Anda di halaman 1dari 14

PENDEKATAN SAINTIFIK

Pendekatan saintifik juga mendorong siswa untuk berjiwa investigatif, memiliki rasa ingin
tahu (curiosity) yang tinggi, hingga dia bisa membangun konsep sendiri melalui pengalaman
belajar yang dialaminya. Oleh karena itu, dia bisa mendapatkan pembelajaran yang menantang,
menyenangkan, dan bermakna.

Model-model pembelajaran yang dapat digunakan untuk penerapan pendekatan saintifik antara
lain; menyingkap atau menemukan (discovery/ inquiry), penyelesaian masalah (problem
solving), pembelajaran berbasis masalah (problem based learning), dan pembelajaran berbasis
projek (project based learning).

Guru sebagai pengelola pembelajaran tentunya harus memahami langkah-langkah pendekatan


saintifik dengan baik, walau sebenarnya disadari atau tidak, guru pun sebenarnya telah
mempraktekannya, meskipun tidak menyebutnya sebagai pendekatan saintifik.

Pada diklat atau bimtek kurikulum 2013 (in), para peserta diberikan materi penerapan
pendekatan sainitifik dalam pembelajaran, walau kadang tidak bisa dipungkiri kurang optimal
mengingat terbatasnya waktu.

Oleh karena itu, pada saat pendampingan kurikulum 2013 (on), para peserta didampingi oleh
instruktur K-13 cara menerapkan pendekatan saintifik dalam pembelajaran di kelas, lalu mereka
bisa berdiskusi jika ada kendala untuk mencari solusinya.

Menurut saya, penerapan pendekatan saintifik pada dasarnya mudah, dengan catatan mau
mengubah paradigma pembelajaran dan mau belajar untuk mempraktekkannya.

Metode ceramah bukannya tidak boleh dilakukan, karena dalam penerapan model pembelajaran
apapun, ceramah pasti dilakukan oleh guru, minimal sebagai pengantar pada awal pembelajaran,
ketika menjawab pertanyaan siswa, atau saat memberikan penguatan di akhir pelajaran.

Pendekatan saintifik dapat mendukung pembentukan keterampilan abad 21 yang dikenal 4C


yang meliputi (1) Communication (komunikasi), (2) collaboration (kolaborasi), (3) critical
thinking and problem solving (berpikir kritis dan menyelesaikan masalah), dan (4) creative and
innovative (kreatif dan innovatif). Selain itu, penerapan pendekatan sainifik dalam pembelajaran
dapat membantu guru untuk memberikan pengalama belajar kepada siswa para ranah berpikir
tingkat tinggi (higher order thinking skills/HOTS).
Siswa bukan hanya diarahkan untuk bisa mengetahui, memahami, dan mengaplikasikan (C1 s.d.
C3), tetapi juga mampu untuk menganalisis, mengevaluasi, hingga mencipta atau membuat karya
(C4 s.d. C6). palagi saat ini para siswa yang disebut sebagai generas millennial atau generasi Z
(Gen Z) bukan hanya perlu diberikan kemampuan abad 21 atau yang disebut HOTS, tetapi juga
kemampuan untuk menghadapi revolusi industri 4.0.

Saat ini tengah ramai diperbincangkan masalah revolusi industri 4.0. yaitu era industri yang
menggunakan teknologi yang serba digital. Tenaga manusia sudah diganti mesin atau robot
cerdas.

Penerapan teknologi tinggi, berbasis online semakin memudahkan manusia dalam setiap
urusannya. Cukup hanya dengan sentuhan jari pada gawai, maka manusia dapat mengakses,
mengatur, dan memenuhi kebutuhannya. Dunia industri, perdagangan, dan pendidikan adalah
tiga bidang yang termasuk mengalami dampak yang signifikan akibat dari revolusi industri 4.0.

Alat dari pendekatan saintifik ada dua yakni (inductive


reasoning) induktif & deduktif (deductive reasoning). Berikut penjelasannya, penalaran
induktif melihat suatu kejadian atau kondisi tertentu untuk selanjutnya menarik kesimpulan yang
telah ada dengan cara menyeluruh.

