Anda di halaman 1dari 8

PEMBELAJARAN BERBASIS PROYEK

Anwar Muhaimin
Disampaikan pada Kegiatan Workshop Penyusunan Program Pembelajaran
SMK Negeri 1 Gangga Kabupaten Lombok Utara
4 – 6 Oktober 2021

(sumber: https://www.teachthought.com/learning/project-based-learning-tips-for-
teachers/)

A. Pengertian PjBL (Project Based Learning)


Project Based Learning (PjBL) atau Pembelajaran Berbasis Proyek (PBP)
merupakan tugas-tugas komplek, yang didasarkan pada pertanyaan-pertanyaan
yang menantang  atau permasalahan, yang melibatkan para siswa di dalam
desain, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, atau aktivitas investigasi;
memberi peluang para siswa untuk bekerja secara otonomi dengan periode
waktu yang lama; dan akhirnya menghasilkan  produk-produk yang nyata atau 
presentasi-presentasi (Thomas, 2000). Pendapat serupa juga dinyatakan oleh
Santyasa (2006), yang menyatakan bahwa PjBL adalah suatu pembelajaran

1
yang berfokus pada konsep dan memfasilitasi siswa untuk berinvestigasi dan
menentukan suatu pemecahan masalah yang dihadapi. PjBL dirancang untuk
digunakan pada permasalahan komplek yang diperlukan siswa dalam melakukan
insvestigasi dan memahaminya. PjBL adalah pembelajaran dengan
menggunakan proyek sebagai metode pembelajaran. Para siswa bekerja secara
nyata, seolah-olah ada di dunia nyata yang dapat menghasilkan produk secara
realistis (Mahanal, 2009).
Pembelajaran berbasis proyek membutuhkan suatu pendekatan pengajaran
yang komperehensif di mana lingkungan belajar siswa perlu didesain agar siswa
dapat melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah autentik, termasuk
pendalaman materi pada suatu topik mata pelajaran, dan melaksanakan tugas
bermakna lainnya. Biasanya pembelajaran berbasis proyek memerlukan
beberapa tahapan dan beberapa durasi, tidak sekedar merupakan rangkaian
pertemuan kelas, serta belajar kelompok kolaboratif. Proyek memfokuskan pada
pengembangan produk atau unjuk kerja (performance), secara umum siswa
melakukan kegiatan: mengorganisasi kegiatan belajar kelompok mereka,
melakukan pengkajian atau penelitian, memecahkan masalah, dan mensintesis
informasi.

B. Langkah-langkah Model Pembelajaran PjBL (Lucas) 


Model pembelajaran Project Based Learning awalnya dikembangkan oleh The
George Lucas Education Foundation dan Dopplet, dengan langkah-langkah
pembelajaran berdasarkan beberapa fase sebagai berikut (Kemdikbud,
2014:34):

2
Langkah-langkah Model Pembelajaran PjBL
(sumber: https://www.sarastiana.com/2020/06/model-pembelajaran-project-
based.html)

1. Penentuan pertanyaan mendasar (start with essential question) 


Pembelajaran dimulai dengan pertanyaan esensial, yaitu pertanyaan yang
dapat memberi penugasan siswa dalam melakukan suatu aktivitas.
Pertanyaan disusun dengan mengambil topik yang sesuai dengan realitas
dunia nyata dan dimulai dengan sebuah investigasi mendalam. Pertanyaan
yang disusun hendaknya tidak mudah untuk dijawab dan dapat
mengarahkan siswa untuk membuat proyek. Pertanyaan seperti itu pada
umumnya bersifat terbuka (divergen), provokatif, menantang, membutuhkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi (high order thinking), dan terkait dengan
kehidupan siswa. Guru berusaha agar topik yang diangkat relevan untuk
para siswa.
2. Menyusun perencanaan proyek (design project) 
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara guru dan siswa. Dengan
demikian siswa diharapkan akan merasa memiliki atas proyek tersebut.
Perencanaan berisi tentang aturan main, pemilihan kegiatan yang dapat
mendukung dalam menjawab pertanyaan penting, dengan cara
mengintegrasikan berbagai materi yang mungkin, serta mengetahui alat dan
bahan yang dapat diakses untuk membantu penyelesaian proyek.

