Pendekatan saintifik juga mendorong siswa untuk berjiwa investigatif, memiliki rasa ingin
tahu (curiosity) yang tinggi, hingga dia bisa membangun konsep sendiri melalui pengalaman
belajar yang dialaminya. Oleh karena itu, dia bisa mendapatkan pembelajaran yang menantang,
menyenangkan, dan bermakna.
Model-model pembelajaran yang dapat digunakan untuk penerapan pendekatan saintifik antara
lain; menyingkap atau menemukan (discovery/ inquiry), penyelesaian masalah (problem
solving), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), dan pembelajaran berbasis
projek (project based learning).
Pada diklat atau bimtek kurikulum 2013 (in), para peserta diberikan materi penerapan
pendekatan sainitifik dalam pembelajaran, walau kadang tidak bisa dipungkiri kurang optimal
mengingat terbatasnya waktu.
Oleh karena itu, pada saat pendampingan kurikulum 2013 (on), para peserta didampingi oleh
instruktur K-13 cara menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran di kelas, lalu mereka
bisa berdiskusi jika ada kendala untuk mencari solusinya.
Menurut saya, penerapan pendekatan saintifik pada dasarnya mudah, dengan catatan mau
mengubah paradigma pembelajaran dan mau belajar untuk mempraktekkannya.
Metode ceramah bukannya tidak boleh dilakukan, karena dalam penerapan model pembelajaran
apapun, ceramah pasti dilakukan oleh guru, minimal sebagai pengantar pada awal pembelajaran,
ketika menjawab pertanyaan siswa, atau saat memberikan penguatan di akhir pelajaran.
Saat ini tengah ramai diperbincangkan masalah revolusi industri 4.0. yaitu era industri yang
menggunakan teknologi yang serba digital. Tenaga manusia sudah diganti mesin atau robot
cerdas.
Penerapan teknologi tinggi, berbasis online semakin memudahkan manusia dalam setiap
urusannya. Cukup hanya dengan sentuhan jari pada gawai, maka manusia dapat mengakses,
mengatur, dan memenuhi kebutuhannya. Dunia industri, perdagangan, dan pendidikan adalah
tiga bidang yang termasuk mengalami dampak yang signifikan akibat dari revolusi industri 4.0.
Sementara penalaran deduktif memandang kejadian umum dan selanjutnya ditarik kesimpulan
yang jelas dan detail.
MODEL BELAJAR
Model pembelajaran PBL (problem based learning) adalah sistem pembelajaran yang berpijak
pada masalah yang dihadapi siswa pada saat proses mendapatkan ilmu pengetahuan. Ini
berfungsi agar siswa bisa mandiri dalam menemukan solusi berdasarkan masalah yang ada.
Dalam prosesnya, pembelajaran PBL atau dalam bahasa Indonesia berarti pembelajaran
berbasis masalah (PBM). Memanfaatkan strategi yang lebih sistematik untuk menemukan
solusi dari masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari pada siswa.
Dengan adanya landasan strategi ini, siswa bisa menuai hasil dari PBL sebagai pola pikir di masa
depan guna menemukan solusi dari berbagai macam masalah yang akan dihadapi. Sehingga
problematika dalam hidup akan berangsur-angsur teratasi.
Sintaks PBL :
5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Sintaks Model Project Based
Learning (PJBL)
Model Project-based Learning (PJBL)adalah model pembelajaran yang melibatkan keaktifan
peserta didik dalam memecahkan masalah.
Dilakukan secara berkelompok/mandiri melalui tahapan ilmiah dengan batasan waktu tertentu
yang dituangkan dalam sebuah produk. untuk selanjutnya dipresentasikan kepada orang lain.
Karakteristik yang tercakup dalam Project Based Learning (PJBL) antara lain:
a. Penyelesaian tugas dilakukan secara mandiri dimulai dari tahap perencanaan, penyusunan,
hingga pemaparan produk;
b. Peserta didik bertanggung jawab penuh terhadap proyek yang akan dihasilkan;
c. Proyek melibatkan peran teman sebaya, guru, orang tua, bahkan masyarakat;
d. Melatih kemampuan berpikir kreatif; dan
LANGKAH
AKTIVITAS GURU AKTIVITAS PESERTA DIDIK
KERJA
Proses Discovery terjadi bila individu terlibat terutama dalam penggunaan proses mentalnya
untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.
