Anda di halaman 1dari 8

PENEGAKAN HUKUM YANG BERKEADILAN

WANITA HAMIL DI PENJARA ATAS

LAPORAN ISTRI JENDERAL

Diajukan guna melengkapi tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan


Dosen Pengampu: Murni Hermawaty Sitanggang, S.Th., M.Th.

Oleh:

KELAS 60

Kelompok I

1. Rizky Dwi Pangestu 180710101235


2. Nida Miskia 180210302077
3. Dian Nur Indah Sari 180210104047
4. Holida Isnaniyah 180210104003
5. Anisa Mudzasyiril Ambiya 180210104004

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

UNIVERSITAS JEMBER

2018
A. PENEGAKAN HUKUM YANG BERKEADILAN

1
Penegakan hukum dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran akan
pentingnya tertib sosial, ketenangan dan keteraturan hidup bersama yang dapat
diwujudkan dengan ketaatan terhadap hukum dan seluruh peraturan yang berpihak
kepada keadilan. Keseluruhan aturan hukum yang menjamin tegaknya supremasi
dan kepastian hukum sejalan dengan upaya pemenuhan rasa keadilan yang hidup
dan berkembang di masyarakat. Penegakan hukum secara adil, perlakuan yang
sama dan tidak diskriminatif terhadap setiap warga negara di hadapan hukum, dan
menghindarkan penggunaan hukum secara salah sebagai alat kekuasaan dan
bentuk-bentuk manipulasi hukum lainnya sangat penting untuk diterapkan.
Dalam sosiologi hukum dijelaskan bahwa hukum itu adalah instrumen
yang bisa dipakai oleh pihak yang menggunakannya untuk kepentingan mereka
sendiri. Hal ini berarti bahwa kejahatan pun dapat dilakukan dengan
memperhatikan rambu-rambu hukum, atau melakukan kejahatan dengan dipandu
oleh hukum. Oleh karena itu, ternyata hukum tidak hanya dapat dipakai sebagai
sarana untuk keadilan, tetapi dapat juga untuk tujuan dan kepentingan lain. Hans
Kelsen memiliki pandangan bahwa memisahkan keadilan dari hukum tidak dapat
diterima karena hal itu menentang kodrat hukum itu sendiri.

B. STUDI KASUS
Kasus : Wanita Hamil Dipenjara atas Laporan Istri Jenderal karena Perkara Rp 2,5
Juta (Dean Pahrevi, Kompas.com - 20/08/2018, 14:46 WIB).
Kasus ini berawal ketika FT (22) yang merupakan orang tua tunggal
beranak satu itu berjualan baju batik online melalui Facebook. FT
mempromosikan baju-baju batik yang dijualnya dan melayani pembeli via
Facebook.
Di antara sejumlah pelanggannya, ada DW yang merupakan istri jenderal
berbintang satu berdasarkan hasil penelusuran Lembaga Bantuan Hukum (LBH)
Apik Jakarta. DW memesan 10 baju batik dari FT senilai total Rp 2,5 juta. Setelah
sampai pada tenggat waktu untuk pengiriman baju batik, ternyata FT tidak
sanggup memenuhi pesanan tersebut. Oleh karena itu, DW mengultimatum FT
untuk mengembalikan uangnya sebesar Rp 2,5 juta.

