TINJAUAN PUSTAKA
Model pembelajaran berbasis proyek atau bisa disebut PjBL adalah model
mandiri, sehingga kemampuan siswa untuk bekerja sama atau bekerja mandiri
dapat dilatih dengan baik. Selain itu model pembelajaran PjBL menjembatani
berpusat pada siswa, relatif berjangka waktu, berfokus pada masalah, unit
yang baru didapat ke situasi dan kondisi baru. Untuk guru yang mengunakan
adalah penilaian sejawat dan pengumpuluan data yang dihasilkan, analisis dan
mencapai kesimpulan.
ditempuh melalui tiga tahap, yaitu perencanaan proyek, pelaksanaan proyek dan
Tahap evaluasi, meliputi penilaian proses dan produk dalam kemajuan belajar
proyek, proses actual dari pemecahan masalah, kemajuan kinerja tim dan
10
individual, buku catatan dan catatan penelitian, kontrak belajar penggunaan
siswa dan menghasilkan suatu produk yang nyata. Demikian juga pendapat Jones
et al (Thomas, 2000; Kholiq, 2107) yang menyatakan bahwa PjBL adalah tugas-
penyelesaian kepada siswa dan berujung pada produk yang nyata dan presentasi.
Hal ini dipertegas oleh Stivers (Lina: 2018) hakikat kerja proyek adalah
siswa, kekuatan individu dan cara belajar diakui dapat memperkuat tim. Melalui
pembelajaran berbasis proyek siswa akan belajar memahami berbagai konsep dan
PjBL atau serupa dengan PjBL lebih efektif daripada penerapan metode
11
Fase Pembelajaran Kegiatan
Menguji proses dan hasil belajar Guru menguji proses dan hasil belajar
selama melaksanakan proyek dan diakhiri
proyek. Guru memberikan umpan balik,
penguatan, bantuan dan sejenisnya. Guru
juga harus mengevaluasi hasil belajar baik
dari aspek pengetahuan, sikap dan
keterampilan.
12
2.1.2 Problem Based Learning
permasalahan yang praktis sesuai dengan keadaan nyata. Model ini melatih
pengetahuan baru yang lebih bermakna bagi peserta didik. Sebuah proses yang
ditempuh oleh peserta didik guna menemukan sebuah jawabah dari permasalahan
yang akhinya tidak lagi menjadi sebuah permasalahan bagi dirinya merupakan arti
menantang peserta didik supaya belajar bekerjasama dalam sistem kelompok guna
mencari solusi dari masalah yang ada”. Masalah digunakan untuk mengaitkan rasa
ingin tahu, kemampuan dalam menganalisis, dan inisiatif peserta didik terhadap
materi pembelajaran. PBL mempersiapkan peserta didik untuk berpikir kritis dan
atas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa model Problem Based Learning
memecahkan permasalahan secara nyata. Model ini memicu rasa ingin tahu dan
membangkitkan motivasi peserta didik. Model PBL juga menjadi wadah bagi
peserta didik untuk dapat mengembangkan cara berpikir kritis dan keterampilan
13
Kegiatan pembelajaran yang menggunakan model PBL memiliki beberapa
mengarah pada penyelesaian masalah secara teratur dan juga masuk akal.
rencana yang telah ditentukan, dan mengkaji pemecahan masalah yang telah
14
c. Menyusun hipotesis dan langkah kerja yang diperkirakan baik untuk
kemampuan yang tidak mudah untuk dicapai, namun kemampuan ini harus tetap
ada pada suatu topik tertentu dengan berpikir secara kritis guna mendapatkan
sebuah penyelesaiannya.
