Ketiga model pembelajaran tersebut diharapkan dapat membentuk perilaku saintifik, sosial serta
mengembangkan rasa keingintahuan.
Namun selain ketiga model yang tercantum dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016. guru
juga diperbolehkan untuk mengembangkan pembelajaran di kelas dengan menggunakan model
pembelajaran yang lain.
b. Peserta didik bertanggung jawab penuh terhadap proyek yang akan dihasilkan;
c. Proyek melibatkan peran teman sebaya, guru, orang tua, bahkan masyarakat;
b. Peserta didik tidak digiring untuk menghasilkan satu proyek saja (satu peserta didik
menghasilkan satu proyek);
c. Proyek tidak harus selesai dalam 1 pertemuan (diselesaikan dalam 3-4 pertemuan);
d. Proyek merupakan bentuk pemecahan masalah sehingga dari pembuatan proyek bermuara
pada peningkatan hasil belajar;
e. Bahan, alat, dan media yang dibutuhkan untuk membuat proyek diusahakan tersedia di
lingkungan sekitar. dan diarahkan memanfaatkan bahan bekas/sampah yang tidak terpakai agar
menjadi bernilai guna; dan
Jika peseta didik belum siap, perlu dibangun jembatan penghubung antara proses LOTS menuju
HOTS. yaitu membangun skema pengetahuan awal dengan pengetahuan baru.
4. Mempersiapkan sebuah situasi nyata yang dapat menstimulasi proses berpikir tingkat tinggi
dengan menciptakan dilemma. kebingungan, tantangan, dan ambiguitas dari permasalahan yang
direncanakan akan dihadapi peserta didik;
5. Menentukan keterampilan yang akan digunakan untuk menghadapai situasi nyata tersebut;
8. Menganalisis situasi, keterampilan, dan luaran dengan sintak model pembelajaran untuk
menentukan model yang relevan.
Metode project based learning ini diprakarsai oleh hasil implikasi dari Surat Edaran Mendikbud
no.4 tahun 2020. Project based learning ini memiliki tujuan utama untuk memberikan pelatihan
kepada pelajar untuk lebih bisa berkolaborasi, gotong royong, dan empati dengan
sesama. Metode project based learning ini sangat efektif diterapkan untuk para pelajar dengan
membentuk kelompok belajar kecil dalam mengerjakan projek, eksperimen, dan inovasi.
Pembelajaran PjBL perlu mengangkat masalah riil yang terjadi di masyarakat, karena tujuan dari
PjBL adalah mengkoneksikan pengetahuan yang diperoleh siswa di kelas untuk diaplikasikan di
dunia nyata dengan membuat solusi atas permasalahan-permasalahan yang ada – dimana siswa
juga berperan sebagai profesi-profesi yang ada di dunia nyata, seperti dokter, peneliti lingkungan,
ahli energi, insinyur, dll. Selain itu, PjBL harus mampu memberikan value/nilai/manfaat kepada
masyarakat sekitar/dunia nyata, dimana hal ini adalah esensi utama dari tujuan pendidikan.
Kegiatan belajar yang dialami oleh siswa akan sangat bermakna dalam kehidupannya, dimana
mereka akan selalu mengingat point-point penting dalam pembelajaran yang mereka lakukan.
Selain itu, aliran pembelajaran dengan metode saintifik seperti yang ada pada PjBL akan
memberikan keterampilan bagaimana menjadi pembelajaran seumur hidup bagi para siswa, dan
pengetahuan ini akan sangat bermanfaat untuk dapat bertahan dalam kompetisi di dalam era
ekonomi yang berbasis pengetahuan.
4. Memantau siswa dan kemajuan proyek (monitoring the students and progress of project)
1. Model ini bersifat terpadu dengan kurikulum sehingga tidak memerlukan tambahan apapun
dalam pelaksanaannya.
2. Siswa terlibat dalam kegiatan dunia nyata dan mempraktikan strategi otentik secara disiplin.
3. Siswa bekerja secara kolaboratif untuk memecahkan masalah yang penting baginya.
4. Teknologi terintegrasi sebagai alat untuk penemuan, kolaborasi, dan komunikasi dalam
mencapai tujuan pembelajaran penting dalam caracara baru.
5. Meningkatkan kerja sama guru dalam merancang dan mengimplementasikan proyek-
proyek yang melintasi batas-batas geografis atau bahkan melompat zona waktu.
SINTAKS PBL
mplementasi Kurikulum 2013 menurut Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar
Proses menggunakan 3 (tiga) model pembelajaran.
Ketiga model pembelajaran tersebut diharapkan dapat membentuk perilaku saintifik, sosial serta
mengembangkan rasa keingintahuan.
Learning),
Namun selain ketiga model yang tercantum dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016. guru
juga diperbolehkan untuk mengembangkan pembelajaran di kelas dengan menggunakan model
pembelajaran yang lain.
Tujuan PBL adalah untuk meningkatkan kemampuan dalam menerapkan konsep-konsep pada
permasalahan baru/nyata. pengintegrasian konsep Higher Order Thinking Skills (HOTS),
keinginan dalam belajar, mengarahkan belajar diri sendiri, dan keterampilan.
Karakteristik yang tercakup dalam Problem Based Learning (PBL) antara lain:
(1) masalah digunakan sebagai awal pembelajaran;
(2) biasanya masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan
secara mengambang (ill-structured);
(3) masalah biasanya menuntut perspektif majemuk (multiple-perspective);
(6) memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja,
Karakteristik ini menuntut peserta didik untuk dapat menggunakan kemampuan berpikir tingkat
tinggi, terutama kemampuan pemecahan masalah.
Langkah kerja (sintak) model Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran adalah
sebagai berikut:
1) Orientasi peserta didik pada masalah;
AKTIVITAS PESERTA
LANGKAH KERJA AKTIVITAS GURU DIDIK
i. Memotivasi pembelajaran;
SINTAKS INQUIRY
Ketiga model pembelajaran tersebut diharapkan dapat membentuk perilaku saintifik, sosial serta
mengembangkan rasa keingintahuan.
Namun selain ketiga model yang tercantum dalam Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016. guru
juga diperbolehkan untuk mengembangkan pembelajaran di kelas dengan menggunakan model
pembelajaran yang lain.
Proses Discovery terjadi bila individu terlibat terutama dalam penggunaan proses mentalnya
untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip.