Anda di halaman 1dari 13

Bab I Model Pembelajaran Inovatif untuk Abad ke-21

Kemampuan Akhir yang diharapkan (KAD):


Setelah mempelajari materi ini, mendiskusikan, dan latihan, mahasiswa dapat
menjelaskan dan menerapkan ...........................
1. Pengantar
Bangsa indonesia adalah negara yang akan menyongsong menjadi negara
maju. Keadaan ini tidak menutup kemungkinan bahwa negara indonesia
memiliki keunggulan terhadap daya guna dalam bidang sosial dan ekonomi
pada pembaharuan ilmu dan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Usaha yang diandalkan dengan memberikan karya, pikiran dan keagungan
pikiran dalam struktur dunia yang baru, terutama untuk kepentingan dan
keselarasan pembangunan bangsa yang menuntut warga mampu
mengembangkan sadar pengetahuan dan mewujudkan manusia yang memiliki
kapasitas dalam pemecahan masalah. Sadar pengetahuan ini memiliki arti
bahwa manusia mampu membangun daya cipta, mandiri, dan kritis tanpa harus
melupakan wawasan tanggung jawan dalam membela sesama untuk maju
menikamti kemampuan paradigma baru abad ini.
Dalam hubungan ini, kita sebagai calon pendidik harus mampu
menciptakan inovasi dalam pendidikan yang dapat menghasilkan sumber daya
pemikir yang mampu secara individual bersama membangun struktur sosial
dan ekonomi sadar pengetahuan pada era warga dunia abad 21 ini. Istilah
warga dunia pada era abad 21 ini menuntut kesiapan dalam menggunakan
kekuatan argument dan daya pikir yang logis. Negara indonesia masih banyak
menyimpan banyak kantong-kantong kemiskinan, daerah kesehatan umum
yang sudah tidak memadai dan kesehatan kependudukan yang rendah serta
kualitas pendidikan yang sangat tidak dapat dibanggakan . kurang nya
perhatian dan upaya pemerintah dalam mengatasi hal ini, persebaran ekonomi
dan sosial menjadi penyebab utama. Sebagai warga neraga yang peduli akan
kesejahteraan sosial maka upaya mengangkat dan mengajak mereka agar dapat
bersama-sama merasakan kehidupan yang layak dan kenyamanan zaman baru.
Namun masuknya budaya asing menjadikan bangsa ini kurang empati terhadap
kehidupan lingkungan yang merusak kebijakan lingkungan tanpa daya
pencegahannya. Runtuhnya sekat geografi pada era globalisasi dan kemajuan
teknologi informasi menjadikan semua orang dapat melakukan interakdi
bertukar informasi dimana saja dan kapan saja. Dari perubahan yang terjadi
semua ini akan berdampak pada sejumlah fenomena salah satunya nya adalah
banyak produk-produk dan jasa-jasa negara asing atau luar negeri yang
dipasarkan secara besar-besaran yang mengakibatkan perubahan pola pikir dan
perilaku masyarakat dalam berinteraksi dan menjalankan kehidupannya sehari-
hari. Dari urainya yang disebutkan bahwa paradigma pendidikan nasional abad
21 yang seharunya dimiliki oleh para pendidik berorientasi pada ilmu
pengetahuan matematika dan sains alam serta memiliki jiwa kemandirian
dalam melakukan kerja sama yang saling menghargai dan menghormasi untuk
kepentingan bangsa.
2. Peta Konsep

