Anda di halaman 1dari 4

Nama: Bayu Amorwa Jati

Nim: 30301800094
3. Pelaksanaan siding melalui E-court saya rasa untuk dimasa pandemic ini cukup baik kalau bila
tujuannya adalah mengurangi kerumunan dan tetap mematuhi protocol Kesehatan tetapi menurut
saya seperti ada yang kurang seperti esensi atau feel yang rasakan di persidangan berbeda karena
pasti ada kendala-kendala teknis yang terjadi yang dimana sangat mengganggu jalannya
persidangan dan yang ditakutkan. Contoh kasus yang melakukan persidangan secara online yaitu
contoh kasus Habib Rizieq yang dimana persidangan dilakukan secara virtual disiarkan melalui
kanal Youtube
4. Kode Perilaku Jaksa adalah serangkaian norma sebagai pedoman untuk mengatur perilaku
Jaksa dalam menjalankan jabatan profesi, menjaga kehormatan dan martabat profesinya serta
menjaga hubungan kerjasama dengan penegak hukum lainnya;
Dimasa pandemic ini baru saja dihebohkan dengan kasus pelangaran Kode Etik Jaksa saat
menangani kasus skandal terpidana kasus korupsi hak tagih Bank Bali, Ketiga penyidik tersebut
berinisial SA, WT dan IP dilaporkan ke Komisi Kejaksaan, lantaran diduga melanggar kode etik
saat menyidik kasus tersebut. “ICW (Indonesian Corruption Watch) melaporkan Jaksa penyidik
perkara Pinangki Sirna Malasari ke Komisi Kejaksaan karena diduga melakukan pelanggaran
kode etik. Ketiga penyidik itu telah melanggar Pasal 5 huruf a Peraturan Jaksa Agung Republik
Indonesia Nomor Per-014/A/JA/11/2012 tentang Kode Perilaku Jaksa. Karenanya, ICW meminta
Komisi Kejaksaan menindaklanjuti laporan dugaan pelanggaran etik tersebut berdasarkan Pasal 4
huruf a Peraturan Presiden Nomor 18 Tahun 2011 tentang Komisi Kejaksaan Republik
Indonesia.
6. Single bar
1. Keuntungan
-lebih ter organisir
-pemerataan kualitas advokad
Kelemahan
-wadah himpunan advokat menjadi sempit
-regulasi harus dirubah lagi
2. Multi bar
Keuntungan
- wadah masyarakat untuk mendapat pembelaan hukum menjadi luas
- adanya kompetisi yang berpengaruh pada kualitas advokat
Kelemahan
- kualitas advokat menjadi tidak rata
-persaingan usaha dan kerja yang berimbas pada masyarakat

7. Dalam penjelasan Pasal 2 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 48 Tahun 2009
tentang Kekuasaan Kehakiman disebutkan Peradilan dilakukan DEMI KEADILAN
BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA adalah sesuai dengan Pasal 29 Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang menentukan bahwa negara
berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa dan negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap
penduduk untuk memeluk agamanya masing-masing dan untuk beribadat menurut agamanya dan
kepercayaannya itu. Makna Demi Keadilan Berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa itu tentu
tidak akan pernah bisa terlepas dari pemahaman tentang keadilan itu sendiri.

8. Notaris adalah harus WNI seperti yang disebutkan didalam pasal 3 UUJN yang berbunyi:
Pasal 3
Syarat untuk dapat diangkat menjadi Notaris sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 adalah :
a. warga negara Indonesia;
b. bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. berumur paling sedikit 27 (dua puluh tujuh) tahun;
d. sehat jasmani dan rohani;
e. berijazah sarjana hukum dan lulusan jenjang strata dua kenotariatan;
f. telah menjalani magang atau nyata-nyata telah bekerja sebagai
karyawan Notaris dalam waktu 12 (dua belas) bulan berturutturut pada kantor Notaris atas
prakarsa sendiri atau atas
rekomendasi Organisasi Notaris setelah lulus strata dua kenotariatan; dan
g. tidak berstatus sebagai pegawai negeri, pejabat negara, advokat,
atau tidak sedang memangku jabatan lain yang oleh undangundang dilarang untuk dirangkap
dengan jabatan Notaris.
Menurut MJ Widijatmoko selaku Ketua Litbang Pengurus Pusat Ikatan Notaris Indonesia
menyebutkan bahwa sebagian tugas notaris mewakili negara atau pemerintah dalam membuat
alat-alat bukti otentik. Karena itu, notaris dikenal sebagai pejabat umum, bukan pejabat publik
atau pejabat tata usaha negara, kata Widijatmoko. Itu tercermin dari lambang Garuda yang
dipakai. Meski identik dengan pejabat negara, notaris tak digaji oleh negara.

