Anda di halaman 1dari 8

RESUME MATA KULIAH KAJIAN DAN ISU PEMBELAJARAN IPA DI SD

MUTAKHIR

Kajian Pembelajaran IPA di SD (PBL, PJBL, STEAM, ESD)

A. Model PBL
a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)
Model pembelajaran berbasis masalah adalah model pembelajaran dengan pendekatan
pembelajaran siswa pada masalah autentik sehingga siswa dapat Menyusun pengetahuannya sendiri,
menumbuh kembangkan keterampilan yang lebih tinggi dan inquiry, memandirikan siswa dan
meningkatkan kepercayaan diri sendiri (Arends dalam Saputra, 2021). Model ini bercirikan
penggunaan masalah kehidupan nyata sebagai sesuatu yang harus dipelajari siswa untuk melatih dan
meningkatkan keterampilan berfikir kritis dan pemecahan masalah dan pemecahan masalah serta
mendapatkan konsep-konsep penting, di mana tugas guru harus memfokuskan diri untuk membantu
siswa mencapai keterampilan mengarahkan diri. Pembelajaran berbasis masalah, penggunaannya di
dalam tingkat berfikir yang lebih tinggi, dalam situasi berorientasi pada masalah, termasuk
bagaimana belajar.
b. Tujuan PBL
Tujuan utama Pembelajaran Berbasis Masalah bukanlah penyampaian sejumlah besar
pengetahuan kepada peserta didik, melainkan pada pengembangan kemampuan berpikir kritis dan
kemampuan pemecahan masalah dan sekaligus mengembangkan kemampuan peserta didik untuk
secara aktif membangun pengetahuan sendiri. Pembelajaran berbasis masalah juga dimaksudkan
untuk mengembangkan kemandirian belajar dan keterampilan sosial peserta didik. Kemandirian
belajar dan keterampilan sosial itu dapat terbentuk Ketika peserta didik berkolaborasi untuk
mengidentifikasi informasi, strategi, dan sumber belajar yang relevan untuk menyelesaikan masalah.
c. Ciri-ciri PBL
1) Pengajuan Masalah atau Pertanyaan
2) Keterkaitan dengan Berbagai Macam Disiplin Ilmu
3) Penyelidikan yang Autentik
4) Menghasilkan dan Memamerkan Hasil/Karya
5) Kolabirasi
d. Prinsip-prinsip PBL
Prinsip utama pembelajaran berbasis masalah adalah penggunaan masalah nyata sebagai
sarana bagi peserta didik untuk mengembangkan pengetahuan dan sekaligus mengembangkan
kemampuan berfikir kritis dan kemampuan pemecahan masalah. Masalah nyata yang terdapat dalam
kehidupan sehari-hari dan bermanfaat langsung apabila diselesaikan.
e. Langkah-langkah PBL
Sintaks atau Langkah-langkah PBL

FASE-FASE PERILAKU GURU


Fase 1 Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan
Orientasi siswa kepada masalah logistic yang dibutuhkan dan motivasi siswa
utuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah
yang dipilih.
Fase 2 Membantu siswa mendefinisikan dan
Mengorganisasikan siswa mengorganisasikan tugas belajar yang
berhubungan dengan masalah tersebut.
Fase 3 Mendorong siswa untuk mengumpulkan
Membimbing penyelidikan individu dan informasi yang sesuai, melaksanakan
kelompok eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
Fase 4 Membantu siswa dalam merencanakan dan
Mengembangkan dan menyajikan hasil karya menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan,
model dan berbagi tugas dengan teman.
Fase 5 Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang
Menganalisa dan mengevaluasi proses telah dipelajari/meminta kelompok presentasi
pemecahan masalah hasil kerja.