Sementara penalaran deduktif memandang kejadian umum dan selanjutnya ditarik kesimpulan
yang jelas dan detail.

Langkah-langkah Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik


1. mengamati;
2. menanya;
3. mengumpulkan informasi/eksperimen;
4. mengasosiasikan/mengolah informasi; dan.
5. mengkomunikasikan.

MODEL BELAJAR

Model pembelajaran PBL (problem based learning) adalah sistem pembelajaran yang berpijak
pada masalah yang dihadapi siswa pada saat proses mendapatkan ilmu pengetahuan. Ini
berfungsi agar siswa bisa mandiri dalam menemukan solusi berdasarkan masalah yang ada.

Dalam prosesnya, pembelajaran PBL atau dalam bahasa Indonesia berarti pembelajaran
berbasis masalah (PBM). Memanfaatkan strategi yang lebih sistematik untuk menemukan
solusi dari masalah yang ada dalam kehidupan sehari-hari pada siswa.
Dengan adanya landasan strategi ini, siswa bisa menuai hasil dari PBL sebagai pola pikir di masa
depan guna menemukan solusi dari berbagai macam masalah yang akan dihadapi. Sehingga
problematika dalam hidup akan berangsur-angsur teratasi.

Sintaks PBL :

1) Orientasi peserta didik pada masalah;

2) Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar;

3) Membimbing penyelidikan individu maupun kelompok;

4) Mengembangkan dan menyajikan hasil karya; dan

Langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning (PBL)


Berdasarkan sintak tersebut, langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
yang bisa dirancang oleh guru adalah sebagai berikut:

LANGKAH KERJA AKTIVITAS GURU AKTIVITAS PESERTA DIDIK

Guru menyampaikan masalah


yang akan dipecahkan secara
kelompok. Masalah yang
diangkat hendaknya Kelompok mengamati dan
Orientasi peserta didik memahami masalah yang
kontekstual. Masalah bisa disampaikan guru atau yang
pada masalah
diperoleh dari bahan bacaan yang
ditemukan sendiri oleh disarankan.
peserta didik melalui bahan

bacaan atau lembar kegiatan.

Peserta didik berdiskusi dan


Mengorganisasikan Guru memastikan membagi tugas untuk mencari
peserta didik untuk setiap anggota memahami data/bahan-bahan/alat
belajar. tugas masing-masing. yang diperlukan untuk
menyelesaikan masalah.
Guru memantau keterlibatan Peserta didik melakukan
Membimbing
peserta didik dalam penyelidikan
penyelidikan individu
pengumpulan data/ bahan (mencari data/referensi/sumber)
maupun kelompok.
selama proses penyelidikan. untuk bahan diskusi kelompok.

Guru memantau diskusi dan


Kelompok melakukan diskusi untuk
membimbing pembuatan
Mengembangkan dan menghasil-kan solusi pemecahan
laporan sehingga karya setiap
menyajikan hasil masalah dan hasilnya
karya. kelompok siap untuk dipresentasikan/disajikan dalam
dipresentasikan. bentuk karya.

Guru membimbing presentasi Setiap kelompok melakukan


dan mendorong kelompok presentasi, kelompok yang lain
Menganalisis dan memberikan penghargaan memberikan apresiasi. Kegiatan
mengevaluasi proses serta masukan kepada dilanjutkan dengan merangkum/
pemecahan masalah. kelompok lain. Guru bersama membuat kesimpulan sesuai dengan
peserta didik menyimpulkan masukan yang diperoleh dari
materi. kelompok lain.

5) Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Sintaks Model Project Based
Learning (PJBL)
Model Project-based Learning (PJBL)adalah model pembelajaran yang melibatkan keaktifan
peserta didik dalam memecahkan masalah.

Dilakukan secara berkelompok/mandiri melalui tahapan ilmiah dengan batasan waktu tertentu
yang dituangkan dalam sebuah produk. untuk selanjutnya dipresentasikan kepada orang lain.