Model Pembelajaran Inovatif untuk Abad


ke-21

Hakikat Syntax Massive Prinsip Sistem Sosial Lingkungan


Reaksi Belajar

1. Orientasi 1. Komunikasi
2. Identifikasi 2. Kolaborasi
3. Diskusi 3. Berpikir kritis
4. Keputusan 4. Kreativitas
5. Menunjukkan dan Inovasi
perilaku
3. Hakikat
Konsep pembelajaran merupakan usaha pengelolahan lingkungan yang
ditentukan agar seseorang membentuk diri secara positif tertentu dalam kondisi
tertentu. Sementara konsep belajar secara umum erat hubungannya dengan
perubahan perilaku melalui serangkain pengalaman. Pembelajaran adalah
proses melalui kegiatan yang terstruktur atau perubahan melalui kegiatan untuk
menghadapi situasi, membentuk karakter setiap aktivitas menuju kedewasaan.
Pembelajaran adalah perubahan perilaku atau sikap yang relatif tidak dapat
diubah sebagai hasil dari pemberian penguatan. Pembelajaran proses
pendewasaan adalah perubahan dalam kehidupan individu dengan tidak terpaut
pada faktor genetik, namun berubah karena pemahaman, perilaku, presepsi,
dan motivasi.
Pembelajaran menurut Brunner (1966) sekurang-kurangnya memiliki
empat prinsip yaitu:
1. Dapat memotivasi peserta didik
Pendidik memberikan bimbingan, arahan dan wawasan kepada peserta
didik untuk meningkatkan kualitas yang maksimal dalam pembelajaran.
Pendidik harus mengunakan pendekatan, strategi, model dan media supaya
peserta didik dapat mencapai tuntutan yang diharapkan.
2. Materi pembelajaran terorganisasi dan terstruktur
Pada tahap ini pendidk sebagai fasilataor dan teman belajar. Guru
harus dapat menyesuaikan setiap kurikulum yang digunakan.
3. Memiliki tahapan-tahapan instruksional
Pada tahap ini pendidik harus menetukan tujuan pembelajaran, pokok
materi yang akan dibahas, media pembelajaraan untuk memperjelas pokok
materi setelah itu menyimpulkan pokok materi yang telah dibahas.
4. Dapat memodivikasi perilaku peserta didik
Pada tahap ini pendidik harus mengetahui karakter setiap individu,
melalui tahap tersebut pendidik dapat mengubah strategi pembelajaran
yang akan dilakukan.
Pada pembelajaran abad 21 mencakup kewarganegaraan, kehidupan,
karier dan tanggung jawab pribadi nasional. Educational testing service
ETS (2007), menjelaskan tentang keterampilan abad ke-21 sebagai
pembelajaran kemampuan untuk:
a. Mengumpulkan atau mengambil informasi
b. Mengatur dan mengelola informasi yang didapatkan
c. Mengevaluasi kualitas, relevansi dan kegunaan informasi
d. Menghasilkan hasil yang akurat melalui sumber daya yang ada
4. Syntax Massive
Syntax Aktivitas Guru Aktivitas Siswa
Massive
Orientasi - Menyiapkan dan - Menyiapkan dirinya untuk
mengarahkan belajar tentang