B. Model PjBL
a. Pengertian Model Pembelajaran PjBL
Afriana (2016) mengatakan bahwa “project based learning merupakan pembelajaran yang
lebih menekankan pada pemecahan problematic yang terjadi sehari-hari melalui pengalaman belajar
praktik langsung di masyarakat”. Model PjBL merupakan sebuah model pembelajaran yang dapat
meningkatkan kreativitas siswa. Pada pembelajaran dengan menggunakan model PjBL, siswa diberi
kebebasan untuk merencanakan aktivitas belajar, melaksanakan proyek secara kolaboratif, dan pada
akhirnya menghasilkan produk kerja yang dapat dikomunikasikan kepada orang lain. Pembelajaran
berbasis proyek intinya meletakkan siswa sebagai subyek belajar yang aktif, mendorong munculnya
inisiatif dan proses eksplorasi, memberikan kesempatan menerapkan apa yang dipelajari,
kesempatan untuk mempresentasikan atau mengkomunikasikan dan mengevaluasi kinerjanya.

b. Karakteristik Model Pembelajaran PjBL


Model pembelajaran berbasis proyek (PjBL) memiliki karakteristik berdasarkan yang
dijelaskan oleh Kemendikbud (2014), yaitu:
1) Siswa membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja
2) Adanya permasalahan atau tantangan yang diajukan kepada siswa
3) Siswa mendesain proses untuk menentukan solusi atas permasalahan atau tantangan yang
diajukan
4) Siswa secara berkolaboratif bertanggung jawab untuk mengakses dan mengelola informasi
untuk memecakan permasalahan
5) Proses evaluasi dijalankan secara kontinyu
6) Siswa secara berkala melakukan refleksi atas aktivitas yang sudah dijalankan
7) Produk akhir aktivitas belajar akan dievaluasi secara kualitatif
8) Situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.
c. Langkah-langkah Model Pembelajaran PjBL
Model pembelajaran PjBL meningkatkan kreativitas siswa karena siswa dihadapkan dengan
tugas-tugas yang menantang dimana siswa diminta untuk memecahkan suatu masalah, merancang
dan membuat sebuah proyek dan menghasilkan produk sebagai solusi dari masalah yang
dipecahkan. Langkah-langkah Model Project-Based Learning (PjBL) – (Lucas), sebagai berikut:

Langkah-langkah Pembelajaran Penjelasan


1) Penentuan pertanyaan mendasar Siswa diberikan beberapa pertanyaan terkait
masalah yang ditemukan dalam kehidupan
sehari-hari.
2) Mendesain perencanaan proyek Dalam perencanaan mendesain sebuah proyek,
siswa diajak untuk membahasnya secara
berkelompok: cara membuat, bahan dan alat,
dsb.
3) Menyusun jadwal Siswa Menyusun jadwal start and finish, kapan
sebuah proyek akan dimulai, kegiatan setiap
hari, dan yang terpenting kapan proyek tersebut
dapat selesai sesuai dengan perencanaan.
4) Memonitor peserta didik dan kemajuan Guru menjadi mentor dalam mengawal siswa
proyek pada setiap tahapan pelaksanaan proyek yang
mereka selesaikan, guru juga menjadi fasilitator
mendorong semua siswa agar aktif dalam
proyek tersebut.
5) Menguji hasil Mengukur sejauh mana ketercapaian
pembelajaran melalui proyek yang dihasilkan
siswa.
6) Mengevaluasi pengalaman Merefleksi pengalaman para siswa dalam
proses penyelesaian sebuah proyek dan
menemukan sebuah terobosan baru untuk
membuat sebuah inovasi yang lebih baik dan
efisien.

C. Pembelajaran STEM
a. Pengertian Model Pembelajaran STEM
Kata STEM diluncurkan oleh National Science Foundation AS pada tahun 1990-1n sebagai
tema Gerakan refomrasi Pendidikan dalam keempat bidang disiplin ilmu tersebut untuk
menumbuhkan Angkatan kerja bidang-bidang STEM, serta mengembangkan warga negara yang
melek STEM, serta meningkatkan daya saing global AS dalam inovasi IPTEK. (Hanover Reseacrh,
2011)(dalam Firman, 2015, hlm. 2). STEM dikembangkan dengan menambahkan unsur art (seni) di
dalam proses pembelajarannya menjadi pendekatan STEAM. Pembelajaran STEAM merupakan
suatu pendekatan pembelajaran yang inovatif dimana sains, teknologi, Teknik, seni dan matematika
diintegrasikan dengan focus pada proses pembelajaran pemecahan masalah dalam kehidupan nyata,
pembelajaran STEAM memperlihatkan kepada siswa bagaimana konsep-konsep, prinsip-prinsip
IPA, teknologi, Teknik, seni dan matematika digunakan secara terpadu untuk mengembangkan
produk, proses, dan system yang memberikan manfaat bagi kehidupan manusia yang kompetitif.
(Sahih, 2015) (dalam Model Pedagogi 3 PPG).
b. Prinsip-prinsip Pembelajaran STEAM
Adapun pembelajaran STEAM memiliki prinsip-prinsip antara lain sebagai berikut: (Arassh,
2013) (dalam Modul Pedagogi 3 PPG)