Karakteristik yang tercakup dalam Project Based Learning (PJBL) antara lain:

a. Penyelesaian tugas dilakukan secara mandiri dimulai dari tahap perencanaan, penyusunan,
hingga pemaparan produk;

b. Peserta didik bertanggung jawab penuh terhadap proyek yang akan dihasilkan;

c. Proyek melibatkan peran teman sebaya, guru, orang tua, bahkan masyarakat;
d. Melatih kemampuan berpikir kreatif; dan

e. Situasi kelas sangat toleran dengan kekurangan dan perkembangan gagasan.

Langkah-langkah pembelajaran Project Based Learning (PJBL)


Berdasarkan karakteristik tersebut, langkah-langkah pembelajaran Project Based
Learning (PJBL) yang bisa dirancang oleh guru adalah sebagai berikut:

LANGKAH
AKTIVITAS GURU AKTIVITAS PESERTA DIDIK
KERJA

Guru menyampaikan topik dan


Mengajukan pertanyaan mendasar
Pertanyaan apa yang harus dilakukan peserta
mengajukan pertanyaan
Mendasar didik terhadap topik/ pemecahan
bagaimana cara memecahkan
masalah. masalah.

Peserta didik berdiskusi menyusun


Guru memastikan setiap peserta
rencana pembuatan proyek
Mendesain didik dalam kelompok memilih
pemecahan masalah meliputi
Perencanaan dan mengetahui prosedur
pembagian tugas, persiapan alat,
Produk pembuatan proyek/produk yang
bahan, media, sumber yang
akan dihasilkan.
dibutuhkan.

Guru dan peserta didik membuat


Peserta didik menyusun jadwal
kesepakatan tentang jadwal
penyelesaian proyek dengan
Menyusun Jadwal pembuatan proyek (tahapan-
memperhatikan batas waktu
Pembuatan tahapan dan
yang telah ditentukan bersama.
pengumpulan).

Memonitor Guru memantau keaktifan Peserta didik melakukan pembuatan


Keaktifan dan proyek sesuai jadwal, mencatat setiap
peserta didik selama
Perkembangan tahapan, mendiskusikan masalah
melaksanakan proyek, memantau
yang muncul selama
Proyek realisasi perkembangan dan
membimbing jika mengalami
kesulitan. penyelesaian proyek dengan guru.

Guru berdiskusi tentang prototipe Membahas kelayakan proyek yang


proyek, memantau keterlibatan telah dibuat dan membuat laporan
Menguji Hasil
peserta didik, mengukur produk/ karya untuk dipaparkan
ketercapaian standar. kepada orang lain.

Guru membimbing proses


Setiap peserta didik memaparkan
Evaluasi pemaparan proyek, menanggapi
laporan, peserta didik yang lain
Pengalaman hasil, selanjutnya guru dan
memberikan tanggapan, dan bersama
Belajar peserta didik merefleksi/
guru menyimpulkan hasil proyek.
kesimpulan.

Sintaks Model Discovery Learning


Model pembelajaran penyingkapan/penemuan (Discovery/Inquiry Learning) adalah memahami
konsep, arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu
kesimpulan.

Proses Discovery terjadi bila individu terlibat terutama dalam penggunaan proses mentalnya
untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.

Discovery dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan, dan


inferensi. Proses di atas disebut cognitive process.

Langkah kerja (sintak) model Discovery Learning dalam pembelajaran penyingkapan/penemuan


adalah sebagai berikut:

1) Pemberian rangsangan (stimulation);

2) Pernyataan/Identifikasi masalah (problem statement);

3) Pengumpulan data (data collection);

4) Pengolahan data (data processing);.

5) Pembuktian (verification); dan


6) Menarik simpulan/generalisasi (generalization).

Berdasarkan sintak tersebut, langkah-langkah pembelajaran discovery learning yang bisa


dirancang oleh guru adalah sebagai berikut:

LANGKAH
AKTIVITAS GURU AKTIVITAS PESERTA DIDIK
KERJA

 Peserta didik dihadapkan pada


Guru memulai kegiatan sesuatu yang enimbulkan
kebingungannya, kemudian
Pemberian dilanjutkan untuk tidak memberi
pembelajaran dengan
mengajukan pertanyaan, anjuran generalisasi, agar timbul keinginan
rangsangan untuk menyelidiki sendiri.
membaca buku, dan aktivitas
belajar lainnya yang mengarah  Stimulasi pada fase ini berfungsi
(Stimulation)
pada persiapan pemecahan untuk menyediakan kondisi interaksi
masalah. belajar yang dapat mengembangkan
dan membantu peserta didik dalam
mengeksplorasi bahan.

Guru memberi kesempatan


kepada peserta didik untuk

mengidentifikasi sebanyak
Pernyataan/
Identifikasi mungkin agenda-agenda
Permasalahan yang dipilih itu
masalah masalah yang relevan dengan selanjutnya harus dirumuskan dalam
bentuk pertanyaan, atau hipotesis, yakni
(Problem bahan pelajaran, kemudian pernyataan sebagai jawaban sementara
atas pertanyaan yang diajukan.
Statement) salah satunya dipilih dan

dirumuskan dalam bentuk

hipotesis (jawaban sementara


atas pertanyaan masalah).
Tahap ini berfungsi untuk menjawab
pertanyaan atau membuktikan benar
Ketika eksplorasi berlangsung
tidaknya
guru juga memberi
hipotesis.
Pengumpu-lan
kesempatan kepada para
data Dengan demikian peserta didik diberi
kesempatan untuk mengumpulkan
(Data peserta didik untuk
(collection)
Collection) mengumpulkan informasi yang
berbagai informasi yang relevan,
relevan sebanyak-banyaknya
membaca literatur, mengamati objek,
untuk membuktikan benar atau
wawancara dengan nara sumber,
tidaknya hipotesis.
melakukan uji coba sendiri dan
sebagainya.

Pengolahan data merupakan kegiatan


mengolah data dan informasi baik
melalui
wawancara, observasi, dan sebagainya,
lalu ditafsirkan.
Pengolahan Guru melakukan bimbingan
Semua informasi hasil bacaan,
data (Data pada saat peserta didik
wawancara, observasi, dan sebagainya,
semuanya diolah,
Processing) melakukan pengolahan data.
diacak, diklasifikasikan, ditabulasi,

bahkan bila perlu dihitung dengan cara


tertentu serta ditafsirkan pada tingkat
kepercayaan tertentu.

Pembuktian Verifikasi bertujuan agar Peserta didik melakukan pemeriksaan


secara cermat untuk membuktikan
(Verification) proses belajar akan berjalan
benar atau tidaknya hipotesis yang
ditetapkan tadi
dengan baik dan kreatif jika
guru memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk
menemukan suatu konsep, teori,
dengan temuan alternatif, dihubungkan
aturan atau pemahaman
dengan hasil pengolahan data.
melalui contoh-contoh yang ia
jumpai dalam kehidupannya.

Proses menarik sebuah


kesimpulan yang dapat
Menarik
simpulan/ dijadikan prinsip umum dan
Berdasarkan hasil verifikasi maka
generalisasi dirumuskan prinsip-prinsip yang
berlaku untuk semua kejadian
mendasari generalisas
atau masalah yang sama, dengan
(Generalization)
memperhatikan hasil

verifikasi.

Sintaks Metode Inquiry

Sintaks atau Langkah-langkah Metode Inquiry

Menurut Gulo (dalam Al-Tabani, 2014: 78) menyatakan strategi inkuiri berarti suatu
rangkaian kegatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa
untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka
dapat merumuskan sendiri penemuan-penemuannya dengan penuh percaya diri.
Secara umum proses pembelajaran metode pembelajaran inquiry dapat mengikuti langkah-
langkah sebagai berikut:

a. Orientasi

Pada tahap ini guru melakukan langkah untuk membina suasana atau iklim pembelajaran yang
kondusif. Hal yang dilakukan dalam tahap orientasi ini adalah:

1) Menjelaskan topik, tujuan, dan hasil belajar yang diharapkan dapat dicapai oleh siswa.
2) Menjelaskan pokok-pokok kegiatan yang harus dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan.
Pada tahap ini dijelaskan langkah-langkah inkuiri serta tujuan setiap langkah, mulai dari langkah
merumuskan merumuskan masalah sampai dengan merumuskan kesimpulan.

