Anda di halaman 1dari 5

Project Based Learning (PjBL

Pembelajaran berbasis Proyek merupakan salah satu pendekatan yang sangat sering
digunakan oleh para guru atau dosen dan telah terbukti mampu meningkatkan kualitas pembelajaran
pada siswa atau pelajar di pendidikan yang lebih tinggi (Guo et al., 2020). Lebih lanjut Guo (2020)
juga menjelaskan bahwa secara empiris, PjBL sudah sering dilakukan kajian yang berfokus pada
Students Outcome. Efektifitas penggunaan PjBL adalah kajian yang paling sering dilakukan oleh
banyak orang. Interview, observasi, kuisioner, rubrik, dan tes merupakan beberapa cara pengukuran
yang dilakukan oleh banyak peneliti dalam mengkaji efektifitas dari PjBL. Guo (2020) menekankan
bahwa harus lebih banyak lagi kajian PjBL yang mengukur atau menginvestigasi proses
pembelajaran siswa dan cara pengukuran serta instrumen analisa data harus ditingkatkan.

saat ini, dengan pengembangan kurikulum baru, Pendidikan tinggi terus berusaha
meningkatkan dua jenis skill siswa yaitu Hard skill (Skill kognitif dan Skill profesional), dan soft
skill yang meliputi kemampuan memecahkan masalah dan kerjasama (Teamwork) (Vogler, et al.,
2018 & casner-lottto & barrington, 2006). Untuk meningkatkan kedua skill ini cukup sulit alias tidak
mudah apalagi jika guru masih dijadikan sebagai sumber primer dalam transmisi pengetahuan ke
siswa di sekolah (Teacher Center) dan siswa bertindak hanya sebagai penerima saja. Jika terjadi
Teacher Center, maka ini akan menyulitkan siswa untuk bisa terlibat aktif dalam pembelajaran dan
ini akan menjadi faktor utama penghalang upaya peningkatan kualitas pembelajaran. Dibutuhkan
pendekatan yang tepat dengan metode yang baik sehingga guru tidak lagi menjadi sumber utama
dan satu-satunya di dalam kelas. Salah satu pendekatan yang memiliki impact positif dalam
meningkatkan kualitas proses pembelajaran adalah PjBL.

PjBL bisa diartikan sebagai proses inkuiri yang melibatkan siswa secara langsung untuk
mengkonstruksi pengetahuan melalui proyek yang bermakna dan menghasilkan produk yang nyata
(Brundiers &Wiek, 2013). Ide utama dari PjBL adalah ketertarikan yang bagus pada diri siswa
tentang masalah dunia nyata dan menggunakan pengetahuan mereka untuk pemecahan masalah
(David, J.,2008). Guru, dalam hal ini hanya bertindak sebagai fasilitator (Indrawan, 2018). Krajcik
dan Shin (2018) mengidentifikasi 6 ciri dari PjBL yaitu, 1) Fokus pada tujuan pembelajaran, 2)
Partisipasi dalam aktifitas pembelajaran, 3) Kolaborasi di antara siswa, 4) Kreasi nyata siswa, 5)
Pertanyaan yang menggerakkan minat siswa, dan 6) Teknologi scaffolding guru.