peserta didik agar permasalahan yang akan
mempelajari dipelajari.
pemasalahan dalam - Menerima pembelajaran
topik pembelajaran. yang diberikan guru dengan
- Memberi tugas cermat, dapat dengan
kepada peserta didik mencatatnya.
untuk permasalahan - Menuliskan permasalahan
yang diberikan oleh yang didapatkan oleh guru.
guru secara individu.
- Menyajikan materi
yang telah
ditentukan dengan
penyampaian film
atau narasi atau juga
dengan prsentasi
Identifikasi - Membagi peserta - Berkumpul bersama peserta
didik secara didik yang lain sesui
berkelompok dengan arahan yang
- Memberikan tugas diberikan oleh guru.
kepada peserta didik - Secara individu melakukan
untuk identifikasi dari
mengidentifikasikan permasalahan yang
permasalahan yang dipelajari.
disampaikan guru. - Mengkaji persoalan yang
- Mengarahkan dihadapi bersama
peserta didik untuk kelompok.
mempresentasikan - Menjelaskan hasil dari
hasil daridiskusi diskusi yang telah
kelompok. didapatkan.
- Memberikan
pertanyaan untuk
nilai nilai yang
bertentangan dari
identifikasi peserta
didik.
Diskusi - Sebagai fasilitator - Malukakan diskusi tentang
dan mediator saat isu permasalahan yang
diskusi kelompok. telah dipelajari.
- Menjadi pengarah - Memberikan ulasan dasar
setiap kelompok mengapa mengambil
diskusi untuk permasalahan tersebut.
membahas isu dari - Memaparkan hasil diskusi
problematika yang dari setiap kelompok di
telah dipelajari. depan kelas.
- Membimbing setiap - Kelompok lain melakukan
kelompok untuk Tanya jawab dengan
memaparkan atau kelompok yang presentasi.
mempresentasikan - Hasil diskusi disusun
hasil diskusi sebagai dasar pengambilan
kelompok di depan keputusan.
kelas dan melakukan
tanya jawab dengan
kelompok lain.
Keputusan - Memberikan arahan - Membuat perencanaan
pada setiap pengambilan suatu
kelompok diskusi keputusan dari isu
untuk mengambil permasalahan yang telah
keputusan dipelajari.
pemecahan dari - Memutuskan isu dari
masalah yang telah permasalahan yang
dipelajari. diambil.
- Memberikan tugas - Memaparkan hasil diskusi
kepada setiap permasalahan sesuai
kelompok untuk dengan permasalahan yang
mengambil dipilih.
keputusan dari isu
permasalahan yang
diambil.
- Mengarahkan setiap
kelompok untuk
memaparkan
keputusan hasil dari
diskusi.
Menunjukkan - Memberikan arahan - Menuliskan tindakan yang
perilaku
kepada peserta didik dilakukan saat mengambil
untuk menjelaskan keputusan dari
secara individu permasalahan yang ada.
dengan lisan. - Memberikan kesimpulan
- Memberikan arahan dari permasalahan yang
kepada peserta didik dipelajari.
untuk menyatakan
kesimpulan dari
yang dipelajari.