15
2.1.2.1. Langkah Problem Based Learning
Orientasi peserta didik pada masalah Mengorganisasi peserta didik untuk belajar
nyata, memotivasi peserta didik untuk terlibat dalam pemecahan masalah yang
16
dipilih, selanjutnya tahap yang kedua yaitu Mengorganisasi peserta didik untuk
belajar, pada tahap ini Pendidik membantu peserta didik untuk mendefinisikan
Tahap yang ketiga yaitu, Membantu investigasi mandiri dan kelompok pada tahap
ini pendidik mendorong peserta didik untuk mencari informasi yang sesuai,
exhibit. Pada tahap ini pendidik membantu peserta didik dalam perencanaan dan
perwujudan artefak yang sesuai dengan tugas yang diberikan seperti tugas berupa
laporan, video, dan model-model serta membantu mereka saling berbagi satu
sama lain terkait hasil karyanya. Tahapan yang terakhir adalah tahap yang kelima
ini pendidik membantu peserta didik untuk melakukan refleksi terhadap hasil
dari Model pembelajaran Problem Based Learning adalah peserta didik akan
untuk menyelesaikan masalah-masalah yang ada tersebut. tidak hanya terkait pada
kehidupan sehari-hari, kelebihan yang kedua dari model pembelajaran ini yaitu
17
teman sekelompok, dan berdiskusi dengan teman sekelas, lalu model
kelebihan terakhir pada model Problem Based Learning ini yaitu peserta didik
yang akan terbiasa dengan penyelesaian masalah yang nyata, maka peserta didik
Selain terdapat kelebihan pada model Problem Based Learning ini, pada
model ini juga terdapat kekurangannya, yaitu tidak banyak pendidik yang mampu
mengantarkan peserta didik untuk dapat memecahkan maslaah yang ada, kedua
waktu yang banyak, ketiga yaitu aktivitas peserta didik diluar sekolah akan sulit
(PBL)
peserta didik.
diselesaikan.
18
2.1.3 Kemampuan Berpikir Kritis
mendapatkan informasi, misal melalui media cetak, media elektronik, buku, atau
internet. Di tengah informasi yang banyak tersebut tentu ada informasi yang benar
yang melandasinya secara logis agar bisa memilah manakah informasi yang harus
diambil sebagai informasi yang benar, tidak hanya itu seseorang harus bisa
simpulan yang benar dari data, membuat simpulan dari informasi atau data yang
mempertentangkan pendapat atau asumsi yang keliru, akan tetapi pemikir kritis
juga dapat memberikan suatu solusi dari permasalahan dan pendapat yang
19
Sebagaimana menurut Ennis, bahwa berpikir kritis merupakan berpikir
logis atau masuk akal yang berfokus pada pengambilan keputusan tentang yang
dipercaya dan dilakukan seseorang. Jufri, menjelaskan para pemikir kritis selalu
bahwa langkah-langkah penalaran yang dilakukan para pemikir kritis lebih logis,
rasional, cermat, detail langkah demi langkah sesuai fokus permasalahan sebelum
mengambil suatu keputusan. Berpikir kritis juga lebih kompleks dari berpikir
biasa pada umumnya yang hanya memahami konsep atau masalah saja tanpa bisa
manfaat yang sangat besar dan dibutuhkan di era globalisai, namun dalam
pembelajaran.
20
memahami keterampilan berpikir yang dibicarakan. Hal ini kontradiksi dengan
Peraturan Menteri nomor 22 tahun 2006 yang mengamanatkan bahwa salah satu
kemampuan berpikir yang hendaknya dimiliki oleh peserta didik mulai dari
berpikir kritis.
tentang masalah- masalah dan hal-hal yang berada dalam jangkauan seseorang;
menurut Kowiyah, kemampuan berpikir kritis adalah suatu kegiatan atau proses
secara deduktif, induktif dan evaluatif sesuai dengan tahapannya yang dilakukan
dengan berpikir secara mendalam tentang hal-hal yang dapat dijangkau oleh
dari berpikir kritis cenderung tetap walaupun ada terdapat perkembangan, yakni
berpikir kritis merupakan pola pikir yang wajar dan reflektif dan memiliki titik
21
1. Pengetahuan yang dasarnya adalah hafalah telah didiskreditkan;
kerja, dan
membuat keputusan.
tantangan.
observasi
22
c. Penarikan kesimpulan (inteference), meliputi penyusunan dan
mengidentifikasi asumsi.