9. Miranda rules muncul saat terjadi Kasus Miranda di Arizona (USA) pada tahun 1966, Miranda
rules, didalam miranda rules ada Miranda warning yang berbunyi: Kamu memiliki hak untuk
diam. Apapun yang kamu katakan dapat dan akan digunakan untuk melawanmu di pengadilan.
Kamu memiliki hak untuk bicara kepada penasehat hukum dan dihadiri penasehat hukum selama
interogasi. Apabila kamu tidak mampu menyewa penasehat hukum, maka akan disediakan satu
untukmu yang ditanggung oleh Pemerintah.
Miranda Rule yaitu: hak untuk diam, karena semua pernyataan yang dikeluarkan oleh tersangka
dapat memberatkannya di pengadilan, hak untuk mendapatkan/menghubungi penasihat hukum
untuk membela hak-hak hukum yang dimilik tersangka dan apabila tidak tersangka kurang
mampu maka penasihat hukum disediakan oleh negara.
Miranda rules sendiri diterapkan di Indonesia contohnya suatu tersangka dapat mengadukan
petugas polisi yang sewenang-wenang pada saat penangkapan dan penahanan kepada Divisi
Profesi dan Pengamanan Polri karena telah terjadi pelanggaran Kode Etik Profesi Polri yang
terutama diatur dalam Pasal 15 Perkapolri No. 14 Tahun 2011 tentang Kode Etik Profesi
Kepolisian Negara Republik Indonesia
Di Negara Indonesia penerapan prinsip Miranda Rule dapat ditemukan pada ketentuan Pasal 54,
55 dan 114 KUHAP. Berdasarkan ketentuan pasal 54 dan 114 KUHAP, sebelum melakukan
pemeriksaan terhadap seorang tersangka maka wajib diberitahukan hak-haknya, bahwa yang
bersangkutan berhak mendapatkan bantuan hukum dan pada saat pemeriksaan di dampingi oleh
penasihat hukum. Secara implisit pada ketentuan pasal 114 sebelum pemeriksaan dimulai,
seorang tersangka wajib mendapat pemberitahuan terkait haknya untuk memperoleh bantuan
hukum dari penasihat hukum. Sesuai dengan prinsip-prinsip Miranda Rule, setelah tersangka
ditangkap wajib diberikan pemberitahuan atau setelah seorang dinyatakan sebagai tersangka,
dengan maksud agar tersangka dapat meghubungi penasihat hukum guna mengkonsultasikan
permasalahan yang sedang dihadapi.

10. Dalam kasus Tipikor KPK membatasi penyelidikan,penyidikan,dan penuntutan seperti yang
tertera di dalam Pasal 11 UU KPK yang:
Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf e, Komisi
Pemberantasan Korupsi berwenang melakukan penyelidikan, penyidikan, dan penuntutan
terhadap Tindak Pidana Korupsi yang:
a. melibatkan aparat penegak hukum, Penyelenggara Negara, dan orang lain yang ada kaitannya
dengan Tindak Pidana Korupsi yang dilakukan oleh aparat penegak hukum atau Penyelenggara
Negara; dan/ atau
b. menyangkut kerugian negara paling sedikit Rp 1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah).
Sedangkan lembaga kejaksaan seperti yang diatur didalam Pasal 30 ayat (1) huruf d Undang-
Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia (“UU Kejaksaan”) yang
berbunyi: Di bidang pidana, kejaksaan mempunyai tugas dan wewenang melakukan penyidikan
terhadap tindak pidana tertentu berdasarkan undang undang.
Penjelasan Pasal 30 ayat (1) huruf d UU Kejaksaan menyatakan:
Kewenangan dalam ketentuan ini adalah kewenangan sebagaimana diatur misalnya dalam
Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia dan Undang-
Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana
telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 jo. Undang-Undang Nomor 30
Tahun 2002 tentang Komisi Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Sebagai suatu lembaga yang
ditugaskan untuk menyelidiki tindak pidana korupsi, tugas Kejaksaan yaitu untuk mencari serta
mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu membuat jelas tentang tindak pidana korupsi yang terjadi
dan untuk segera menemukan tersangkanya. Dikaitkan dengan pemenuhan unsur kerugian keuangan
negara, maka bukti-bukti yang harus dikumpulkan oleh Kejaksaan adalah tentu bukti-bukti telah
terjadinya kerugian keuangan negara.

Anda mungkin juga menyukai