PjBL menekankan pada konstruksi pengetahuan, pengalaman dan interaksi dengan


lingkungan sosil (Mustapha, 2018). Implementasi PjBL Bisa memungkinkan siswa menjadi lebih
independent, berpikir kritis, membangun teamwork yang efektif, di mana teamwork sangat
dibutuhkan dalam pekerjaan yang nyata (David, 2008). Pembelajaran yang baik serta efektif secara
fundamental bertujuan untuk meningkatkan keterlibatan siswa dalam mengeksplorasi dan
melakukan aktifitas inquiri untuk memecahkan masalah nyata (Pendidikan Vokasi et al., 2018).
Grant (2002) dan Schneider (2005) menjelaskan bahwa PjBL merupakan pendekatan instruksional
dimana siswa sebagai sentral proses pembelajaran (Student center) di mana guru memberikan tugas
projek nyata. Projek di sini maksudnya adalah menghasilkan produk sebagai hasil investigasi pada
sebuah masalah. Lebih lanjut, PjBL merupakan model pedagogy yang melibatkan siswa dalam
mengidentifikasi dunia nyata yang nanti memungkinkan siswa mampu menyelesaikan masalah
nyata dalam kehidupannya. Menurut Buck institute for education (2011) dan Lipson, bras & Hodges
(2007), PjBL merupakan metode pengajaran yang sistematis yang melibatkan siswa secara penuh
dalam pembelajaran, kreatif dalam pemecahan masalah, berpikir kritis, autentik dan merupakan
proses yang memiliki tantangangan. Menurut Blumenfeld et al., (1991), PjBL merupakan model
yang berfokus pada mengajar yang melibatkan siswa dan meningkatkan HOTS (Higher Other
thinking Skill).

Model Project Based Learning merupakan suatu model pembelajaran yang tepat dan dapat
diterapkan dalam Proses pembelajaran, karena model pembelajaran berbasis proyek berpusat pada
aktivitas peserta didik di mana selama proses pembelajaran akan menghasilkan produk di akhir
pembelajaran (Damayanti, Martha, & Gunatama, 2014). Langkah-langkah dalam pembelajaran ini
bisa memancing kreativitas siswa dalam berpikir yang akan menghasilkan sesuatu yang berupa
produk nyata, meningkatkan respon siswa terhadap apapun perubahan dari akibat suatu situasi.
Manfaat dari PjBL adalah meningkatkan kemampuan siswa dalam mengelola diri sendiri, dan
kebiasaan melakukan evaluasi diri ( Sugiastini, DW dan Suartama, 2013). Penelitian yang dilakukan
oleh Woro (2015) Menjelaskan bahwa PjBL merupakan pendekatan konstruktivis, dan membuat
pembelajaran berpusat pada siswa, hal itu akan memudahkan siswa dalam menerapkan pengetahuan
yang dimilikinya dalam situasi dunia nyata.

Dari berbagai penjelasan tentang PjBL di atas, satu hal yang perlu diingat dalam
impelementasi PjBL adalah Efektivitas penerapan pembelajaran berbasis proyek dalam
pembelajaran tergantung pada kemampuan guru mengkondisikan pembelajaran secara efektif
dengan memotivasi siswa, mendukung dan membimbing siswa selama pembelajaran. Pembelajaran
PjBL yang efektif akan membantu mengurangi 'beban kognitif' siswa. Beban kognitif ini merupakan
beban siswa dalam melaksanakan sesuatu tugas tertentu yang melibatkan sistem kognitif (Latifah et
al., 2016). Dengan mengurangi beban kognitif ini akan mendorong peserta didik untuk membuat
langkah-langkah kecil yang berhasil dan pada akhirnya mencapai pertumbuhan kofnitig di luar
jangkauan mereka'. Pertumbuhan kognitif ini berkaitan dengan kemampuan dan aktivitas mental
siswa dalam mengolah informasi, keterampilan berpikir, dan memecahkan masalah (Khiyarusoleh,
2016).

Merujuk dari Educational Technology Division-Ministry of Education Malaysia (2006)


terdapat enam langkah pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek, di antaranya

1. Mempersiapkan pertanyaan penting terkait suatu topik materi yang akan dipelajari
2. Menyusun rencana proyek
3. Membuat jadwal
4. Memonitor pelaksanaan pembelajaran berbasi proyek (project based learning)
5. Menguji dan memberikan penilaian atas proyek yang dibuat
6. Evaluasi pembelajaran berbasis proyek.