2
DW memberikan waktu satu jam kepada FT setelah pembatalan untuk
mengembalikan uang tersebut. FT pun menyatakan sanggup untuk
mengembalikan uang itu. Namun, menurut Uli, tim kuasa hukum dari Lembaga
Bantuan Hukum (LBH) Apik Jakarta, DW malah melaporkan FT atas tuduhan
penggelapan dan penipuan ke polisi. Tak lama, polisi menangkap dan menahan
FT. Uli juga menyampaikan, FT dipindah-pindah penahanannya dari satu polsek
ke polsek lainnya tanpa tahu alasan pemindahannya.
Berdasarkan pernyataan Uli kepada Kompas.com, Senin (20/08/2018), FT
langsung dibawa ke Polsek Pinang Ranti, dipindahkan ke Polsek Kebayoran Baru
dan selanjutnya dipindahkan ke Polsek Pondok Gede untuk BAP (Berita Acara
Pemeriksaan), dan dilakukan penahanan pada 04 Mei 2018 dan dipindahkan ke
Rutan Pondok Bambu. FT telah menandatangani surat kesanggupannya untuk
mengembalikan dana tersebut.
Uli juga menyampaikan, Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Apik
menemukan kasus FT ini ketika memberikan penyuluhan hukum di Rutan Pondok
Bambu. LBH Apik pun melakukan pemeriksaan terhadap penanganan kasus ini.
Menurut Uli, relasi kuasa yang timpang antara FT dan DW yang mempergunakan
jabatan suaminya yang merupakan seorang jenderal, menggambarkan arogansi
seseorang dan penggunaan kuasa untuk mempengaruhi proses penegakan hukum.
Menurut Uli, seharusnya kasus ini tidak perlu sampai ke persidangan, atau cukup
diselesaikan melalui mediasi antara kedua belah pihak.
Sidang kasus tersebut berlangsung di Pengadilan Negeri Bekasi, Jalan
Veteran, Bekasi Selatan, Rabu (29/8/2018). Sidang ini berakhir ricuh.
Berdasarkan pantauan Kompas.com, mulanya sidang yang dimulai pukul 13.00
WIB itu berjalan lancar. Ruangan sidang sesak dipenuhi banyak orang. Agenda
sidang tersebut yakni pemeriksaan saksi, salah satunya DW. Ketika sidang selesai
pada pukul 15.30 WIB, terjadi adu mulut antara pihak Lembaga Bantuan Hukum
(LBH) Apik Jakarta sebagai tim kuasa hukum FT dan beberapa orang dari pihak
DW. Adu mulut terjadi saat pihak LBH Apik keluar dari ruang sidang.
Tim LBH Apik keluar sambil membawa dua kotak berisi koin sumbangan
dari publik sebagai bentuk dukungan kepada FT. Saat keluar dari Gedung

3
Pengadilan Negeri Bekasi, adu mulut pun masih berlangsung. Berbagai ucapan
protes terlontar dari mulut anggota tim LBH Apik Jakarta dan pihak keluarga FT.
Tim LBH Apik Jakarta dan pihak keluarga pun melanjutkan aksinya di
jalan depan Gedung Pengadilan Negeri Bekasi. Mereka membongkar satu kotak
yang berisi koin dengan total Rp 2.500.000 ke jalan dan menghambur-hamburkan
koin tersebut. Hal tersebut sebagai bentuk protes dan menuntut keadilan dalam
proses hukum. Salah seorang anggota tim LBH Apik Jakarta mengatakan bahwa,
koin tersebut merupakan bentuk dukungan untuk FT. Koin tersebut dikumpulkan
selama 2 minggu dan terkumpul lebih dari 10 juta. Ini berarti bahwa banyak yang
mendukung FT.
Aksi tersebut akhirnya diredam oleh pihak keamanan dan kericuhan pun
mereda. Adapun FT mendekam di penjara lantaran dituduh melakukan penipuan
dan penggelapan berdasarkan laporan DW.

