Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH

“PROJECT BASED LEARNING DAN TIME GAMES


TOURNAMENT”

Mata kuliah : Model Pembelajaran Matematika


Dosen Pengampuh : Sariayu Sibarani, S.Pd, M.Pd

Disusun Oleh:

1. Darwis Silitonga ( 200501404 )


2. Ivan F Pardede ( 200501004 )

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SISINGAMANGARAJA XII TAPANULI UTARA
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik dan tepat pada waktunya.
Tidak lupa kami juga mengucapkan terima kasih kepada Ibu Sariayu Sibarani,S.Pd,M.Pd
selaku dosen pengampu mata kuliah Model Pembelajaran Matematika yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada kami dalam menyusun makalah ini. Makalah ini
dibuat sebagai salah satu sarana supaya penulis dan pembaca mengetahui apa itu Project
Based Learning dan Time Games Tournament dan dapat menembah pengetahuan bagi
pembaca.

Bagi kami sebagai penyusun makalah menyadari bahwa masih memiliki banyak
kekurangan dan masih jauh dari kata kesempurnaan. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah kami ini.Terima Kasih

Silangit, Juni 2023

Penulis
Project based learning adalah model pembelajaran yang melibatkan peran aktif dari pesertanya. Ada
banyak keunggulan dan manfaat yang dirasakan dari penerapan project based learning. Apa saja?
Simak pembahasannya bersama ruangkerja!

Project based learning bukanlah hal baru di dunia pendidikan. Pembelajaran berbasis proyek ini telah
dilaksanakan oleh banyak orang. Implementasi dari project based learning terbukti mampu
meningkatkan efektivitas dalam berbagai aspek di perusahaan.

Ada banyak hal yang bisa diasah dari penerapan pembelajaran berbasis proyek. Namun, mari ketahui
terlebih dahulu apa pengertian dari project based learning, serta contoh penerapannya dalam sebuah
company.

Apa itu Project Based Learning?

Menurut Fathurrohman (2016), project based learning adalah model pembelajaran yang menggunakan
proyek atau kegiatan sebagai sarana pembelajaran untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan
dan keterampilan yang dicapai peserta didik.

Project based learning menurut Saefudin (2014) merupakan metode pembelajaran yang menggunakan
masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru
berdasarkan pengalamannya dengan beraktivitas secara nyata dalam kehidupan. Hal ini dilakukan
untuk membantu, mendorong dan membimbing peserta didik fokus pada kerja sama dengan
melibatkan kerja kelompok dan membantu siswa untuk fokus pada perkembangan mereka.

Sementara itu, dari sudut pandang Goodman dan Stivers (2010), project based learning dapat diartikan
sebagai pendekatan pengajaran yang dibangun di atas kegiatan pembelajaran dan tugas nyata yang
diberikan tantangan kepada peserta didik yang terkait dengan kebutuhan sehari-hari untuk dipecahkan
secara berkelompok.

Project based learning menekankan pembelajaran yang berpusat pada peserta didik ketika melakukan
suatu investigasi yang mendalam terhadap suatu topik. Secara konstruktif, peserta didik melakukan
eksplorasi atau pendalaman pembelajaran dengan melakukan pendekatan berbasis riset terhadap
permasalahan dan pertanyaan yang berbobot, nyata, dan relevan. Penjaraban tersebut adalah
pengertian project based learning menurut Grant (2002).

Model pembelajaran yang satu ini dapat diterapkan ketika fasilitator ingin menciptakan lingkungan
pembelajaran yang aktif dan meminta peserta didiknya untuk fokus dalam pada perkembangannya.
Selain itu, project based learning dapat dijalankan secara kontinu apabila memenuhi beberapa syarat
berikut:

1. Pendidik memiliki keterampilan untuk mengidentifikasi kompetensi dasar yang lebih menekankan
pada keterampilan atau pengetahuan pada tingkat penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

2. Pendidik bertanggungjawab untuk melakukan penguasaan materi sehingga dapat memilih materi
atau topik-topik yang akan dijadikan tema proyek sehingga menjadi menarik.

