapa besar dampak
yang dialami masyarakat akibat tindak pidana yang dilakukan dan keadaan
47
Dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman, Ketentuan Pasal
5 ayat (1) Di Maksudkan Agar Putusan Hakim dan Hakim Konstitusi Sesuai Dengan Hukum Dan
Rasa Keadilan Masyarakat.
77
perd67buatannya;t
Hakim adalah pejabat peradilan Negara yang diberi wewenang oleh Undang-
undang untuk mengadili. Kata mengadili selalu dikaitkan dengan profesi hakim
karena kata mengadili dapat diartikan sebagai rangkaian Tindakan hakim untuk
menerima, memeriksa, dan memutus perkara berdasarkan asas bebas, jujur, dan
tidak memihak dalam sidang suatu perkara. Hakim juga harus menjunjung tiga
bijaksana.
untuk menilai apakah terdakwa dapat dipersalahkan atas suatu perkara atau
Secara sederhana, suatu putusan yang harus didasarkan pada fakta persidangan
hukum bagi seseorang. Jadi, bukan hanya balas dendam, rutinitas pekerjaan
ataupun bersifat formalitas. Memang apabila kita kembali pada tujuan hukum
sebenarnya tujuannya lebih luas yaitu tujuan hukum acara pidana adalah
mencari dan menemukan kebenaran materiil itu hanya merupakan tujuan antara.
Artinya ada tujuan akhir yaitu yang menjadi tujuan seluruh tertib hukum
Indonesia, dalam hal itu untuk mencapai suatu masyarakat yang tertib, tentram,
yang telah ditentukan oleh undang-undang dan keyakinan hakim. Alat bukti
terhadak saksi korban Miftahul Ihsan Rambe. Unsur-unsur dari tindak pidana
tindak pidana pengeroyokan dan sudah tepat jika para terdakwa dikenakan pasal
sedikit dari tuntutan jaksa penuntut umum. Dalam tuntutan jaksa penuntut
Terdakwa I Rinto Djako alias Rinto selama 7 (tujuh) tahun, Terdakwa II Renaldi
Paera dan Terdakwa III Hermanto Idrus alias Andi masing-masing 6 (enam)
tahun dan 6 (enam) bullan Terdakwa IV Saprin Kaharu alias Apin, Terdakwa V
Meykel Djako Kadir, Terdakwa VI Steven Aldi Lesar alias Aldi dan Terdakwa
VII Mujahid Febrian Paera alias Ian masing-masing dengan pidana penjara
I. Rinto Djako alias Rinto oleh karena itu dengan pidana penjara selama 6
(enam) tahun dan kepada Terdakwa II. Renaldi Paera alias Bayu, Terdakwa III.
Hermanto Idrus alias Andi, Terdakwa IV. Saprin Kaharu alias Apin, Terdakwa
80
V. Meyekel Djako alias Kodir, Terdakwa VI. Steven Aldi Lesar alias Aldi dan
Terrrrrdakwa VII. Mujahid Febrian Paera alias Iyan oleh karena itu dengan
pidana kurang tepat. Pidana yang dijatuhkan majelis hakim terhadap Para
berdasarkan kualitas maka tidaklah adil ketika Terdakwa I. Rinto Djako alias
Rinto dijatuhkan sanksi pidana yang lebih berat dikarenakan bukan hanya
melemparkan batu batako ke kepala saksi korban Miftahul Ihsan Rambe kurang
lebih 3 (tiga) kali sehingga menyebabkan luka robek pada belakang kepala dan
daun telinga kanan koma serta lecet pada perut kanan atas koma bagian
menggunakan alat berupa stick pancing untuk memukul pinggang saksi korban
Korban Miftahul Ihsan Rambe luka memar pada pinggang belakang akibat
kekerasan benda tumpul terdakwa II. Renaldi Paera alias Bayu jugalah
akan berusaha menaati hukum karena takut akan sanksi pidanya. Pemberian
sanksi pidana yang tepat dapat juga memberikan efek jera bagi terpidana agar
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
telah diuraikan diatas, maka penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
meyakinkan melakukan tindak pidana dalam Pasal 170 ayat (2) ke-2
5.2 Saran
1. Jaksa penuntut umum harus teliti dalam Menyusun surat dakwaan yang
DAFTAR PUSTAKA
Anton Tabah, 1994, Polres dan Penegakan Hukum di Indonesia, Majalah Unisia
Ahmad Rifai’I, 2011, Penemuan Hukum Oleh Hakim Dalam Prespektif Hukum
C.S.T. Kansil 1989, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, Balai
Pustaka: Jakarta.
Bandung.
Irwansyah, 2020, Penelitian Hukum Pilihan Metode & Praktik Penulisan Artikel.
Lilik Mulyadi, 2002, Hukum Acara Pidana Suatu Tinjauan Terhada : Surat
Jakarta.
Jakarta.
Peter Mahmud Marzuki, 2013, Pengantar Ilmu Hukum (Edisi Revisi). Kencana
Baru.
Setiawan Widagdo, 2012, Kamus Hukum, PT. Prestasi Pustaka Raya : Jakarta.
JURNAL
UNDANG-UNDANG
86
KUHP
KUHAP