C. KESESUAIAN KASUS DENGAN PENEGAKAN HUKUM YANG


BERKEADILAN
Satjipto Rahardjo mengatakan penegakan hukum merupakan satu usaha
untuk mewujudkan ide-ide dan konsep-konsep menjadi kenyataan. Penegakan
hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan-keinginan hukum
menjadi kenyataan. Keinginan-keinginan hukum adalah pikiran-pikiran badan
pembuat undang-undang yang dirumuskan dalam peraturan-peraturan hukum.
Oleh karena itu, tujuan penegakan hukum yang paling utama adalah untuk
menjamin adanya keadilan tanpa mengabaikan aspek kemanfaatan dan kepastian
hukum bagi masyarakat. Gustav Radbruch menyebut keadilan, kemanfaatan dan
kepastian hukum sebagai tiang penyanggah penegakan hukum. Ketiga-tiganya
diperlukan untuk sampai pada pengertian dan implementasi hukum yang
memadai.
Menurut Satjipto Rahardjo, pemikiran hukum perlu kembali pada filosofi
dasarnya yaitu hukum untuk manusia. Dengan filosofi tersebut, maka manusia
menjadi penentu dan titik orientasi hukum. Hukum bertugas melayani manusia,

4
bukan sebaliknya. Oleh karena itu, hukum bukan merupakan institusi yang lepas
dari kepentingan manusia.
Masalah yang seringkali muncul adalah tidak dipenuhinya nilai keadilan,
terutama rasa keadilan yang hidup dalam masyarakat. Hakim tidak dengan
sungguh-sungguh menggali nilai-nilai yang hidup di masyarakat seperti yang
telah diamanatkan oleh undang-undang kekuasaan kehakiman dengan alasan
terkait dengan aturan hukum formal yang sebenarnya kaku dan seringkali
melenceng dari rasa keadilan masyarakat. Hal ini dapat dilihat dari kasus-kasus
yang sering terjadi saat ini. Banyak kejadian tentang hukum yang tidak
berbanding lurus dengan keadilan. Dapat dikatakan bahwa hukum seperti pisau
yang tajam ke bawah dan tumpul ke atas. Banyak faktor yang mendorong hal
tersebut, yang paling umum adalah faktor kepentingan.
Salah satu kasus yang baru-baru ini terjadi terkait dengan penegakan
hukum yang berkeadilan adalah kasus “Wanita Hamil Dipenjara atas Laporan Istri
Jenderal karena Perkara Rp 2,5 Juta”. Kasus ini tidak sesuai dengan penegakan
hukum yang berkeadilan. Karena kasus ini jelas bertentangan dengan Perma
(Peraturan Mahkamah Agung) Nomor 2 Tahun 2012 yang mengatakan bahwa
nominal Rp 2.500.000 itu tidak bisa sampai persidangan tetapi ini sampai
persidangan. Adapun Pasal 2 Ayat 2 Perma Nomor 2 Tahun 2012 itu berbunyi
"Apabila nilai barang atau uang tersebut bernilai tidak lebih dari Rp 2.500.000,
ketua pengadilan segera menetapkan hakim tunggal untuk memeriksa, mengadili,
dan memutus perkara tersebut dengan acara pemeriksaan cepat yang diatur dalam
Pasal 205-210 KUHAP."
Selain hal tersebut, DW (penuntut) seharusnya memiliki perasaan nurani
untuk tidak melaporkannya kepada pihak berwajib mengingat FT yang merupakan
orang tua tunggal dan juga sedang dalam keadaan hamil 7 bulan.
Berdasarkan hal tersebut, dapat diketahui bahwa lembaga penegak hukum
bersifat tidak adil dalam menangani kasus ini. Kasus ini seharusnya tidak perlu
sampai ke persidangan dan cukup diselesaikan melalui mediasi antara kedua belah
pihak. Akan tetapi, dalam kasus ini DW berhasil memenangkan pesidangan
sehingga tersangka FT yang dilaporkan telah melakukan penipuan dan

5
penggelapan harus mendekam di penjara. Tim kuasa hukum dari Lembaga
Bantuan Hukum (LBH) Apik Jakarta, Uli, menyatakan bahwa hal ini terjadi
karena relasi kuasa yang timpang antara FT dan DW. Dalam hal ini DW
mempergunakan jabatan suaminya yang merupakan seorang jenderal bintang satu,
menggambarkan arogansi seseorang dan penggunaan kuasa untuk mempengaruhi
proses penegakan hukum.