5. Prinsip Reaksi
Pembelajaran abad 21 sebaiknya disesuaikan dengan perkembangan
zaman. Begitupun dengan kurikulum yang saat ini dikembangkan sekolah,
dimana kurikulum yang diiterapkan dituntut untuk mengubah pendekatan
pembelajaran yang mulanya berpusat pada pendidik (Teacher Centered
Learning) menjadi pendekatan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
(Student Centered Learning). Hal ini sesuai dengan tuntutan masa depan
peserta didik yang harus memiliki kecakapan berpikir dan belajar.
Kecakapan peserta didik meliputi, kecakapan memecahkan masalah,
mampu berpikir kritis, kolaborasi, dan kecakapan dalam berkomunikasi.
Semua kecakapan ini bisa dimiliki peserta didik apabila pendidik mampu
mengembangkan strategi pembelajaran yang berisi kegiatan-kegiatan yang
dapat mendorong peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan
masalah. Prinsip reaksi pembelajaran ini, yaitu :
1. Komunikasi
Peserta didik dituntut untuk mampu menciptakan komunikasi yang efektif
baik secara lisan maupun tulisan, baik kepada guru maupun kepada peserta
didik lainnya. Peserta didik diberikan kesempatan menggunakan
kemampuannya untuk mengutarakan ide dan pendapatnya baik saat
berdiskusi maupun ketika memecahkan masalah secara individu yang
diberikan oleh pendidik.
2. Kolaborasi
Peserta didik mampu menunjukkan kemampuan kerjasama dalam kelompok
dan beradaptasi dalam berbagai organisasi maupun kelompok kecil untuk
mengasah dan melatih tanggung jawab, bekerja secara produktif dan efisien
dengan peserta didik yang lain, menempatkan empati dan simpati,
menghormati pendapat yang berbeda satu dengan yang lain.
3. Berpikir kritis dan mampu memecahkan masalah
Peserta didik mampu memberikan penalaran yang logis dalam membuat
pilihan, memahami masalah yang dihadapi agar dapat menyelesaikan
masalah. Peserta didik juga dapat menggunakan kemampuannya untuk
berusaha menyelesaikan permasalahan yang dihadapinya dengan mandiri,
peserta didik diharapkan memiliki kemampuan memahami, menyusun,
menganalisa, dan menyelesaikan masalah.
4. Kreativitas dan Inovasi
Peserta didik memiliki kemampuan untuk mengembangkan dan
menyampaikan gagasan atau ide-de baru dari peserta didik yang ditujukan
untuk peseta didik lainnya, peserta didik memliki sikap terbuka dan
renponsif terhadap perspektif baru dan perspektif yang berbeda dari
perspektif yang dimiliki sebelumnya.
Selain melalui pendekatan pembelajaran, peserta didik pun harus diberi
kesempatan untuk mengembangkan kemampuan dalam menguasai teknologi
informasi dan komunikasi karena pembelajaran ini harus disesuaikan dengan
perkembangan zaman. Literasi ITC (TIK) adalah suatu kecakapan atau
kemampuan untuk menggunakan teknologi dalam proses belajar mengajar
guna mencapai kecakapan berpikir kritis dan belajar peserta didik. Strategi
yang harus dilakukan oleh pendidik dalam mengembangkan kemampuan TIK
peserta didik yaitu memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
menggunakan teknologi misalnya menggunakan komputer atau android untuk
melatih keterampilan atau kemampuan berpikir kritis peserta didik dalam
memecahkan masalah melalui kolaborasi dan komunikasi dengan peserta didik
lainnya maupun dengan pendidik.
6. Sistem Sosial
Dalam pengertian orang Yunani, “sistem” adalah suatu fenomena dengan
kemampuan yang melebihi kemampuan dari jumlah total semua bagian dari
sistem tersebut. Sedangkan makna “sosial” sendiri dalam kbbi memiliki
pemaknaan berkenaan dengan masyarakat, dalam bahasa latin (socious)
memiliki pemaknaan “teman”, maka dalam hal ini sistem sosial memiliki
makna sebuah mekanisme yang terjadi pada ranah kemasyarakatan (dalam hal
ini adalah sosial), Pada sistem sosial sendiri terdapat beberapa individu yang
saling berinteraksi dan juga bersosialisasi sehingga nanti nya akan tercipta
hubunbgan sosial. Suatu sistem sosial mendapat identitasnya dengan
membedakan “sistem” dan “lingkungan”. Yang membedakan satu sistem dari