3
3. Menyusun jadwal (create schedule) 
Guru dan siswa secara kolaboratif menyusun jadwal kegiatan dalam
menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain: membuat jadwal
untuk menyelesaikan proyek, (2) menentukan waktu akhir penyelesaian
proyek, (3) membawa siswa agar merencanakan cara yang baru, (4)
membimbing siswa ketika mereka membuat cara yang tidak berhubungan
dengan proyek, dan (5) meminta siswa untuk membuat penjelasan (alasan)
tentang cara pemilihan waktu. Jadwal yang telah disepakati harus disetujui
bersama agar guru dapat melakukan monitoring kemajuan belajar dan
pengerjaan proyek di luar kelas.
4. Memantau siswa dan kemajuan proyek (monitoring the students and
progress of project) 
Guru bertanggung jawab untuk memantau kegiatan siswa selama
menyelesaikan proyek. Pemantauan dilakukan dengan cara memfasilitasi
siswa pada setiap proses. Dengan kata lain guru berperan menjadi mentor
bagi aktivitas siswa. Agar mempermudah proses pemantauan, dibuat sebuah
rubrik yang dapat merekam keseluruhan kegiatan yang penting.
5. Penilaian hasil (assess the outcome) 
Penilaian dilakukan untuk membantu guru dalam mengukur ketercapaian
standar kompetensi, berperan dalam mengevaluasi kemajuan masing-
masing siswa, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah
dicapai siswa, membantu guru dalam menyusun strategi pembelajaran
berikutnya.
6. Evaluasi Pengalaman (evaluation the experience) 
Pada akhir proses pembelajaran, guru dan siswa melakukan refleksi
terhadap kegiatan dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi
dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini siswa
diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama
menyelesaikan proyek. Guru dan siswa mengembangkan diskusi dalam
rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada
akhirnya ditemukan suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab
permasalahan yang diajukan pada tahap pertama pembelajaran.

4
C. Pembelajaran Berbasis Proyek dan STEM
Model Project Based Learning (PjBL) merupakan model yang disarankan dalam
implementasi Kurikulum 2013 dan Kurikulum SMK Pusat Keunggulan,
sedangkan untuk strategi pembelajaran, disarankan menggunakan strategi
STEM (Science Technology Engineering Mathematic) merupakan sebuah
strategi pembelajaran. Karakteristik dari STEM yaitu menekankan pada proses
mendesain, enjiniring atau merekayasa. Menurut (Capraro, et al, 2013) Design
process adalah pendekatan sistematis dalam mengembangkan solusi dari
masalah dengan well define outcome, yaitu menentukan solusi/proses terbaik
dari ide-ide yang muncul.
Berikut ini adalah proses pembelajaran berbasis proyek yang disusun dari
berbagai program STEM berbasis proyek yang dievaluasi dan terbukti menjadi
program pendidikan STEM yang efektif. (Laboy-Rush, 2010).

1. Tahap 1. Reflection
Tujuan dari tahap pertama untuk membawa siswa ke dalam konteks masalah
dan memberikan inspirasi kepada siswa agar dapat segera mulai
menyelidiki/investigasi (Fortus, Krajcikb, Dershimerb, Marx, & Mamlok-
Naamand, 2005). Fase ini juga dimaksudkan untuk menghubungkan apa
yang diketahui dan apa yang perlu dipelajari (Diaz & King, 2007).

2. Tahap 2. Research
Tahap kedua adalah bentuk penelitian siswa. Guru memberikan
pembelajaran sains, memilih bacaan, atau metode lain untuk mengumpulkan
sumber informasi yang relevan (Fortus, Krajcikb, Dershimerb, Marx, &
Mamlok-Naamand, 2005). Proses belajar lebih banyak terjadi selama tahap
ini, kemajuan belajar siswa mengkonkritkan pemahaman abstrak dari
masalah (Diaz & King, 2007). Selama fase research, guru lebih sering
membimbing diskusi untuk menentukan apakah siswa telah
mengembangkan pemahaman konseptual dan relevan berdasarkan proyek
(Satchwell & Loepp, 2002).

5
3. Tahap 3. Discovery
Tahap penemuan umumnya melibatkan proses menjembatani research dan
informasi yang diketahui dalam penyusunan proyek. Ketika siswa mulai
belajar mandiri dan menentukan apa yang masih belum diketahui (Satchwell
& Loepp, 2002). Beberapa model dari STEM PjBL membagi siswa menjadi
kelompok kecil untuk menyajikan solusi yang mungkin untuk masalah,
berkolaborasi, dan membangun kerjasama antar teman dalam kelompok
(Fortus, Krajcikb, Dershimerb, Marx, & Mamlok-Naamand, 2005). Model
lainnya menggunakan langkah ini dalam mengembangkan kemampuan
siswa dalam membangun habit of mind dari proses merancang untuk
mendesain (Diaz & King, 2007).