Prinsip Penjelasan
1) Perhatian dan Motivasi Apa yang dipelajari dan seberapa banyak yang
dipelajari, dipengaruhi oleh motivasi siswa.
Sedangkan motivasi dipengaruhi oleh kondisi
emosional, minat, maupun kebiasaan berpikir
siswa.
2) Keaktifan Siswa melakukan kegiatan secara sadar untuk
mengubah suatu perilaku. Siswa dapat
mencipatakan dan menggunakan
perbendaharaan strategi-strategi pemikiran dan
penalaran untuk memenuhi tujuan yang
kompleks.
3) Keterlibatan Langsung Pengetahuan akan bermakna jika adanya upaya
konstruksi pengetahuan dilakukan oleh siswa.
4) Pengulangan Melalui coba (trial) dan gagal (error) siswa
perlu melakukan pengulangan dalam
pembelajaran.
5) Tantangan Suatu kondisi yang menantang seperti
mengandung masalah yang perlu dipecahkan,
siswa akan tertantang untuk memperlajarinya.
6) Balikan dan Penguatan Pemberian respon yang positif secara berulang
dapat memperkuat Tindakan siswa sedangkan
pemberian respon negative memperlemah
Tindakan siswa.
7) Perbedaan Individual Proses belajar yang terjadi pada setiap individu
berbeda satu dengan yang lain seperti, fisik,
maupun kapabilitas belajar.
c. Langkah-langkah Pembelajaran STEM
Adapun implementasi atau langkah-langkah dalam pembelajaran STEM menurut
Cunningham (2018) bahwa untuk proses pendidik/guru dalam program SD STEM berfokus
mengajarkan calon model EIE yang memiliki siklus, proses lima langkah yang mengarah siswa
untuk:
1) Tanyakan (mendefinisikan masalah dan mengidentifikasi kendala);
2) Bayangkan (brainstorm ide dan memilih yang terbaik);
3) Rencana (menggambar diagram dan mengumpulkan bahan);
4) Buat (mengikuti rencana dan mengujinya);
5) Meningkatkan (membahas kemungkinan perbaikan dan ulangi langkah 1-5).
D. Pembelajaran ESD (Education for Sustainable Development)
Pendidikan adalah instrument untuk mendukung proses pembangunan berkelanjutan, secara
umum dapat kita nyatakan, bahwa ESD mencakup semua jenis konsep, Langkah dan proses Pendidikan,
yang sesuai untuk membina kontribusi individu dan/atau kolektif menuju berkelanjutan, pengembangan
dan menggunakan metafora yang sama. Konsep pembangunan berkelanjutan (SD) berupaya
menggabungkan masalah lingkungan dengan pembangunan sosial dan ekonomi. SD dalam masyarakat
saat ini, merupakan tujuan menyeluruh untuk menyeimbangkan antara kesejahteraan dan peningkatan
kehidupan masyarakat secara global dalam ruang dan waktu, sementara pada saat yang sama
melestarikan sumber daya alam dan ekosistem.
PBB mengangkat SD dalam agenda global untuk meningkatkan Tindakan untuk masa depan
yang berkelanjutan. UNESCO telah menguraikan sejumlah sub-tema pada dimensi lingkungan, sosial,
dan ekonomi. (1) perspektif lingkungan: sumber daya alam (air, energi, pertanian, keanekaragaman
hayati), perubahan iklim, pembangunan pedesaan, urbnisasi berkelanjutan, pencegahan bencana dan
mitigasi; (2) perspektif sosial budaya: hak asasi manusia, perdamaian dan keamanan manusia,
kesetaraan gender, keragaman budaya dan pemahaman antar budaya, Kesehatan, HIV/AIDS, dan
pemerintahan; dan (3) perspektif ekonomi: pengentasan kemiskinan, tanggung jawab dan akuntabilitas
perusahaan, dan ekonomi pasar.
ESD umumnya berfokus pada pengembangan dan penguatan kompetensi individu,
memungkinkan ini individu untuk berkontribusi dan berpartisipasi dalam proses pembangunan
berkelanjutan dari berbagai jenis dan dimensi. Dari definisi tersebut terlihat jelas bahwa semua jenis
kompetensi dan keterampilan termasuk kompetensi dasar seperti membaca, menulis, berhitung
dimasukkan. Kompetensi yang lebih tinggi seperti kreativitas, pemikiran yang berorientasi pada solusi
dan kemmapuan bertindak merupakan hal mendasar bagi ESD, karena tanpanya tidak mungkin
menemukan cara, konsep, Teknik, yang membuat kita berhasil mencapai ruang keberlanjutan. Berikut 8
kompetensi yang diterbitkan oleh UNESCO pada tahun 2017 (dalam Hoffmann, t. t):