lingkungannya adalah fungsinya dalam konteks sosial. Sistem sosial
mendeskripsikan peranan siswa dan guru sebagai salah satu contohnya,
interaksi antara guru dengan siswa serta target yang diharapkan.
Berkaitan dengan sistem sosial, kegiatan pembelajaran berpusat pada
siswa sedangkan guru berperan sebagai pembimbing, fasilitator, motivator, dan
mediator. Sebagai pembimbing, guru sebagai tempat untuk bertanya saat siswa
sedang mengalami kesulitan, serta mengarahkan agar siswa secara mandiri
mampu mengatasi persoalan tersebut. Sebagai fasilitator dan motivator, guru
mempunyai peran sebagai penyedia informasi terkait dengan sumber belajar,
literatur dan sebagainya agar siap betul-betul mampu menyiapkan materi dan
mempunyai pengetahuan awal yang cukup. Kemudian, memotivasi dan
mendorong siswanya agar semangat dalam kegiatan pembelajaran. Sebagai
mediator, guru hadir sebagai penengah manakala ada perbedaan dalam
berpendapat saat diskusi sehingga didapatkan pemahaman yang benar. Ada
beberapa macam-macam sistem sosial dalam pembelajaran, antara lain :
1. Sistem Sosial dalam Pembelajaran Investigasi Kelompok
Sistem sosial adalah model pembelajaran investigasi kelompok
menjunjung tinggi nilai-nilai demokratis yang diatur oleh suatu kesepakatan
yang dikembangkan oleh pengalaman kelompok dalam batas dan hubungan
terhadap fenomena rumit yang kemudian dijelaskan oleh seorang guru
sebagai objek pembelajaran. Sistem sosial dalam pembelajaran ini menjelma
dalam kegiatan kelompok antara perbedaan peran siswa dan guru.
2. Sistem Sosial dalam Pembelajaran dalam Pembelajaran Role Playing
(Bermain Peran)
Sistem sosial dalam model ini cukup terukur. Guru memiliki tanggug
jawab, paling tidak pada awal permainan, untuk memulai tahap-tahap dan
membimbing siswa melalui aktivitas dalam setiap tahap. Materi eksklusif
dalam musyawarah dan pemeranan sangat ditentukan oleh siswa.
Pertanyaan yang diajukan oleh guru seharusnya dapat merangsang
ekspresi atau ungkapan serta bebas dan menggambarkan perasaan atau
pikiran siswa yang sebenarnya. Guru harus menanamkan kualitas dan
kepercayaan antara dirinya dan siswanya. Walaupun guru reflektif dan
sportif, siswa tetaplah pihak yang berperan mengambil alih atau mengontrol,
arah pengajaran, serta hal yang terpenting lagi yaitu memutuskan apa yang
harus diperiksa dan usulan mana yang akan dieksplorasi. Pada intinya, guru
memformat penelusuran tingkah laku dengan berpegangan pada ciri khas
pertanyaan yang muncul, guru juga menetapkan fokus.
3. Sistem Sosial dalam Pembelajaran Yurisprudensial
Struktur dalam model ini menjangkau wilayah mulai dari level tertinggi
hingga terendah. Guru dapat memulai dari tahap pertama, kemudian
berlanjut pada tahap-tahap berikutnya. Setiap tahap dalam langkah-langkah
pembelajaran Yurisprudensial, guru memantau (monitoring) perkembangan
kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugasnya. Setelah mempelajari
model ini, siswa seharusnya dapat melaksanakan prosesnya tanpa bantuan
siapapun. Cara demikian membuat siswa mampu memperoleh kontrol
maksimum dalam sebuah proses.
Secara keseluruhan, pastinya selalu lahir semacam pengaruh perubahan
sikap serta sebuah pandangan terhadap sistem sosial itu sendiri, pengaruh yang
lahir tersebut merupakan salah satu fenomena yang menentukan bagaimana
jadinya bentuk dan kerangka sistem sosial tersebut, misalkan dalam masyarakat
sendiri terjadi rekonstruksi struktur masyarakat, maka secara sadar, mau tidak
mau akan mempengaruhi bentuk bentuk sistem dan nilai budaya yang ada,
dalam hal ini ranah pendidikan. Kemudian pada literasi yang kami dapatkan
dari sebuah buku yang meneliti terkait sistem sosial di daerah Toba, dijelaskan
terkait pengaruh ini,pengaruh perubahan sistem dalam masyarakat pun
nantinya akan mempengaruhi zona edukasi ini, baik secara nampak melalui
tindakan tindakan atau terselubung/ tidak nampak seperti pengaruh batin dan
sebagainya.
7. Lingkungan Belajar