3. Pendidik setidaknya harus terampil memotivasi peserta didik dalam mengerjakan proyek. Dengan
begitu, peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” atas proyek tersebut atau proyek yang sudah
dijalankan.

4. Tersedianya fasilitas dan sumber belajar yang cukup sehingga siswa atau kelompok siswa bisa
terpenuhi kebutuhannya.

5. Pendidik harus memastikan peserta memiliki kesesuaian waktu proyek dengan jadwal atau kalender
akademik agar kegiatan proyek tidak bentrok atau mengalami hambatan tertentu.

Karakteristik Project Based Learning

Model pembelajaran project based learning memiliki karakteristik di mana guru menjadi fasilitator.
Peran fasilitator adalah memberikan permasalahan berupa studi kasus yang nantinya akan diselesaikan
pada peserta didik dalam bentuk proyek. Maka tak heran apabila project based learning ini
menekankan pada keaktifan dan keterlibatan peserta didik.

Adapun karakteristik project based learning di antaranya:

1. Berfokus pada peserta pembelajaran atau siswa (student oriented)


2. Berbasis proyek dalam pembelajarannya
3. Mengembangkan partisipasi aktif dari peserta didik
4. Menumbuhkan inisiatif dan kemandirian dari peserta didik
5. Melatih kolaborasi dan tanggung jawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk
mencari solusi
6. Melatih berpikir kritis (critical thinking) dan kreativitas peserta didik
7. Evaluasi dilakukan secara berkala karena peserta melakukan refleksi
8. Proyek pembelajaran menghasilkan sebuah produk atau output yang jelas
9. Fasilitator mendampingi selama proses pembelajaran
Keunggulan Pelaksanaan Project Based Learning

Kurniasih dalam Nurfitriyani menjabarkan model pembelajaran project based learning memiliki
keunggulan dalam pelaksanaannya. Adapun keunggulan dari penerapan model project based learning
meliputi:

1. Meningkatkan motivasi belajar peserta didik untuk belajar mendorong kemampuan mereka untuk
melakukan pekerjaan penting, dan mereka perlu dihargai

2. Meningkatkan kemampuan pemecahan masalah

3. Membuat peserta didik menjadi lebih aktif dan berhasil memecahkan problem-problem yang
kompleks

4. Meningkatkan kolaborasi

5. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan dan mempraktikkan keterampilan komunikasi

6. Meningkatkan keterampilan peserta didik dalam mengelola sumber

7. Memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik dalam mengorganisasi
proyek dan membuat alokasi waktu dan sumber-sumber lain seperti perlengkapan untuk
menyelesaikan tugas

8. Menyediakan pengalaman belajar yang melibatkan peserta didik secara kompleks dan dirancang
berkembang sesuai dunia nyata

9. Melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan menunjukkan pengetahuan
yang dimiliki, kemudian diimplementasikan dengan dunia nyata

10. Membuat suasana belajar menjadi menyenangkan, sehingga peserta didik maupun pendidik
menikmati proses pembelajaran.
Langkah-langkah Pembelajaran Project Based Learning

Keberhasilan dari pembelajaran berbasis proyek ini tak terlepas dari adanya perencanaan yang
matang. Selain itu orang-orang yang terlihat juga memiliki keterampilan dan keahlian sehingga
mereka mampu menjawab dan mendampingi sepanjang pembelajaran. Demi keberhasilan dari
pembelajaran, berikut ini langkah-langkah project based learning.

Merujuk dari Educational Technology Division-Ministry of Education Malaysia (2006) terdapat enam
langkah pelaksanaan pembelajaran berbasis proyek, di antaranya :

1. Mempersiapkan pertanyaan penting terkait suatu topik materi yang akan dipelajari
2. Menyusun rencana proyek
3. Membuat jadwal
4. Memonitor pelaksanaan pembelajaran berbasi proyek (project based learning)
5. Menguji dan memberikan penilaian atas proyek yang dibuat
6. Evaluasi pembelajaran berbasis proyek.