D. SOLUSI
Untuk solusi dibidang hukum yang berkeadilan, yang pertama adalah
dalam pembelajaran ilmu hukum perlu diselipkan tentang nilai-nilai moral dan
humanisme sesuai karakter dan budaya bangsa. Yang kedua, lembaga negara
harus diperbaiki agar terwujud suatu terobosan yaitu penerapan hukum yang
memiliki nilai keadilan terutama kemanusiaan dengan mengamalkan pancasila
sebagai etika dan nilai-nilai masyarakat Indonesia.

E. KESIMPULAN
Penegakan hukum merupakan salah satu usaha untuk mencapai atau
menciptakan tata tertib, keamanan dan ketenteraman dalam masyarakat baik itu
merupakan upaya pencegahan maupun penindakan setelah terjadinya pelanggaran
hukum. Hukum yang berkeadilan adalah proses dilakukannya upaya untuk
tegaknya atau berfungsinya norma-norma hukum secara nyata sebagai pedoman
perilaku dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Karena antara hukum
dan keadilan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan sebab inti hukum
adalah keadilan.
Dalam kasus FT yang terjadi, membuktikan bahwa pelaksanaan hukum di
Indonesia belum terlaksana dengan baik. Dan kasus yang terjadi dalam penegakan
hukum khususnya dalam kasus tersebut disebabkan karena masih adanya
pengaruh jabatan dan kekuasaan sehingga mengabaikan aspek keadilan dan juga
kemanfaatan bagi masyarakat. Artinya aparatur penegak hukum yang
berhubungan langsung dengan pengadilan, lebih memperhatikan jabatan sehingga
keadilan menjadi terpinggirkan.

6
Kata keadilan terdapat pada sila kelima Pancasila. Pelaksanaan hukum di
Indonesia yang jauh dari kata adil berarti telah melanggar sila Pancasila yang
kelima. Padahal pancasila adalah dasar negara atau bisa dikatakan sebagai
pedoman hidup dalam berbangsa dan bernegara. Dalam hal ini, dapat dikatakan
bahwa sila kelima Pancasila belum sepenuhnya diterapkan oleh rakyat Indonesia.
Makna keadilan dalam sila kelima Pancasila yaitu tidak membeda-bedakan rakyat
dalam segala aspek, baik itu dalam aspek hukum ataupun aspek yang lain. Jika
keadilan di suatu negara sudah ditegakkan maka akan tercipta rakyat yang
makmur, aman dan sentosa.

DAFTAR PUSTAKA

Bachtiar, Yusuf. “Sidang Perdana Ibu Hamil yang Gagal Penuhi Pesanan Senilai
Rp 2,5 Juta Diwarnai Kericuhan”. 4 November 2018.

7
http://www.tribunnews.com/regional/2018/08/31/sidang-perdana-ibu-
hamil-yang-gagal-penuhi-pesanan-senilai-rp-25-juta-diwarnai-
kericuhan.html
Pahrevi, Dean. “Ibu Hamil Dibui karena Gagal Penuhi Pesanan Batik Senilai Rp
2,5 Juta”. 4 November 2018.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/08/20/15412951/ibu-hamil-
dibui-karena-gagal-penuhi-pesanan-batik-senilai-rp-25-juta.html
Pahrevi, Dean. “Wanita Hamil Dipenjara atas Laporan Istri Jenderal karena
Perkara Rp 2,5 Juta”. 4 November 2018.
https://megapolitan.kompas.com/read/2018/08/20/14462851/wanita-hamil-
dipenjara-atas-laporan-istri-jenderal-karena-perkara-rp-25.html
Rahardjo, Satjipto. 2009. Hukum Progresif Sebuah Sintesa Hukum Indonesia.
Yogyakarta : Genta Publishing.

Anda mungkin juga menyukai