LANGKAH
AKTIVITAS GURU AKTIVITAS PESERTA DIDIK
KERJA
mengidentifikasi sebanyak
Pernyataan/
Identifikasi mungkin agenda-agenda
Permasalahan yang dipilih itu
masalah masalah yang relevan dengan selanjutnya harus dirumuskan dalam
bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni
(Problem bahan pelajaran, kemudian pernyataan sebagai jawaban sementara
atas pertanyaan yang diajukan.
Statement) salah satunya dipilih dan
verifikasi.
Menurut Gulo (dalam Al-Tabani, 2014: 78) menyatakan strategi inkuiri berarti suatu
rangkaian kegatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa
untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka
dapat merumuskan sendiri penemuan-penemuannya dengan penuh percaya diri.
Secara umum proses pembelajaran metode pembelajaran inquiry dapat mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut:
a. Orientasi
Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang
kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:
1) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.
Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah
merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.
3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka
memberikan motivasi belajar siswa.
b. Merumuskan masalah
Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang
mengandung teka-teki.
Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki
itu.
Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari
jawaban yang tepat.
Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu
melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai
c. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban
sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.
Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak
(berhipotesis) pada setiap anak
adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat
merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan
jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.
d. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji
hipotesis yang diajukan.
Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting
dalam pengembangan intelektual.
Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan
tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.
e. Menguji hipotesis
Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau
informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.
dalam hal ini menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.
Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi
harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.
f. Merumuskan kesimpulan
Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data
mana yang relevan.
TPACK
Berdasarkan pada Shulman’s (1986) tentang kerangka kerja pedagogical content knowledge
(PCK), salah satu frameworkyang banyak mendapatkan perhatian akhir-akhir ini
adalah Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) (Angeli & Valanides, 2005;
Mishra & Koehler, 2009). TPACK dianggap sebagai kerangka kerja berpotensi yang dapat
memberikan arah baru bagi guru dalam memecahkan masalah terkait dengan mengintegrasikan
TIK ke dalam kegiatan belajar mengajar di ruang kelas (Hewitt, 2008). Ada tujuh variabel yang
mempengaruhi TPACK (Cox & Graham, 2009; Mishra & Koehler, 2006; Shulman, 1986), yaitu:
1. Technological Knowledge (TK) adalah pengetahuan tentang bagaimana mengoperasikan
komputer dan perangkat lunak yang relevan;
2. Pedagogical Knowledge (PK) adalah kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran peserta
didik;
3. Content Knowledge (CK) adalah materi subjek pengetahuan seperti pengetahuan tentang
bahasa, Matematika, Ilmu Alam dll;
4. Technological Content Knowledge (TCK) adalah pengetahuan tentang bagaimana konten
dapat diteliti atau diwakili oleh teknologi seperti menggunakan simulasi komputer untuk
mewakili dan mempelajari pergerakan kerak bumi;
5. Pedagogical Content Knowledge (PCK) adalah pengetahuan tentang bagaimana cara untuk
mewakili dan merumuskan subjek yang membuatnya dipahami oleh orang lain (Shulman,
1986, hal. 9);
6. Technological Pedagogical Knowledge (TPK) adalah pengetahuan tentang bagaimana
teknologi dapat memfasilitasi pendekatan pedagogik seperti menggunakan
diskusi asynchronousseperti forum untuk mendukung konstruksi sosial pengetahuan;
Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) adalah pengetahuan tentang
bagaimana memfasilitasi pembelajaran peserta pelatihan dari konten tertentu melalui pendekatan
pedagogik dan teknologi. Sehingga diketahui hubungan antara variabel-variabel tersebut diatas,
maka dapat mengetahui faktor apa yang paling signifikan mempengaruhi guru dalam proses
belajar mengajar guna proses perencanaan kedepan dalam rangka meningkatkan kualitas guru
yang profesional dan berbasis TIK.
HOTS