3) Menjelaskan pentingnya topik dan kegiatan belajar. Hal ini dilakukan dalam rangka
memberikan motivasi belajar siswa.

b. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu persoalan yang
mengandung teka-teki.

Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang menantang siswa untuk memecahkan teka-teki
itu.

Teka-teki dalam rumusan masalah tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari
jawaban yang tepat.

Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting dalam pembelajaran inkuiri, oleh karena itu
melalui proses tersebut siswa akan memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai

upaya mengembangkan mental melalui proses berpikir.

c. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang dikaji. Sebagai jawaban
sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.

Salah satu cara yang dapat dilakukan guru untuk mengembangkan kemampuan menebak
(berhipotesis) pada setiap anak

adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk dapat
merumuskan jawaban sementara atau dapat merumuskan berbagai perkiraan kemungkinan
jawaban dari suatu permasalahan yang dikaji.

d. Mengumpulkan data
Mengumpulkan data adalah aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji
hipotesis yang diajukan.

Dalam pembelajaran inkuiri, mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting
dalam pengembangan intelektual.
Proses pemgumpulan data bukan hanya memerlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan
tetapi juga membutuhkan ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya.

e. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah menentukan jawaban yang dianggap diterima sesuai dengan data atau
informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data.

dalam hal ini menguji hipotesis juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional.

Artinya, kebenaran jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi
harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggungjawabkan.

f. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan


hasil pengujian hipotesis.

Untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu menunjukkan pada siswa data
mana yang relevan.

TPACK

TPACK adalah salah satu frameworkyang mengintegrasikan antaran pengetahuan Teknologi


(Technological Knowledge), pengetahuan Pedagogi (Pedagogy Knowledge), dan pengatahuan
Konten (Content Knowledge) dalam sebuah konteks pembelajaran, TPACK awalnya di
kembangkan oleh Shulman’s (1987, 1986) yang mendeskripsikan tentang PCK (Pedagogical
and Content Knowledge), selanjutnya untuk menggambarkan bagaimana pemahaman guru
terhadap teknologi pembelajaran dan dihubungkan dengan PCK dan dengan yang lainnya untuk
menghasilkan pembelajaran yang efektif menggunakan teknologi. TPACK terus berkembang
dari waktu ke waktu melalui serangkain publikasi (Mishra dan Koehler (2006), Koehler dan
Mishra (2009)).
Gambar 1. Kerangka kerja TPACK
Pada TPACK titik beratnya adalah bagaimana pengetahuan Teknologi (Technological
Knowledge), pengetahuan Pedagogi (Pedagogy Knowledge), dan pengatahuan Konten (Content
Knowledge) dapat di satukan dalam sebuah pembelajaran yang nantinya menjadikan
pembelajaran yang efektif dan berhasil dalam sebuah konteks pembelajaran.
 Technological Knowledge, pada pengetahuan Teknologi (Technological Knowledge) adalah
bagaimana menggunakan teknologi sebagai alat bantu pembelajaran, sebagai contoh internet
yang menjadi sumber belajar dan sarana belajar bagi pembelajar. Teknologi internet sudah
sangat pesat dan mendukung pembelajaran, teknologi ini juga menyediakan softwareyang
dapat digunakan sebagai pembelajaran dan tidak berbayar seperti salah satunya adalah
Moodle.
 Pedagogy Knowledge, pengetahuan Pedagogi (Pedagogy Knowledge) merupakan
bagaimana cara guru mengajarkan materi pembelajaran, penggunaan model dan metode
yang tepat dan kreatif dapat menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih efektif.
Pendekatan pembelajaran orang dewasa seperti konstruktivisme, sosial kolaborasi, dan
sosial konstruktivisme untuk membentuk komunitas pembelajaran menjadi salah satu
contoh model pembelajaran yang dapat digunakan.
 Content Knowledge, pengatahuan Konten (Content Knowledge) adalah apa yang akan
dipelajari atau substansi materi apa saja yang akan dipelajari.