Lingkungan belajar memberikan pengaruh kepada proses dan hasil
perilaku siswa, baik secara langsung maupun tidak langsung. Lingkungan
belajar merupakan faktor penentu keberhasilan dalam membangun kemampuan
perilaku siswa. Dengan demikian, pengertian secara sederhana dapat
dirumuskan bahwa belajar adalah suatu tempat atau suasana (keadaan) yang
mempengaruhi proses perubahan tingkah laku manusia. Tentu, manusia
tersebut adalah siswa sebagai subjek yang diteliti di lingkungan tersebut.
Heimstra (1991:8) menawarkan definisi lingkungan belajar sebagai berikut,
learning environment is all of the physical surrounding, psychological or
emotional condition, and social or cultural infulences affecting the growth and
development of an adult enganged in an educational enterprise. Dari cuplikan
definisi tersebut dapat diungkapkan bahwa lingkungan belajar merupakan
semua yang ada di sekitar kita, baik kondisi fisik, psikologi (emosional)
maupun budaya yang dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
orang dewasa dalam bidang pendidikan. Pada sekarang ini pembelajaran abad
ke-21, partnership for 21st century skills menyatakan lingkungan pembelajaran
abad ke-21 menekankan pada pembelajaran berbasis teknologi dan menuntut
siswa untuk terampil, memiliki pengetahuan dan kemampuan di bidang
teknologi, media dan informasi serta keterampilan pembelajaran. Menurut
Litbang Kemdikbud (2013) pembelajaran abad 21 ini menekankan pada
kemampuan peserta didik dalam mencari tahu informasi dari berbagai sumber,
merumuskan permasalahan, berpikir analitis dan kerjasama serta berkolaborasi
dalam menyelesaikan masalah. Mencari tahu informasi dari berbagai sumber
ini, diperlukan akses dan sarana yang memadai untuk mendukung peserta didik
dalam mendapatkan informasi tersebut. Adapun kerjasama yang dibutuhkan
pada abad ini merujuk pada model pembelajaran Project Based Learning
(Pembelajaran Berbasis Proyek) yang mengharuskan siswa berpikir kritis dan
inovatif sehingga dibutuhkan lingkungan belajar yang sesuai dengan
pembelajaran tersebut. Lingkungan belajar bagi siswa tidak hanya berpacu
pada lingkungan fisik saja seperti ruangan kelas ataupun perpustakaan
melainkan juga dari teman sebaya, lingkungan keluarga maupun masyarakat
luas. Dimana peran masyarakat ini pada model pembelajaran Project Based
Learning sebagai narasumber ataupun sumber belajar bagi pemecahan masalah
peserta didik.
8. Rangkuman
9. Kesimpulan
10. Daftar Pustaka
Harjali. 2019. Penataan lingkungan Belajar. Malang: CV Seribu Bintang.
Hasdin, N, Lasapa.,B, Saneba. 2015. Upaya pembelajaran terstruktur dengan
pemberian tugas dalam meningkatkan prestasi belajar IPS pada siswa
kelas IV SD Inpres 02 Pongian kecamatan Bunta. Jurnal Kreatif
Tadulako Online. 5(1): 74-90.
Suryana, Dadan. 2016. Pendidikan Anak Usia Dini Stimulus dan Aspek
Perkembangan Anak. Jakarta: Kencana.
Widyaningsing, Ida. 2019. Strategi dan Inovasi Pembelajaran Bahasa
Indonesi di Era Revolusi Industri 4.0. Sidoarjo: Uwais Inspirasi
Indonesia.
Bali, M. M. E. I. 2017. Model interaksi sosial dalam mengelaborasi
keterampilan sosial. Jurnal Pendagogik. 4(2) : 1-17.

Hanitzsch, T. 2001. Teori sistem sosial dan paradigma konstruktivisme:


tantangan keilmuan jurnalistik di era informasi. Mediator. 2(2) : 217-
229.

Sugiono., Sudarti. dan Sutarto. 2016. Validitas logis model pembelajaran


eskalasi untuk pembelajaran fisika di SMA. Jurnal Pembelajaran dan
Pendidikan Sains. 1(1) : 23-30.

Simanjuntak, B.A. 2006. Struktur Sosial dan Sistem Politik Batak Toba
hingga 1945 : Suatu Pendekatan Antropologi Budaya dan Politik.
Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.

Harmadi, H. 2019. Pengantar Pendidikan Era Globalisasi : Konsep Dasar,


Teori, Strategi dan Implementasi dalam Pendidikan Globalisasi.
Tangerang : An1mage.

11. Pertanyaan Konseptual (5 Esai dan jawabanya)


12. Rangkuman
13. Rujukan
14. Latihan Soal (10 ABCDE dan kuncinya)

Anda mungkin juga menyukai