Langkah-langkah pembelajaran project based learning pada akhirnya dituangkan dalam tabel
sebagai berikut:
Langkah kerja Aktivitas Aktivitas Peserta Didik
Pelatih/Guru/Pembingbing/Tutor

Pertanyaan Pelatih menyusun dan menyampaikan tema atau topik Peserta mengajukan pertanyaan mendasar tentang apa
Mendasar pertanyaan terkait sebuah permasalahan dan yang harus dilakukan untuk memecahkan masalah
mengajak peserta untuk berdiskusi untuk mencari tersebut
solusi

Menyusun rencana Pelatih memastikan setiap peserta terbagi dalam Peserta berdiskusi dan menyusun rencana pembuatan
Proyek kelompok dan mengetahui prosedur pembuatan proyek. Ada pembagian peran dalam kelompok dan
proyek. mencatat hal-hal yang perlu dipersiapkan untuk
proyek.

Membuat jadwal Pelatih menusun jadwal pembuatan proyek dan Peserta menyepakati jadwal dan mulai memperhatikan
membaginya dalam tahapan-tahapan untuk tenggat waktu pembuatan proyek.
memudahkan pelaksanaan.

Memonitor Pelatih memantau partisipasi dan keterlibatan peserta. Peserta membuat proyek dan memastikan
pelaksanaan Pelatih juga mengamati perkembangan proyek yang pelaksanaannya telah sesuai dengan jadwal. Peserta
pembelajaran di rancang . menulis tahapan dan mencatat perkembangan yang
berbasis proyek nantinya akan dituangkan dalam laporan

Menguji dan Pelatih mendiskusikan tentang proyek yang Membahas kelayakan proyek yang dijalankan dan
memberikan dijalankan peserta kemudian menilainya. Penilaian mengajukan laporan akhir kepada pelatih.
penilaian atas dibuat secara terukur berdasarkan standar yang telah
proyek yang di buat di tentukan

Evaluasi Pelatih melakukan evaluasi dan memberikan Peserta didik memaparkan hasil proyek dan menerima
pembelajran masukan atau arahan tindak lanjut terkait proyek tanggapan serta arahan dari pelatih. Peserta juga
berbasis proyek yang dijalankan oleh peserta mencatat hal-hal yang sebaiknya dilakukan untuk
perbaikan proyeknya
Sintak Project Based Learning

Sintak project based learning adalah pedoman dalam menentukan langkah-langkah penerapan project
based learning. Sintaks merupakan keseluruhan alur atau urutan kegiatan pembelajaran. Sintaks berisi
petunjuk umum dalam menentukan jenis-jenis tindakan guru, urutannya, dan tugas-tugas untuk siswa.

Setiap sintaks yang dimiliki model pembelajaran merupakan serangkaian fase untuk mencapai ide
pokok atau gagasan serta tujuan yang ingin dicapai dalam model pembelajaran tersebut. Untuk lebih
jelasnya, beberapa sintaks yang diterapkan adalah sebagai berikut:

1. Menyiapkan pertanyaan atau penugasan proyek, tahap ini sebagai langkah awal agar peserta didik
mengamati lebih dalam terhadap pertanyaan yang muncul dari fenomena yang ada

2. Mendesain perencanaan proyek, sebagai langkah nyata menjawab pertanyaan yang ada disusunlah
suatu perencanaan proyek bisa melalui percobaan.

3. Menyusun jadwal sebagai langkah nyatadari sebuah proyek, penjadwalan sangat penting agar
proyek yang dikerjakan sesuai dengan waktu yang tersedia dan sesuai dengan target.

4. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek, peserta didik mengevaluasi proyek yang sedang
dikerjakan.
METODE TGT

Apabila Anda pernah membagi peserta didik ke dalam beberapa kelompok berbeda, lalu memberikan
mereka tugas dan menjawab pertanyaan-pertanyaan secara berkelompok maka secara tidak langsung
Anda telah menerapkan metode pembelajaran TGT.