Kompetensi Penjelasan
1) Berpikir Sistem Kemmapuan untuk mengenali dan memahami
hubungan; untuk menganalisis system yang
kompleks; memikirkan bagaimana system
tertanam dalam domain yang berbeda dan skala
yang berbeda; dan untuk meghadapi
ketidakpastian.
2) Antisipatif Kemampuan untuk memahami dan
mengevaluasi berbagai masa depan – mungkin,
mungkin, dan diinginkan; untuk menciptakan
visi sendiri untuk masa depan; untuk
menerapkan prinsip kehati-hatian; untuk
menilai konsekuensi Tindakan; dan untuk
menghadapi risiko dan perubahan.
3) Normative Kemampuan untuk memahami dan merefleksi
norma dan nilai yang mendasari Tindakan
seseorang; dan untuk merundingkan nilai,
prinsip, tujuan, dan target keberlanjutan, dalam
konteks konflik kepentingan dan pertukaran,
pengetahuan dan kontradiksi yang tidak pasti.
4) Strategis Kemampuan untuk secara kolektif
mengembangkan dan melaksanakan Tindakan
inovatif yang melanjutjan keberlanjutan di
tingkat local dan lebih jauh.
5) Kolaborasi Kemmapuan untuk belajar dari orang lain;
untuk memahami dan menghormati kebutuhan,
perspektif dan Tindakan orang lain (empati);
untuk memahami, berhubungan dan peka
terhadap orang lain (kepemimpinan empatik);
untuk mennagani konflik dalam kelompok; dan
untuk memfasilitasi pemecahan masalah
kolaboratif dan partisipatif.
6) Berpikir Kritis Kemampuan untuk mempertanyakan norma,
praktik, dan pendapat; untuk merefleksikan
nilai, persepsi dan tindakannya sendiri; dan
mengambil posisi dalam wacana keberlanjutan.
7) Kesadaran Diri Kemmapuan untuk mereflesikan perannya
sendiri dalam komunitas local dan masyarakat
(global); untuk terus mengevaluasi dan
memotivasi Tindakan seseorang; dan untuk
mengatasi perasaan dan keinginan seseorang.
8) Pemecahan Masalah Terintegrasi Kemmapuan menyeluruh untuk menerapkan
kerangka kerja pemecahan masalah yang
berbeda untuk masalah keberlanjutan yang
kompleks dan mengembangkan opsi solusi
yang layak, inklusif dan adil yang
mempromosikan pembangunan berkelanjutan,
dengan mengintegrasikan kompetensi yang
disebutkan di atas.
E. Referensi
Afriana dkk. (2016). Penerapan Project Based Learning Terintegrasi STEM untuk Meningkatkan
Literasi Sains Siswa Ditinjau dari Gender. Jurnal Inovasi Pendidikan IPA, 2(2), 211. Yogyakarta:
Universitas Negeri Yogyakarta.
Cunningham, Christine M. (2018). Engineering in Elementary STEM Education Curriculum Design,
Instruction, Learning, and Assessment. New York: Teachers College Press.
Hoffmann, Thomas. (t.t). what is Educational for Suitainable Development (ESD). ESD Expert Net.
Miyarso, Estu. (2019). Modul 4 Perancangan Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan.
Muhtadi, Ali. (2019). Model 3 Pembelajaran Inovatif. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Budaya.
Pauw dkk. (2015). Effectivity of Education for Sustainable Development.
www.mdpi.com/journal/sustainability
Saputra, H. (2021). Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning). Jurnal Pendidikan
Inovatif, 5, 1-7.

Anda mungkin juga menyukai