Berdasarkan pada Shulman’s (1986) tentang kerangka kerja pedagogical content knowledge
(PCK), salah satu frameworkyang banyak mendapatkan perhatian akhir-akhir ini
adalah Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) (Angeli & Valanides, 2005;
Mishra & Koehler, 2009). TPACK dianggap sebagai kerangka kerja berpotensi yang dapat
memberikan arah baru bagi guru dalam memecahkan masalah terkait dengan mengintegrasikan
TIK ke dalam kegiatan belajar mengajar di ruang kelas (Hewitt, 2008). Ada tujuh variabel yang
mempengaruhi TPACK (Cox & Graham, 2009; Mishra & Koehler, 2006; Shulman, 1986), yaitu:
1. Technological Knowledge (TK) adalah pengetahuan tentang bagaimana mengoperasikan
komputer dan perangkat lunak yang relevan;
2. Pedagogical Knowledge (PK) adalah kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran peserta
didik;
3. Content Knowledge (CK) adalah materi subjek pengetahuan seperti pengetahuan tentang
bahasa, Matematika, Ilmu Alam dll;
4. Technological Content Knowledge (TCK) adalah pengetahuan tentang bagaimana konten
dapat diteliti atau diwakili oleh teknologi seperti menggunakan simulasi komputer untuk
mewakili dan mempelajari pergerakan kerak bumi;
5. Pedagogical Content Knowledge (PCK) adalah pengetahuan tentang bagaimana cara untuk
mewakili dan merumuskan subjek yang membuatnya dipahami oleh orang lain (Shulman,
1986, hal. 9);
6. Technological Pedagogical Knowledge (TPK) adalah pengetahuan tentang bagaimana
teknologi dapat memfasilitasi pendekatan pedagogik seperti menggunakan
diskusi asynchronousseperti forum untuk mendukung konstruksi sosial pengetahuan;
Technological Pedagogical Content Knowledge (TPACK) adalah pengetahuan tentang
bagaimana memfasilitasi pembelajaran peserta pelatihan dari konten tertentu melalui pendekatan
pedagogik dan teknologi. Sehingga diketahui hubungan antara variabel-variabel tersebut diatas,
maka dapat mengetahui faktor apa yang paling signifikan mempengaruhi guru dalam proses
belajar mengajar guna proses perencanaan kedepan dalam rangka meningkatkan kualitas guru
yang profesional dan berbasis TIK.

HOTS

Pemerintah mengharapkan para peserta didik mencapai berbagai kompetensi dengan


penerapan HOTS atau Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi. Kompetensi tersebut yaitu berpikir
kritis (critical thinking), kreatif dan inovasi (creative and innovative), kemampuan
berkomunikasi (communication skill), kemampuan bekerja sama (collaboration), dan
kepercayaan diri (confidence). Lima hal yang disampaikan pemerintah yang menjadi target
karakter peserta didik tersebut pada sistem evaluasi, yaitu dalam UN dan juga merupakan
kecakapan abad 21. Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS)
juga diterapkan menyusul masih rendahnya peringkat Programme for International Student
Assessment (PISA) dan Trends in International Mathematics and Science Study (TIMSS)
dibandingkan dengan negara lain, sehingga standar soal UN ditingkatkan untuk mengejar
ketertinggalan.

Pengembangan pembelajaran berorientasi pada keterampilan berpikir tingkat tinggi


atau Higher Order Thinking Skills (HOTS) merupakan program yang dikembangkan sebagai
upaya Kemendikbud dalam upaya peningkatan kualitas pembelajaran dan meningkatkan
kualitas lulusan. Pemberdayaan komunitas belajar melalui Kelompok Kerja Guru (KKG),
Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) merupakan salah satu prioritas program Direktorat
Pembinaan Guru Pendidikan Dasar dalam mengembangkan pembelajaran berorientasi pada
keterampilan berpikir tingkat tinggi.

Anda mungkin juga menyukai