Dalam menghadapi dunia yang penuh persaingan dan tantangan saat ini
tinggi harus dapat berpikir logis, rasional, kritis dan kreatif. Kemampuan berpikir
logis, rasional, kritis dan kreatif termasuk dalam kemampuan berpikir tingkat
membuat sebuah keputusan yang masuk kedalam logika, sehingga kita mampu
mengambil keputusan sesuai dengan apa yang menurut kita baik dan yang
dilakukan benar.
dalam berpikir. Berdasarkan hal tersebut maka seseorang dapat dikatakan berpikir
kritis jika seseorang tersebut memperoleh suatu pengetahuan dengan cara hati-
23
dapat diambil kesimpulan yang terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan.
yang reliabel.
masalah. Pengertian berpikir kritis yang dikemukakan Krulik dan Rudnik pada
berpikir.
mengenai apa yang akan diyakini dan apa yang akan dilakukan. Dalam
memutuskan apa yang akan dipercaya dan apa yang akan dilakukan, diperlukan
informasi yang reliabel dan pemahaman terhadap topik atau lapangan studi.
definisi Ennis maka seseorang yang berpikir kritis mampu mengambil keputusan
24
mengenai apa yang akan diyakini dan apa yang akan dilakukan berdasarkan
informasi yang dapat dipercaya dan pemahaman terhadap topik yang dihadapi.
satu kesamaan mengenai pengertian berpikir kritis, yaitu aktivitas mental yang
dilakukan dengan menggunakan langkah dalam metode ilmiah, yaitu: paham dan
sesuatu yang telah diyakini atau sesuatu yang akan dilakukan, serta meramalkan
Hal ini di seperti yang diungkapkan oleh Soeprapto “Kemampuan berpikir kritis
berfungsi efektif dalam semua aspek kehidupan lainnya. Berpikir kritis telah lama
menjadi tujuan pokok dalam pendidikan sejak 1942. Penelitian dan berbagai
pendapat tentang hal itu, telah menjadi topik pembicaraan dalam sepuluh tahun
terakhir”. Jadi dapat dikatakan bahwa berpikir kritis merupakan kemampuan yang
sangat penting bagi kehidupan sehingga dijadikan sebagai tujuan pokok dalam
serius untuk memecahkan masalah yang dihadapi individu yang berpikir atau
memikirkan tindakan yang akan dilakukan nanti.” Karena setiap orang memiliki
25
mereka dapat memikirkan apa langkah yang harus ditempuh untuk memecahkan
masalah serius yang mereka hadapi. Menurut Richard W. Paul yang dikutip oleh
Kasdin dan Febiana “Berpikir kritis adalah proses disiplin secara intelektual
kumpulkan atau yang dia ambil dari pengalaman, pengamatan, refleksi yang
Seseorang yang berpikir kritis akan selalu aktif dalam memahami dan
berpikir serius, aktif, teliti dalam menganalisis semua informasi yang mereka
terima dengan menyertakan alasan yang rasional sehingga setiap tindakan yang
Seorang siswa dengan siswa lainnya pasti memiliki cara pandang dan sikap
yang berbeda dalam belajar, terutama dalam bidang matematika. Sikap adalah
gejala dari dalam diri yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk
mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang,
barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap positif dari
merupakan pertanda awal yang baik bagi proses belajar siswa dan proses
26
pembelajaran dalam kelas. Sebaliknya, sikap negatif siswa apalagi jika diiringi
Sikap dalam belajar ini dapat dikatakan sebagai disposisi yaitu kepribadian
atau sikap yang diperlukan oleh seseorang untuk mencapai suatu kesuksesan agar
harus memiliki sikap disposisi dalam mengikuti setiap pelajaran dikelas, termasuk
keinginan,, dedikasi dan kecenderungan yang kuat pada diri siswa untuk berpikir
dan berbuat secara matematik dengan cara yang positif dan didasari dengan iman,
taqwa dan akhlak mulia. Dengan disposisi matematis yang tinggi, maka akan
terbentuk pribadi yang bertanggung jawab, tangguh dan ulet serta membantu
dirinya untuk mencapai hasil yang terbaik (Asmara:2016). Sehingga hal ini yang
27
dan menyelesaikan masalah matematika. Apabila siswa menyukai masalah-
bahwa dirinya mengalami proses belajar secara sadar dan teratur dalam
adanya sikap percaya diri dalam dirinya, kesadaran untuk mengevaluasi hasil
tiga elemen disposisi matematis yang saling terkait yaitu sebagai berikut:
Disposisi siswa terhadap matematika terwujud melalui sikap dan tindakan atau
strategi apa yang dipilih untuk menyelesaikan tugas serta kemauan yang kuat
28
menyeesaikan tugasnya. Disposisi matematis termasuk salah satu faktor yang
pendekatan apa yang akan digunakan sehingga pada akhirnya mereka mampu dan
yang merasa puas dengan pekerjaannya, mereka akan cenderung lebih gigih,
positif thinking dan semangat untuk mencoba belatih kembali secara berulang, dan
bahkan mencari soal-soal baru yang mungkin tingkatannya sama atau lebih tinggi
dari soal sebelumnya. Sedangkan sikap siswa yang negative memiliki pengaruh
sebaliknya.