4. Tahap 4. Application
Pada tahap aplikasi tujuannya untuk menguji produk/solusi dalam
memecahkan masalah. Dalam beberapa kasus, siswa menguji produk yang
dibuat dari ketentuan yang ditetapkan sebelumnya, hasil yang diperoleh
digunakan untuk memperbaiki langkah sebelumnya (Diaz & King, 2007). Di
model lain, pada tahapan ini siswa belajar konteks yang lebih luas di luar
STEM atau menghubungkan antara disiplin bidang STEM (Satchwell &
Loepp, 2002).

5. Tahap 5. Communication
Tahap akhir dalam setiap proyek dalam membuat produk/solusi dengan
mengkomunikasikan antar teman maupun lingkup kelas. Presentasi
merupakan langkah penting dalam proses pembelajaran untuk
mengembangkan keterampilan komunikasi dan kolaborasi maupun
kemampuan untuk menerima dan menerapkan umpan balik yang konstruktif
(Diaz & King, 2007). Seringkali penilaian dilakukan berdasarkan
penyelesaian langkah akhir dari fase ini (Satchwell & Loepp, 2002).

D. Karakteristik Pembelajaran Berbasis Proyek


Model pembelajaran Project Based Learnin dikembangkan berdasarkan tingkat
perkembangan berfikir siswa dengan berpusat pada aktivitas belajar siswa

6
sehingga memungkinkan mereka untuk beraktivitas sesuai dengan keterampilan,
kenyamanan, dan minat belajarnya. Model ini memberikan kesempatan pada
siswa untuk menentukan sendiri proyek yang akan dikerjakannya baik dalam hal
merumuskan pertanyaan yang akan dijawab, memilih topik yang akan diteliti,
maupun menentukan kegiatan penelitian yang akan dilakukan. Peran guru dalam
pembelajaran adalah sebagai fasilitator, menyediakan bahan dan pengalaman
bekerja, mendorong siswa berdiskusi dan memecahkan masalah, dan
memastikan siswa tetap bersemangat selama mereka melaksanakan proyek.
Model pembelajaran Project Based Learning mempunyai beberapa karakteristik,
yaitu sebagai berikut (Winastaman Gora dan Sunarto, 2010:119):
1. Mengembangkan pertanyaan atau masalah, yang berarti pembelajaran harus
mengembangkan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa.
2. Memiliki hubungan dengan dunia nyata, berarti bahwa pembelajaran yang
outentik dan siswa dihadapkan dengan masalah yang ada pada dunia
nyata. 
3. Menekankan pada tanggung jawab siswa, merupakan proses siswa untuk
mengakses informasi untuk menemukan solusi yang sedang dihadapi. 
4. Penilaian, penilaian dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung dan
hasil proyek yang dikerjakan siswa.

Sedangkan menurut Stripling, model Project Based Learning memiliki tujuh


karakteristik sebagai berikut (Sani, 2014:173-174):
1. Mengarahkan siswa untuk menginvestifigasi ide dan pertanyaan penting.
2. Merupakan proses inkuiri.
3. Terkait dengan kebutuhan dan minat siswa. 
4. Berpusat pada siswa dengan membuat produk dan melakukan presentasi
secara mandiri.
5. Menggunakan ketrampilan berpikir kreatif, kritis, dan mencari informasi untuk
melakukan investigasi, menarik kesimpulan, dan menghasilkan produk.
6. Terkait dengan permasalahan dan isu dunia nyata yang autentik. 

Adapun beberapa kelebihan model pembelajaran PJBL adalah


1. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar.
2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah.

7
3. Membuat peserta didik menjadi lebih .
4. Meningkatkan kolaborasi.
5. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan
keterampilan komunikasi.
6. Meningkatkan keterampilan peserta didikdalam mengelola sumber.
7. Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik
dalam mengorganisasi proyek, dan membuat alokasi waktu dan sumber-
sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas.
8. Memiliki pengalaman belajar dengan melibatkan peserta didik secara
kompleks.
9. Melibatkan peserta didik untuk mengumpulkan dan mengolah informasi untuk
diimplementasikan pada dunia nyata.
10. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan.

Anda mungkin juga menyukai