Secara keseluruhan, TGT terdiri atas kegiatan yang meliputi teaching (presentasi dan pengajaran oleh
guru), team study (belajar secara kelompok), tournament (perlombaan), dan recognition (pengakuan
dan penganugerahan). Sistem yang diterapkan dalam metode tersebut menekankan
pada game (permainan) sebagai kegiatan belajar yang bertujuan untuk memacu motivasi dan jiwa
kompetisi peserta didik baik fisik maupun mental dengan aturan yang telah ditetapkan.

Dipandang dari sisi historis, metode TGT pertama kali diperkenalkan oleh David DeVries dan Keith
Edward pada tahun 1972. Selanjutnya, model pembelajaran tersebut disempurnakan oleh DeVries dan
Robert Edward Slavin pada tahun 1978. DeVries (1980) mengatakan bahwa TGT merupakan model
pembelajaran yang mengatur peserta didik ke dalam kelompok beranggotakan 4-5 orang di mana
masing-masing kelompok terdiri atas peserta didik dari semua tingkat prestasi. Setelah memiliki
kelompok, peserta didik akan belajar bersama, berdiskusi, dan berbagi perspektif satu sama lain untuk
mempersiapkan turnamen yang akan dipandu oleh tenaga pendidik.

Sebelum menerapkan metode TGT dalam pembelajaran, Bapak dan Ibu harus mengetahui terlebih
dahulu lima komponen utama dari model pembelajaran tersebut. Apa saja ya kelima komponen itu?

5 Komponen Utama dan Penerapan Metode TGT dalam Pembelajaran

Secara konsep dan komponen, model pembelajaran TGT memiliki kesamaan dengan metode Student
Team Achievment Division (STAD). Perbedaannya terletak pada penekanan terhadap game akademik
sebagai fitur utama. Jadi, penilaian dalam TGT berfokus pada hasil yang diperoleh secara keseluruhan
dari tiap anggota kelompok.

Sebagai suatu tipe pembelajaran kooperatif, Slavin dalam Cooperatif Learning (1980) mengatakan
bahwa TGT terdiri atas lima komponen utama yaitu,

1. Presentasi Kelas (Class Presentation)

Pada awal pembelajaran, tenaga pendidik bisa mulai dengan menyampaikan materi ajar, tujuan
pembelajaran, dan pokok bahasan. Peserta didik harus benar-benar memahami materi agar dapat
maksimal dalam permainan. Berikanlah peserta didik motivasi dan dorongan agar dapat berkompetisi
dengan jujur, adil, dan antusias dalam pembelajaran.

2. Tim atau Kelompok (Teams)

Tahap kedua, tenaga pendidik dapat membagi kelas menjadi kelompok-kelompok kecil
beranggotakan 4—5. Pada tahap ini, usahakanlah Anda memberikan kontrol agar tidak ada kelompok
yang lebih dominan daripada kelompok lainnya. Upaya yang dapat dilakukan agar setiap kelompok
merata adalah dengan melakukan kajian terhadap hasil ujian, jenis kelamin, etnik, ras, dan psikologi
peserta didik.
Fungsi kelompok adalah untuk memicu interaksi antar peserta didik. Setiap kelompok harus
mempelajari lembar materi ajar dan mempersiapkan anggota agar dapat bekerja sama untuk hasil yang
optimal pada saat game.

3. Permainan (Games)

Tahap ketiga merupakan tahapan yang menuntut kesiapan peserta didik dalam memahami materi ajar.
Anda dapat membuat rancangan pertanyaan-pertanyaan dan menyiapkan media terbaik agar
mempermpudah peserta didik memahami pelajaran.