Langkah Pembelajaran PjBL (Yunizha, 2023):

Sintak PjBL Guru Aktifitas siswa


Pertanyaan mendasar Guru Menyusun tema dan Siswa menyampaikan
menyampaikan tema atau topik pertanyaan mendasar terkait
pertanyaan dan mengajak apa yang akan dilakukan untuk
siswa untuk berdiskusi memecahkan masalah.
mencari solusi
Menyusun rencana Proyek Guru memastikan siswa siswa berdiskusi dan mulai
terbagi dalam kelompok dan Menyusun rencana pembuatan
mengetahui prosedur proyek. Ada pembagian peran
pembuatan proyek dalam kelompok dan mencatat
hal-hal yang perlu disiapkan
untuk proyek
Membuat jadwal Guru menyusun jadwal Peserta menyepakati jadwal
pembuatan proyek dan dan mulai memperhatikan
membaginya dalam tahapan- tenggat waktu pembuatan
tahapan untuk memudahkan proyek
pelaksanaan
Memonitor pelaksanaan Guru memantau partisipasi dan Siswa membuat proyek dan
pembelajaran berbasis proyek keterlibatan peserta. Pelatih memastikan pelaksanaannya
(project based learning) juga mengamati telah sesuai dengan jadwal.
perkembangan proyek yang Peserta menulis tahapan dan
dirancang. Jika memiliki mencatat perkembangan yang
kendala, pelatih turun nantinya akan dituangkan
langsung membimbing dalam laporan
Menguji dan memberikan Guru mendiskusikan tentang Membahas kelayakan proyek
penilaian atas proyek yang proyek yang dijalankan peserta yang dijalankan dan
dibuat kemudian menilainya. mengajukan laporan akhir
Penilaian dibuat secara terukur kepada penguji/pelatih
berdasarkan standar yang telah
ditentukan.
Evaluasi pembelajaran Guru melakukan evaluasi dan Siswa memaparkan hasil
berbasis proyek memberikan masukan atau proyek dan menerima
arahan tindak lanjut terkait tanggapan serta arahan dari
proyek yang dijalankan oleh pelatih. Peserta juga mencatat
peserta hal-hal yang sebaiknya
dilakukan untuk perbaikan
proyeknya
Pembalajaran Konvensional

Proses Pembelajaran yang baik dan menginspirasi sangat bergantung penggunaan metode
pembelajaran. Metode pembelajaran (instruction method) merupakan gabungan dari berbagai
konsep-konsep mengajar dan konsep belajar. Keduanya merupakan paduan dalam sistem
pembelajaran yang melibatkan siswa, tujuan, materi, fasilitas, prosedur, alat atau media yang
digunakan. Arti penting dari metode pembelajaran sangat tergantung dari kemodernan dan
konvensional penerapannya. Menurut Gagne (2015) Metode pembelajaran terdiri dari metode
pembelajaran modern dan konvensional yakni tutorial, ceramah, resistensi, diskusi, kegiatan
laboratorium, pekerjaan umum, metode-metode tersebut perlu diakumulasi dengan metode-metode
yang proporsional dan urgen yang berorientasi modern dan konvensional.

Metode pengajaran tradisional (konvensional) berpusat pada guru dan mencakup


penggunaan ceramah dan diskusi saat mengerjakan soal, disajikan oleh dan/atau didiskusikan
bersama instruktur; silabus, bahan ajar dan siswa penilaian ditentukan oleh tutor dan diteruskan
kepada siswa di berbagai jenjang studi (Cottel & Millis, 1993). Metode pengajaran konvensional
mengacu pada metode pengajaran di mana instruktur (Guru) memulai diskusi di kelas dan fokus
secara eksklusif untuk mengetahui konten dalam buku teks dan catatan. Siswa menerima informasi
secara pasif dan mengulangi informasi yang dihafalnya ketika Ujian atau evaluasi pembelajaran
(Chopper, 2010). Meskipun begitu, strategi konvensional menawarkan keuntungan dalam
menyampaikan sejumlah besar informasi kepada sejumlah besar siswa pada saat yang sama. Akan
tetapi hal ini membuat pemahaman beberapa konsep, keterampilan, dan prinsip ilmiah menjadi sulit
bagi siswa (Lindsay, 2011). Strategi konvensional tidak melibatkan siswa dalam pembelajaran aktif;
tidak mempromosikan pembelajaran mendalam dan retensi jangka panjang dari beberapa konsep
abstrak (Ahmed dan abimbola, 2011). Strategi ini bertentangan dengan pembelajaran kooperatif di
kelas (Uwameiye, 2016).

Menurut Djamarah (1996), metode pembelajaran konvensional adalah metode pembelajaran


tradisional atau disebut juga dengan metode ceramah, karena sejak dulu metode ini telah
dipergunakan sebagai alat komunikasi lisan antara guru dengan anak didik dalam proses belajar dan
pembelajaran. Dalam pembelajaran sejarah metode konvensional ditandai dengan ceramah yang
diiringi dengan penjelasan serta pembagian tugas dan latihan.

Menurut Sinarno Surakhmad dalam Suryobroto (2009), yang dimaksud dengan ceramah
sebagai metode mengajar ialah penerangan dan penuturan secara lisan oleh guru terhadap kelasnya.
Selama ceramah berlangsung, guru dapat menggunakan alat-alat bantu seperti gambar-gambar agar
uraiannya menjadi lebih jelas. Metode utama yang digunakan dalam hubungan antara guru dengan
peserta didik adalah berbicara.

Menurut Djamarah (1996), secara umum menyebutkan ciri-ciri pembelajaran konvensional


sebagai berikut:

 Peserta didik adalah penerima informasi secara pasif, dimana peserta didik menerima
pengetahuan dari guru dan pengetahuan diasumsinya sebagai badan dari informasi dan
keterampilan yang dimiliki sesuai standar.
 Belajar secara individual
 Pembelajaran sangat abstrak dan teoritis
 Perilaku dibangun berdasarkan kebiasaan
 Kebenaran bersifat absolut dan pengetahuan bersifat final
 Guru adalah penentu jalannya proses pembelajaran
 Perilaku baik berdasarkan motivasi ekstrinsik
 Interaksi di antara peserta didik kurang
 Guru sering bertindak memperhatikan proses kelompok yang terjadi dalam kelompok-kelompok
belajar

Refrensi

A.Blumentfeld, P. C., Soloway, E., Marx, R. W., Krajcik, J. S., Guzdial, M., & Palincsar, “Motivating project-
based learning: sustaining the doing, supporting the learning. Educational Psychologist, 26(3–4), 369–
398,” 1991
Brundiers, K., & Wiek, A. (2013). Do we teach what we preach? An international comparison of problem-
and project-based learning courses in sustainability. Sustainability, 5(4), 1725–1746.
https://doi.org/10.3390/su5041725
Casner-Lotto, J., & Barrington, L. (2006). Are they really ready to work? Employers’ perspectives on the basic
knowledge and applied skills of new entrants to the 21st century U.S. workforce. 1 Massachusetts
Avenue NW Suite 700E, Washington, DC 20001: Partnership for 21st Century Skills.
Guo, P., Saab, N., Post, L. S., & Admiraal, W. (2020). A review of project-based learning in higher
education: Student outcomes and measures. International Journal of Educational Research,
102. https://doi.org/10.1016/j.ijer.2020.101586
J. . David, “What Research Says About/Project-Based Learning. Education al Leadership Teaching Students to
Think, 65, 5, 80-82,” 2008
Krajcik, J. S., & Shin, N. (2014). Project-based learning. In R. K. Sawyer (Ed.). The Cambridge handbook of the
learning sciences (pp. 275–297). (2nd ed.). . https://doi. org/10.1017/CBO9781139519526.018.
Vogler, J. S., Thompson, P., Davis, D. W., Mayfield, B. E., Finley, P. M., & Yasseri, D. (2018). The hard work of
soft skills: Augmenting the project-based learning experience with interdisciplinary teamwork.
Instructional Science, 46(3), 457–488. https://doi.org/10.1007/s11251-017-9438-9

Anda mungkin juga menyukai