sebuah sikap yang tercermin dalam bentuk perilaku, maka disposisi matematis
matematis yaitu:
d. Minat, rasa ingin tahu (curiosity), dan daya temu dalam melakukan tugas
matematik.
29
e. Cenderung memonitor, merefleksikan performance dan penalaran mereka
sendiri.
matematis dari seseorang berdasarkan uraian tersebut, antara satu dan lainnya
saling berkaitan serta merupakan satu rangkaian yang holistic (Hakim: 2019)
melalui kuesioner untuk mendapatkan informasi terkait sikap siswa mengenai hal-
matematika.
30
kemudian berusaha menemukan cara alternatif untuk memeacahkan suatu
Minat, keingintahuan, dan daya temu yang tinggi dalam melakukan tugas
tidak sulit.
mereka sendiri.
matematika dalam kultur dan nilai matematika, sebagai alat dan bahasa.
Indikator disposisi matematis siswa yang digunakan dalam penelitian ini yaitu
sehingga dia sadar bahwa matematika perlu untuk dipelajari sebagai salah satu
bekal dalam menjalani kehidupannya. Dari sini dapat memudahkan siswa dalam
31
2.2 Kajian Penelitian Yang Relevan
1. Penelitian oleh Ina Vandian Tama (2020), berjudul “Pengaruh Model Problem
Based Learning (PBL) Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Sikap Sosial
Lampung”.
Siswa.”
3. Penelitian Eva Khairani Astri (2022), berjudul “Pengaruh Model Project Based
Didik”.
32
Pada Mata Pelajaran Biologi di Problem Based juga menjadi
Terhadap
Kemampuan
Berpikir Kritis
Peserta Didik
Pembelajaran Kemampuan
Masalah Pemecahan
pengaruh Model
Pembelajaran
Berbasis Proyek.
33
Didik signifikan Model Problem Based
Peserta Didik.
dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. Tidak hanya itu, metode
ceramah ini juga tidak mampu merangsang kemampuan berpikir kritis siswa.
Siswa cenderung hanya bisa mengerjakan soal yang mirip dengan contoh yang
matematis siswa dan dan hasil belajar siswa yang tidak mencapai KKM. Hal ini
juga menyebabkan semakin kurangnya rasa percaya diri siswa dalam mengerjakan
soal soal fungsi eksponen. Siswa cenderung takut bahwa pekerjaannya salah. Hal
ini tidak sejalan dengan satu diantara indikator disposisi matematis yaitu rasa
percaya diri siswa dalam menyelesaikan masalah. Bukan hanya itu, siswa juga
belum memiliki kegigihan yang kuat dalam menyelesaikan soal – soal yang
34
dalam pembelajaran fungsi eksponen. Model yang dimaksud adalah Problem
Based Learning dan Project Based Learning. Penerapan kedua model ini dalam
siswa sehingga akhirnya siswa dapat memenuhi KKM yang ditetapkan dan
35
2.4 Hipotesis Penelitian
Based Learning (PBL) dan Project Based Learning (PjBL) terhadap kemampuan
berpikir kritis dan disposisi matematis siswa. Penelitian ini berasumsi bahwa
kedua model pembelajaran tersebut dapat membantu dan mendorong siswa untuk
aktif mencari solusi dari masalah yang diberikan sehingga siswa mampu
36
37