Sebagai contoh, pendidik dapat membuat pertanyaan-pertanyaan sederhana bernomor. Peserta didik
kemudian memilih kartu dan menjawab pertanyaan sesuai dengan nomor yang ia peroleh. Bila mereka
menjawab dengan benar akan mendapatkan skor dengan skala tertentu. Selain itu, pendidik juga dapat
memanfaatkan aplikasi-aplikasi pembuat kuis pembelajaran seperti Wordwall, Quizizz, Kahoot, dan
lain sebagainya.

4. Turnamen

Setelah Anda siap dengan model permainan terbaik maka tahap selanjutnya adalah turnamen. Pada
tahap ini, mintalah masing-masing perwakilan kelompok maju dan menjawab pertanyaan-pertanyaan
yang telah diberikan.

Sebagai contoh, pendidik dapat memanfaatkan salah satu fitur Wordwall yaitu mengisi kalimat yang
rumpang. Setiap kelompok diberikan waktu tertentu untuk menyusun kalimat menjadi memiliki
struktur. Perwakilan kelompok yang tercepat menyelesaikan soal mendapatkan nilai tertinggi maupun
sebaliknya. Model pembelajaran kompetisi seperti ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana
tingkat pemahaman mereka, kekompakkan kelompok, dan rasa kepedulian satu sama lain. Apabila
komunikasi di antara anggotanya baik maka skor yang didapat akan maksimal.

5. Penghargaan Kelompok (Team Recognition)

Tahap akhir dari metode TGT adalah memberikan penghargaan kepada kelompok dengan
pemerolehan skor terbanyak. Pemberian penghargaan penting bagi peserta didik agar mereka merasa
terlibat dalam kelas. Perasaan keterlibatan itulah yang meningkatkan motivasi dirinya dalam
memahami materi ajar.

Selain itu, penghargaan juga dapat meningkatkan sifat empati, kepekaan, dan evaluasi terhadap diri
sendiri. Pada tahap tertentu, tahapan ini akan memberikan dorongan lebih kepada peserta didik untuk
lebih semangat belajar.

Kelebihan dan Tantangan Metode TGT

Penerapan pembelajaran secara berkelompok dapat membuat peserta didik menjadi antusias dalam
pembelajaran. Selain suasana kelas menjadi hidup dan harmonis, penyampaian materi ajar dengan
cara baru juga dapat memicu kreativitas peserta didik dalam pembelajaran. Masih banyak kelebihan
dari metode TGT sebagaimana yang disampaikan Shoimin (2014:207) yaitu:

1. Melatih peserta didik mengungkapkan atau menyampaikan gagasan atau idenya.


2. Menumbuhkan rasa kebersamaan dan saling menghargai sesama anggota kelompoknya.
3. Membuat peserta didik lebih bersemangat dalam mengikuti pelajaran.
4. Membuat peserta didik lebih rileks dan senang dalam mengikuti pelajaran karena adanya
kegiatan berupa game dan tournament.

Selain kelebihan-kelebihan tersebut, ada beberapa tantangan yang di hadapi untuk menerapkan
metode tersebut. Sistem pembelajaran berkelompok seringkali membuat kelas menjadi tidak
kondusif. Selain itu masih ada beberapa tantangan dalam penerapan Metode TGT menuruti Shoimin
(2014:208) sebagai berikut.

1. Membutuhkan waktu yang lama


2. Tenaga pendidik dituntut harus pandai memilih materi pelajaran yang cocok untuk model
pembelajaran ini
3. Tenaga pendidik harus mempersiapkan model ini dengan baik sebelum diterapkan.
Misalnya membuat soal untuk turnamen, model permainan yang ideal, dan menyusun skema
penilaian terbaik.

Semoga dengan adanya penyampaian serta penjelasan metode mengajar TGT ini dapat membantu
tenaga pendidik di Indonesia dalam memilih metode pembelajaran yang efektif dan sesuai dengan
kaidah Kurikulum Merdeka. Bangunlah suasana kelas yang interaktif, menarik, dan komunikatif agar
cita-cita mulia pendidikan dapat terwujud. Semangat untuk para guru di Indonesia, maju terus
pendidikan bangsa!

Anda mungkin juga menyukai